Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allas SWT atas limpahan rahmat, hidayah
serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan lancar dan tepat pada
waktunya dengan judul “Perkembangan Faham Konstitusionalisme”.
Makalah ini dibuat untuk memenihi tugas semester 2 pada mata kuliah Pendidikan
Pancasila Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak, penulisan karya tulis ilmiah ini tidak dapat segera diselesaikan.
“Tak ada gading yang tak retak” serta sebagai insan biasa, penyusun menyadari atas
kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun selalu penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi diri penyusun dan pembaca pada umumnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara hanya dapat di kemudikan secara terarah dan efisien apabila ada gambaran
yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses penyusunan Undang-
undang Dasar negara harus senantiasa berlandaskan pada suatu konsepsi dasar yang jelas
tentang negara dan tujuannya. Dengan kata lain realisasi pembentukan negara beserta
konstitusinya harus berlandaskan pada ideologi negara yaitu Pancasila.
Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta tujuan
hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mempunyai nilai-nilai
yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu nilai-nilai
Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas) bangsa yang membedakan bangsa Indonesia
dari bangsa lain dalam bersikap, bertingkah laku secara perorangaan maupun secara
kemasyarakatan.
Pancasila sebagai filsafat negara indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada
hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila bersumber pada
hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia adalah sebagai pendukung pokok
negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari
tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu memberikan dasar
kepada kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan.
Selain itu, dalam sila ke-dua juga terdapat nilai keadilan dimana menuntut kita sebagai
manusia yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan
menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila ke-dua tersebut terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih rinci apa
yang ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya butiran-butiran sila ke-dua
tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya bangsa Indonesia dapat memahami dam
2
mengamalkan apa yang ada dalam sila ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia senantiasa
berdasar kepada kemanusiaan yang adil dan beradap dalam bermasyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pancasila itu ?
2. Apa arti dan makna sila kemanusiaan yang Adil dan Beradab ?
3. Apa saja butir-butir Pancasila sila ke-dua tersebut ?
4. Apa implementasi Pancasila dari sila ke-dua dalam kehidupan bermasyarakat ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat dikembalikan
kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa pancasila sebagai pegangan hidup yang
merupakan pandangan hidup bangsa, penjelmaan falsafah hidup bangsa, dalam pelaksanaan
hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama, norma-norma
kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak bertentangan dengan norma-norma hukum
yang berlaku.
4
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum, sebagaimana
tertuang dalam Ketetapan MPRS No.XX/-MPRS/1966. Pengertian demikian adalah
pengertian Pancasila yang bersifat yuridis ketatanegaraan.
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang dibentuk oleh para pendiri bangsa
Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang sejatinya sudah ada
dalam bangsa Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila mampu menjadi wadah bagi masyarakat
Indonesia yang beragam. Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dirubah ke dalam bentuk
suatu apapun. Mau tidak mau, Pancasila adalah dasar negara yang mempunyai kedudukan
istimewa dalam hidup kenegaraan dan dan hukum bangsa Indonesia.
5
4. Butir-butir Pancasila Sila ke-Dua
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya
manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan
derajat yang lebih tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan manusia secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa,
karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap
manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati
harkat dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini
diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai
hak dan kewajiban yang sama.
Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak hidup
bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak segala bentuk penjajahan di
muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan dengan nilai perikemanusiaan.
6
Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan
manusia. Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu
peri kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan
naluri manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain.
Oleh karena peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia
menghapuskannya. Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk
masyarakat yang penuh kasih sayang serta saling menghormati diantara anggota-anggotanya.
Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak
bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling
mencintai, bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.
7
setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung tinggi
hak dan kewajiban.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi
dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan dengan baik, seperti:
Sebagai salah satu contoh nyata dari pelanggaran yang pernah terjadi di Indonesia
adalah pada masa kepemimpinan Soeharto, pada saat itu setiap orang atau kelompok yang
tidak sependapat dengan Soeharto akan dibunuh secara diam-diam. Tindakan ini sangat tidak
manusiawi, karena sampai sekarang jasad mereka tidak pernah diketahui dimana dan alasan
mereka dihilangkan nyawanya sangat tidak jelas. Hal yang sangat terlihat jelas adalah
8
pelanggaran dalam kebebasan berpendapat juga masalah hak hidup yang notaben-nya adalah
hak dasar seorang manusia untuk hidup. Dan pada saat itu Indonesia sudah menganut
ideologi Pancasila, itu berarti pada masa kepemimpinan Soeharto terjadi penyimpangan pada
sila kedua Pancasila.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Atut saksono. (2007). Pancasila Soekarno. Yogyakarta: CV Urna Cipta Media Jaya.
Darji Darmo Diharjo, dkk. (1991). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usana Offset Printing.
Herman, dkk. (1986). Panorama Jiwa dan Kepribadian Bangsa PANCASILA. Jakarta: CV
Indrajaya.
Kaelan. (1993). Filsafat Pancasila.Yogyakarta: Paradigma.
Muzayin, (1990). Ideologi Pancasila. Jakarta: Golden Terayon Press.
Notonagoro. –. Pancasila Secara Ilmiah Populer.–:Bumi Aksara
Rukiyati, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Soekarno. (1964). Tjamkan Pantjasila. Djakarta:– hal 121.
Sri Janti, dkk. (2008). Etika Berwarganegara. Jakarta: Salemba Empat.
11