Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG

PERKEMBANGAN ILMU TASAWUF PADA ZAMAN NABI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
MUHAMMAD JAKI RIDWAN

MUHAMMAD WAJIHUDIN

NUR AISYAH ASLAMIAH

DINDA DWI FARHANI

SULAIMAN AKBAR

STKOM SAPTA COMPUTER BALANGAN


TEKNIK INFORMATIKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT ,Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Dan tak lupa Sholawat serta salam semoga selalu
tercurah ke pangkuan Baginda Nabi Agung Muhammad SAW.Penulisan dan
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Tasawuf.
Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Perkembangan
Ilmu Tasawuf Pada Zaman Nabi. Dalam penulisan makalah ini kami menemui
berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami
mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah
sepatutnya kami berterima kasih kepada para berbagai pihak yang telah membantu
kami terutama dosen Bapak Abdul Hamid,M. Ag.sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam
makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah
ini masih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan
datang.Harapan kami, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah
khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

Paringin,20 Maret 2020


Penyusun

Dinda Dwi Farhani Nur Aisyah Aslamiah

Muhammad Jaki Riduan Muhammad Wajihudin

Muhammad Nur Fadilah Sulaiman Akbar


DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................2

1.4 Manfaat Makalah .............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3

2.1 Kehidupan Tasawuf Nabi Muhammad SAW...................................3

2.1.1 Kehidupan tasawuf sebelum diangkat sebagai Rasul.............3

2.1.2 Kehidupan tasawuf setelah diangkat sebagai Rasul................4

2.2 Praktik (Akhlak) Tasawuf Nabi Muhammad SAW..........................7

2.3 Kondisi Religius Tasawuf Nabi Muhammad SAW..........................11

BAB III PENUTUP............................................................................................14

3.1 Kesimpulan........................................................................................14

3.2 Saran...................................................................................................14

DAFTAR PUTAKA ..........................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah timbulnya tasawuf dalam islam bersamaan dengan munculnya
agama islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad SAW diutus
menjadi rasul untuk segenap umat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta
sejarah juga menunjukkan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat
menjadi rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di Gua
Hira, untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota mekkah yang sibuk
dengan hawa nafsu keduniaan. Kehidupan nabi yang seperti itu bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan oleh seorang sufi. Corak
kehidupan kerohanian nabi itulah yang dijadikan sebagai pedoman dalam
hidup kerohanian sesudahnya sebagai materi dalam tasawuf. Tasawuf itu
merupakan ajaran yang diikuti oleh orang sufi, dimana sufi itu dianggap
penganut islam yang memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat.
Jika mencermati sirah, sejarah hidup Nabi maka akan terpapar dengan
jelas bahwa ada hubungan erat antara pola hidup Rasulullah yang penuh
kejuhudan dan kesederhanaan, dengan kehidupan kaum zuhud dimasa
permulaan Islam, kemudian kaum sufi sejati setelah mereka yang menempa
diri mereka dengan aneka macam riyadhah dengan tujuan meminimalisir
tuntutan-tuntutan fisik agar jiwa mereka mudah menjalankan berbagai macam
ibadah, berkomunikasi dengan Allah dan berdekatan dengan-Nya. Tidak ada
yang lebih menunjukkan fakta ini daripada deretan khabar tentang perilaku
kehidupan beliau yang dimuat dalam sejumlah hadis shahih.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan ilmu tasawuf pada zaman nabi
Muhammad SAW …?
2. Bagaimanakah penerapan ilmu tasawuf pada zaman nabi Muhammad
SAW…?
C. Tujuan pembuatan makalah
Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk mengetahui
perkembangan dan penerapan ilmu tasawuf pada zaman nabi Muhammad
SAW serta memenuhi tugas mata kuliah tasawuf yang minta oleh bapak
Abdul Hamid,M.Ag selaku dosen pengajar.
D. Manfaat pembuatan makalah
Manfaatnya ialah untuk mengetahui perkembangan dan
penerapan ilmu tasawuf pada zaman nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehidupan Tasawuf Nabi Muhammad SAW


Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW dalam kesehariannya
adalah kehidupan sufi yang murni dan menjadi inti dari kehidupan Islam yang
sebenarnya. Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW dapat menjadi
tauladan bagi siapa saja yang menginginkan kehidupan sejahtera lahir dan
batin serta selamat didunia dan diakhirat.
Kehidupan tasawuf  Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua fase,
yaitu kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagai
Rasul dan kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW setelah diangkat sebagai
Rasul :
a. Kehidupan tasawuf sebelum diangkat sebagai Rasul
Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad sebelum diangkat sebagai
rasul dibagi menjadi dua pendapat :
Pertama, Pertumbuhan tasawuf pada mulanya dapat dipandang ketika
Nabi Muhammad SAW suka menyendiri, berkhalwat atau bertahanuts di Gua
Hira’.Di Gua Hira’ beliau melatih diri untuk menjauhi keramaian hidup,
menghindari kelezatan dan kemewahan dunia, bertekun, berjihad, tafakkur,
berfikir, menghindari makan dan minum yang berlebihan, dan memperhatikan
keadaan alam dan susunannya, memperhatikan segala-galanya dengan mata
hatinya.
Kehidupan tasawuf pada diri Nabi Muhammad SAW tersebut
membuat kalbu beliau menjadi jernih dan menjadi pengantar terhadap
kenabian beliau, sehingga cahaya kenabian dalam diri beliau menjadi
kuat.Keadaan ini berlangsung hingga Malaikat Jibril menyampaikan wahyu
pertama dan Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Allah sebagai Rasul pada
tanggal 17 Ramadhan tahun pertama kenabian.
Dengan diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rasul, maka Nabi
Muhammad mengemban amanat Allah untuk menyelamatkan umat manusia
dari lembah kejahilan dan kesesatan dalam mencapai kebahagiaan hidup
duniawi dan ukhrawi. Demikian juga dengan wahyu yang diturunkan,
Rasulullah dapat mebenahi masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat
yang maju sesuai dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan manusia.
Tahannuts  Nabi Muhammad SAW di dalam Gua Hira’ menjadi
cikal bakal kehidupan yang nantinya akan dihayati para sufisme, dimana
mereka menetapkan dirinya sendiri di bawah berbagai latihan rohaniah, seperti
sirna ataupun fana di dalam munajat dengan Allah, sebagai buah dari khalwat.
Manfaat dari jalan yang ditempuh para sufi mengikuti tahannuts  Nabi
Muhammad SAW di dalam gua Hira’ menurut Imam Ghazali:
1. Pemusatan diri dalam beribadah dan berfikir
2. Mengakrabkan diri di dalam munajat dengan Allah dengan
menghindari perhubungan diantara para makhluk
3. Menyibukkan diri dengan menyingkapkan rahasia-rahasia Allah
tentang persoalan dunia dan akhirat maupun kerajaan langit dan
bumi.
Kedua, Tahannuts Nabi Muhammad SAW  tidak dapat dijadikan awal
tasawuf Islam  karena terjadi sebelum Al-Qur’an diturunkan. Hanya
perikehidupan Rasul setelah turun Al-Qur’anlah yang dapat dipandang sebagai
awal tasawuf Islam. Tahannuts Rasulullah di Gua Hira’ memang untuk
memusatkan rohani, tetapi karena hal itu bukan dari ajaran Allah yang
diturunkan setelah datangnya syari’at Islam, maka tahannuts Rasul tersebut
tidak dapat dijadikan sumber tasawuf Islam.
b. Kehidupan tasawuf setelah diangkat sebagai Rasul
Setelah Nabi Muhammad menjadi Rasul Allah, mulailah beliau
mengajak manusia membersihkan rohaninya dari kotoran-kotoran syirik dan
nafsu amarah yang tidak sesuai dengan fitrah aslinya.Beliau berdakwah
menyeru manusia memperteguh tauhid dan mempertinggi akhlaknya untuk
mencapai keridhaan Allah. Pada fase ini ditandai dengan askestisme serta
pembatasan diri dalam makan maupun minum, dan penuh makna-makna
rohaniah yang merupakan sumber kekayaan bagi para sufi. Nabi Muhammad
SAW selalu mewajibkan diri tetap dalam keadaan sederhana, banyak
beribadah dan shalat tahajud. Keadaan ini berlangsung sampai turunnya
cegahan di dalam Al-Qur’an dalam firman-Nya  “Thaha! Kami tidak
menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (Qs. Thaha:
1-2).
Berikut ini merupakan perihidup tasawuf Nabi Muhammad SAW
dengan iman dan ketabahan yang kuat yang menjadi suri teladan kaum shufi: 
1. Ketika perjuangan baru dimulai, tulang punggung perjuangan dakwahnya
wafat, yaitu Abu thalib dan Khadijah. Beliau terima segalanya dengan
tabah dan tenang.Kemudian pergi ke Thaif, sesampai disana dakwahnya
ditolak dan pulang membawa luka dan derita. Beliau meneruskan
perjalanan di tengah-tengah kepungan umat yang jahil itu. Maka beliau
terima segalanya dengan tabah.
2. Pada suatu waktu beliau datang ke rumah Aisyah, ternyata di rumah tidak
ada apa-apa. Beliau terima dengan sabar, ia kerjakan puasa sunat. Beliau
kemudian pergi ke masjid bertemu dengan Abu Bakar dan Umar, beliau
bertanya :”apakah gerangan dengan anda berdua datang ke masjid?”
kedua sahabat tadi menjawab : “menghibur lapar, beliaupun
mengatakan :”aku pun keluar untuk menghibur lapar”.
3. Sahabat Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Abdullah bin Mas’ud, Abu Zar,
dll pernah berhimpun di rumah Usman bin Mazh’un Al-Jumahy. Mereka
bermusyawarah untuk berpuasa siang hari, tidak tidur di kasur, tidak
memakan daging dan lemak, tidak mendekati isteri, tidak memakai
minyak wangi, akan memakai wool kasar, akan meninggalkan dunia,
akan mengembara di muka bumi dan ada diantara mereka yang bercita-
cita akan memotong kemaluannya. Musyawarah itu terdengar kepada
Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW berkata: “Sesungguhnya
aku tidak menyuruh yang demikian. Sesungguhnya ada hak kewajibanmu
terhadap dirimu, maka puasalah kamu dan berbuka, bangunlah beribadah
pada malam hari dan tidur, karena aku bangun beribadah pada malam
hari dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, aku makan daging dan lemak,
aku datangi perempuan-perempuan. Barangsiapa tidak suka kepada
sunnahku itu maka tidaklah dia termasuk sebagian dari umatku”.
Pokok-pokok corak kehidupan kerohanian Nabi Muhammad SAW
sebagai salah satu sumber tasawuf disimpulkan sebagai berikut :
1. Zuhud
Beliau mengajarkan bahwa kekayaan yang sebenarnya bukanlah
kekayaan harta benda melainkan kekayaan rohaniah. Beliau tidak memiliki
harta kekayaan padahal sebenarnya bisa memilikinya jika beliau mau.Beliau
tidak tertarik karena memandang nilai rohani lebih tinggi kedudukannya.
Kehidupan yang demikianlah beliau anjur-anjurkan pula kepada ummatnya.
Rasulullah bersabda: “Zuhudlah terhadap dunia, supaya Tuhan mencintaimu.
Dan zuhudlah pada yang ada ditangan manusia supaya manusiapun cinta akan
engkau”. (diriwayatkan Ibnu Maja, Tabrani dan Baihaqi).
2. Hidup sederhana
Dalam kehidupan sehari-hari tercermin kesederhanaan beliau dalam alas
tidur, pakaian dan makanan. Alas tidur beliau sendiri terdiri dari kulit berisi
sabut. Bahkan terkadang tidur di atas tikar yang berbekas pada pinggangnya.
Pilihan Rasulullah tersebut dilatarbelakangi oleh keimanan yang sempurna
bahwa dunia hanyalah tempat tinggal sementara, bukan untuk selama-
lamanya.
Dari segi pakainnya begitu sederhananya Rasulullah tidak suka
memakai kain dari bulu domba di segala waktu .Aisyah pernah
memperlihatkan sehelai pakaian nabi yang kasar yang dipakai beliau pada
detik-detik hayatnya yang terakhir.
Demikian juga dalam makan, amat sederhana sekali, seperti sekerat roti
ataupun sebiji tamar seteguk air. Beliau banyak berpuasa dan tidak makan
kecuali lapar, dan kalaupun makan tidak sampai kenyang.
3. Bekerja keras
Hidup sederhana yang dicontohkan Rasul bukan lahir dari
kemalasan.Nabi yang menyuruh bekerja keras untuk memenuhi hajat hidup
dan kelebihan rezeki yang diperoleh dari susur keringat itu untuk kepentingan
infak di jalan Allah. Nabi pernah menandaskan :
‫ َوا ْع َم ْل أِل ّ ِخ َرتِ َك َكأَنَّ َك تَ ُم ْوتُ َغدًا‬.‫ش أَبَدًا‬
ُ ‫إِ ْع َم ْل لِ ُد ْنيَا َك َكأَنّ َك تَ ِع ْي‬
Artinya : “ bekerjalah untuk duniamu, seoalah-olah engkau akan hidup
selamanya    dan bekerjalah untuk khiratu seakan-akan engau akan mati esok
hari”.
4. Sosial
Dalam bidang kemasyarakatan dan amal sosial beliau terkenal sebagai
amat pemurah. Berkeinginan keras melayani kepentingan umat dan menolong
mereka dari segala kesulitan. Rasulullah SAW selalu memperhatikan
pelayanan terhadap fakir miskin, anak yatim piatu dan orang-orang lemah.
 
 
 
B. Praktik (Akhlak) Tasawuf Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah contoh dari suri tauladan yang paling
baik dalam tingkah laku (akhlak).Beliau selalu tunjukkan dan beri dorongan
berbuat baik kepada sesama manusia, keluarga, memuliakan tamu dan
tetangga.Nabi menjelaskan dalam salah satu sabdanya, bahwa manusia yang
paling baik ialah yang paling baik perangainya.Dalam hubungan ini bukan
hanya tingkah laku lahir saja, melainkan juga sikap batin hendaknya selalu
terkontrol dan cenderung kepada jalan kebaikan dan kebajikan.
Praktik tasawuf Nabi Muhammad SAW adalah berakhlak mulia yang
selalu beliau terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita dari Sa’id bin
Hisyam: “Aku datang menemui  A’isyah ra , lalu kutanyakan tentang akhlak
Rasulullah SAW”. A’isyah ra  menjawab : “Bisakah engkau membaca Al-
Qur’an ?”. Kataku : “Bisa!” Ujar beliau : “akhlak Nabi Muhammad SAW
adalah Al-Qur’an. Allah ridlo bersama keridlaan beliau, dan Allah niscaya
marah bersama kemarahan beliau”.
Beliau begitu tertarik pada alam ke-Tuhanan.Dan sifatnya sangat tidak
menyenangi kelezatan yang batil maupun kebahagiaan yang pulasan belaka,
yang begitu mempesona banyak orang, bahkan membuat mereka tunduk
kepadanya.Tidak sekalipun pernah dikabarkan bahwa beliau melakukan hal-
hal yang berlawanan dengan akhlak luhur (bahkan sebelum diangkat sebagai
rasul).
Keluhuran akhlak Rasulullah SAW itu tidaklah dibuat-buat sebagaimana
firman Allah : katakanlah  (hai Muhammad), aku  tidak meminta upah
sedikitpun atas dakwahku padau, dan bukanlah aku termasuk orang yang
mengada-ada”. Atau “katakanlah, hai Muhammad, aku tidaklah mengada-ada
akhlakku yang tampak pada kalian”. Sebab sesuatu yang diada-ada itu tidak
akan tahan lama. Bahkan dengan cepat akan kembali pada tabiatnya yang asli.
Sabda Rasulullah SAW : “Tuhanku yang mengajariku tata karma,
sehingga tata kramaku benar-benar sempurna”. Dalam sebuah hadits
diriwayatkan bahwa Allah memerintahkan beliau bergaul baik dengan oran
yang memboikotnya, mengasihi orang yang mencegahnya, dan mengampuni
orang yang menganiayanya.
Diantara praktik tasawuf Nabi Muhammad SAW ialah :
1. Kasih sayang terhadap semua makhluk.
Allah berfirman : “sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaummu sendiri. Terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat belas kasih dan
penyayang terhadap orang-orang Mukmin.Setelah turunnya wahyu kepada
beliau, Khadijah ra berkata : “bergembiralah, Allah sama sekali tidak
membuatmu sedih. Engkau selalu mengikat kekeluargaan, menanggung orang
lemah dan anak yatim, membiayai orang miskin, menghormati tamu, dan
membantu orang-orang yang butuh.
Nabi pun dikenal begitu baik dalam pergaulan dengan orang lain yang
mengenai hal ini ali bin abu thalib berkata : beliau adalah orang yang paling
lapang dada, kata-katanya paling bisa dipercaya, tata kramanya paling halus,
dan keluarganya adalah yang paling mulia. Beliau selalu bergaul, bersenda
gurau, dan berbincang-bincang dengan para sahabatnya. Bahkan beliau sangat
menyayangi anak-anak kecil, selalu memenuhi orang yang mengundangnya,
selalu mengunjungi orang sakit, dan selalu menerima permintaan maaf”
Diriwayatkan bahwa pada saat terjadi perang Uhud dan wajah beliau
tampak begitu kelam melihat apa yang dialamai para sahabatnya, maka kata
para sahabat : “berdoalah, ya Rasulullah, semoga mereka (para musuh)
tertimpa kekalahan”. Jawab beliau : “aku tidak diutus sebagai pencaci maki,
tapi aku diutus sebagai penyeru dan pemberi rahmat. Ya Tuhanku, berilah
kaumku petunjuk, sesungguhnya mereka tidak tahu”.
Ketika beliau berhasil menundukkan para musuhnya, kaum Quraisy
dalam penaklukan kota Makkah, maka para musuhnya pun tidak ragu lagi
bahwa beliau akan mengampuni mereka. Sabda beliau pada mereka :
“bagaimana pendapat kalian, apa yang akan kulakukan terhadap kalian?”.
Jawab mereka :”kau adalah saudara kami yang mulia, dan putera saudara kami
yang mulia”. Lalu sabda Nabi : “pergilah ! kalian merdeka”.
2. Rendah hati
Diriwayatkan bahwa suatu ketika seseorang datang mengunjungi beliau.
Namun begitu orang tersebut bertemu dengan beliau, dia lalu menggigil
saking takutnya melihat beliau. Maka Nabi pun bersabda kepada orang itu :
“kenapa kamu ketakuttan ? aku bukan seorang raja. Aku hanya anak seorang
perempuan suku Quraisy, yang makanya pun daging dikeringkan (makanan
orang-orang miskin ketika itu).
3. Beribadah
Diriwayatkan bahwa A’isyah  melihat Rasulullah begitu lama
mengerjakan shalat malam, A’isyah ra berkata kepada beliau : “wahai
Rasulullah, mengapa ini kaulakukan, bukankan Allah telah mengampuni
segala dosamu, baik yang lalu ataupun yang akan datang?”. Rasulullah
menjawab : “tidaklah aku bersenang menjadi seorang hamba yang syukur?”.
Ai’syah meriwayatkan : “dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan sampai
beliau meninggal dunia, beliau i’tikaf di masjid. Setelah beliau meninggal
dunia, isteri-isterinya pun selalu i’tikaf. Abu Hurairah ra meriwayatkan :
“pada tahun menjelang Nabi meninggal dunia, pada bulan Ramadhan, beliau
I’tikaf selama dua puluh hari”.
Pola kehidupan Rasulullah menjadi dasar utama bagi para ulama
tasawuf. Misalnya, dalam sehari semalam Rasulullah selain ibadah shalat
fardhu, Nabi juga sholat tahajud tidak kurang dari sebelas rakaat dan setiap
sujud lamanya sama dengan lamanya sahabat membaca lima puluh ayat
sampai membengkak kedua telapak kaki beliau, beristighfar minimal 70 kali,
puasa Daud, shalat rawatib serta dhuha yang tidak kurang dari delapan rakaat
dengan penuh khusyu’ dan thuma’ninah secara rutin. Dalam munajat kepada
Allah SWT, maka perasaan khauf dan raja’ Rasulullah selalu mengucurkan air
mata sebagai tanda ucapan syukur terhadap Allah SWT.
Namun semua ibadah dilakukan dengan memperhitungkan
kemampuanannya dan jangan sampai memaksa-maksa diri.Hendaklah seorang
tahajjud dengan tidak mengabaikan tidur, puasa dan tidak mengabaikan
berbuka pada waktunya.Berlomba-lomba dalam kebaikan dengan
memperhitungkan kondisi tenaga, agar dapat beramal dan beribadah lebih
kuat.
4. Pemalu
Sikap pemalu Nabi Muhammad SAW adalah suatu keutamaan
moral yang esensial dalam Islam. Diriwayatkan bahwa Abu Sa’id al-Khudri
berkata : “nabi lebih pemalu daripada para gadis pingitan. Kapan beliau
sedang tidak menyenangi sesuatu, kita bisa ketahui itu dari wajahnya”. Dalam
firman Allah : “sesungguhnya yang begitu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi
malau kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar). Menurut Nabi Muhammad
SAW “malu itu sebagian dari iman”. “setiap agama memiliki moral. Dan
moral Islam adalah malu”.
5. Gemar memberi / dermawan
Diriwayatkan dari Jabir bahwa beliau berkata :”tidak pernah sama
sekali Nabi Muhammad SAW ketika beliau dimintai sesuatu, lalu
berkata :”tidak”. Beliau selalu memenuhi apa yang dimintai seseorang kalau
beliau mempunyai. Kalau tidak begitu, beliau berjanji akan memberikannya
kapan beliau telah mempunyainya”. Karena itu Hasan ibn Tsabit dalam
mudahnya berkata : “kecuali dalam syahadat, kata ‘tidak’ anti terucap
olehnya. Andai tiada Syahadat, kata ‘tidak’ anti terdengar darinya”.Seorang
sahabat mengikhtisarkannya sebagai berikut : “Rasulullah SAW adalah
seorang manusia lemah lembut, tidak bersikap keras ataupun kasar, tidak
pembual, tidak suka berbuat keji, tidak suka mencari cacat-cacat orang lain,
bahkan tidak mabuk pujian. Beliau selalu berusaha melupakan hal-hal yang
tidak berkenan di hatinya, dimana beliau tidak pernah putus asa
mengusahanakannya”. Selain itu beliau telah menanggalkan tiga hal dari
dirinya sendiri, yaitu riya’, sifat angkuh, dan hal-hal yang tidak beliau ingini.
Lebih jauh lagi, beliau menanggalkan tiga hal untuk manusia, yaitu beliau
tidak mencela atau  menghina orang lain, beliau tidak mencari-cari kejelekan
orang lain, dan beliau tidak memperbincangkan sesuatu selain yang
bermanfaat.Patokan Nabi Muhammad SAW tentang pandangan hidup adalah
“dunia boleh dimanfaatkan, tetapi jangan terpengaruh oleh godaannya. Orang
yang mengingkari patokan di atas adalah orang yang sesat dan bukan termasuk
ummat Muhammad”.Nabi Muhammad SAW tidak membenci dunia, tetapi
beliau tidak mau terpengaruh oleh urusan dunia.
C. Kondisi Religius Tasawuf Nabi Muhammad SAW
Kondisi religius tasawuf Nabi Muhammad SAW dapat dibuktikan
melalui pendapat-pendapat beliau yang serat makna, yang dari situ para sufi
menyimpulkan dan mengembangkannya dalam bentuk teori-teori intuitif
dengan berlandaskan penderitaan serta pengamalan langsung, diantaranya
ialah sabda yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW :
َ ‫ب إِلَ ْي ِه فِى ا ْليَ ْو ِم أَ ْكثَ َر ِم ْن‬
)‫ (رواه البخارى‬.ً‫س ْب ِعيْنَ َم َّرة‬ ُ ‫ستَ ْغفِ ُرهَّللا َ َوأَت ُْو‬
ْ َ ‫َوهَّللا ِ إِنِّ ْي أَل‬
Artinya : Demi Allah, aku memohon ampunan kepada Allah dalam
sehari semalam tak kurang dari tujuh puluh kali. (H.R. al-Bukhari).

Nabi juga menyeru, sebagaimana sabdanya : “jauhilah kelezatan


hidup di dunia, Allah akan mencintaimu. Dan jauhilah apa yang ada ditangan
orang banyak, orang-orang akan mencintaimu”. Dan sabdanya : “jika Allah
menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, niscaya Allah membuatnya
paham terhadap agama, menghindarkannya dari hal-hal yang keduniawian,
dan menunjukkan cela-celanya”. Lebih jauh lagi beliau pun bersabda :
“apabila engkau melihat seseorang menjauhi hal-hal yang duniawi, dekatilah
dia, sebab dia memberikan hikmah”.
Mengenai pengertian kewalian (wilayah), Nabi pun
menguraikannya dalam sebuah hadit qudsi :”Allah berfirman : Barangsiapa
memusuhi seorang wali-Ku, maka Aku menyatakan perang terhadapnya.
Tidak ada yang lebih Kucintai pada seseorang yang mendekatkan dirinya
pada-Ku, kecuali apa yang Kuwajibkan padanya. Selama seorang hamba-Ku
tetap mendekatkan dirinya pada-Ku, dengan melaksanakan hal-hal yang
disunnahkan. Jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarnya, yang
dipakainya utntuk mendengar; penglihatannya, yang dipergunakannya untuk
melihat; tangannya, yang dipergunakannya untuk menampar; dan kakinya,
yang dipergunakannya untuk berjalan. Apabila dia memohon pada-Ku, Aku
akan memberi apa yang dimohonkannya; dan apabila dia memohon
perlindungan pada-Ku, maka Aku akan melindunginya”.
Adapun makna syukur maupun sabar, dan makna-makna rohaniah
yang terkandung dalam keduanya, Nabi bersabda : “kesucian adalah separuh
dari keimanan. Syukur kepada Allah akan memenuhi neraca. Tasbih dan
tahmid akan memenuhi apa yang di antara langit dan bumi. Shalat adalah
cahaya, shadaqah adalah bukt, dan sabar adalah sinar.”
Lebih jauh lagi Nabi pun menganjurkan kita untuk bertawakkal serta
menerima ketentuan Allah, sebagaimana sabdanya : “jagalah Allah, maka
engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah tatkala engkau
dalam kecukupan, niscaya Dia akan mengenalimu tatkala engkau dalam
kesulitan. Ketahuilah apa yang membuatmu keliru, dan yang menimpamu itu
tidaklah untuk membuatmu keliru. Ketahuilah, kemenangan menyertai
kesabaran, kecukupan menyertai kesusahan, dan kesulitan menyertai
kemudahan”.
Sebagian doa Nabi juga mengandung makna-makna mistis, misalnya
doa beliau :”Ya Tuhan, kepada-Mu aku berserah diri. Dengan-Mu aku
beriman.Kepada-Mu aku bertawakkal serta bersesal diri.Dan karena-Mu aku
berperang”. “Ya Tuhan, jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur.
Jadikanlah aku orang yang sabar. Dan jadikanlah aku kecil dimataku tapi
besar dimata orang lain”. “Ya Tuhan, tolonglah aku dengan ilmu pengetahuan.
Hiasilah aku dengan kesabaran. Muliakanlah aku dengan taqwa. Dan
indahkanlah diriku dengan kesehatan”. “Ya Tuhan, aku memohon kepada-Mu
kesehatan, keterlepasan dari dosa, kepasrahan, akhlak yang baik, dan ridha
dengan ketentuan”.
Semua ini menjadi gambaran bahwa Nabi Muhammad SAW
mementingkan kerohanian dan kehidupan spiritual yang menjadi teladan dan
menarik perhatian ahli-ahli tasawuf. Tidak salah lagi bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah tipe manusia ideal bagi seluruh kaum Muslimin, termasuk pula
bagi para sufi. Ini sesuai dengan firman Allah : “Sesungguhnya, telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah serta (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak
menyebut Allah.
Oleh karena itu, tasawuf para sufi menunjukkan secara jelas adanya
kecenderungan-kecenderungan askestisnya serta makna-makna moralnya,
seperti tingkatan serta keadaan dan buah-buah rohaniahnya, muncul dan
mendapat sumber materinya yang pertama dari kehidupan tasawuf,  praktik,
dan kondisi religius Rasulullah SAW.

 
 
 
 
  
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi ciri khas perkembangan dan penerapan ilmu tasawuf pada zaman nabi
Muhammad SAW ialah, dimasa Rasulullah berpegang teguhnya kaum muslimin
dengan Al-qur’an dan sunnah nabi muhammad SAW serta meniru perilaku hidup
Rasulullah misalnya,zuhud,hidup sederhana,pekerja keras,pemurah,taat beribadah,
dan rendah hati.

Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami menerima saran berupa kritik yang mendukung
agar makalah kami bisa lebih bagus lagi.

 
 
 
 
 
 
 

 
 
DAFTAR PUSTAKA

https://naviaismintari.wordpress.com/2016/06/04/tasawuf-pada-masa-nabi/
https://www.academia.edu/7345938/TASAWUF_PADA_MASA_NABI_MUHA
MMAD_SAMPAI_SAHABAT_JURUSAN_SEJARAH_PERADABAN_ISLAM
_FAKULTAS_ADAB_INSTITUT_AGAMA_ISLAM_NEGERI_SUNAN_AMP
EL_SURABAYA_2011
http://sitihalimah33.blogspot.com/2017/01/tasawuf-masa-rasul-sahabat-
tabiin.html

Anda mungkin juga menyukai