Anda di halaman 1dari 2

PERMASALAHAN KEANEKARAGAMAN HAYATI GLOBAL

Disusun Oleh:
Kelompok 6
(Astutik, Emma Farida, Iti Jarsiti, Siti Robingatun, Wiwin Trisnawati)

Keanekaragaman hayati erat kaitannya dengan keberlangsungan hidup manusia di bumi.


Bagaimana tidak, manusia hidup bergantung pada lingkungan di sekitarnya. Tujuan tulisan ini
yaitu untuk mengkaji keanekaragaman hayati secara global, permasalahannya, bagaimana
penanggulangannya serta upaya pencegahannya. Hilangnya keanekaragaman hayati serta
perubahan iklim merupakan krisis global saat ini. Diperlukan konvensi serta aturan yang jelas,
tegas, tak pandang bulu dari Pemerintah guna menjaga keanekaragaman hayati.

Keywords: Keanekaragaman hayati, Konservasi, Pemanasan Global, Konvensi.

Keanekaragaman hayati (Kehati) mengacu pada keanekaragaman semua jenis tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme serta proses yang terjadi pada ekosistem dan ekologis di dalamnya.
Keanekaragaman hayati mendukung terlangsungnya kehidupan manusia di bumi ini. Upaya untuk
melestarikan keanekaragaman hayati merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Ilmu
konservasipun berkembang sejalan dengan kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati. Namun
walaupun dari segi ilmu mengalami perkembangan, akan tetapi keanekaragaman hayati dari tahun
ke tahun makin menurun.
Pelestarian keanekaragaman hayati merupakan tantangan di abad 21. Beberapa kasus
global seperti menurunnya populasi burung Nasar di Asia Selatan, Bangau Rejan (Grus
Americana), burung laut Procellariform, Burung Kondor California, pemburuan gading serta
banyak lagi kasus di dunia yang menunjukkan tingkat keanekaragaman hayati yang menurun
(William et al.,2020). Tidak dapat dipungkiri bahwa penurunan kehati ini tidak lepas dari campur
tangan dan ulah manusia.

PEMBAHASAN
Kehati ini merupakan masalah global, penurunan keanekaragaman hayati tidak hanya
terjadi di Indonesia namun diseluruh penjuru dunia dari mulai kutub, daerah tropis sampai dengan
daerah gurun. Aktifitas manusia di bumi yang membawa kerusakan, meningkatkan CO 2 di udara
karena pencemaran, aktivitas konversi lahan, eksploitasi yang berlebihan, praktek teknologi yang
tidak ramah lingkungan, masuknya spesies asing dan perubahan lingkungan merupakan penyebab
dari penurunan keanekaragaman hayati global (Surakusumah, 2011).
Perubahan iklim sering dijadikan alasan utama dari turunnya spesies organisme di muka
bumi ini. Melalui perubahan iklim secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan suhu
bumi yang menyebabkan pola adaptasi beberapa spesies di kutub mengalami perubahan dan
kepunahan. Begitu juga dengan daerah gurun, dengan adanya perubahan iklim dapat menyebabkan
luas gurun semakin bertambah (desertifikasi). Selain itu perubahan iklim juga akan menyebabkan
berubahnya cuaca yang berakibat pada perubahan periode musim tanam. Hal ini dapat
menyebabkan kepunahan pada jenis tanaman tertentu yang tidak dapat beradaptasi dengan cepat.
Selain perubahan iklim, pemanasan global pun sering disebut sebagai penyebab turunnya
keanekaragaman hayati. Menurut beberapa ahli, pemanasan global disinyalir dapat meningkatkan
frekuensi badai di wilayah pesisir yang mampu merusak ekosistem daerah mangrove dan
sekitarnya. Selain itu pemanasan global diperkirakan dapat meningkatkan suhu air laut yang
berdampak pada kematian dan kepunahan terumbu karang di daerah tropis. Tak hanya itu, menurut
WWF (World Wildlife Fund) berasumsi bahwa dampak pemanasan global akan meningkat seiring
dengan tingkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer. Diperkirakan akan banyak tumbuhan dan hewan
yang mengalami kepunahan. Hal ini diakibatkan perubahan habitat dan mereka tidak mampu untuk
bermigrasi atau beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Beberapa penyebab yang berasal dari alam mungkin tidak dapat dihindari, namun
penyebab aktifitas manusia yang bersifat merusak itulah yang dapat dikendali. Pada kasus
turunnya populasi Bangau Rejan (Grus Americana), Burung Nasar Asia Selatan, Burung Kondor
California, Burung Hering Afrika Timur, Burung Laut Procelliform disebabkan oleh pemburuan
manusia (William et al.,2020). Strategi untuk mengatasi penurunan populasi spesies ini dilakukan
dengan berbagai cara. Melalui konservasi secara intensif, penangkaran, pembuatan kawasan
lindung, serta pembentukan populasi baru dapat dijadikan alternative pemecahan masalah ini.
Upaya kerjasama dari nelayan dan organisasi lingkungan hidup yang melakukan pemantauan
berkelanjutan telah mampu memulihkan jumlah populasi spesies hewan tersebut.
Pemantauan berkelanjutan memerlukan penelitian lebih mendalam di bidang ilmu
konservasi. Namun pada masa pandemic covid 19 ini beberapa proyek penelitian dan upaya
konservasi banyak yang tertunda bahkan dibatalkan (Corlett et al.,2020). Resesi ekonomi global
mengurangi dana yang tersedia untuk penelitian terkait konservasi. Penelitian tentang konservasi
selama pemulihan ekonomi pasca pandemic tidak mungkin menjadi prioritas pemerintah.
Beberapa konvensi yang berkaitan dengan Keanekaragaman hayati (CBD) COP 15 yang bermula
akan dilaksanakan di China pun terancam batal.
Namun walaupun demikian, konservasi masih terus berjalan. Taman Nasional, kawasan
lindung serta satwa liar masih tetap dijaga. Bahkan dengan berkurangnya aktivitasnya manusia,
aktivitas pabrik dan pencemaran di masa pandemic ini, ternyata menyebabkan kemunculan
beberapa spesies hewan liar di daerah pemukiman penduduk. Beberapa ahli mengemukakan
bahwa efek pandemic telah menurunkan emisi gas rumah kaca dan penurunan besar dari
pemanasan global. Hal ini membuktikan bahwa aktifitas manusia yang berlebihanlah yang menjadi
penyebab terbesar dari penurunan keanekaragaman hayati. Dibutuhkan peran pemerintah, aturan
yang jelas, sangsi yang tegas serta hukuman yang tak pandang bulu untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati.

KESIMPULAN
Keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman semua jenis tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme serta proses yang terjadi pada ekosistem dan ekologis di dalamnya. Menurunnya
populasi burung Nasar di Asia Selatan, Bangau Rejan (Grus Americana), burung laut
Procellariform, Burung Kondor California, pemburuan gading serta banyak lagi kasus di dunia
menunjukkan tingkat keanekaragaman hayati global menurun. Bentuk penanggulangan konservasi
berupa penangkaran, pembuatan kawasan lindung, perlindungan dari perburuan, pembuatan
populasi baru dan upaya konvensi keanekaragaman hayati. Diperlukan peran pemerintah untuk
membuat aturan dan hukuman yang jelas, tegas serta tak pandang bulu untuk menjaga
keanekaragaman hayati.

DAFTAR RUJUKAN
1. Corlett, R. T., Primack, R. B., Devictor, V., Maas, B., Goswami, V. R., Bates, A. E., ... &
Cumming, G. S. (2020). Impacts of the coronavirus pandemic on biodiversity
conservation. Biological Conservation, 246, 108571.
2. Surakusumah, W. (2011). Perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap keanekaragaman
hayati. Makalah Perubahan Lingkungan Global. Universitas Pendidikan Indonesia.
Diakses dari http://file. upi. edu/Direktori/FPMIPA.
3. Williams, D. R., Balmford, A., & Wilcove, D. S. (2020). The past and future role of
conservation science in saving biodiversity. Conservation Letters, e12720.

Anda mungkin juga menyukai