BAB I
PENDAHULUAN
Minat terhadap suatu hal atau aktivitas yang ditentukan oleh diri siswa
karena dapat menentukan segala sesuatu yang sekiranya baik untuk dirinya dalam
belajar. Ketika siswa sudah menentukan kegiatan belajar yang dianggap baik untuk
dirinya maka akan ada kemauan untuk melaksanakannya rutin setiap hari agar
mendapat hasil yang baik pula. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka dibutuhkan
kedisiplinan. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan
hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar mengajar berjalan dengan lancar, tetapi
juga untuk menciptakan ppribadi yang kuat bagi setiap siswa. Ajeng Daniyati (dalam
Anshori, 2019:1) Sehingga, minat belajar dan disiplin belajar adalah dua aspek yang
mempengaruhi jalannya aktivitas belajar dan berdampak pada perolehan prestasi
belajar siswa.
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
apa yang mereka kehendaki. Minat adalah rasa suka dan tertarik yang tinggi dengan
kesadaran diri terhadap sesuatu yang dipandang memberi keuntungan dan kepuasan
pada dirinya sehingga mendorong individu berpartisipasi dalam kegiatan itu tanpa
ada yang menyuruh. Minat belajar yang besar akan meningkatkan hasil belajar
(Haryati, 2015).
Dalam pembelajaran matematika diperlukan minat belajar yang tinggi
karena minat belajar siswa memiliki pengaruh terhadap pembelajaran Matematika.
Dimana minat dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap
Matematika. Minat dapat ditumbuhkan dalam diri siwa. Guru memiliki peran dalam
menumbuhkan minat belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika. Salah
satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap
matematika adalah dengan menanamkan mind set baru tentang matematika.
(Djaali, 2014: 121), Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Sedangkan
Crow dan Crow (dalam Djaali, 2014: 121) mengatakan bahwa minat berhungan
3
dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan
dengan orang, benda , kegiatan , penglaman yang dirangsang oleh kegiatan sendiri.
Jadi minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas.
Hardwinoto menginformasikan bahwa minat siswa terhadap matematika
akan bertambah apabila ia dapat memahami dan meyelesaikan soal matematika degan
mudah. Seseorang siswa yang mampu memperoleh nilai terbaik dalam ulangan
matematika, prestasi tersebut secara langsung akan memberi rasa bangga, yang
dengan rasa bangga tersebut terbentuk minat untuk mencapai nilai yang lebih baik,
selanjutnya keinginan tersebut akan memacu lahinrnya minat belajar.
Dari definisi dan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar
merupakan dorongan batin yang tumbuh dari seseorang siswa untuk meningkatkan
kebiasaan belajar. Minat belajar akan tumbuh saat siswa memiliki keinginan untuk
meraih nilai terbaik, atau ingin memenangkan persaingan dalam belajar dengan siswa
lainnya. Minat belajar juga dapat dibangun dengan menetapkan cita-cita yang tinggi
dan sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa.
Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan cenderung tekun, ulet,
semangat dalam belajar, pantang menyerah dan senang menghadapi tantangan.
Mereka memandang setiap hambatan belajar sebagai tantangan yang harus mampu
diatasi. Anak yang berminat belajar tinggi dalam belajar umumnya gemar terhadap
Matematika, sehingga mereka belajar Matematika tidak hanya sekedar memenuhi
kewajiban dan tugas dari guru atau tuntutan kurikulum, tetapi mereka menjadikan
belajar Matematika sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Bagi mereka, ada
atau tidak rangsangan dari luar untuk belajar Matematika tidak ada bedanya.
Minat juga berhubungan dengan disiplin belajar karena siswa akan belajar
jika terdapat suatu kesenangan dalam melakukan aktivitas belajar, dan aktivitas
tersebut dilakukan secara terus-menerus sehingga hasil yang diperoleh adalah siswa
menjadi terampil dalam belajar. Dalam penelitian Moch. Arif Fahdilah bahwa ada
4
hubungannya antara minat belajar siswa dengan disiplin belajar siswa. Jika dianalisis
lebih lanjut semakin siswa berminat dalam suatu pembelajaran maka akan semakin
disiplin siswa akan mengikuti pelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut, dengan
adanya hubungan antara minat dan disiplin belajar siswa maka sebisa mungkin minat
belajar siswa harus lebih ditingkatkan agar disiplin siswa dalam belajar juga lebih
meningkat.
Kedisiplinan diartikan sebagai perilaku atau tata tertib yang sesuai dengan
ketetapan dan peraturan yang berlaku. Peraturan yang dimaksud adalah peraturan
yang ditetapkan oleh guru, sekolah dan orang tua. Kedisiplinan dapat meliputi hal-hal
yang lebih khusus. Dalam hal ini kedisiplinan dilakukan dalam belajar. Belajar
memerlukan perilaku disiplin agar siswa dapat lebih menguasai ilmu. Khususnya
dalam matematika, kedisiplinan sangat diperlukan, karena dalam memahami
matematika diperlukan latihan yag terus menerus sehingga siswa akan terbiasa dan
tidak mudah lupa dalam mengingat pelajaran matematika.
Disiplin belajar adalah sebagai salah satu faktor internal yang merupakan
dasar bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa sebab dengan adanya
dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar mengembangkan tumbuhnya semangat
untuk lebih giat dalam belajar. Oleh karena itu, faktor internal yang berpengaruh
disiplin terhadap prestasi belajar matematika sebagai salah satu pola tingkah laku
belajar yang sudah menetapdiri siswa di dalam sekolah. Selajutnya, faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa untuk fasilitas yang terpenuhi
dengan baik akan memberikan semangat siswa untuk belajar lebih giat, sehingga
proses belajar akan menjadi lebih optimal.
StaraWaji (dalam Sofyan, 2013:161), menyatakan bahwa disiplin berasal
dari bahasa latihan discere yang berarti belajar. Dari kata ini,timbul kata disciplina
yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang, kata disiplin mengalami
perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai
kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan,dan pengendalan. Kedua
disiplin latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
5
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian disiplin belajar adalah
suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan siswa terhadap peraturan di
sekolah.
Kedisiplinan belajar yang tinggi siswa dapat memperoleh hasil belajar yang
tinggi. Siswa dengan disiplin belajar yang tinggi dengan penuh kesadaran akan
melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar, mengerjakan tugas dengan
tepat waktu serta mematuhi peraturan yang berlaku. Selain itu, penanaman disiplin
pada peserta didik dapat menumbuhkan cara berpikir anak, menata dan menentukan
sendiri tingkah lakunya sesuai dengan kaidah sosial. Disiplin dapat menjadi petunjuk
peserta didik agar tidak tersesat dan terhindar timbulnya suasana hidup yang tidak
menyenangkan peserta didik. Seorang siswa perlu memiliki sikap disiplin dengan
melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan
mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri
merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar. Khususnya dalam belajar
matematika.
(Djaali, 2014:101) Dalam pelajaran matematika banyak siswa yang masih
mengalami kesulitan sehingga berakibat pada hasil belajar yang kurang memuaskan.
Oleh karena itu diperlukan analisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
hasil belajar matematika. Sehingga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan hasil belajar matematika. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah motivasi , sikap , minat , kebiasaan belajar, konsep diri.
Akan tetapi pada penelitian ini hanya mengacu pada permasalahan minat dan
kedisiplinan belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 22
bahwa, “ Masih terdapat siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika sehingga
hasil belajar matematika masih tergolong rendah”. Kemudian peneliti memberikan
angket untuk mendukung hal tersebut. Adapun hasil angket minat belajar yang telah
diberikan kepada 32 orang siswa menunjukkan bahwa minat belajar masih rendah.
Hal ini diperkuat oleh hasil tabulasi angket minat belajar, dimana hasil menunjukan
6
bahwa minat belajar siswa hanya 44 % untuk kelas VII-6 SMP Negeri 22 Medan.
Dan untuk tabulasi kedisiplinan belajar hasil menunjukan bahwa disiplin belajar
siswa hanya 40 % untuk kelas VII-6 SMP Negeri 22 Medan.
Hal ini didukung dengan data hasil ujian siswa kelas VII TA. 2019/2020
yang terdiri dari 32 siswa. Data menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa ( 40,62%)
yang lulus dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu
75, sementara 19 siswa ( 59,37% ) lainnya tidak mencapai ketuntasan KKM. Dan
menurut Zulkardi (dalam Mariana 2013) permasalahan kondisi pada pendidikan
matematika adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.Hal ini juga didukung
oleh penelitian Helly Apriyanti (2014) yang mengatakan bahwa menurut Lembaga-
lembaga survey seperti Pusat Statistik Internasional untuk pendidikan, UNESCO,
survey dari the National Center for Education Statistik (NCES), The Third
Internasional Mathematic and Sience Study Repeat (TIMMSR), hasil penelitian tim
Programme of International Student Assesment (PISA), penelitian Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMMS), mengemukakan hasil survey
mereka bahwa hasil belajar matematika masih kurang memusakan.
Melihat kondisi tersebut, maka perlu diperlukan usaha untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan
inovasi pada model pembelajaran matematika.
Dari pembelajaran yang biasanya didominasi oleh guru menjadi
pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menarik siswa untuk aktif dalam proses
belajar matematika. Misalnya dengan belajar sambil bermain. Bermain merupakan
aktivitas siswa yang menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan. Suasana
semacam ini akan mendorong siswa lebih aktif belajar dan akhirnya akan
meningkatkan keberhasilan belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar perlu diciptakan
suasana gembira dan menyenangkan dalam bentuk kegiatan bermain kreatif.
(Yurniawati, 2019:39).
Adapun model pembelajaran yang berkaitan dengan suasana bermain sambil
belajar adalah model pembelajaran Teams Tournament Games. Model pembelajaran
7
Teams Tournament Games ini dapat meningkatkan minat belajar siswa dikarenakan
dalam model pembelajaran TGT penyampaian materinya dengan menggunakan
permainan dan akan terasa lebih menyenangkan serta didukung dengan media
pembelajaran yang sesuai. Media merupakan alat bantu apa saja yang dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapaitujuan pengajaran. Salah satu media yang
sering digunakan adalah media kartu soal.
Diana Sulastry Bethan melakukan penelitian terkait dengan penggunaan
media kartu soal, hasil penelitiannya mengatakan bahwa penggunaan permainan kartu
soal dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Media kartu soal ini dapat dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan sehingga siswa dapat belajar dengan rasa senang dan tidak
bosan serta terpacu keaktifan belajarnya. Untuk itu model pembelajaran Teams
Games Tournament dapat menumbuhkan minat dan disiplin belajar siswa dalam
belajar matematika (Sulastry Bethan : 2016). Belajar lebih berhasil bila berhubungan
dengan minat serta dilakukan proses pengulangan dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian permasalahan ini , penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Kedisiplinan
Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran
Teams Games Tournament”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Crow dan Crow (dalam Djaali 2014:121) mengatakan bahwa minat
berhungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, penglaman yang dirangsang oleh kegiatan
sendiri. Jadi minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan
diperoleh kemudian.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa senang, perhatian, kemauan, konsentrasi, dan
kesadaran siswa terhadap pelajaran matematika. Salah satu faktor yang menyebabkan
timbulnya kesulitan dalam belajar adalah karena rendahnya minat terhadap pelajaran
matematika.
Menurut pandangan para ahli, minat itu dimaknai secara beragam, berbeda-
beda sesuai dengan cara dan sudut pandang mereka masing-masing. Sebagian dari
pendangan tersebut adalah sebagai berikut. (dalam Djaali 2014:121)
1. Menurut Kamisa (1997) minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau
kesukaan.
2. Menurut Gunarso (1995) Minat adalah sesuatu yang pribadi dan
berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi
prasangka dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat
menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah
menarik minatnya.
3. Menurut Hurlock (1999) Minat merupakan sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka
15
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan
hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,kecakapan melalui
usaha, pengajaran atau pengalaman.
Menurut Gie (Dalam H.Makmun Khairani 2017:193), minat berarti
sibuk,tertarik,atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari
pentingnya kegiatan itu. Maka dengan demikian minat belajar adalah keterlibatan
sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian
untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan
ilmiah yang dituntutnya disekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Proses belajar akan
berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan minat
siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti Husawiyah (Dalam
H.Makmun Khairani 2017:193) Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses
belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan
daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat
belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidangtertentu,
bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto dalam H.Makmun
Khairani 2017:195) Menurut Gie arti penting minat dalam kaitannya dengan
pelaksanaan studi adalah
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merata.
2. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
3. Minat mencegah gangguan dari luar
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
5. Minat memperkecil kebosanan belajar
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya
konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian minat merupakan landasan bagi
konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya
17
dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan menggembangkan minat itu, serta tidak
mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa ( Gie
dalam Khairani 2017:195)
Minat dan perhatian dalam belajar mempunayi hubungan yang erat sekali.
Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung
untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang
menaruhperhatian secara kontinu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu,
biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.
Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan
memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian
pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk
mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang
pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat
belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya ( Kartono dalam
Khairani 2017:196)
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai hal dari pada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki
minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap subjek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat
terhadpa sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap
sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan
menyongkong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak
merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu
siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan
18
maka indikator adalah alat pemantau yang dapat memberikan petujuk kearah minat.
Menurut Slameto (2013:180) indikator minat belajar yaitu adanya perasaan senag,
adanya ketertarikan, adanya keterlibatan siswa dan adanya perhatian siswa.
1) Perasanan senang; Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau
suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus
mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada
siswa untuk mempelajarinya. 2) Ketertarikan siswa; Ketertarikan siswa
merupakan salah satu indikator minat yang berhubungan dengan daya gerak
yang mendorong cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau
bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. 3)
Perhatian belajar siswa; Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator
minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap
pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada
itu. Siswa yang memiliki minat belajar pada objek tertentu, dengan
sendirinya akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, jika seseorang
siswa menaruh minat terhadap pelajaran Matematika, maka siswa akan
berusaha untuk memperhatikan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh
gurunya. 4) Keterlibatan siswa; Ketertarikan seseorang akan suatu objek
yang melibatkan orang tersebut akan senang dan tertarik untuk melakukan
atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
Brown (dalam Rahmawati: 2019) indikator minat diantaranya sebagai
berikut: a) Perasaan senang; b) Adanaya rasa ketertarikan; c) Keterlibatan dalam
belajar; d) Rajin belajar dan mengerjakan tugas; e) Tekun dan disiplin dalam belajar ;
serta memiliki f) jadwal belajar.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa indikator minat yaitu: perasaan senang, perhatian, ketertarikan,
motivasi, berpartisipasi, dan aktivitas siswa.
22
sebagai hasil belajar bersifat relatif menetap dan memiliki potensi untuk dapat
berkembang.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dicapai siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Thobroni, 2012:24). Sedangkan
menurut (Dimyati, 2009:5) hasil belajar merupakan suatu dampak dari pencapaian
tujuan pembelajaran yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam nilai rapor, nilai
dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Hasil belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Perubahan pengetahuan dapat dilihat atau diukur dari pemahaman,
kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. Keterampilan dapat dilihat dari
kecakapannya sedangkan sikap dapat dilihat dari tingkah laku yang ada dalam diri
siswa.
Abdurrahman (dalam Jihad, Asep dan Haris, Abdul, 2012:14) Hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk perubahsan perilaku yang relative menetap. Siswa yang berhasil dalam
belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
intruksional. Menurut Benjaminn S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A. J. Romizowski hasil belajar
merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemrosesan masukan (input). Dapat
kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang
cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar
yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat
dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Hamalik (dalam Jihad, Asep dan
Haris, Abdul, 2012:15) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, niali-nilai,
pengertian-pengertian dann sikap-sikap, serta apersepsi dan abiliitas. Dari kedua
pernyataan tersebut dapat dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah
28
perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Setelah melalui proses belajar maka siswa
diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajaryaitu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Tujuan belajar
adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajr, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-
sikapp yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Hamalik (dalam Jihad,
Asep dan Haris, Abdul, 2012:15).
Usman mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat
kaitannya dengan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya
yang dikelompokkan kedalam tiga katagori, yakni domain kognitif, afektif, dan
psikomotor. Adapun domain kognitif dalam hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan, Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif
meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal,
mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur
atau seting.
2. Pemahaman. Jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi
penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil
komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisssasikannya
secara setingkap tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan.
3. Apiliasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru, Kata-
kata yang dapat dipakai antara lain: interpretasikan, terapkan, laksanakan,
gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan, kerjakan.
4. Analisa. Jenjang keempat ini akan menyangkut terutama kemampuan anak
dalam memisah-misah (breakdown) terhadap suatu materi menjadi bagian-
bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian
yang membentuknya mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan
cara materi itu diorganisir. Kata-kata yang dapat dipakai : pisahkan, analisa,
bedakan, hitung, cobakan, teliti, hubungkan, pecahkan, kategorikan.
29
5. Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah
meliputi anak yang menaruhkan/menempatkan bagian-bagian atau elemen
satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.
6. Evaluasi. Jejang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap paling sulit
dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Kata-kata yang dapat dipakai :
putuskan, bandingkan, revisi, perkiraan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku setelah mengikuti setelah mengikuti proses belajar mengajar
yang dikategorikan berdasarkan tujuan pembelajaran yang mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat
pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada
lembar pencatatan skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor
yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota
kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan
tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan
dalam meja-meja tournament. Tiap meja tournament ditempati 5 sampai 6 orang
peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta kelompok yang sama. Dalam setiap
meja turnamen diusahaakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan
memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan
membagikan kartu-kartu soal untuk bermain ( kartu soal dan kunci ditaruh terbaik
diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca) Permainan pada tiap meja
turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap
meja menentukan dulu pembaca soaldan pemain yang pertama dengan cara undian.
Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai
dengan nomor undian yang yang diambil oleh pemain. Selanjutkan soal dikerjakan
secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum
jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya
diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal selanjutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dimana posisi pemain diputar serah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja
34
mendapat penghargaan. Adanya teori motivasi dalam model TGT tampak dari adanya
persaingan antar peserta didik dalam kegiatan turamen. (Prianasa, 2019: 308).
a. Penyajian Kelas
1) Pembukaan
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari, tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi (prasyarat
belajar). Saat pembelajaran, guru harus mempersiapkan work sheet
dan soal turnamen. Serta guru memberi penjelasan materi secara
garis besar.
2) Belajar Kelompok
Guru membacakan anggota kelompok dan meminta peserta didik
untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Satu
kelompok terdiri atas 4-5 orang peserta didik yang anggotanya
heterogen, dilihat dari presentasi akademik, jenis kelamin dan ras.
Guru memerintahkan kepada peserta didik untuk belajar dalam
kelompok. Fungsi kelompok adalah lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3) Validasi Kelas
Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-soal
yang sudah didiskusikan dengan sesame kelompoknya dan guru
menyampaikan jawaban dari tiap-tiap kelompok untuk didiskusikan
bersama.
4) Turnamen
Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi peserta didik dalam
meja-meja turnamen. Setelah setiap peserta didik berada dalam meja
turnamen berdasarkan keunggulannya masing-masing, guru
membagikan satu set seperangkat turnamen. Satu set seperangkat
turnamen terdiri atas soal turnamen, kartu soal, lembar jawaban,
gambar smile, dan lembar skor turnamen. Semua perangkat soal
untuk tiap-tiap meja adalah sama. Didalam turnament perhitungan
38
Meja
Meja Meja Meja
Turnamen
Turnamen Turnamen Turnamen
4
1 2 3
TEAM B TEAM C
Top scorer 60
Middle scorer 40
39
Low scorer 20
Top scorer 60
Low scorer 20
5) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok (team recognition) dilakukan dengan cara
pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang
diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan
dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan
kepada tim yang memenuhi kategori rata-rata poin. Ada tiga
kriteria penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim.
Penghargaan tim dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kriteria penghargaan kelompok.
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
40 Tim baik
45 Tim sangat baik
50 Tim super
Berminat Dalam Suatu Pembelajaran maka akan semakin disiplin siswa akan
mengikuti pelajaran
c. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Septia Eka Cahya Arum Lestari
(2018) Dengan Judul Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menyimpulkan
Bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. .
d. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Isfawati (2018) Dengan Judul
Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dengan
Bantuan Media Question Box Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Minat
Belajar Matematika Siswa Kelas VII Smp Negeri 2 Sungguminasa
Menyimpulkan Bahwa Minat Belajar Menggunakan Model TGT Jauh Lebih
Baik Dibandingkan Model Konvensional.
e. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Nurul Istiqomah Fajriani (2017)
Dengan Judul Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika
Menyimpulkan Bahwa Terdapat Hubungan Antara Minat Belajar Dengan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII C Smp N 3 Sawit Tahun
Pelajaran 2016/2017
f. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Nurul Istiqomah Fajriani (2017)
Dengan Judul Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Matematika
VIII Mts Al-Rasiyah Tahun Ajaran 2016/2017 Menyimpulkan Bahwa
Terdapat Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII Mts Al-Rasiyah Tahun Ajaran 2016/2017
g. Dari Hasil Penelitian Yang Dilakukan Yogi Wiwiseno (2011) Dengan Judul
Pengaruh Minat, Disiplin, Dan Cara Belajar Terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Man 1 Brebes Menyimpulkan Bahwa Ada
Pengaruh Minat,Disiplin,Dan Cara Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Man 1 Brebes.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
adalah essay test sebanyak 5 soal. Adapun kisi-kisi instrument ( sebelum dilakukan
validasi tes) dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
Aspek Kognitif
No Indikator Jumlah soal
C1 C2 C3
1. Menentukan sifat-sifat segiempat (Persegi 1 1
panjang, persegi, trapesium, jajargenjang)
2. Menentukan keliling segiempat (Persegi 2 1
panjang, persegi, jajargenjang, trapesium )
3. Menentukan luas segiempat (Persegi 3 1
panjang, persegi, jajargenjang, trapesium)
4. Menyelesaikan masalah nyata terkait dengan 4 1
keliling bangun datar (segiempat)
5. Menyelesaikan masalah nyata terkait 5 1
dengan luas bangun datar (segiempat)
Jumlah 1 2 2 5
Keterangan
C1 = Pengetahuan
C2 = Pemahaman
C3 = Penerapan
Adapun pedoman kategori hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.1.1
Tabel 3.1.1 Kategori hasil belajar
Skor Kategori
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
30-39 Gagal
Angket yang digunakan adalah angket dengan tipe kuisioner langsung dan
tertutup. Dikatakan langsung karena angket atau kuisioner itu diisi langsung oleh
responden. Dikatakan tertutup karena kuisioner yang sudah disediaka jawabannya
sehingga responden tinggal memilih jawabannya (Arikunto,2016:195).
Angket yang disusun mengacu pada indikator minat belajar siswa yang telah
dikelompokkan kedalam beberapa aspek. Skor untuk setiap pertanyaan yaitu selalu,
sering, kadang-kadang dna tidak pernah. Penilaian angket atau kuisioner
menggunakan skala Likert. Skala Likkert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan
diikuti oleh respon yang menunjukan tingkatan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ( Sebelum Divaliditas)
Item Pernyataan Jumlah
Nomor Indikator Deskripsi
Positif Negatif
Item
Adanya perasa ingin tau 4, 7 13 3
Adanya niat anak 3, 6 10, 14 4
Sifat ingin
membuat ringkasan
tau Adanya niat anak 26, 27 17, 15 4
menciptakan sesuatu
Penggunaan Memanfaatkan waktu
20, 22 8, 9, 18 5
Minat waktu belajar dengan baik
Jumlah 20 10 30
Angket yang disusun mengacu pada indikator disiplin belajar siswa yang
telah dikelompokkan kedalam beberapa aspek. Skor untuk setiap pertanyaan yaitu
selalu, sering, kadang-kadang dna tidak pernah. Penilaian angket atau kuisioner
menggunakan skala Likert. Skala Likkert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan
diikuti oleh respon yang menunjukan tingkatan.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Disiplin Belajar Siswa (Sebelum Validasi)
Aspek Disiplin Pernyataan Jumlah
Indikator
Belajar Positif Negatif Butir Soal
Jumlah Soal 30 20 50
50
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
4
Skor Akhir = Skor yang diperoleh x Skor maksimal
Disiplin belajar yang telah diperoleh dan dianalisa, kemudian dengan kriteria
rata-rata yang telah disebutkan diatas. Kategori disiplin belajar yang baik adalah jika
hasil disiplin belajar dalam rentang nilai 2,33 < skor ≤ 3,33.
51
Keterangan:
Rxy = Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y
n = jumlah responden
x = skor variabel (jawaban responden)
y = skor total dari variabel untuk respon ke- n
Penafsiran besaran indeks validitas butir tes dilakukan dengan menggunakan
klasifikasi nilai r xy dengan klasifkasi kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.9 Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kategori
0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Xi = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
∑X = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
σ 2t = Varian total
M=
∑ X1
N
Keterangan:
M = Mean (Rata-rata)
∑ X 1 = Nilai tiap data
N = Jumlah responden X
b. Standart Deviasi (SD) dihitung dengan rumus
1
SD = √ (N . ΣX 2 ¿ )−(ΣX )2 ¿
N
Keterangan:
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
N = Jumlah responden distribusi X
ΣX = Jumlah skor total distribusi X
ΣX2 = Jumlah kuadrat skor total distribusi X
3.8.2 Uji Kecenderungan
Uji Kecenderungan di analisa dengan menggunakan harga rata-rata ideal
(Mi) standart deviasi ideal (SDi). Untuk mengetahui kategori kecenderungan dari
setiap variabel maka dilakukan uji kecenderungan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Dihitung skor tertinggi Ideal (Stt) dan skor terendah ideal (Str)
b. Dihitung rata-rata skor ideal (Mi) dan standart deviasi ideal (SDi)
Adapun rumus untuk rata-rata ideal (Mi) dan standart deviasi ideal (SDi) adalah
sebagai berikut :
Skor ideal maksimum+ skor ideal minimum
Mi =
2
Skor ideal maksimum−skor ideal minimum
SDi =
6
Stt + Str Stt + Str
Mi = ; SDi =
2 6
56
Keterangan :
Mi = Rata-rata ideal
SDi = Standart deviasi ideal
Stt = Skor tertinggi ideal
Str = Skor terendah ideal
Dari rata-rata ideal dan standart deviasi ideal dapat ditentukan empat kategori
kecenderungan sebagai berikut :
1) ˃ Mi + 1,5 SDi Kategori cenderung tinggi
2) Mi s/d Mi + 1,5 SDi Kategori cenderung sedang
3) Mi- 1,5 SDi s/d Mi Kategori cenderung kurang
4) < Mi – 1,5 SDi Kategori cenderung rendah
3.8.3 Uji Prasyarat Analisis
Agar data penelitian yang diperoleh dapat dipakai dengan menggunakan
analisis statistika, pada uji hipotesis penelitian yang menerapkan rumus Korelasi
Product Momen, maka terlebih dahulu memenuhi persyaratan analisis. Uji prasyarat
analissi yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah data penelitian sudah
mempunyai sebaran normal serta untuk mengetahui apakah data variabel bebas (X)
linier terhadap data variabel terikat (Y), untuk itu dilakaukan uji normalitas dan
linierits
3.8.3.1 Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel pada penelitian berdistribusi normal atau
tidak digunakan uji normalitas liliefors, dengan langkah-langkah :
1. Mencari bilangan baku
X i− X́
Zi =
S
Catatan :
X = Data yang dicari zi nya
X́ = Nilai rata-rata dari sampel
S = simpangan baku
57
siregar, 2015:338. Teknik uji korelasi sederhana dan uji korelasi ganda, berikut ini
akan disajikan penjelasan lebih lanjut:
a. Uji Korelasi Sederhana
n ( ∑ xy ) −( ∑ x . ∑ y )
r=
2
√ [ n ∑ x −( ∑ x ) ] ¿ ¿ ¿
2
Keterangan:
r: uji korelasi sederhana
n: jumlah data (responden)
x: variable bebas
y: variable terikat
b. Uji Koefisien Korelasi Ganda
r 2x . y +r 2x . y −2 ( r x . y )( r x . y )( r x . x
R x . x . y=
1 2
√ 1
Keterangan:
2
1−r 2
1
x 1 ,x 2
2 1 2
)
x 1: variable bebas ke 1
x 2: variable bebas ke 2
y: variable terikat
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan H0
ditolak jika thitung ˃ ttabel.
H0: ρ ᵧx2 = 0 : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti
antara disiplin belajar teradap hasil belajar matematika dengan menggunakan
model Teams Games Tournament
H1: ρ ᵧx2 ≠ 0 : Terdapat hubungan positif yang signifikan dan berarti antara
disiplin belajar teradap hasil belajar matematika dengan menggunakan
model Teams Games Tournament
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan H0
ditolak jika thitung ˃ ttabel.
3.9.2 Hipotesis Ketiga
H0: r x . x
1 2 .y = 0 : Tidak terdapat hubungan yang positif dan berarti antara
minat belajar dan disiplin belajar terhadap hasil belajar dengan
menggunakan model Teams Games Tournament
H1: r x . x . y ≠ 0 : Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara minat
1 2