TINJAUAN PUSTAKA
yaitu :
1. Widia Eka Wati (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Beberapa faktor yang
(DBD).
2. Azizah Gama dan Faizah Betty R (2010) dengan judul penelitian “Analisis
DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai kontainer <
3 dengan batas bawah 2,15 dan batas atas 21,22 (OR : 6,75, CI 95% : 2,15
9,29 kali lebih besar daripada responden yang tidak melakukan mobilitas
(DBD) dengan batas bawah 1,08 dan batas atas 80,15 (OR : 9,29, CI 95% :
8
1,08 hingga 80,15). Responden yang mempunyai saluran air hujan bukan
merupakan faktor resiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0), dan
responden yang biasa tinggal didalam rumah pada pagi hari bukan
variabel-variabel lain yang tidak diteliti dan diukur dalam penelitian ini.
proses dan evaluasi tahap akhir kegiatan secara keseluruhan. Setiap hari
Rabu pukul 8 pagi dilakukan kunjungan rumah oleh Juru Pemantau Jentik
oleh RT/RW setiap Minggu pukul 8 pagi. Kegiatan PSN DBD yang spesifik
sumber daya (tenaga, dana dan sarana) serta belum didukung kebijakan dari
Defenisi
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinik
demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
Penyebab Penyakit
single standard RNA. Virionnya terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk kubus
kromoson) virus Dengue berukuran panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari
tiga gen protein struktural yaitu nucleocapsid atau protein core (C), membrane-
associated protein (M) dan suatu protein envelope (E) serta gen protein non
stuktural (NS). Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4
serotipe terbanyak, sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan
serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh DEN-2, DEN-1 dan DEN-4.
antigenis yang sama namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang
meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari mereka.
Epidemiologi
epidemiologi (orang, tempat, dan waktu) dan berupaya menetukan faktor resiko
distribusi orang, tempat dan waktu sedangkan frekuensi dalam hal ini adalah
Insidens, CFR. Dll. Determinan faktor risiko berarti faktor yang mempengaruhi
atau faktor yang memberi risiko atas terjadinya penyakit Demam Dengue/
KLB Dengue pertama kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies
Cina pada permulaan tahun 992 SM. Di Australia serangan penyakit DBD
pertama kali dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan Taiwan pada tahun
1931. KLB di Filipina terjadi pada tahun 1953 – 1954, sejak saat itu serangan
penyakit DBD disertai tingkat kematian yang tinggi melanda beberapa negara di
Penyebaran virus ini, dikenal 2 jenis transisi, yaitu dengue kota (urban
Aedes Niveus. Virus dengue tersebar sangat luas di benua Asia, Afrika, Amerika
dan juga Australia dengan endemisitas dan kombinasi tipe virus yang belum
tentu sama. Asia Tenggara termasuk salah satu wilayah endemik dimana
Manifestasi infeksi virus dengue sangat beragam mulai dari tanpa gejala,
demam ringan, demam dengue, dan demam berdarah dengue (DBD). Dalam
tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit Dengue telah
Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat terus bahkan sejak tahun 2004
Berdarah Dengue (DBD), dimana pada awal ditemukan di Surabaya dan Jakarta
CFR sekitar 40% kemudian terus menurun dan pada tahun 2010 telah mencapai
Dengue (DBD). Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk yang bisa menularkan virus
sumber penular Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus Dengue berada dalam
a. Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran + 0,80 mm, berbentuk obal yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel
pada dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai + 6 bulan
di tempat kering.
b. Jentik
yaitu :
c. Pupa
Pupa berbentuk seperti “koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping
dibanding larva (jentiknya). Pupa Aedes Aegypti berukuran lebih kecil jika
d. Nyamuk dewasa
nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih
Gambar 2.5. Bulu Antena Aedes Aegypti Jantan (Kiri), Betina (Tengah)
Aedes Aegypti betina dengan yang jantan terletak pada perbedaan morfologi
Bioekologi
a. Siklus Hidup
telur, jentik, dan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas
menjadi jentik (larva) dalam waktu + 2 hari setelah telur terendam air. Stadium
b. Habitat Perkembangbiakan
dapat menampung air di dalam, di luar atau disekitar rumah serta tempat-tempat
sebagai berikut :
minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu, dan
sementara waktu. Beberapa saat setelah itu, sayap meregang menjadi kaku,
jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya
sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai
pematangan sel telur agar dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk
petang hari, dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 09.00 – 10.00 dan 16.00 –
gelap dan lembab di dalam atau di luar rumah, berdekatan dengan habitat
pematangan telurnya.
akan meletakkan telurnya diatas permukaan air, kemudian telur menepi dan
telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu + 2 hari. Setiap kali bertelur
nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak + 100 butir. Telur itu ditempat
yang kering (tanpa air) dapat bertahan + 6 bulan, jika tempat-tempat tersebut
kemudian tergenang air atau kelembabannya tnggi maka telur dapat menetas
lebih cepat.
d. Penyebaran
namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat
berpindah lebih jauh. Aedes Aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub
tropis, di Indoensia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah maupun di tempat
umum. Nyamuk Aedes Aegypti dapat hidup dan berkembang biak sampai
ketinggian daerah + 1.000 m dpl. Pada ketinggian diatas + 1.000 m dpl, suhu
e. Variasi Musiman
Pada musim hujan populasi Aedes Aegypti akan meningkat karena telur-
telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas ketika habitat
a. Vektor DBD
Aedes (Ae). Ae Aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama namun
spesies lain seperti Ae. Albopictus, Ae. Polynesiensis dan Ae. Niveus juga
host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor
permukaan laut.
19
b. Siklus Penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya terinveksi virus Dengue pada saat dia
mengisap darah manusia dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut
(viraemia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya.
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk yang
tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 – 4 hari
(rata-rata 4 – 6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak yang ditandai
demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda
Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit
tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat tersebut
penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam
siklus penularan. Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara
c. Masa Inkubasi
biasanya 4 – 7 hari.
d. Host
rendah. Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut, meskipun
studi yang dilakukan di Malaysia dan Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat
yang sembuh dari infeksi denga satu jenis serotipe akan memeberikan imunitas
serotipe lain dan dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe lainnya.
a. Demam
2. Fase kritis ditandai saat demam mulai turun biasanya setelah hari
b. Tanda-tanda perdarahan
adalah perdarahan kulit seperti uji Tourniquet positif, petekie, purpura, ekimosis
berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih
dan Hematuri.
sebagai presumtif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquest positif pada
Berdarah Dengue (DBD). Namun uji Tourniquest positif dapat juga dijumpai pada
dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi
hematuri.
penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4
pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan di
hipokondrium kanan disebabkan oleh karena peregangan kapsul hati. Nyeri perut
1. Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki.
e. Trombositopeni
pasien diduga menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), bila normal maka
Diagnosis
1. Secara Klinis
d. Pembesaran hati
23
e. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi
(< 20 mmHg), hipotensis, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan
2. Laboratorium
data baseline saat pasien belum sakit atau sudah sembuh atau adanya
4 derajat :
Tourniquet positif.
Derajat III : Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
Derajat IV : Seperti derajat III disertai Syok berat (profound shock), nadi tidak
jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yang tidak
24
penyakit.
rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir
Adanya kenaikan curah hujan (ICH) dibeberapa provinsi yaitu NTT, DKI dan
(DBD).
Berdarah.
Surveilans Kasus
kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang
Dengue(DBD).
1. Data kesakitan dan kematian menurut golongan umur dan jenis kelamin,
provinsi).
Pengendalian Vektor
kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan menusia
obat masih dalam proses penelitian. Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)
sudah menyebar keseluruh Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
vektor Demam Berdarah Dengue (DBD), serta perilaku masyarakat yang belum
DBD merupakan salah salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena
itu pengendalian vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa melibatkan
pada data informasi tentang bioekologi vektor, situasi daerah termasuk sosial
budayanya.
1. Kimia
insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk
sasaran.
dingin/ULV.
2. Biologi
vektor Demam Berdarah Dengue (DBD). Jenis vektor yang digunakan adalah
ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dan lain-lain), sedangkan
walau bukan sebagai metode yang lazim untum pengendalian vektor Demam
synthesis selama masa jentik berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan
pupae dan nyamuk dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang sangat rendah
terhadap mamalia (nilai LD50 untuk keracunan akut pada methoprene adalah
34.600 mg/Kg).
bagi manusia bila digunakan dalam air minum dalam dosis normal. Keunggulan
mengendap di dasar wadah, karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali.
3. Manajemen lingkungan
m plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M plus ini harus
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
i. Menggunakan kelambu.
vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini lebih difokuskan pada
peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokhanal Demam Berdarah
2.2.1. Pengetahuan
tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut, di sini sikap
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responeden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
pengetahuan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu terhadap obyek tersebut, tidak
c. Aplikasi (Application)
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
Dengue.
2.2.2. Sikap
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya)
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum
1. Menerima (Receiving)
Menerima dapat diartikan bahwa orang atau subyek mau menerima stimulus
2. Menanggapi (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
merespon.
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang
Menurut teori reason action yang dikembangkan oleh Fesbein dan Ajzen
Intention atau niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat
1. Sikap
diambil.
2. Norma Subyektif
3. Pengendalian Perilaku
akan diambilnya.
35
penilaian responden terhadap obyek. Pada penelitian ini, sikap yang ingin diukur
2.2.3. Perilaku
yang dirintis sejak tahun 1980, mencoba manganalisi perilaku manusia dari
faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavio causes) dan faktor di luar perilaku
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
kesehatannya.
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup
semua hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit
(obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit maupun
orang lain (terutama keluarga) yang selanjutnya disebut perilaku peran orang
sakit.
sebagainya).
37
tempurung kelapa.
bekas air mineral, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain yang
segera membakarnya.
6. Mengantung pakaian.
Faktor risiko tertular penyakit Demam Berdarah Dengue adalah rumah atau
untuk beristirahat.
7. Memakai kelambu
Orang yang tinggal di daerah endemis dan sedang wabah Demam Berdarah
sebaiknya waktu tidur memakai kelambu. Terutama waktu tidur siang hari,
Pada waktu tidur lengan dan kaki dibaluri lation anti nyamuk agar terhindar
10. Memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, ikan