Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

 
            Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allas SWT atas limpahan rahmat, hidayah
serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan lancar dan tepat pada
waktunya dengan judul “Perkembangan Faham Konstitusionalisme”.

            Makalah ini dibuat untuk memenihi tugas semester 2 pada mata kuliah Pendidikan
Pancasila Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak, penulisan karya tulis ilmiah ini tidak dapat segera diselesaikan.

            Oleh Karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Sunarso,M.SIT dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, Fakultas Ilmu


Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu atas bantuan
yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk penyelesaian
makalah ini.

“Tak ada gading yang tak retak” serta sebagai insan biasa, penyusun menyadari atas
kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun selalu penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi diri penyusun dan pembaca pada umumnya.

 Bangkalan, 23 September 2020

                                                                                        Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Negara hanya dapat di kemudikan secara terarah dan efisien apabila ada gambaran
yang  jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses penyusunan Undang-
undang Dasar negara harus senantiasa berlandaskan pada suatu konsepsi dasar yang jelas
tentang negara dan tujuannya. Dengan kata lain realisasi pembentukan negara beserta
konstitusinya harus berlandaskan pada ideologi negara yaitu Pancasila.

Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta tujuan
hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mempunyai nilai-nilai
yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu nilai-nilai
Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas) bangsa yang membedakan bangsa Indonesia
dari bangsa lain dalam bersikap, bertingkah laku secara perorangaan maupun secara
kemasyarakatan.

Pancasila sebagai filsafat negara indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada
hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila bersumber pada
hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia adalah sebagai pendukung pokok
negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab.

Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari
tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu memberikan dasar
kepada kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan.
Selain itu, dalam sila ke-dua juga terdapat nilai keadilan dimana menuntut kita sebagai
manusia yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan
menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa
yang ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua
tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam

2
mengamalkan apa yang ada dalam sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia senantiasa
berdasar kepada kemanusiaan yang adil dan beradap dalam bermasyarakat.  

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pancasila itu ?
2. Apa arti dan makna sila kemanusiaan yang Adil dan Beradab ?
3. Apa saja butir-butir Pancasila sila ke-dua tersebut ?
4. Apa implementasi Pancasila dari sila ke-dua dalam kehidupan bermasyarakat ?
 
                                         

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat dikembalikan
kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut juga way of life, Weltanschauung,


Wereldberschouwing, Wereld en Levens beschouwing (pandangan dunia, pandangan hidup,
pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup). Dalam hal ini Pancasila dipergunakan
sebagai petunjuk hidup sehari-hari. Dengan kata lain digunakan sebagai pancaran dari sila
pancasila karena Pancasila sebagai Weltanschauung merupakan kesatuan, tidak bisa dipisah-
pisahkan; keseluruhan sila dalam pancasila merupakan satu kesatuan organis. Pancasila
sebagai norma fundamental sehingga berfungsi sebagai cita-cita atau ide. Semestinya ia
selalu diusahakan untuk dicapai oleh tiap manusia Indonesia sehingga cita-cita itu bisa
terwujud menjadi kenyataan.

Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa pancasila sebagai pegangan hidup  yang
merupakan pandangan hidup bangsa, penjelmaan falsafah hidup bangsa, dalam pelaksanaan
hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama, norma-norma
kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak bertentangan dengan norma-norma hukum
yang berlaku.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara atau mengatur


penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi
pembukaan UUD 1945, yang menyatakan: “…maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan
negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…”. Pancasila
mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia.
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai dengan pembukaan UUD 1945,

4
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum, sebagaimana
tertuang dalam Ketetapan MPRS No.XX/-MPRS/1966. Pengertian demikian adalah
pengertian Pancasila yang bersifat yuridis ketatanegaraan.

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang dibentuk oleh para pendiri bangsa
Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang sejatinya sudah ada
dalam bangsa Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila mampu menjadi wadah bagi masyarakat
Indonesia yang beragam. Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dirubah ke dalam bentuk
suatu apapun. Mau tidak mau, Pancasila adalah dasar negara yang mempunyai kedudukan
istimewa dalam hidup kenegaraan dan dan hukum bangsa Indonesia.

3. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Menurut perumusan Dewan Perancang Nasional, perikemanusiaan adalah daya serta


karya budi dan hati nurani manusia untuk membangun dan membentuk kesatuan diantara
manusia sesamanya, tidak terbatas pada manusia-sesamanya yang terdekat saja, melainkan
juga seluruh umat manusia. Sedangkan menurut Bung Karno istilah perikemanusiaan adalah
hasil dari pertumbuhan rohani, kebudayaan, hasil pertumbuhan dari alam tingkat rena ke taraf
yang lebih tinggi.

Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :

1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.


Maksudnya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak setiap
warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
Hakikat manusia memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan kodrat manusia
(yang terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk social dan
individu), kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk
Tuhan).

5
4. Butir-butir Pancasila Sila ke-Dua

Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya
manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan
derajat yang lebih tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa,
karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.

Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap
manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh  umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati
harkat dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini
diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai
hak dan kewajiban yang sama.

Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak hidup
bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak segala bentuk penjajahan di
muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan dengan nilai perikemanusiaan.

5. Implementasi Sile ke-Dua dalam Kehidupan Masyarakat

6
Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan
manusia. Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu
peri kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan
naluri manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain.
Oleh karena peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia
menghapuskannya. Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk
masyarakat yang penuh kasih sayang serta saling menghormati diantara anggota-anggotanya.

Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak
bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling
mencintai,  bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pengamalannya adalah sebagai berikut:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat,
sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain
untuk hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan
karakter) orang lain.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan
yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu
pengorbanan untuk mempertahankannya. Dengan perasaan cinta  pula manusia dapat
mempergiat hubungan social seperti kerjasama, gotong royong, dan solidaritas. Dengan
rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, saling
berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha dan
kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan
orang lain Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang
lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri; bilamana kita tidak senang disakiti
hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang rasa juga dapat kita
wujudkan dalam toleransi dalam beragama.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti sewenang-wenang,
berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku

7
setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung tinggi
hak dan kewajiban.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi
dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan dengan baik, seperti:

 Mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk


 Melakukan musyawarah dengan dasar kesadaran dan kedewasaan untuk menerima
kompromi
 Melakukan sesuatu dengan pertimbangan moral dan ketentuan agama
 Melakukan sesuatu dengan jujur dan kompetisi yang  sehat
 Memerhatikan kehidupan yang layak antar sesame
 Melakukan kerja sama dengan iktikad baik dan tidak curang

1. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan diartikan gemar melakukan kegiatan


kemanusiaan sehingga setiap manusia dapat hidup layak, bebas, dan aman. Kegiatan
ini dapat di lakukan seperti kegiatan donor darah, memberikan santunan anak yatim
piatu, orang yang tertimpa musibah dan orang yang tidak mampu.
2. Berani membela kebenaran dan keadilan. Butir ini menghendaki manusia Indonesia
untuk mempunyai hati yang mantap dan percaya diri dalam menegakkan kebenaran
dan keadilan.
3. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu di kembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Butir ini menganjurkan untuk saling menghormati, sikap saling menghormati ini
dapat di lakukan dengan menghormati kedaulatan suatu bangsa dan menjalin kerja
sama yang menguntungkan.
            Selain itu penjelmaan Pancasila ke dalam hukum Negara kita tertuang dalam Undang-
Undang Dasar’45 pasal 27 tentang Warga Negara dan Penduduk, pasal 28 A-J tentang HAM,
dan pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan.

            Sebagai salah satu contoh nyata dari pelanggaran yang pernah terjadi di Indonesia
adalah pada masa kepemimpinan Soeharto, pada saat itu setiap orang atau kelompok yang
tidak sependapat dengan Soeharto akan dibunuh secara diam-diam. Tindakan ini sangat tidak
manusiawi, karena sampai sekarang jasad mereka tidak pernah diketahui dimana dan alasan
mereka dihilangkan nyawanya sangat tidak jelas. Hal yang sangat terlihat jelas adalah

8
pelanggaran dalam kebebasan berpendapat juga masalah hak hidup yang notaben-nya adalah
hak dasar seorang manusia untuk hidup. Dan pada saat itu Indonesia sudah menganut
ideologi Pancasila, itu berarti pada masa kepemimpinan Soeharto terjadi penyimpangan pada
sila kedua Pancasila.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara umum Pancasila merupakan hal yang fundamental dalam menentukan


kehidupan di Indonesia, terutama pada sila ke-dua yang mengatur tentang bagaimana cara
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sila ke-dua ini memiliki pengertian sebagai
pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk hidup.
Pancasila sebagai pegangan hidup  yang merupakan pandangan hidup bangsa, penjelmaan
falsafah hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma agama, norma-norma kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak
bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku. Nilai-nilai budaya yang terkandung
dalam sila ini membentuk watak bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan
santun, tengang rasa, saling mencintai,  bergotong royong dalam kebaikan, dan lain
sebagainya. Untuk itu, rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila.

Pada hakikatnya manusia memiliki unsur-unsur yang isinya merupakan susunan


kodrat manusia, sifat kodrat manusia, dan kedudukan kodrat manusia. Sila kedua Pancasila
mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat,
memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa,
dan karsa. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak bangsa kita
menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling mencintai,  bergotong
royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.

         

  

10
DAFTAR PUSTAKA
Atut saksono. (2007). Pancasila Soekarno.  Yogyakarta: CV Urna Cipta Media Jaya.
Darji Darmo Diharjo, dkk. (1991). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usana Offset Printing.
Herman, dkk. (1986). Panorama Jiwa dan Kepribadian Bangsa PANCASILA. Jakarta: CV
Indrajaya.
 Kaelan. (1993). Filsafat Pancasila.Yogyakarta: Paradigma.
Muzayin, (1990). Ideologi Pancasila. Jakarta: Golden Terayon Press.
Notonagoro. –. Pancasila Secara Ilmiah Populer.–:Bumi Aksara
Rukiyati, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Soekarno. (1964). Tjamkan Pantjasila. Djakarta:–  hal 121.
Sri Janti, dkk. (2008). Etika Berwarganegara. Jakarta: Salemba Empat.

11

Anda mungkin juga menyukai