Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng, Jl. Raya
Air Sanih Km. 11, Bungkulan, Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali 81171
Email, komangsinta18@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Istirahat tidur merupakan kebutuhan semua orang untuk proses
pemulihan dan mengembalikan stamina tubuh secara optimal. Setiap individu
memiliki kebutuhan istirahat tidur yang berbeda tergantung pada status fisiologis,
psikologis, dan lingkungan fisik individu. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui
kebutuhan istirahat tidur pada lansia. Metode: Literatur review ini dilakukan
dengan penelusuran database elektronik yaitu google scholar dan pubmed. Artikel
difilter sesuai dengan kriteria inklusi tahun publikasi 5 tahun terakhir dari tahun
2015-2020 dengan menggunakan kata kunci pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
Hasil: Artikel terakhir yang digunakan dalam literatur reviuw ini sebanyak 10
artikel yang memenuhi kriteria inklusi dimana dengan menggunakan 8 jurnal
nasional dan 2 jurnal internasional. Kesimpulan: Gangguan pemenuhan istirahat
tidur pada lansia dapat berdampak pada kesehatan. Lansia dapat mengalami
gangguan kualitas dan kuantitas tidur.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Proses pemenuhan kebutuhan istirahat & tidur pada manusia dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara Terapi farmakologi yang biasa digunakan adalah
penggunaan obat tidur cara ini merupakan cara paling effektif, namun jika dipakai
terus menerus akan mengalami ketergantungan dan mempunyai efek samping
yang buruk. terapi nonfarmakologi untuk mengatasi gangguan tidur yaitu terapi
pengaturan tidur, terapi psikologi, dan terapi relaksasi. Terapi Musik adalah salah
satu terapi non farmakologi dan salah satu alternatif yang efektif, karena terapi
musik merupakan cara yang mudah untuk mengalihkan perhatian dan focus
(Luthfa & Aspihan, 2018)
Faktor penyebab insomnia antara lain yaitu kondisi fisik yang tidak
menyenangkan, penyebab sekunder karena kondisi psikiatri, kesulitan untuk tidur
dan sering terbangun pada pertengahan fase tidur, dan masalah lingkungan ketika
tidur dan Pada orang-orang dengan usia lanjut, kondisi kualitas tidur di malam
hari akan terjadi pengurangan dibandingkan dengan orang dewasa. Pada orang
yang berusia 70 tahun didapatkan 22% memiliki keluhan mengenai masalah tidur
dan 30% dari usia tersebut juga mengalami terbangun pada malam hari.
Prevalensi insomnia sendiri cenderung makin meningkat pada lansia, hal ini juga
berhubungan dengan bertambahnya usia dan adanya berbagai penyebab lainnya
(Idris & Astarani, 2019).
Tidur adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang, dan pada waktu
tertentu merasakan perubahan yang terjadi di alam bawah sadar. Seseorang dapat
tidur dengan waktu yang cukup, saat tubuh terasa lebih pulih hal ini menunjukkan
tidur dapat menjadi suatu penyembuhan sistem tubuh pada waktu selanjutnya
serta Pola tidur yang kurang teratur memiliki dampak yang buruk bagi tubuh
manusia. Oleh karena itu salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah pemenuhan kebutuhan tidur adalah dengan menggunakan teknik relaksasi
dengan memperkenalkan teknik relaksasi yaitu teknik pengobatan untuk
menghilangkan nyeri, insomnia dan kecemasan. Teknik relaksasi dapat
menyelesaikan semua otot dan merupakan upaya untuk memusatkan perhatian
pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan
menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu (Sri Franciska, Sri
Mudayatiningsih, 2018).
Jurnal pertama berdasarkan penelitian (Suhartini, 2019) yang berjudul
“Pemenuhan Istirahat – Tidur Pasien melalui Tehnik Relaksasi Progresif di
Rumah Sakit Umum Daerah Bima” yang mendapatkan hasil bahwa dari hasil uji
statistik didapatkan nilai t-hitung sebesar 11,481 dengan p-value 0,001, yang
berarti ada pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan
istirahat-tidur pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Relaksasi progresif
yang diberikan pada pasien yang mengalami gangguan istirahat tidur mampu
meningkatkan relaksasi otot-otot besar yang memberikan kenyamanan pada
pasien sehingga pasien mendapatkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya
sesuai kualitas dan kuantitas kebutuhannya. Ada 3 hal yang harus diperhatikan
dalam relaksasi progresif yakni posisi yang nyaman, pikiran yang tenang, dan
lingkungan yang nyaman agar relaksasi optimal.
Jurnal ketiga berdasarkan penelitian (Luthfa & Aspihan, 2018) yang berjudul
“Terapi Musik Rebana Mampu Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia” Hasil
penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi nilai p-value sebesar 0,001
(lebih kecil dari ᾳ 0,05) dengan prosentase 65%, sedangkan pada kelompok
kontrol nilai p-value sebesar 0,157 (lebih besar dari ᾳ 0,05) dengan prosentase
9,99%. Kesimpulannya, Terapi musik rebana mampu meningkatkan kualitas tidur
pada lanjut usia dengan keberhasilan tinggi. Musik dapat memberikan efek positif
terhadap tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kecemasan dan rasa sakit
sehingga mampu meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kualitas tidur pada
pasien.
Jurnal ke Sembilan berdasarkan penelitian (Liu & Wang, 2016) yang berjudul
“Ramelteon In The Treatment Of Chronic Insomnia: Systematic Review And
Meta-Analysis” dengan hasil penelitian Delapan studi dipilih untuk memasukkan
dari 175 referensi yang diidentifikasi. Ada peningkatan yang signifikan pada
semua hasil (subjektif dan polisomnografi latensi tidur, total waktu tidur dan
latensi ke REM), kecuali untuk persentase dari REM. Dengan analisis
subkelompok, latensi tidur subjektif hanya berkurang pada pasien berusia 18-64
tahun, tanpa pada pasien berusia di atas 65 tahun.
Jurnal ke sepuluh berdasarkan penelitian (Ismahmudi & Fakhrurizal, 2020)
yang berjudul “Relationship between active physical exercise and sleep quality
with physical fatique in elderly on harapan baru samarinda public health care “
Hasil antara aktivitas fisik dengan kelelahan dimana 43 dari 71 responden (34%)
tidak mengalami kelelahan setelah melakukan antivitas fisik dengan P-Value
0,025<0,05 dan nilai OR= 2,298 menunjukan lansia yang aktif diaktifitas tidak
akan mengalami kelelahan fisik, untuk variabel kebutuhan tidur sebanyak 39
orang ( 31%) responden dengan masalah kurang tidur mengalami kelelahan
dengan p-value sebesar 0,442> 0,05 .Sehingga dengan pemenuhan istirahat dan
tidur yang cukup lansia tidak akan mengalami kelelahan serta gangguan tidur.
KESIMPULAN
Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, gangguan
pemenuhan istirahat & tidur dapat berdampak bagi kesehatan. Salah satunya
lansia , Kebutuhan tidur setiap orang sangat bervariasi dan tergantung pada usia,
lansia pada umumnya banyak yang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitasnya. Insomnia adalah gangguan
kesulitan untuk tidur, kesulitan menjaga pola tidur, atau memiliki kualitas tidur
yang buruk meskipun memiliki cukup kesempatan untuk tidur. Upaya
peningkatan kebutuhan istirahat dan tidur pada penderita insomnia bisa di atasi
dengan pemberian terapi salah satunya terapi relaksasi benson dan menjaga
lingkungan agar tetap hening sehingga jauh dari kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA