Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dengan adanya pendidikan, manusia dapat merubah tingkah lakunya menjadi pribadi
yang bermartabat dan budi pekerti mulia. Melalui pendidikan juga akan terbentuk
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan
konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Anshori,
2019: 1). Dan Dalam pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang bertanggung jawab”. Sehingga pendidikan
dipandang sebagai usaha yang penting dalam membentuk generasi mendatang sesuai
dengan ideologi bangsa Indonesia.
Di era globalisasi, mendapatkan informasi sangatlah mudah. Baik itu
informasi dalam negeri ataupun luar negeri, gaya hidup, menghilangkan batas-batas
negara sehingga kebudayaan satu dengan yang lain dapat dikenal di seluruh dunia.
Hal inilah yang memunculkan banyak dampak positif dan negatif dari pesatnya
persebaran informasi. Pengaruh negatif yang ditimbulkan akan menyebabkan perilaku
yang kurang baik bagi siswa. Perilaku yang kurang baik tersebut dapat meyebabkan
siswa menjadi malas belajar, lebih mementingkan nonton tv dari pada belajar.
Kurangnya disiplin belajar akan menimbulkan dampak negativif terhadap hasil
belajar siswa. Oleh karena itu perlunya minat dan disiplin belajar untuk
meningkatkan hasil belajar.
2

Minat terhadap suatu hal atau aktivitas yang ditentukan oleh diri siswa
karena dapat menentukan segala sesuatu yang sekiranya baik untuk dirinya dalam
belajar. Ketika siswa sudah menentukan kegiatan belajar yang dianggap baik untuk
dirinya maka akan ada kemauan untuk melaksanakannya rutin setiap hari agar
mendapat hasil yang baik pula. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dibutuhkan
kedisiplinan. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan
hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar mengajar berjalan dengan lancar, tetapi
juga untuk menciptakan ppribadi yang kuat bagi setiap siswa. Ajeng Daniyati (dalam
Anshori, 2019:1) Sehingga, minat belajar dan disiplin belajar adalah dua aspek yang
mempengaruhi jalannya aktivitas belajar dan berdampak pada perolehan prestasi
belajar siswa.
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
apa yang mereka kehendaki. Minat adalah rasa suka dan tertarik yang tinggi dengan
kesadaran diri terhadap sesuatu yang dipandang memberi keuntungan dan kepuasan
pada dirinya sehingga mendorong individu berpartisipasi dalam kegiatan itu tanpa
ada yang menyuruh. Minat belajar yang besar akan meningkatkan hasil belajar
(Haryati, 2015).
Dalam pembelajaran matematika diperlukan minat belajar yang tinggi
karena minat belajar siswa memiliki pengaruh terhadap pembelajaran Matematika.
Dimana minat dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap
Matematika. Minat dapat ditumbuhkan dalam diri siwa. Guru memiliki peran dalam
menumbuhkan minat belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika. Salah
satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap
matematika adalah dengan menanamkan mind set baru tentang matematika.
(Djaali, 2014: 121), Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Sedangkan
Crow dan Crow (dalam Djaali, 2014: 121) mengatakan bahwa minat berhungan
3

dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan
dengan orang, benda , kegiatan , penglaman yang dirangsang oleh kegiatan sendiri.
Jadi minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas.
Hardwinoto menginformasikan bahwa minat siswa terhadap matematika
akan bertambah apabila ia dapat memahami dan meyelesaikan soal matematika degan
mudah. Seseorang siswa yang mampu memperoleh nilai terbaik dalam ulangan
matematika, prestasi tersebut secara langsung akan memberi rasa bangga, yang
dengan rasa bangga tersebut terbentuk minat untuk mencapai nilai yang lebih baik,
selanjutnya keinginan tersebut akan memacu lahinrnya minat belajar.
Dari definisi dan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar
merupakan dorongan batin yang tumbuh dari seseorang siswa untuk meningkatkan
kebiasaan belajar. Minat belajar akan tumbuh saat siswa memiliki keinginan untuk
meraih nilai terbaik, atau ingin memenangkan persaingan dalam belajar dengan siswa
lainnya. Minat belajar juga dapat dibangun dengan menetapkan cita-cita yang tinggi
dan sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa.
Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan cenderung tekun, ulet,
semangat dalam belajar, pantang menyerah dan senang menghadapi tantangan.
Mereka memandang setiap hambatan belajar sebagai tantangan yang harus mampu
diatasi. Anak yang berminat belajar tinggi dalam belajar umumnya gemar terhadap
Matematika, sehingga mereka belajar Matematika tidak hanya sekedar memenuhi
kewajiban dan tugas dari guru atau tuntutan kurikulum, tetapi mereka menjadikan
belajar Matematika sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Bagi mereka, ada
atau tidak rangsangan dari luar untuk belajar Matematika tidak ada bedanya.
Minat juga berhubungan dengan disiplin belajar karena siswa akan belajar
jika terdapat suatu kesenangan dalam melakukan aktivitas belajar, dan aktivitas
tersebut dilakukan secara terus-menerus sehingga hasil yang diperoleh adalah siswa
menjadi terampil dalam belajar. Dalam penelitian Moch. Arif Fahdilah bahwa ada
4

hubungannya antara minat belajar siswa dengan disiplin belajar siswa. Jika dianalisis
lebih lanjut semakin siswa berminat dalam suatu pembelajaran maka akan semakin
disiplin siswa akan mengikuti pelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut, dengan
adanya hubungan antara minat dan disiplin belajar siswa maka sebisa mungkin minat
belajar siswa harus lebih ditingkatkan agar disiplin siswa dalam belajar juga lebih
meningkat.
Kedisiplinan diartikan sebagai perilaku atau tata tertib yang sesuai dengan
ketetapan dan peraturan yang berlaku. Peraturan yang dimaksud adalah peraturan
yang ditetapkan oleh guru, sekolah dan orang tua. Kedisiplinan dapat meliputi hal-hal
yang lebih khusus. Dalam hal ini kedisiplinan dilakukan dalam belajar. Belajar
memerlukan perilaku disiplin agar siswa dapat lebih menguasai ilmu. Khususnya
dalam matematika, kedisiplinan sangat diperlukan, karena dalam memahami
matematika diperlukan latihan yag terus menerus sehingga siswa akan terbiasa dan
tidak mudah lupa dalam mengingat pelajaran matematika.
Disiplin belajar adalah sebagai salah satu faktor internal yang merupakan
dasar bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sebab dengan adanya
dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar mengembangkan tumbuhnya semangat
untuk lebih giat dalam belajar. Oleh karena itu, faktor internal yang berpengaruh
disiplin terhadap prestasi belajar matematika sebagai salah satu pola tingkah laku
belajar yang sudah menetapdiri siswa di dalam sekolah. Selajutnya, faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa untuk fasilitas yang terpenuhi
dengan baik akan memberikan semangat siswa untuk belajar lebih giat, sehingga
proses belajar akan menjadi lebih optimal.
StaraWaji (dalam Sofyan, 2013:161), menyatakan bahwa disiplin berasal
dari bahasa latihan discere yang berarti belajar. Dari kata ini,timbul kata disciplina
yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang, kata disiplin mengalami
perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai
kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan,dan pengendalan. Kedua
disiplin latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
5

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian disiplin belajar adalah
suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan siswa terhadap peraturan di
sekolah.
Kedisiplinan belajar yang tinggi siswa dapat memperoleh hasil belajar yang
tinggi. Siswa dengan disiplin belajar yang tinggi dengan penuh kesadaran akan
melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar, mengerjakan tugas dengan
tepat waktu serta mematuhi peraturan yang berlaku. Selain itu, penanaman disiplin
pada peserta didik dapat menumbuhkan cara berpikir anak, menata dan menentukan
sendiri tingkah lakunya sesuai dengan kaidah sosial. Disiplin dapat menjadi petunjuk
peserta didik agar tidak tersesat dan terhindar timbulnya suasana hidup yang tidak
menyenangkan peserta didik. Seorang siswa perlu memiliki sikap disiplin dengan
melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan
mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri
merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar. Khususnya dalam belajar
matematika.
(Djaali, 2014:101) Dalam pelajaran matematika banyak siswa yang masih
mengalami kesulitan sehingga berakibat pada hasil belajar yang kurang memuaskan.
Oleh karena itu diperlukan analisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
hasil belajar matematika. Sehingga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan hasil belajar matematika. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah motivasi , sikap , minat , kebiasaan belajar, konsep diri.
Akan tetapi pada penelitian ini hanya mengacu pada permasalahan minat dan
kedisiplinan belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 22
bahwa, “ Masih terdapat siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika sehingga
hasil belajar matematika masih tergolong rendah”. Kemudian peneliti memberikan
angket untuk mendukung hal tersebut. Adapun hasil angket minat belajar yang telah
diberikan kepada 32 orang siswa menunjukkan bahwa minat belajar masih rendah.
Hal ini diperkuat oleh hasil tabulasi angket minat belajar, dimana hasil menunjukan
6

bahwa minat belajar siswa hanya 44 % untuk kelas VII-6 SMP Negeri 22 Medan.
Dan untuk tabulasi kedisiplinan belajar hasil menunjukan bahwa disiplin belajar
siswa hanya 40 % untuk kelas VII-6 SMP Negeri 22 Medan.
Hal ini didukung dengan data hasil ujian siswa kelas VII TA. 2019/2020
yang terdiri dari 32 siswa. Data menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa ( 40,62%)
yang lulus dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu
75, sementara 19 siswa ( 59,37% ) lainnya tidak mencapai ketuntasan KKM. Dan
menurut Zulkardi (dalam Mariana 2013) permasalahan kondisi pada pendidikan
matematika adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.Hal ini juga didukung
oleh penelitian Helly Apriyanti (2014) yang mengatakan bahwa menurut Lembaga-
lembaga survey seperti Pusat Statistik Internasional untuk pendidikan, UNESCO,
survey dari the National Center for Education Statistik (NCES), The Third
Internasional Mathematic and Sience Study Repeat (TIMMSR), hasil penelitian tim
Programme of International Student Assesment (PISA), penelitian Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMMS), mengemukakan hasil survey
mereka bahwa hasil belajar matematika masih kurang memusakan.
Melihat kondisi tersebut, maka perlu diperlukan usaha untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan
inovasi pada model pembelajaran matematika.
Dari pembelajaran yang biasanya didominasi oleh guru menjadi
pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menarik siswa untuk aktif dalam proses
belajar matematika. Misalnya dengan belajar sambil bermain. Bermain merupakan
aktivitas siswa yang menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan. Suasana
semacam ini akan mendorong siswa lebih aktif belajar dan akhirnya akan
meningkatkan keberhasilan belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar perlu diciptakan
suasana gembira dan menyenangkan dalam bentuk kegiatan bermain kreatif.
(Yurniawati, 2019:39).
Adapun model pembelajaran yang berkaitan dengan suasana bermain sambil
belajar adalah model pembelajaran Teams Tournament Games. Model pembelajaran
7

Teams Tournament Games ini dapat meningkatkan minat belajar siswa dikarenakan
dalam model pembelajaran TGT penyampaian materinya dengan menggunakan
permainan dan akan terasa lebih menyenangkan serta didukung dengan media
pembelajaran yang sesuai. Media merupakan alat bantu apa saja yang dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapaitujuan pengajaran. Salah satu media yang
sering digunakan adalah media kartu soal.
Diana Sulastry Bethan melakukan penelitian terkait dengan penggunaan
media kartu soal, hasil penelitiannya mengatakan bahwa penggunaan permainan kartu
soal dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Media kartu soal ini dapat dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan sehingga siswa dapat belajar dengan rasa senang dan tidak
bosan serta terpacu keaktifan belajarnya. Untuk itu model pembelajaran Teams
Games Tournament dapat menumbuhkan minat dan disiplin belajar siswa dalam
belajar matematika (Sulastry Bethan : 2016). Belajar lebih berhasil bila berhubungan
dengan minat serta dilakukan proses pengulangan dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian permasalahan ini , penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Kedisiplinan
Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran
Teams Games Tournament”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika
2. Kurangnya motivasi siswa terhadap pelajaran matematika
3. Kurangnya disiplin belajar siswa dalam pelajaran matematika
4. Metode mengajar guru masih menggunakan metode konvensional
5. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit
6. Hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa masih rendah
8

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan
serta untuk mencegah terlalu luasnya penelitian ini maka yang akan menjadi batasan
masalah yang akan diteliti penulis adalah Hubungan minat belajar dan kedisiplinan
belajar terhadap hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran teams
games tournament Pada Kelas VII SMP T.A 2019/2020 di SMP Negeri 22 Medan.

1.4 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar
terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 22 Medan T.A 2019/2020?
2. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar
terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 22 Medan T.A 2019/2020?
3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dan
disiplin belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 22 Medan T.A
2019/2020?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa SMP Negeri 22 Medan T.A 2019/2020.
2. Untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa SMP Negeri 22 Medan T.A 2019/2020.
3. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dan kedisiplinan belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 22 Medan T.A
2019/2020.
9

1.6 Manfaat Penelitian


Suatu penelitian yang baik sebaiknya memberikan manfaat, maka manfaat
dari penelitian ini ialah:
1) Bagi sekolah
a. Sebagai bahan kajian dan bahan pertimbangan memberikan informasi
kepada guru tentang pentingnya menumbuhkan minat belajar dan karakter
kedisiplinan dalam diri siswa.
b. Sebagai bahan acuan oleh guru untuk mengembangkan program-program
pembelajaran dengan mempertimbangan tinggi dan rendahnya minat
siswa agar siswa dapat menguasai semua ilmu pengetahuan.
2) Bagi Peserta Didik
Diharapkan siswa memahami pentingnya minat belajar dan kedisiplinan
belajar terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, siswa juga dapat memahami
minat diri sendiri dan menumbuhkan minat diri sendiri pada mata pelajaran
yang kurang disukai.
3) Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan wawasan mengenai minat belajar dan
kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar dalam pembelajaran matematika

1.7 Definisi Operasional


1. Minat adalah suatu keadaan ketika seseorang menaruh perhatian pada
sesuatu, yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui, memiliki,
mempelajari dan membuktikan.
2. Kedisiplinan adalah sikap seseorang yang menunjukkan ketaatan atau
kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah dilakukan dengan
senang hati dan kesadaraan hati.
3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar dapat dinyatakan dalam bentuk angka dan
huruf sesuai dengan tingkat kemampuan belajar yang diperoleh siswa.
10

4. Model pembelajaran tipe pembelajaran teams games tournament adalah


salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku dan ras yang berbeda.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/materi pelajaran. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang
belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan
menulis. Berdasarkan persepsi yang semacam ini biasanya mereka akan merasa
cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan
jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti , hakikat , dan tujuan
keterampilan tersebut.
Suardi (2018 : 11) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur
hidupyang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang
laiinnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.
Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai
sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya
kegiatam belajar.
Belajar memegang peranan yang penting dalam hidup seseorang, belajar
selalu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan sebuah proses
dalam pencapaian tujuan yang ingin kita dicapai. Menurut Winkel (2014: 59)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
12

lingkungannya dalam memanuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut


akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut “ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam belajar. Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan interaksi
dalam lingkungannya.

2.1.2 Pembelajaran Matematika


Pembelajaran berarti suatu proses, cara dan perbuatan mempelajari. Pada
pembelajaran, guru mengajar, peserta didik belajar sementara guru mengajar pada
pemmbelajaran diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya
pembelajaran dimana guru menyediakan falisitas belajar bagi peserta didiknya.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan
siswa dengan melibatkan berbagai komponen, proses pembelajaran juga merupakan
proses komunikasi yang dimana proses pembelajaran akan berhasil manakalah siswa
mempunyai motivasi dalam belajar (Sanjaya, 2011:51).
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dijadikan mata
pelajaran wajib dipelajari disetiap tingkatan pendidikan baik di SD, SMP dan SMA
sederajat karena matematika dianggap penting untuk dipelajari dan sangat bermanfaat
bagi peserta didik untuk menyelesaikan masalah kehidupannya sehari-hari. Kata
matematika berasal dari bahasa latin, yaitu “mathenein” atau “mathema” yang
berarti “belajar atau yang dipelajari”. Sedangkan dalam bahasa Belanda didebut
“wiskunde” yang berarti “ilmu pasti”, yang semuanya berkaitan dengan penalaran
atau pemberian alasan yang valid.
Pembelajaran matematika adalah suatu upaya atau kegiatan (merancang dan
13

menyediakan sumber-sumber belajar, membantu atau membimbing, memotivasi,


mengarahkan) dalam membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
matematika.
Pembelajaran matematika merupakan suatu bentuk kegiatan pembelajaran
yang mengutamakan keterlibatan siswa untuk membangun pengetahuan
matematikanya dengan caranya sendiri dan tujuan dari pembelajaran matematika itu
sendiri dalam Rachmadi Widdiharto adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada
diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan
memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu masalah baik dalam
bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. (Yulianti, Asri
Nur dan Sujadi, A. 2014).
Berkaitan dengan pembelajaran matematika, Atwood (dalam Hasratuddin
2018: 221) mengatakan bahwa pola pengajaran mekanistik atau yang biasa disebut
pengajaran tradisional atau konvesional, yaitu pengajaran yang berlangsung satu arah,
dimana guru lebih aktif menjelaskan dan memberi informasi, tidak akan membantu
siswa menggembangkan keterampilan berpikir, bersikap dan bertindak yang baik.
Salah satu ciri anak yang tidak memiliki sikap yang baik dalam belajar matematika
adalah anak kurang bergairah atau tidak bersemangat, tidak kritis dan hanya
memikirkan dan berfokus pada hasil atau jawaban akhir.
Suatu paradigma baru terhadap pembelajaran matematika adalah
menghubungkan belajar dan berpikir serta menggembangkan sikap kepribadian.
Pembelajaran matematika perlu menghubungkan belajar dan berpikir pada ranah yang
spesifik, seperti pengembangan sikap. Nelissen (2005) mengatakan bahwa pengajaran
matematika sekarang ini sudah saatnya berfokus pada keterampilan berpikir dan
refleksi belajar, interaksi dan penggembangan tentang konsep-konsep berpikir
spesifik, dan menggembangkan sikap social interaktif dan prilaku.

2.1.3 Minat Belajar


2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar
14

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Crow dan Crow (dalam Djaali 2014:121) mengatakan bahwa minat
berhungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, penglaman yang dirangsang oleh kegiatan
sendiri. Jadi minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan
diperoleh kemudian.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa senang, perhatian, kemauan, konsentrasi, dan
kesadaran siswa terhadap pelajaran matematika. Salah satu faktor yang menyebabkan
timbulnya kesulitan dalam belajar adalah karena rendahnya minat terhadap pelajaran
matematika.
Menurut pandangan para ahli, minat itu dimaknai secara beragam, berbeda-
beda sesuai dengan cara dan sudut pandang mereka masing-masing. Sebagian dari
pendangan tersebut adalah sebagai berikut. (dalam Djaali 2014:121)
1. Menurut Kamisa (1997) minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau
kesukaan.
2. Menurut Gunarso (1995) Minat adalah sesuatu yang pribadi dan
berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi
prasangka dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat
menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah
menarik minatnya.
3. Menurut Hurlock (1999) Minat merupakan sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka
15

bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat


maka akan menjadi berminat kemudian hal tersebut akan mendatangkan
kepuasan.
4. Menurut Sutjipo ( 2001 ) bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap
suatu objek, orang , masalah atau situasi yang mempunyai kaitan dirinya.
Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya
minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang
tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk
laksanakan kegiatan tersebut.
5. Menurut Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberi
pengertian minat sebagi aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan
perasaan ingin tahu, perhatian dan memberi kesenangan atau kenikmatan.
Minat dapat menjadi indaktor dari kekuatan seseorang diarea tertentu dimana
ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang
tinggi.
Berdasarkan definisi minat tersebut dapat dikemukakan bahwa minat
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Minat adalah suatu gejala psikologis
2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subjek karena
tertarik.
3. Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran
4. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subjek untuk melakukan
kegiatan guna mencapai tujuan.
Menurut Hardjana (Dalam H. Makmun Khairani 2017:193), minat
merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena
kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat
diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan
seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu.
16

Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan
hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,kecakapan melalui
usaha, pengajaran atau pengalaman.
Menurut Gie (Dalam H.Makmun Khairani 2017:193), minat berarti
sibuk,tertarik,atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari
pentingnya kegiatan itu. Maka dengan demikian minat belajar adalah keterlibatan
sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian
untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan
ilmiah yang dituntutnya disekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Proses belajar akan
berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan minat
siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti Husawiyah (Dalam
H.Makmun Khairani 2017:193) Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses
belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan
daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat
belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidangtertentu,
bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto dalam H.Makmun
Khairani 2017:195) Menurut Gie arti penting minat dalam kaitannya dengan
pelaksanaan studi adalah
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merata.
2. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
3. Minat mencegah gangguan dari luar
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
5. Minat memperkecil kebosanan belajar
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya
konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian minat merupakan landasan bagi
konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya
17

dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan menggembangkan minat itu, serta tidak
mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa ( Gie
dalam Khairani 2017:195)
Minat dan perhatian dalam belajar mempunayi hubungan yang erat sekali.
Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung
untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang
menaruhperhatian secara kontinu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu,
biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.
Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan
memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian
pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk
mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang
pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat
belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya ( Kartono dalam
Khairani 2017:196)
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai hal dari pada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki
minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap subjek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat
terhadpa sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap
sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan
menyongkong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak
merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu
siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan
18

pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya,


melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Minat sebagai
aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat
tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi
merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat
dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu
objek.

2.1.3.2 Faktor-Faktor Minat Belajar


Minat sangat erat kaitannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terus
menjemukan. Dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor
minatnya sendiri. Pengembangan minat belajar siswa juga dipengaruhi oleh guru dan
orang tua. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah :
a. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor yang berasal dari
dalam diri sendiri. Menurut Arden N. Frandsen ( dalam Daryanto, 2010:57)
mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai
berikut:
a). Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; b).
Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju; c). adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru, dan
teman; d). adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dimasa lalu
dengan usaha yang baru; e). adanya keinginaan untuk mendapatkan rasa
aman bila menguasai pelajaran.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri yang merupakan segala sesuatu
yang berada diluar diri siswa, akan tetapi masih memberikan pengaruh terhadap
minat belajar siswa. Adapun faktor dari luar diri tersebut adalah:
19

1. Faktor Orang Tua


Orangtua mempengaruhi minat belajar anak, dapat kita lihat dari lingkungan
keluarga, terutama orangtua yang mengasuhnya. Daryanto (2010:41) mengatakan
bahwa, “orangtua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan
kepentingan dan kebutuhan anaknya dapat menyebabkan anak tidak berhasil/kurang
berhasil dalam belajarnya.”
Dari hal tersebut, orangtua mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu orang tua harus menjadi tempat yang
menyenangkan dan bisa menumbuhkan minat belajar anak-anaknya.
2. Relasi antara anggota keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang tua
dan anaknya. Selain itu, relasi anak dengan anggota keluarga yang lain turur
mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh
dengan kasih saying dan perhatian, atau diliputi dengan kebencian, sikap yang terlalu
keras dan sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Hubungan yang baik adalah yang
penuh perhatian dan kasih saying, disertai dengan bimbingan dan darahan dan bila
perlu hukuman yang menyukseskan belajar anak sendiri.
3. Kedudukan anak dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga tentunya berbeda-beda, hal tersebut sesuai
dengan umurnya masing-masing. Orangtua haruslah berusaha agar anaknya sedikit
secara berangsur-angsur mengetahui akan hak dan kewajibannya sebagai anggota
keluarga.
4. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan dari dalam keluarga mempengaruhi sikap
anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak,
agar mendorong semangat anak untuk belajar.
20

2.1.3.3 Fungsi Minat Belajar


Minat dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya minat yang baik dalam belajar dan
akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha
yang tekun dan terutama didasari minat, maka seseorang yang belajar itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik.
Tidak bisa dibantah bahwa minat merupakan salah satu faktor untuk meraih
sukses dalam belajr. Menurut Khairani (2017:146) peranan dan fungsi minat dengan
pelaksanaan belajar, antara lain:
1) Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseoang.
Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan
tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi,
yaitu memusatnya pemikiran terhadap sesuatu pelajran. Jadi, tanpa minat
konsentrasi terhadap pelajaran yang sulit untuk diperhatikan. 2) Minat
mencegah gangguan perhatian dari luar, misalnya orang berbicara.
Seseorang terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan
perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, itu disebabkan karena
minat belajarnya kecil. 3) Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran
dalam ingatan, artinya daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin
terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannnya. Misalnya, jika
kita membaca suatu bacaan dan didukung oleh minat yang kuat maka kita
pasti akan bisa menggingatnya dengan baik. 4) Minat memperkecil
kebosannan belajar dalam diri sendiri, artinya segala sesuatu yang
membosankan terus-menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa
memikat perhatian.
Berdasarkan dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
minat dalam belajar adalah minat sebagai faktor pendorong bagi seseorang dalam
melaksanakan usahanya dalam mencapai keberhasilan dalam belajar.

2.1.3.4 Indikator Minat Belajar


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia indikator merupakan sesuatu yang
dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan. Berkaitan dengan minat siswa
21

maka indikator adalah alat pemantau yang dapat memberikan petujuk kearah minat.
Menurut Slameto (2013:180) indikator minat belajar yaitu adanya perasaan senag,
adanya ketertarikan, adanya keterlibatan siswa dan adanya perhatian siswa.
1) Perasanan senang; Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau
suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus
mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada
siswa untuk mempelajarinya. 2) Ketertarikan siswa; Ketertarikan siswa
merupakan salah satu indikator minat yang berhubungan dengan daya gerak
yang mendorong cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau
bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. 3)
Perhatian belajar siswa; Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator
minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap
pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada
itu. Siswa yang memiliki minat belajar pada objek tertentu, dengan
sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, jika seseorang
siswa menaruh minat terhadap pelajaran Matematika, maka siswa akan
berusaha untuk memperhatikan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh
gurunya. 4) Keterlibatan siswa; Ketertarikan seseorang akan suatu objek
yang melibatkan orang tersebut akan senang dan tertarik untuk melakukan
atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
Brown (dalam Rahmawati: 2019) indikator minat diantaranya sebagai
berikut: a) Perasaan senang; b) Adanaya rasa ketertarikan; c) Keterlibatan dalam
belajar; d) Rajin belajar dan mengerjakan tugas; e) Tekun dan disiplin dalam belajar ;
serta memiliki f) jadwal belajar.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa indikator minat yaitu: perasaan senang, perhatian, ketertarikan,
motivasi, berpartisipasi, dan aktivitas siswa.
22

2.1.4 Disiplin Belajar


2.1.4.1 Pengertian Disiplin Belajar
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, istilah disiplin berasal dari bahasa
latin disciplina yang menunjukkan pada kegiatan belajar dan mengajar.Sedangkan
istilah bahasa inggrisnya yaitu discipline yang berarti: 1) tertib, taat atau
mengendallikan tingkah laku,penguasa diri; 2) latihan membentuk,meluruskan atau
menyempurnakan sesuatu,sebagai kemampuan mental atau memperbaiki karakter
moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan
atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.
Disiplin berasal dari kata disciple yakni seseorang yang belajar secara suka
rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan
anak adalah murid yang menuju kehidupan yang berguna dan bahagia, menurut
Hurlock, disiplin adalah merupakan cara masyarakat mengajar anak berprilaku moral
yang disetujui kelompok.
Stara Waji (Dalam Sofan Amri 2013: 161) menyatakan bahwa disiplin
berasal dari bahasa latihan discere yang berarti belajar. Dari kata ini, timbul kata
disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang,kata disiplin
mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin
diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan,dan
pengendalan. Kedua disiplin latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat
berperilaku tertib.
Disiplin adalah sikap atau perilaku seseorang untuk bertindak sesuai dengan
aturan, norma, kaidah atau tata tertib yang berlaku. Dalam melakukan aktivitas
pembelajaran, kedisiplinan sangat diperlukan. Siswa yang disiplin akan mengikuti
pembelajaran di kelas dengan tepat waktu dan mematuhi segala aturan-aturan yang
ditetapkan di dalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
efektif dan efisien. Hal ini tentu dapat berimplikasi terhadap hasil belajar. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Saputro (2015) yang menyatakn bahwa kedisiplinan
belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
23

Kedisiplinan belajar akan menghindarkan siswa dari menunda-nunda


menyelesaikan tugas sekolah sehingga tidak ada pelajaran yang terabaikan. Tentunya,
orang tua di rumah juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengajarkan
anaknya tentang kedisiplinan dengan kaitannya sebagai seorang siswa yang
mempunyai tanggunjawab terhadap tugas belajarnya. Orang tua sedapat mungkin
memantau aktivitas anaknya di rumah agar waktu yang dimiliki anak tidak hanya
digunakan untuk bermain, apalagi dihabiskan untuk nonton atau sekedar bermain
game. Kebiasaan disiplin yang diperoleh siswa dari didikan orang tuanya di rumah
akan berbagi hal nantinya akan sangat membantu siswa dalam menerapkan disiplin di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat (Rusni dan Agustan, 2018: 4).
Kebiasaan disiplin belajar akan membuat siswa terhindar dari tidak
menyelesaikan tugas sekolah. Kebiasaan disiplin juga akan membuat siswa tidak
ketinggalan materi pelajaran karena datang tepat waktu dan membantu anak dalam
memahami pelajaran karena dapat mendengarkan penjelasan dari guru sehingga
memudahkan siswa menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Dengan demikian, siswa
akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Berdasarkan uraian diatas dapatlah
disimpulkan bahwa, disiplin belajar merupakan suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatan untuk melakukan aktivitas belajar yang sesuai dengan keputusan-
keputusan, peraturan-peraturan yang telah ditetapkan bersama.

2.1.4.2 Faktor-Faktor Disiplin Belajar


Disiplin merupakan sesuatu yang menyatu dalam diri seseorang. Bahkan
disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam
pola tingkah lakunya sehari-hari. Menurut Amri Sofan (2013:167) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi disiplin belajar antara lain:
1) Anak itu sendiri: faktor anak itu sendiri mempengaruhi disiplin belajar
sianak yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menanamkan disiplin ini
anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan kepribadian
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. 2) Sikap pendidik: sikap
24

pendidik juga mempengaruhi disiplin. Sikap pendidik yang bersifat baik,


penuh kasisng sayang, memungkinkan keberhasilan penanaman disiplin
belajar pada anak. Hal ini dimungkinkan karena pada hakikatnya anak
cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap baik. Sebaliknya,
sikap pendidik yang kasar, keras, tidak peduli dan kurang wibawa akan
berdampak terhadap kegagalan penanaman disiplin dilingkungan sekolah. 3)
Lingkungan: disamping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi disiplin,
situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan, situasi
lingkungan ini meliputi: a) lingkungan fisis: berupa lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat; b) lingkungan teknis: berupa fasilitas atau sarana
prasaranan yang bersifat kebendaan; c) lingkungan sosiokultural: berupa
lingkungan antar individu yang mengacu kepda budaya social masyarakat
tertentu. 4) Tujuan: faktor tujuan juga berpengaruh terhadap disiplin. Tujuan
yang dimaksud disini adalah tujuan yang berkaitan dengan penanaman
disiplin. Agar penanaman disiplin kepada siswa berhasil, maka tujuan
tersebut ditetapkan dengan jelas, termaksud penentuan kriteria pencapaian
tujuan penanaman disiplin sekolah.

2.1.4.3 Fungsi Disiplin Belajar


Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa dan menjadi bagian
penting dalam melakukan sesuatu yang menunjukkan ketekunan dan merupakan alat
untuk membentuk kepribadian siswa. Menurut Tu’u (dalam Sitorus: 2019) fungsi
disiplin adalah sebagai berikut:
a) Menata kehidupan bersama, b) membangun kepribadian, c) melatoh
kepribadian, sikap, prilaku dan pola kehidupan, d) pemaksaan, e) hukuman,
ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan
dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman
hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah, f)
menciptakan lingkungan yang kondusif, g) disiplin sekolah yang dicapai
dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, bagi
para siswa dan peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu yang kemudian
diimplementasikan secara keonsisten dan konsekuen.
25

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin berfungsi


menata kehidupan siswa dengan orang yang ada disekitarnya baik dirumah, disekolah
maupun lingkungan masyarakat, membangun kepribadian siswa, keteraturan hidup,
melatih kepribadian agar menjadi lebih baik namun disiplin juga berperan sebagai
pemaksaan untuk melakukan hal yang tidak disukai siswa namun bermanfaat bagi
masa depan dan cara hidup siswa, dengan adanya disiplin maka akan tercipta suasana
yang lebih kondusif.

2.1.4.4 Indikator Disiplin Belajar


Menurut Syafruddin (dalam Sondang, 2018: 11) membagi indikator disiplin
belajar menjadi empat macam yaitu:
1) Ketaatan terhadap waktu belajar; 2) Ketaatan terhadap tugas-tugas
pelajaran; 3) Ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar; 4) Ketaatan
menggunakan waktu datang dan pulang.
Menurut Moenir (2010:96) bahwa indikaor-indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa meliputi disiplin waktu dan disiplin
perbuatan yaitu:
1) Disiplin waktu, meliputi: a) tepat waktu dalam belajar, mencakup datang
dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dan selesai belajar disekolah tepat
waktu dan mulai dan selesai belajar dirumah; b) tidak keluar/membolos
pelajaran; c) menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan. 2) Disiplin
perbuatan, meliputi: a) patuh dan tidak menentang aturan; b) tidak malas
belajar; c) tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya; d) tidak suka
berbohong; e) tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak
mencontek, tidak membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain saat
belajar.
Berdasarkan uraian diatas, maka indikator disiplin belajar dalam penelitian
ini adalah :
1. Disiplin dalam masuk sekolah meliputi: datang kesekolah dan masuk kelas
pada waktunya.
26

2. Disiplin dalam mengikuti pelajaran disekolah meliputi: perhatian yang baik


saat belajar dikelas, duduk pada tempat yang telah ditentukan dan
keterlibatan diri saat belajar.
3. Disiplin dalam mengerjakan tugas meliputi: melaksanakan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
4. Disiplin belajar dirumah meliputi: mengatur waktu belajar dirumah dan rajin
serta teratur untuk belajar.
5. Disiplin dalam menaati tata tertib sekolah meliputi: menaati peraturan
sekolah dan kelas serta berpakaian rapi.

2.1.4.5 Pentingnya Disiplin Belajar


Disiplin sangat diperlukan oleh siapapundan dimanapun, karena tanpa
disiplin akan terjadi ketidakteraturan yang tentunya berdampak buruk bagi seseorang
dan lingkungannya. Demikian juga bagi siswa, dimana siswa harus disiplin dalam
mematuhi tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar dirumah dan disekolah, disiplin
dalam mengerjakan tugas baik dirumah dan disekolah dan yang lainnya sesuai dengan
dirinya dan bahkan akan menuntun siswa pada pencapaian hasil yang akan menuntun
pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat penting bagi
siswa agar mampu mengontrol dirinya dalam melakukan sesuatu kapanpun dan
dimanapun.

2.1.5 Hasil Belajar Matematika


Hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar seseorang. Hasil belajar
terkait dengan perubahan pada diri orang yang belajar. Bentuk perubahan sebagai
hasil dari belajar berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan dan kecakapan. Perubahan dalam arti perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh pertumbuhan tidak dianggap sebagai hasil belajar. Perubahan
27

sebagai hasil belajar bersifat relatif menetap dan memiliki potensi untuk dapat
berkembang.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dicapai siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Thobroni, 2012:24). Sedangkan
menurut (Dimyati, 2009:5) hasil belajar merupakan suatu dampak dari pencapaian
tujuan pembelajaran yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam nilai rapor, nilai
dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Hasil belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Perubahan pengetahuan dapat dilihat atau diukur dari pemahaman,
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. Keterampilan dapat dilihat dari
kecakapannya sedangkan sikap dapat dilihat dari tingkah laku yang ada dalam diri
siswa.
Abdurrahman (dalam Jihad, Asep dan Haris, Abdul, 2012:14) Hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk perubahsan perilaku yang relative menetap. Siswa yang berhasil dalam
belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
intruksional. Menurut Benjaminn S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A. J. Romizowski hasil belajar
merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemrosesan masukan (input). Dapat
kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang
cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar
yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat
dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Hamalik (dalam Jihad, Asep dan
Haris, Abdul, 2012:15) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, niali-nilai,
pengertian-pengertian dann sikap-sikap, serta apersepsi dan abiliitas. Dari kedua
pernyataan tersebut dapat dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah
28

perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Setelah melalui proses belajar maka siswa
diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajaryaitu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Tujuan belajar
adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajr, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-
sikapp yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Hamalik (dalam Jihad,
Asep dan Haris, Abdul, 2012:15).
Usman mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat
kaitannya dengan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya
yang dikelompokkan kedalam tiga katagori, yakni domain kognitif, afektif, dan
psikomotor. Adapun domain kognitif dalam hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan, Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif
meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal,
mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur
atau seting.
2. Pemahaman. Jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi
penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil
komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisssasikannya
secara setingkap tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan.
3. Apiliasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru, Kata-
kata yang dapat dipakai antara lain: interpretasikan, terapkan, laksanakan,
gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan, kerjakan.
4. Analisa. Jenjang keempat ini akan menyangkut terutama kemampuan anak
dalam memisah-misah (breakdown) terhadap suatu materi menjadi bagian-
bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian
yang membentuknya mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan
cara materi itu diorganisir. Kata-kata yang dapat dipakai : pisahkan, analisa,
bedakan, hitung, cobakan, teliti, hubungkan, pecahkan, kategorikan.
29

5. Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah
meliputi anak yang menaruhkan/menempatkan bagian-bagian atau elemen
satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.
6. Evaluasi. Jejang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap paling sulit
dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Kata-kata yang dapat dipakai :
putuskan, bandingkan, revisi, perkiraan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku setelah mengikuti setelah mengikuti proses belajar mengajar
yang dikategorikan berdasarkan tujuan pembelajaran yang mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.

2.1.6 Pengertian Model Pembelajaran


Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan model
pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh.
Adapun pengertian dari model pembelajaran adalah : sebagai suatu desain
yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri siswa. (Sofyan,Amri:2013:4)
Ada banyak model pembelajaran yang telah digunakan dalam proses belajar
mengajar. Adapun model pembelajaran tersebut adalah :
1. Model pembelajaran berdasarkan masalah
2. Model pembelajaran langsung
3. Pembelajaran kooperatif
4. Model penemuan terbimbing
5. Model pembelajaran problem solving
6. Pembelajaran kontekstual
30

Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran cooperative. Model


pembelajaran cooperative adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
paham konstruktivis.Pembelajaran cooperative merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda.
Menurut Slavin (dalam Isjoni 2013 : 15) pembelajaran cooperative adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaborative yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok hetorogen.
Menurut Sunal dan Hans (dalam Isjoni 2013 : 15) mengemukakan
pembelajaran cooperative adalah suatu pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama
selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl menyatakan pembelajaran cooperative
dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong
menolong dalam prilaku social.
Berdasarkan pendapat diatas belajar dengan model cooperative dapat
diterapkan untuk memotivasi siswa, berani mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing idea).
Adapun tujuan dari model pembelajaran cooperative ini adalah
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis , bekerja sama dan membantu teman.
Dalam pembelajaran cooperative, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran
sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi
yang berkualitas , dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Olsen dan Kagan (dalam Isjoni 2013 : 29) mengatakan bahwa pembelajaran
cooperative menawarkan tiga ketentuan utama yang berhubungan dengan :
1. Memberikan pengayaan struktur interaksi antara siswa
2. Berhubungan dengan ruang lingkup pokok pembelajaran dan kebutuhan
pengembangan bahasa dalam kerangka organisasi
31

3. Meningkatkan kesempatan-kesempatan bagi individu untuk menyebutkan


saran-saran.
Mengacu pada pendapat tersebut maka dengan pembelajaran cooperative
para siswa dapat membuat kemajuan besar kea rah pengembangan sikap,nilai dan
tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam komunitas
mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan.
Pelaksanaan model pembelajaran cooperative membutuhkan partisipasi dan
kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran cooperative dapat
meningkatkan cara belajar belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-
menolong dan beberapa prilaku social.
Pada dasarnya model pembelajaran cooperative dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik yang lebih baik. Ibrahim,et al (dalam Isjooni 2013:
39). Dalam pembelajaran cooperative meskipun mencakup beragam tujuan social,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan
telahmenunjukkan, model struktur penghargaan cooperative telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasi belajar.
Akan tetapi pada model pembelajaran cooperative ini ada bererapa variasi
antara lain: STAD, JIGSAW, Investasi Kelompok (Teams Games Tournament atau
TGT dan pendekatan structural yang meliputi Think Pair Shair ( TPS ) dan (NHT)
Numbered Head Together. (Trianto,2018:67)

2.1.7 Model Pembelajaran Teams Games Tournament


2.1.7.1 Pengertian Model Teams Games Tournament
Model Pembelajaran Teams Games Tournament adalah salah satu tipe
pembelajaran cooperative yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
32

belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,jenis


kelamin dan suku atau ras yang berbeda (Isjoni 2013: 83).
Mulyatiningsih (2014: 244) mengatakan bahwa Teams Games Tournament
adalah pembelajaran yang melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya
dan mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement) dan menumbuhkan
tanggung jawab, kerja sama, persaingan yang sehat dan keterlibatan belajar.
Sedangkan menurut Slavin (2010: 163) Tornament Games Teams adalah model
pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik, dan menggadakan kuis-kuis
dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahawa model pembelajaran
Teams Games Tournament adalah model belajar yang beranggota 5 sampai 6 orang
dan mengandung unsur permainan serta adanya sitem penskoran didalam permainan
tersebut.
Dalam Teams games Tournament Guru menyajikan materi, dan siswa
bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.Dalam kerja kelompok guru
memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan
bersama-sama dengan anggota kelompoknya.Apabila ada dari anggota kelompoknya
yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran maka seluruh siswa akan diberikan permaian akademik. Dalam
permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap
meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya
masing-masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang
berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokan dalam satu meja turnamaen
secara homogeny dari segi kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara.
33

Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat
pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada
lembar pencatatan skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor
yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota
kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan
tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan
dalam meja-meja tournament. Tiap meja tournament ditempati 5 sampai 6 orang
peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta kelompok yang sama. Dalam setiap
meja turnamen diusahaakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan
memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan
membagikan kartu-kartu soal untuk bermain ( kartu soal dan kunci ditaruh terbaik
diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca) Permainan pada tiap meja
turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap
meja menentukan dulu pembaca soaldan pemain yang pertama dengan cara undian.
Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai
dengan nomor undian yang yang diambil oleh pemain. Selanjutkan soal dikerjakan
secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum
jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya
diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal selanjutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dimana posisi pemain diputar serah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja
34

turnamen dapat erperan sebagai pembaca soal,pemain dan penantang. Disini


permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus
mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan
membuka kunci jawaban. Tidak boleh ikut menjawab dan memberikan jawaban
kepada peserta lain. Setelah semua kartu soal selesai terjawab, setiap pemain dalam
satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan selanjutnya setiap pemain kembali
kepada kelompok asalnya dan melaporkan point yang diperoleh kepada ketua
kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya
pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang
diterima oleh kelompoknya (Isjoni 2013: 83).

2.1.7.2 Teori Yang Mendukung Model Pembelajaran Teams Games


Tournament
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah didukung oleh sejumlah teori
yang telah berdiri dengan kokoh. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.
1. Teori Konstruktivistik
Teori ini terdiri atas dua jenis, yaitu kontruktivisme kognitif yang
dikembangkan oleh Jean Piaget dan Konstruktivisme social yang dikembangkan oleh
Vigotsky. Adanya teori ini dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT tampak
dari adanya diskusi dalam kelompok. Setiap kelompok dalam TGT diberi tugas yang
harus mereka selesaikan, dengan ketentuan seluruh anggota kelompok harus
memahami tugas atau materi yang mereka diskusikan.
2. Teori Motivasi
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan tempat para peserta didik
bekerja. Penghargaan yang diberikan bertujuan untuk merangsang emosi (perasaan)
dan kognisi (pikiran) yang diharapkan dapat menghidupkan prilaku untuk selalu
35

mendapat penghargaan. Adanya teori motivasi dalam model TGT tampak dari adanya
persaingan antar peserta didik dalam kegiatan turamen. (Prianasa, 2019: 308).

2.1.7.3 Tujuan Model Pembelajaran Teams Games Tournament


Model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada dasarnya memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kerja sama yang baik diantara peserta didik dalam
memecahkan permasalahan yang ada dengan memberikan kebebasan kepada
peserta didik tersebut mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
2. Membantu para peserta didik untuk meningkatkan sikap positif dalam
pembelajaran matematika.
3. Membuat peserta didik untuk menerima setiap pendapat lain dari peserta
didik lain sehingga mengurangi rasa rendah diri pada peserta didik yang
kurang pengetahuannya.

2.1.7.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Teams Games Tournament


(Slavin dalam Rusman 2017: 315) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri
dari lima langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (Class Precentation), belajar
dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan
penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh
Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebgai
berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
b. Games tournament
c. Penghargaan Kelompok.
Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Teams Games Tournament
disusun dalam dua tahap, yaitu pra-kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament Slavin (dalam Prianasa
2019), yaitu sebagai berikut:
36

1. Pra-Kegiatan Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


a. Persiapan
1) Materi
Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok. Oleh karena itu,
guru harus mempersiapkan work sheet, yaitu materi yang akan
dipelajari saaat belajar kelompok, dan lembar jawaban work sheet
tersebut. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan soal-soal
turnamen.
2) Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
Guru harus mengelompokkan peserta didik dalam satu kelas menjadi
4-5 kelompok yang kemampuannya heterogen. Cara pembentukan
kelompok dilakukan dengan mengurutkan peserta didik dari atas
kebawah dan dari bawah keatas berdasarkan kemampuan
akademiknya. Daftar peserta didik yang telah diurutkan dibagi
menjadi 5 bagian, yaitu kelompok tinggi, sedang 1, sedang 2, dan
rendah. Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang,
baik dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan
rasnya. Pada kerja kelompok ini, guru bertugas sebagai fasilitator,
yaitu berkeliling apabila ada kelompok yang ingin bertanya tentang
work sheet. Kerja kelompok tersebut diperlukan waktu 40 menit,
kemudian diadakan validasi kelas, yaitu hasil kerja kelompok
dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut.
3) Membagi peserta didik kedalam turnamen
Dalam pembelajaran kooperatif model TGT, setiap meja turnamen
terdiri atas 4-5 peserta didik yang homogeny dan berasal dari
kelompok yang berlainan.
2. Detail Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT)
37

a. Penyajian Kelas
1) Pembukaan
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari, tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi (prasyarat
belajar). Saat pembelajaran, guru harus mempersiapkan work sheet
dan soal turnamen. Serta guru memberi penjelasan materi secara
garis besar.
2) Belajar Kelompok
Guru membacakan anggota kelompok dan meminta peserta didik
untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Satu
kelompok terdiri atas 4-5 orang peserta didik yang anggotanya
heterogen, dilihat dari presentasi akademik, jenis kelamin dan ras.
Guru memerintahkan kepada peserta didik untuk belajar dalam
kelompok. Fungsi kelompok adalah lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3) Validasi Kelas
Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-soal
yang sudah didiskusikan dengan sesame kelompoknya dan guru
menyampaikan jawaban dari tiap-tiap kelompok untuk didiskusikan
bersama.
4) Turnamen
Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi peserta didik dalam
meja-meja turnamen. Setelah setiap peserta didik berada dalam meja
turnamen berdasarkan keunggulannya masing-masing, guru
membagikan satu set seperangkat turnamen. Satu set seperangkat
turnamen terdiri atas soal turnamen, kartu soal, lembar jawaban,
gambar smile, dan lembar skor turnamen. Semua perangkat soal
untuk tiap-tiap meja adalah sama. Didalam turnament perhitungan
38

poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok


dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh
masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok dan didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh seperti
yang ditunjukkan pada pada tabel dibawah.
TEAM A

A-1 A-2 A-3 A-4


Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja
Meja Meja Meja
Turnamen
Turnamen Turnamen Turnamen
4
1 2 3

B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4


Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah

TEAM B TEAM C

Penempatan siswa dalam kelompok pada meja pertandingan. (Slavin, 2010)

Tabel 2.1 Perhitungan poin pemain untuk tiga pemain


Pemain dengan Poin bila jumlah kartu yang diperoleh

Top scorer 60

Middle scorer 40
39

Low scorer 20

Tabel 2.2 Perhitungan poin permainan untuk empat pemain


Pemain dengan Poin bila jumlah kartu yang diperoleh

Top scorer 60

High Middle scorer 40

Low Middle scorer 30

Low scorer 20

5) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok (team recognition) dilakukan dengan cara
pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang
diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan
dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan
kepada tim yang memenuhi kategori rata-rata poin. Ada tiga
kriteria penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim.
Penghargaan tim dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kriteria penghargaan kelompok.
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
40 Tim baik
45 Tim sangat baik
50 Tim super

2.1.7.5 Keunggulan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Teams Games


Tournament
Dalam setiap model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (Istarani,2015) yaitu :
1. Pembelajaran akan lebih menarik karna menggunakan kartu.
2. Balejar lebok aktraktif karena dilakukan dalam bentuk permainan yang
40

mengarah pada suatu permainan.


3. Baik digunakan dalam menunjukkan prestasi
4. Dapat membuat aktivitas belajar siswa agar lebih aktif
5. Dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam proses belajar mengajar.
6. Dapat mengembangkan persaingan yang sehat dalam proses belajar
mengajar
Selain kelebihan maka ada juga kelemahan dalam model pembelajaran
Teams Games Tournament. Adapun kekurangan dari model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament yaitu :
1. Menggunakan waktu yang cukup lama.
2. Harus dilakukan secara berkesinambungan.
3. Materi kurang tertanam baik didalam kepala siswa untuk dihafal atau diingat
kembali
2.2 Penelitian Yang Relevan
Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini. Hasil penelitian yang dimaksud adalah hasil penelitian hubungan antara
minat dan kedisiplinan terhadap hasil belajar matematika menggunakan model
Tournament Games Teams adalah sebagai berikut:
a. Dari hasil penelitian yang dilakukan Erni Gusti (2018) dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen
(TGT) Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dan Pertidaksamaan
Satu Variabel Untuk Meningkatkan Hasil Belajar menyimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar.
b. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Moch. Arif Fahdillah (2018) Dengan
Judul Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas
VIII Smp Pawyatan Daha 1 Kota Kediri Tahun Ajaran 2017/2018
Menyimpulkan Bahwa Ada Hubungannya Antara Minat Belajar Siswa
Dengan Disiplin Belajar Siswa. Jika Dianalisis Lebih Lanjut Semakin Siswa
41

Berminat Dalam Suatu Pembelajaran maka akan semakin disiplin siswa akan
mengikuti pelajaran
c. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Septia Eka Cahya Arum Lestari
(2018) Dengan Judul Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menyimpulkan
Bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. .
d. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Isfawati (2018) Dengan Judul
Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dengan
Bantuan Media Question Box Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Minat
Belajar Matematika Siswa Kelas VII Smp Negeri 2 Sungguminasa
Menyimpulkan Bahwa Minat Belajar Menggunakan Model TGT Jauh Lebih
Baik Dibandingkan Model Konvensional.
e. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Nurul Istiqomah Fajriani (2017)
Dengan Judul Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika
Menyimpulkan Bahwa Terdapat Hubungan Antara Minat Belajar Dengan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII C Smp N 3 Sawit Tahun
Pelajaran 2016/2017
f. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Nurul Istiqomah Fajriani (2017)
Dengan Judul Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Matematika
VIII Mts Al-Rasiyah Tahun Ajaran 2016/2017 Menyimpulkan Bahwa
Terdapat Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII Mts Al-Rasiyah Tahun Ajaran 2016/2017
g. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Yogi Wiwiseno (2011) Dengan Judul
Pengaruh Minat, Disiplin, Dan Cara Belajar Terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Man 1 Brebes Menyimpulkan Bahwa Ada
Pengaruh Minat,Disiplin,Dan Cara Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Man 1 Brebes.
42

2.3 Kerangka Berpikir


Setiap siswa yang melaksanaan kegiatan belajar selalu mengharapkan hasil
belajar atau prestasi belajar yang baik. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai
oleh siswa selain ditentukan oleh siswa itu sendiri (intern) juga dapat ditentukan oleh
faktor lain (ekstern). Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa pada mata
matematika mencerminkan tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar atau prestasi belajar siswa erat kaitannya dengan kegiatan
pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Maka dengan perencanaan yang
matang sebelum pembelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
dalam pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data pendahuluan yang diperoleh, diketahui bahwa hasil belajar
Matematika SMP Negeri 22 Medan masih tergolong rendah. Ini ditunjukkan dari
rata-rata hasil Ujian Akhir Sekolah mata pelajaran matematika. Permasalahan
tersebut diduga karena penggunaan model mengajar yang digunakan oleh guru mata
pelajaran matematika masih mengunakan model pembelajaran konvensional. Oleh
karena itu, diharapkan guru menerapkan model pembelajaran dalam proses belajar
mengajar. Adapun model pembelajaran yang disarankan adalah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament diharapkan dapat
mengatasi masalah tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament merupakan model
pembelajaran yang cocok diterapkan untuk menghadapi siswa yang memiliki
kemampuan yang heterogen. Dalam pembelajaran matematika, model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament sangat tepat diterapkan karena dalam
belajar matematika ini siswa akan dihadapi pada latihan soal-soal atau pemecahan
masalah. Oleh karena itu, diskusi kelompok dengan teman sebaya untuk mengatasi
masalah tersebut sangatlah efektif dilakukan.
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament banyak melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan. Guru
hanya sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan situasi belajar yang kondusif
43

dimana siswa dapat merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Melalui


mpembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament siswa akan lebih aktif,
sehingga akan lebih menarik minat siswa sehingga disiplin belajar siswapun tertanam
serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas,
maka yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 22 Medan”.
2. “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar
dengan hasil belajar matematika kelas VII SMP Negeri 22 Medan”.
3. “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dan
disiplin belajar terhadap hasil belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Teams Games Tournament kelas VII SMP Negeri 22 Medan”.
44

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menegah Pertama Negri 22 Medan
yang berlokasi di Jalan Pendidikan No. 36, Mekar Sari, Kec.Patumbak Kabupaten
Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap Tahun ajaran 2019/2020.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah sekumpulan orang atau benda yang mempunyai karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Mulyatiningsih, 2014:9). Populasi dalam penelitian yang
akan dilaksanakan tersebut adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 22 Medan
Tahun Ajaran 2019/2020.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk
diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil dibanding populasi dan berfungsi
sebagai wakil dari populasi (Sipayung, 2018:85). Adapun teknik pengambilan sampel
dalam penelitian sampel dalam penelitian ini yaitu simple random sampling. Teknik
simple random sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam populasi. Teknik random
sampling ini memberi hak yang sama kepada setiap subjek populasi untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel ( Sugiono, 2013: 120 ) Cara seperti
ini dilakukan apabila angggota dalam populasi sudah dianggap homogen. Adapun
jumlah sampel pada penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah 32 orang.
45

3.3 Variabel Penelitian


Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel
terikat:
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas ( variable dependent ) adalah variabel yang memungkinkan
memberi pengaruh terhadap variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Minat belajar (X1) dan kedisiplinan belajar (X2) melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Tournament Games Teams (TGT)
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat (variabel dependent) adalah variabel yang ditimbulkan
karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian
ini adalah hasil belajar matematika (Y) kelas VII SMP Negeri 22 Medan.

3.4 Jenis Penelitian


Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
desain korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel pada suatu
studi kelompok subjek.

3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian


3.5.1 Tahap Persiapan
1. Mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi
2. Mengurus surat izin observasi ke sekolah
3. Mengadakan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat
penelitian
4. Menentukan populasi dan sampel penelitian
5. Menyusun rencana pembelajaran untuk materi segi empat dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Tournamen Games
Teams
46

6. Menyiapkan alat pengumpulan data


3.5.2 Tahap Pelaksanaan
1. Mengambil sampel sebanyak 32 siswa
2. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakkan model pembelajaran
kooperatif tipe Tournament Games Teams ( TGT )
3. Peneliti memberikan angket untuk mengetahui minat belajar siswa
4. Peneliti memberikan angket untuk mengetahui kedisiplinan belajar
5. Peneliti memberi soal untuk mengetahui hasil belajar matematika yang telah
diajarkan.
3.5.3 Tahap Akhir
1. Menghitung nilai minat belajar siswa
2. Menghitung nilai kedisiplinan belajar siswa
3. Menghitung nilai hasil belajar matematika siswa
4. Melakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji liniaritas
5. Melakukan uji hipotesis
6. Membuat kesimpulan dari data yang telah dianalisa

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini berupa tes dan kuisioner (angket) minat belajar dan
kedisiplinan belajar. Sebelum tes dan kuisioner (angket) diberikan kepada siswa
kelas VII, terlebih dahulu dilakukan validasi. Pada penelitian ini instrument tes
divalidasi oleh dua orang dosen matematika, satu orang guru mata pelajaran
matematika SMP Negeri 22 Medan serta siswa kelas VII di SMP Negeri 22 Medan
sebanyak 32 orang
3.6.1 Instrumen Hasil Belajar Matematika
Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa
terkait dengan materi yang diajarkan yaitu segi empat. Bentuk test yang digunakan
47

adalah essay test sebanyak 5 soal. Adapun kisi-kisi instrument ( sebelum dilakukan
validasi tes) dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
Aspek Kognitif
No Indikator Jumlah soal
C1 C2 C3
1. Menentukan sifat-sifat segiempat (Persegi 1 1
panjang, persegi, trapesium, jajargenjang)
2. Menentukan keliling segiempat (Persegi 2 1
panjang, persegi, jajargenjang, trapesium )
3. Menentukan luas segiempat (Persegi 3 1
panjang, persegi, jajargenjang, trapesium)
4. Menyelesaikan masalah nyata terkait dengan 4 1
keliling bangun datar (segiempat)
5. Menyelesaikan masalah nyata terkait 5 1
dengan luas bangun datar (segiempat)

Jumlah 1 2 2 5
Keterangan
C1 = Pengetahuan
C2 = Pemahaman
C3 = Penerapan

Adapun pedoman kategori hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.1.1
Tabel 3.1.1 Kategori hasil belajar
Skor Kategori

80-100 Baik Sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal

3.6.2 Instrumen Minat Belajar


48

Angket yang digunakan adalah angket dengan tipe kuisioner langsung dan
tertutup. Dikatakan langsung karena angket atau kuisioner itu diisi langsung oleh
responden. Dikatakan tertutup karena kuisioner yang sudah disediaka jawabannya
sehingga responden tinggal memilih jawabannya (Arikunto,2016:195).
Angket yang disusun mengacu pada indikator minat belajar siswa yang telah
dikelompokkan kedalam beberapa aspek. Skor untuk setiap pertanyaan yaitu selalu,
sering, kadang-kadang dna tidak pernah. Penilaian angket atau kuisioner
menggunakan skala Likert. Skala Likkert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan
diikuti oleh respon yang menunjukan tingkatan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ( Sebelum Divaliditas)
Item Pernyataan Jumlah
Nomor Indikator Deskripsi
Positif Negatif
Item
Adanya perasa ingin tau 4, 7 13 3
Adanya niat anak 3, 6 10, 14 4
Sifat ingin
membuat ringkasan
tau Adanya niat anak 26, 27 17, 15 4
menciptakan sesuatu
Penggunaan Memanfaatkan waktu
20, 22 8, 9, 18 5
Minat waktu belajar dengan baik

Belajar Mencari sumber 1, 11, 12,


Memanfaat 21
pelajaran lain 23, 24, 25
kan sumber 8
Mempersiapkan diri
belajar 19
untuk belajar
Memperbaiki 2, 5, 28,
Aktif ikut diskusi 16 6
kegagalan 29, 30

Jumlah 20 10 30

3.6.3 Intrumen Disiplin Belajar


49

Angket yang disusun mengacu pada indikator disiplin belajar siswa yang
telah dikelompokkan kedalam beberapa aspek. Skor untuk setiap pertanyaan yaitu
selalu, sering, kadang-kadang dna tidak pernah. Penilaian angket atau kuisioner
menggunakan skala Likert. Skala Likkert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan
diikuti oleh respon yang menunjukan tingkatan.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Disiplin Belajar Siswa (Sebelum Validasi)
Aspek Disiplin Pernyataan Jumlah
Indikator
Belajar Positif Negatif Butir Soal

Disiplin dalam Datang kesekolah dan 1, 2, 3, 12, 11, 13,


9
masuk sekolah masuk kelas pada waktunya 15 14, 16

Perhatian yang baik saat 4, 5, 6, 7,


Disiplin dalam 20, 21 7
belajar dikelas 8
mengikuti
Duduk pada tempat yang
pelajaran 9 19 2
telah ditentukan
disekolah
Ketertiban diri saat belajar 10 17, 18 3

Disiplin dalam Melaksanakan tugas-tugas


22, 23, 23, 25, 26,
mengerjakan yang menjadi tanggung 9
27, 29 28, 30
tugas jawabnya

Dapat mengatur waktu 31, 33, 34, 32, 36,


8
Disiplin belajar belajar dirumah 35, 38 37
dirumah 40, 43,
Rajin dan teratur belajar 39, 41, 42 6
44

Disiplin dalam Menaati peraturan sekolah


45 49 2
menaati tata dan kelas
tertib sekolah Berpakaian rapi 46, 47, 48 50 4

Jumlah Soal 30 20 50
50

Tabel 3.4 Skala Likert


Jenis Selalu Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah
Pertanyaan (SL) (SR) (KK) (TP)

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Sebelum angket diberikan kepada siswa, terlebih dahulu angket divalidkan


dengan uji validasi. Setelah divalidasi, butir angket yang valid dapat diberikan kepada
siswa untuk mempeoleh data disiplin belajar siswa.
Dari hasil angket disiplin belajar yang telah diperoleh, selanjutnya akan
dilakukan penganalisaa menggunakan rumus.

4
Skor Akhir = Skor yang diperoleh x Skor maksimal

Adapun kriteria rata-rata penilaian disiplin belajar sesuai Permendikbud No


81 A Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Rata-Rata Penilaian Disiplin Belajar
Skor akhir disiplin belajar siswa Kategori

Skor ≤ 1,33 Kurang

1,33 < skor ≤ 2,33 Cukup

2,33 < skor ≤ 3,33 Baik

3,33 < skor ≤ 4,00 Sangat baik

Disiplin belajar yang telah diperoleh dan dianalisa, kemudian dengan kriteria
rata-rata yang telah disebutkan diatas. Kategori disiplin belajar yang baik adalah jika
hasil disiplin belajar dalam rentang nilai 2,33 < skor ≤ 3,33.
51

3.7 Uji Coba Instrumen Penelitian


3.7.1 Uji Validitas Instrumen
Suatu instrument dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan menjayikan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
( Arikunto,2012:87) Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas konstruk dengan
teknik korelasi produc moment, yaitu:
n ( ∑ XY )−( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2
√[ n (∑ X )−(∑ X ) ][n (∑ Y )−(∑ Y ) ]
2 2

Keterangan:
Rxy = Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y
n = jumlah responden
x = skor variabel (jawaban responden)
y = skor total dari variabel untuk respon ke- n
Penafsiran besaran indeks validitas butir tes dilakukan dengan menggunakan
klasifikasi nilai r xy dengan klasifkasi kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.9 Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kategori
0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah

0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas cukup

0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,80 <rxy ≤ 0,100 Validitas sangat tinggi

3.7.2 Uji Indeks Kesukaran Tes


Menurut Arikunto (2012) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
52

mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan


menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba kembali karena diluar jangkauannya. Untuk mengetahui indeks kesukaran
soal dipakai rumus yang dikemukakan Arikunto (2012) sebagai berikut:
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran Tes
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh peserta tes
Adapun ketentua indeks kesukaran tes seperti yang dikemukakan Arikunto (2010)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
0,0 1,0
Sukar Mudah
Skor dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
Soal dengan P = 0,00 s/d 0,30 adalah butir soal sulit
Soal dengan P = 0,31 s/d 0,70 adalah butir soal sedang
Soal dengan P = 0,71 s/d 1,00 adalah butir soal mudah
Batas penerimaan adalah 0,31 ≤ P ≤ 0,70
3.7.3 Uji Daya Beda Tes
Menurut Arikunto (2012) Daya pembeda tes adalah kemampuan sesuatu soal
untuk membeda-bedakan antara siswa yang pandai ( berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda tes dapat
digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2012) sebagai berikut:
BA BB
D= − = PA - PB
J A JB
Keterangan :
D = Daya pembaca butir soal
53

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar


BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
PA = Proporsi perserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi perserta kelompok bawah yang menjawab benar
Hasil perhitungan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut :
Soal dengan D = 0,00 s/d 0,20 adalah butir soal jelek
Soal dengan D = 0,21 s/d 0,40 adalah butir soal cukup
Soal dengan D = 0,41 s/d 0,70 adalah butir soal baik
Soal dengan D = 0,71 s/d 1,00 adalah butir soal baik sekali
3.7.4 Uji Realibilitas Instrumen
Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten, apaila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.
Salah satu teknik untuk pengukuran reliabilitas adalah teknik Alpha
Crownbach. Tekni atau rumus ini dapat digunakan untuk menentukan apakah
instrumen penelitian reabel atau tidak, Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan
reabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas ( r 11 ) >0,6.
Tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik alpha cronbach,
yaitu:
 Menentukan nilai varian setiap butir pertanyaan
σ i2=∑ X 2i −¿ ¿¿ ¿ ¿
 Menentukan nilai varian total
σ 2t =∑ X 2−¿ ¿¿ ¿ ¿
 Menentukan reliabilitas instrumen
2
k ∑σ
[ ]
r 11 =
k −1
[1− 2 b ]
σt
54

Keterangan:
n = Jumlah sampel
Xi = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
∑X = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
σ 2t = Varian total

∑ σ b2 = Jumlah varian butir


k = Jumlah butir pertanyaan
r 11 = Koefisien reliabilitas instrumen
(Siregar, 2017:89-91)

3.8 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisa regresi dan korelasi. Sebelum menggunakan teknik analisa data dalam
pengujian hipotesis, syaratnya adalah data harus normal dan linier.
3.8.1 Deskripsi Penelitian
Untuk mendeskripsikan data-data variabel penelitian, dianalisa dengan
menyusun distribusi frekuensi yang digunakan untuk mengetahui penyebaran skor
dari setiap variabel penelitian, sehingga dapat ditentukan harga rata-rata (M) dan
standart deviasi (SD) dengan menggunakan perhitungan (Siregar, 2017:139)
J = Xmax – Xmin
J = Daerah jangkauan ( Rentang )
Xmax = Nilai terbesar dari serangkaian data
Xmin = Nilai terkecil dari serangkaian data
Rentang+ 1
Panajng kelas interval (p) =
Banyak kelas
Berdasarkan rumus diatas maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi.
Selanjutnya dicari harga Mean (M) dan Standart Deviasa (SD).
55

a. Rata-rata skor ( Mean ) dihitung dengan rumus:

M=
∑ X1
N
Keterangan:
M = Mean (Rata-rata)
∑ X 1 = Nilai tiap data
N = Jumlah responden X
b. Standart Deviasi (SD) dihitung dengan rumus
1
SD = √ (N . ΣX 2 ¿ )−(ΣX )2 ¿
N
Keterangan:
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
N = Jumlah responden distribusi X
ΣX = Jumlah skor total distribusi X
ΣX2 = Jumlah kuadrat skor total distribusi X
3.8.2 Uji Kecenderungan
Uji Kecenderungan di analisa dengan menggunakan harga rata-rata ideal
(Mi) standart deviasi ideal (SDi). Untuk mengetahui kategori kecenderungan dari
setiap variabel maka dilakukan uji kecenderungan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Dihitung skor tertinggi Ideal (Stt) dan skor terendah ideal (Str)
b. Dihitung rata-rata skor ideal (Mi) dan standart deviasi ideal (SDi)
Adapun rumus untuk rata-rata ideal (Mi) dan standart deviasi ideal (SDi) adalah
sebagai berikut :
Skor ideal maksimum+ skor ideal minimum
Mi =
2
Skor ideal maksimum−skor ideal minimum
SDi =
6
Stt + Str Stt + Str
Mi = ; SDi =
2 6
56

Keterangan :
Mi = Rata-rata ideal
SDi = Standart deviasi ideal
Stt = Skor tertinggi ideal
Str = Skor terendah ideal
Dari rata-rata ideal dan standart deviasi ideal dapat ditentukan empat kategori
kecenderungan sebagai berikut :
1) ˃ Mi + 1,5 SDi Kategori cenderung tinggi
2) Mi s/d Mi + 1,5 SDi Kategori cenderung sedang
3) Mi- 1,5 SDi s/d Mi Kategori cenderung kurang
4) < Mi – 1,5 SDi Kategori cenderung rendah
3.8.3 Uji Prasyarat Analisis
Agar data penelitian yang diperoleh dapat dipakai dengan menggunakan
analisis statistika, pada uji hipotesis penelitian yang menerapkan rumus Korelasi
Product Momen, maka terlebih dahulu memenuhi persyaratan analisis. Uji prasyarat
analissi yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah data penelitian sudah
mempunyai sebaran normal serta untuk mengetahui apakah data variabel bebas (X)
linier terhadap data variabel terikat (Y), untuk itu dilakaukan uji normalitas dan
linierits
3.8.3.1 Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel pada penelitian berdistribusi normal atau
tidak digunakan uji normalitas liliefors, dengan langkah-langkah :
1. Mencari bilangan baku
X i− X́
Zi =
S
Catatan :
X = Data yang dicari zi nya
X́ = Nilai rata-rata dari sampel
S = simpangan baku
57

2. Menghitung peluang F(Zi) = P(z ≤ zi) dengan menggunakan daftar distribusi


normal baku
3. Menghitung proporsi S(zi) dengan rumus:
Banyaknya z 1 , z 2 , … , zn ≤ zi
S(zi) =
n
4. Menghitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian menentukan harga mutlaknya
5. Menentukan harga terbesar dari selisih harga mutlak F(zi) – S(zi) sebagai L0
Untuk menerima dan menolak distribusi normal data penelitian , dapat
dibandingkan L0 dengan nilai kristis L uji liliefors dengan taraf signifikan
0,05 dengan kriteria pengujian:
Jika L0 < Ltabel maka sampel berdistribusi normal
Jika L0 ˃ Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal
3.8.3.2 Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui
variabel bebas bersifat linier atau tidak terhadap variabel terikat.Pengujian ini
merupakan salah satu syarat dalam analisis korelasi dan regresi. Langkah-langkah
untuk menguji linier atau tidaknya data yang dianalisis adalah sebagai berikut :
RJKreg
1. Fhitung =
RJKres
Keterangan:
Fhitung = Koefisien regresi
RJKreg = rata-rata jumlah kuadrat regresi
Rkres = rata-rata jumlah kuadrat residu
Kesimpulan :
Jika Fhitung ˃ Ftabel maka persamaan adalah tidak linier
Jika Fhitung < Ftabel maka persamaan adalah tidak linier
3.8.3.3 Menghitung Koefisien Korelasi Antar Variabel
Untuk menghitung koefisien korelasi antar variabel penelitian digunakan
teknik analisis sederhana dengan rumus product moment yang dikemukaan oleh
58

siregar, 2015:338. Teknik uji korelasi sederhana dan uji korelasi ganda, berikut ini
akan disajikan penjelasan lebih lanjut:
a. Uji Korelasi Sederhana
n ( ∑ xy ) −( ∑ x . ∑ y )
r=
2
√ [ n ∑ x −( ∑ x ) ] ¿ ¿ ¿
2

Keterangan:
r: uji korelasi sederhana
n: jumlah data (responden)
x: variable bebas
y: variable terikat
b. Uji Koefisien Korelasi Ganda

r 2x . y +r 2x . y −2 ( r x . y )( r x . y )( r x . x
R x . x . y=
1 2
√ 1

Keterangan:
2

1−r 2
1

x 1 ,x 2
2 1 2
)

R x . x . y : koefisien korelasi ganda


1 2

x 1: variable bebas ke 1
x 2: variable bebas ke 2
y: variable terikat

3.9 Pengujian Hipotesis Penelitian


3.9.1 Hipotesis Pertama dan Kedua
H0: r ᵧx1 = 0 : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti
antara minat belajar terhadap hasil belajar matematika dengan menggunakan
model Teams Games Tournament
H1: ρ ᵧx1 ≠ 0 : Terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti antara
minat Minat belajar terhadap hasil belajar matematika Dengan menggunakan
model Teams Games Tournament
59

Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan H0
ditolak jika thitung ˃ ttabel.
H0: ρ ᵧx2 = 0 : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti
antara disiplin belajar teradap hasil belajar matematika dengan menggunakan
model Teams Games Tournament
H1: ρ ᵧx2 ≠ 0 : Terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti antara
disiplin belajar teradap hasil belajar matematika dengan menggunakan
model Teams Games Tournament
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan H0
ditolak jika thitung ˃ ttabel.
3.9.2 Hipotesis Ketiga
H0: r x . x
1 2 .y = 0 : Tidak terdapat hubungan yang positif dan berarti antara
minat belajar dan disiplin belajar terhadap hasil belajar dengan
menggunakan model Teams Games Tournament
H1: r x . x . y ≠ 0 : Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara minat
1 2

belajar dan disiplin belajar terhadap hasil belajar dengan menggunakan


model Teams Games Tournament
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel dan H0 ditolak
jika Fhitung > Ftabel.

Anda mungkin juga menyukai