Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUBUNGAN FILSAFAT DAN ETIKA

Teknik Informatika

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Jaki Riduan
Kelas : TI6
Nim : 1702024

Dosen :
Fiya Mirway,M.Kom

STKOM SAPTA KOMPUTER


2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan syukur atas anugrah Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih yang
telah Ia berikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Walaupun berbagai cara kami lakukan terdapat kekurang
lengkapan dalam membuat makalah ini.Dalam makalah ini, kami membahas
tentang “HUBUNGAN FILSAFAT DAN ETIKA”. Dalam pembahasan ini
banyak berbagai kesulitan-kesulitan yang kami hadapi, baik dari segi materi
maupun dari berbagai referensi dalam menyelesaikan topik ini. Akan tetapi
kesulitan tersebut tidak akan membuat kami menyerah, justru kami berusaha terus
untuk mencari solusi dalam menyelesaikan makalah ini. Walaupun demikian, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran saudara-saudara untuk revisi ulang makalah
ini demi kemajuan bersama di masa yang akan datang.Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Fiya Mirway,M.Kom dan kepada seluruh
pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.Demikian yang perlu kami
sampaikan, kami ucapkan terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Balangan, 23 juni 2020


Penulis

Muhammad Jaki Riduan


DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1.LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
1.2.RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 2
1.3.TUJUAN .................................................................................................................. 2
1.4.MANFAAT .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1. PENGERTIAN ETIKA ........................................................................................... 3
2.2. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ETIKA........................................................ 3
2.2. ETIKA SEBAGAI CIRI KHAS FILSAFAT .......................................................... 5
2.2. HAKIKAT ETIKA FILSAFAT .............................................................................. 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 11
3.1.KESIMPULAN ........................................................................................................ 11
3.2.SARAN .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dewasa ini terlihat gejala-gejala kemerosotan etika. Cara pasti
kiranya agak sukar menentukan faktor penyebabnya. Kata-kata etika, tidak
hanya terdengar dalam ruang kuliah saja bdan tidak hanya menjadi monopoli
kaum cendikiawan. Diluar kalangan intelektual pun sering disinggung
tentang hal-hal seperti itu. Jika seseorang membaca surat kabar atau majalah,
hampir setiap hari ditemui kata-kata etika. Berulang kali dibaca kalimat-
kalimat semacam ini. Dalam dunia bisnis etika semakin merosot. Di televisi
akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang memerhatikan etika.

Bahkan dalam pidato para pejabat pemerintah kata etika banyak


digunakan, tetapi kenyataaannya masih banyak pejabat justru melanggar
etika.Etika merupakan yang berbicara nilai etika dan norma etika,
membicarakan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat,
etika sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan
mengenai norma etika. Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional
mengenai nilai etika dan pola perilaku hidup manusia. Etika membicarakan
soal nilai yang merupakan salah satu dari cabang filsafat.

Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas


dan dapat dipertanggung jawabkan karena setiap tindakannya selalu
dipertanggung jawabkan.Etika sebagai cabang filsafat merupkan sebuah
peranan seperti halnya agama, politik, bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung
yang telah ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara turun temurun. Etika
sebagai cabang filsafat menjadi refleksi krisis terhadap tingkah laku
manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak
sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan
pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku
baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan etika…?
2. Bagaimana hubungan antara filsafat dengan etika…?
3. Apa itu etika sebagai ciri khas filsafat…?
4. Apa yang dimaksud dengan hakikat etika filsafat…?
C. TUJUAN
1. Mengidentifikasikan pengertian etika.
2. Menjelaskan hubungan filsafat dengan etika.
3. Mendeskripsikan etika sebagai ciri khas filsafat.
4. Menjelaskan hakikat etika filsafat.
D. MANFAAT
1. Agar setiap para pembaca dapat memahami pengertian etika.
2. Agar para pembaca dapat memahami hubungan filsafat dengan etika.
3. Agar setiap para pembaca dapat memahami bahwa etika merupakan cirri
khas filsafat.
4. Agar para pembaca dapat memahami hakikat etika filsafat yang
sebenarnya.
BAB II
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ETIKA

A. PENGERTIAN ETIKA

Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat,
kebiasaan atau susila. Dalam filsafat etika membicarakan tentang tingkah
laku atau perbuatan manusia dalam kaitan antara baik dan buruk. Baik dan
buruk adalah suatu penilaian atas apa yang bisa dilihat dan dirasakan seperti
perbuatan dan tingkah laku. Sedangkan untuk hal-hal yang menyangkut
aspek motif atau watak, sulit dinilai. Secara garis besar ada dua macam etika
yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya bersifat
menggambarkan, melukiskan dan menceritakan sesuatu seperti apa adanya
tanpa memberikan penilaian atau pedoman tentang bagaimana seharusnya
bertindak. Sedangkan etika selain memberikan penilaian baik dan buruk juga
memberikan pedoman mana yang harus diperbuat dan yang tidak.Dalam
bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung arti karakter,
kebiasaan, kecenderungan dan sikap yang menagandung analisis konsep-
konsep seperti harus, benar, salah, mengandung pencarian watak ke dalam
watak moralitas atau tindakan-tindakan moral atau mengandung pencarian
kehidupan yang baik secara moral.Etika secara lebih detail merupakan ilmu
yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan
dengan moral.

B. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ETIKA

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala


sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Bagian-bagiannya meliputi:

1. Metafisika yaitu kajian dibalik alam yang nyata.


2. Kosmologia yaitu kajian tentang alam.
3. Logika yaitu pembahasa tentang cara berpikir cepat dan tepat.
4. Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia.
5. Teologi yaitu pembahasan tentang ketuhanan.
6. Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu
komponen dalam filsafat. Banyak ilmu yang pada mulanya merupakan
bagian dari filsafat, tetapi karena ilmu tersebut kian meluas dan berkambang,
akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat.
Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih
diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, ia merupakan ilmu yang
mempunyai identitas sendiri. (Alfan: 2011)Hubungan etika dengan ilmu
filsafat menurut Ibnu Sina seperti indera bersama, estimasi dan rekoleksasi
yang menolong jiwa manusia untuk memperoleh konsep-konsep dan ide-ide
dari alam sekelilingnya.
Jika manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah
dengan badan, maka ia selamanya akan berada dalam kesenangan. Jika ia
berpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi
hawa nafsu. Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-
lamanya di akhirat.Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu
Sina memberi petunjuk dalam pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau
sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu
etika.Ibnu Khaldun dalam melihat manusia mendasarkan pada asumsi-
asumsi kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh
dalam ajaran Islam. Ia melihat sebagai makhluk berpikir.
Oleh karena itu, manusia mampu melahirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk
lainnya. Lewat kemampuan berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat
kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian pada berbagai cara guna
memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan
peradaban. Dalam pemikiran ilmu, Ibnu Khaldun tampak bahwa manusia
adalah makhluk budaya yang kesempurnaannya baru akan terwujud manakla
ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang
perlunya pembinaan manusia, termasuk dalam membina etika. Gambaran
tentang manusia yang terdapat dalam pemikiran filosofis itu akan
memberikan masukan yang amat berguna dalam merancang dan
merencanakan tentang cara-cara membina manusia, memperlakukannya, dan
berkomunikasi dengannya.
Dengan cara demikian akan tercipta pola hubungan yang dapat
dilakukan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan damai (M. Yatimin
Abdullah: 2006).Etika sebagai cabang filsafat dapat dipahami bahwa istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia
dengan nilai ketentuan baik atau buruk. Etika memiliki objek yang sama
dengan filsafat, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia.
Filsafat sebagai pengetahuan berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya berdasarkan pikiran. (Yatimin: 2006) Jika ia memikirkan
pengetahuan jadilah ia filsafat ilmu, jika memikirkan etika jadilah filsafat
etika. (Ahmad Tafsir: 2005).

C. ETIKA SEBAGAI CIRI KHAS FILSAFAT

Etika filsafat merupakan ilmu penyelidikan bidang tingkah laku


manusia yaitu menganai kewajiban manusia, perbuatan baik buruk dan
merupakan ilmu filsafat tentang perbuatan manusia. Banyak perbuatan
manusia yang berkaitan dengan baik atau buruk, tetapi tidak semua
perbuatan yang netral dari segi etikanya. Contoh, bila di pagi hari saya
menganakan lebih dulu sepatu kanan dan kemudian sepatu kiri, perbuatan itu
tidak mempunyai hubungan baik atau buruk. Boleh saja sebaliknya, sepatu
kiri dulu baru kemudian sepatu kanan. Cara itu baik dari sudut efisiensi atau
lebih baik karena cocok dengan motorik saya, tetapi cara pertama atau kedua
tidak lebih baik atau lebih buruk dari sudut etika. Perbuatan itu boleh disebut
tidak mempunyai relevansi etika.

Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa manusia


mempunyai perasaan etika yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya.
Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan
buruk dan menjalankan perbuatan baik. Etika filsafat merupakan suatu
tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu didasarkan kepada
pengertiannya mengenai baik dan buruk. Etika sebagai cabang filsafat
sebenarnya yang membedakan manusia daripada makhluk Tuhan lainnya
dan menempatkannya bila telah menjadi tertib pada derajat di atas mereka.
(M. Yatimin Abdullah: 2006).

Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Mohamad Mufid: 2009


bahwa etika sering disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat
yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan
utama hidupnya. Etika membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah
laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban
manusia. Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau
bertindak.Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika
menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semuah norma dari luar
dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moral yang
otonom.Etika menyelidiki dasar semua norma moral.

Dalam etika biasanya dibedakan antara etika deskriptif dan etika normatif.

1. Etika DeskriptifEtika deskriptif menguraikan dan menjelaskan


kesadaran-kesadaran dan penngalaman moral secara deskriptif. Ini
dilakukan dengan bertitik pangkal pada kenyataan bahwa terdapat
beragam fenomena moral yang dapat digambarkan dan diuraikan
secara ilmiah. Etika deskriptif berupaya menemukan dan
menjelaskan kesadaran, keyakinan dan pengalaman moral dalam
suatu kultur tertentu. Etika deskriptif dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sejarah moral, yang meneliti cita-cita, aturan-aturan dan
norma-norma moral yang pernah berlaku dalam kehidupan
manusia dalam kurun waktu dan tempat tertentu.
b. Fenomenologi moral, yang berupaya menemukan arti dan
makna moralitas dari beragam fenomena ysng ada.
Fenomenologi moral berkepentingan untuk menjelaskan
fenomena moral yang terjadi masyarakat. Ia tidak memberikan
petunjuk moral dan tidak mempersalahkan apa yang salah.
2. Etika NormatifEtika normatif dipandang sebagai suatu ilmu yang
mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk
menanggapi menilai perbuatan. Etika ini dapat menjelaskan tentang
nilai-nilai yang seharusnya dilakukan serta memungkinkan manusia
untuk mengukur tentang apa yang terajdi.Etika normatif
menagandung dua bagian besar, yaitu: pertama membahas tentang
teori nilai (theory of value) dan teori keharusan (theory of
obligation). Kedua, membahas tentang etika teologis dan etika
deontelogis. Teori nilai mempersoalkan tentang sifat kebaikan,
sedangkan teorin keharusan membahas tingkah laaku. Sedangkan
etika teolog berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan
oleh konsekuensinya. Adapun deontologis berpendapat bahwa
moralitas suatu tindakan ditentukan oleh sebab-sebab yang menjadi
dorongan dari tindakan itu, atau ditetukan oleh sifat-sifat hakikinya
atau oleh keberadaannya yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dan prinsip-prinsip tertentu. (Muhammad In’am Esha, 2010)Ciri
khas etika filsafat itu dengan jelas tampak juga pada perbuatan
baik-buruk, benar-salah, tetepi diantara cabang-cabang ilmu filsafat
mempunyai suatu kedudukan tersendiri. Ada banyak cabang
filsafat, seperti filsafat alam, filsafat sejarah, filsafat kesenian,
filsafat hukum, dan filsafat agama. Sepintas lalu rupanya etika
filsafat juga menyelidiki suatu bidang tertentu, sama halnya seperti
cabang-cabang filsafat yang disebut tadi. Semua cabang filsafat
berbicara tentang yang ada, sedangkan etika filsafat membahas
yang harus dilakukan. Karena itu etika filsafat tidak jarang juga
disebut praktis karena cabang ini langsung berhubungan dengan
perilaku manusia, dengan yang harus atau tidak boleh dilakukan
manusia.Perlu diakui bahwa etika sebagai cabang filsafat,
mempunyai batasan-batasan juga. Contoh, mahasiswa yang
memperoleh nilai gemilang untuk ujian mata kuliah etika, belum
tentu dalam perilakunya akan menempuh tindakan-tindakan yang
paling baik menurut etika, malah bisa terjadi nilai yang bagus itu
hanya sekedar hasil nyontek, jadi hasil sebuah perbuatan yang tidak
baik (M. Yatim Abdullah: 2006).

D. HAKIKAT ETIKA FILSAFAT

Etika filsafat sebagai cabang ilmu, melanjutkan kecenderungan


seseorang dalam hidup sehari-hari. Etika filsafat merefleksikan unsur-unsur
tingkah laku dalam pendapat-pendapat secara sepontan. Kebutuhan refleksi
itu dapat dirasakan antara lain karena pendapat etik tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain.Etika filsafat dapat didefinisikan sebagai refleksi
kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia dari sudut
norma-norma susila atau dari sudut baik atau buruk. Dari sudut pandang
normatif, etika filsafat merupakan wacana yang khas bagi perilaku
kehidupan manusia, dibandingkan dengan ilmu lain yang juga membahas
tingkah laku manusia.Etika filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat
dan malah dikenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua. Dalam
konteks filsafat yunani kuno etika filsfat sudah terbentuk terbentuk dengan
kematangan yang mengagumkan. Etika filsafat merupakan ilmu, tetapi
sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu emperis, artinya ilmu yang
didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah meniggalkan
fakta. Ilmu-ilmu itu bersifat emperis, karena seluruhna berlangsung dalam
rangka emperis (pengalaman inderawi) yaitu apa yang dapat dilihat,
didengar, dicium, dan dirasakan. Ilmu emperis berasal dari observasi
terhadap fakta-fakta dan jika ia berhasil merumuskan hukum-hukum ilmiah,
maka kebenaran hukum-hukum itu harus diuji lagi dengan berbalik kepada
fakta-fakta.

Dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, etika filsafat tidak membatasi


gejala-gejala konkret. Tentu saja, filsafat berbicara juga tentang yang
konkret, kadang-kadang malah tentang hal-hal yang amat konkret, tetapi ia
tidak berhenti di situ.Pada awal sejarah timbulnya ilmu etika, terdapat
pandangan bahwa pengetahuan bener tentang bidang etika secara otomatis
akan disusun oleh perilaku yang benar juga. Itulah ajaran terkenal dari
sokrates yang disebut Intelektualisme Etis. Menurut sokrates orang yang
mempunyai pengetahuan tentang baik pasti akan melakukan kebaikan juga.
Orang yang berbuat jahat, dilakukan karena tidak ada pengetahuan
mendalam mengenai ilmu etika. Makanya ia berbuat jahat.Kalau
dikemukakan secara radikal begini, ajaran itu sulit untuk dipertahankan. Bila
orang mempunyai pengetahuan mendalam mengenai ilmu etika, belum
terjamin perilakunya baik. Disini berbeda dari pengalaman ilmu pasti.
Orang-orang yang hampir yang tidak mendapat pendidikan di sekolah, tetapi
selalu hidup dengan perilaku baik dengan sangat mengagumkan. Namun
demikian, ada kebenarannya juga dalam pendapat sokrates tadi, pengethuan
tentang etika merupakan suatu unsur penting, supaya orang dapat mencapai
kematangan perilaku yang baik.

Untuk memperoleh etika baik, studi tentang etika dapat


memberikan suatu kontribusi yang berarti sekalipun studi itu sendiri belum
cukup untuk menjamin etika baik dapat terlaksana secara tepat.Etika
filsafat juga bukan filsafat praktis dalam arti ia menyajikan resep-resep yang
siap pakai. Buku etika tidak berupa buku petunjuk yang dapat
dikonsultasikan untuk mengatasi kesulitan etika buruk yang sedang
dihadapi. Etika filsafat merupakan suatu refleksi tentang teman-teman yang
menyangkut perilaku. Dalam etika filsafat diharapkan semuah orang dapat
menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, tanggung
jawab, nilai, norma, hak, kewajiban, dan keutamaan.Di kalangan orang-
orang kebanyakan, sering kali etika filsafat tidak mempunyai nama harum.
Tidak jarang ia dituduh mengawang-awang saja, karena membahas hal-hal
yang abstrak dan kurang releven untuk hidup sehari-hari. Banyak uraian
etika filsafat dianggap tidak jauh dari kenyataan sesungguhnya.

Itulah hakikat filsafat mengenai etika. Disini tidak perlu diselidiki


sampai dimana prasangka itu mengandung kebenaran. Tetapi setidak-
tidaknya tentang etika sebagai cabang filsafat dengan mudah dapat disebut
dan disetujui relevansinya bagi banyak persoalan yang dihadapi umat
manusia. (M. Yatimin Abdullah: 2006).

Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika


tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan
pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut
pertanggungjawaban dan mau menyingkatkan kerancuan (kekacauan). Etika
tidak membiarkan pendapat-pendapat moral yang dikemukakan
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan
moral, sedangkan kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia
sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat
dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak
ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakkan manusia dilihat
dari segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran
tertentu dan terbatas. (Surajiyo: 2005)
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
1. Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang
moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moral.
2. Etika dalam hubungannya dengan filsafat dapat dipahami bahwa
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas
manusia dengan nilai ketentuan baik atau buruk.
3. Dalam etika biasanya dibedakan antara etika deskriptif dan etika
normatif. Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran-
kesadaran dan penngalaman moral secara
deskriptif sedangkan Etika normatif dipandang sebagai suatu ilmu
yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk
menanggapi menilai perbuatan.
4. Etika filsafat dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis, metodis dan
sistematis tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma
susila atau dari sudut baik atau buruk. Dari sudut pandang normatif,
etika filsafat merupakan wacana yang khas bagi perilaku kehidupan
manusia, dibandingkan dengan ilmu lain yang juga membahas
tingkah laku manusia

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini banyak literatur buku yang kami


ambilkan tetapi banyak hal yang tidak dapat kami paparkan secara
mendetail, dan diharapkan dari dosen serta rekan mahasiswa dapat
memberikan sanggahan berupa pendapat yang membangun agar
menjadikan perbaikan bagi makalah kami yang lebih baik lagi. Dan
semoga makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya serta menjadi bahan
bacaan serta sebuah acuan referensi bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi.2011.Edisi Revisi-Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers2.

http://www.slideshare.net/Masriqon/makalah-filsafat-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai