Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Sirosis Hepar

Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi difus dan regenerasi fibrotic sel-
sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik menghasikan fibrosis, maka penyakit ini akan merusak jaringan
hati serta pembuluh darah yang normal, mengganggu aliran darah serta cairan limfe, dan pada akhirnya
menyebabkan insufisiensi hati. Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki dengan insidensi dua kali lebih
sering dibandingkan pada wanita dan khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi usia di
atas 50 tahun dengan alkoholisme kronis. Angka mortalitasnya tinggi dan banyak pasien meninggal
dalam lima tahun sejak awitan sirosis tersebut (Kowalak, 2011). Dan menurut (Price, Wilson, & Carty,
2006), Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsetektur hati yang normal oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal.

Menurut (Sudoyo, 2009), Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regenerative. Sedangkan menurut (McPhee & Ganong, 2010), Sirosis hati adalah
penyakit kronis progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan pemberntukan nodul. Sorosis
terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan metabolism hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan
di dalam hepatosit, duktus empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.

Manefestasi Klinis

Berikut ini merupakan tanda dan gejala menurut (Kowalak, 2011):

· Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu

· Mual dan mutah akibat respons inflamasi dan efek sistemik inflamasi hati

· Diare akibat malabsorbsi

· Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati

Berikut ini merupakan tanda dan gejala stadium lanjut :

· Respirasi-efusi pleura, ekspansi toraks yang terbatas karena terdapat asites dalam rongga perut;
gangguan pada efisiensi pertukaran gas sehingga terjadi hipoksia

· System saraf pusat-tanda dan gejala ensafalopati hepatic yang berlangsung progresif dan meliputi
letargi perubahan mental, bicara pelo, asteriksi, neuritis perifer, paranoia, halusinasi, somnolensia berat
dan koma, yang semua terjadi sekunder karena terganggunya proses perubahan ammonia menjadi
ureum dan sebagai akibatnya, senyawa ammonia yang toksik itu akan terbawa kedalam otak
· Hematologic-kecenderungan berdarah (epistaksis, gejala mudah memar, gusi yang mudah
berdarah), splenomegali, anemia yan gdisebabkan oleh trombositopenia (terjadi sekunder karena
splenomegali serta penrunan absorbs vitamin K), dan hipertensi porta

· Endokrin-atrofi testis, ketidakteraturan haid, ginekomastia dan bulu dada serta ketiak rontok
akibat penurunan metabolism hormone

· Kulit-pigmentasi yang abnormal, spider angioma (spider naevi), eritema palmarum, dan gejala
ikterus yang berhubungan dennga kerusakan fungsi hati; pruritus hebat yang terjadi sekunder karena
ikterus akibat hiperbilirubinemia, kekeringan kulit yang ekstrem dan turgor jaringan yang buruk, yang
semua ini berhubungan dengan malnutrisi

Klasifikasi Sirosis Hepar

Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh intrahepatik dan ekstrahepatik, kolestasis, hepatitis virus,
dan hepatotolsin. Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua factor pencetus utama untuk sirosis Laennec.
Sirosis pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling seing dijumpai. Ada empat macam
sirosis yaitu:

1. Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan ileh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal sirosis ini,
hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar mengecil dan nodular

2. Sirosis pascanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin biasanya
berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil denganbanyak nocul dan jaringan fibrosa

3. Sirosis bilier. Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus koledukus komunis
(duktus sistikus)

4. Sirosis jantung. Penyebabnya adalah gagal jantung sisi kanan (gagal jantung kongestif) (Mary
Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
sekuder terhadap anoreksia

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder terhadap sirosis hepatis

4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi akut

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap kelemahan

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan


8. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan koma

9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus

10. Resiko perdarahan berhubungan dengan Factor pembekuan darah & sintesis prosumber
terganggu

11. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hepatis

Intervensi

1.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

NOC

v Rerpiratory status : ventilation

v Respiratory status : Airway patency

v Vital sign status

Criteria hasil

v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu

v Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

v Tanda-tanda vital dalam rentang normal

NIC

Airway Management

- Posiskan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

- Monitor respirasi dan status o2


- Pertahankan jalan nafas yang paten

- Atur peralatan oksigenasi

- Monitor aliran oksigen

- Pertahankan posisi pasien

- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Vital sign Monitoring

- Monitor TD, nadi, shu, dan RR

- Monitor pola pernafasan abnormal

- Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit

2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sekuder
terhadap anoreksia

NOC

v Nutritional status

v Nutritional status : food and fluid

v Intake

v Nutritional status : nutrient intake

v Weight control

Criteria hasil

v Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

v Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

v Mempu mengidentifikasi kenutuhan nutrisi

v Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

v Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

v Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti


NIC

Nutritional Management

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuuhkan pasien

- Anjurkan pasien untuk meningakatkan protein dan vitamin c

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutritional Monitoring

- Monitor adanya penurunan berat badan

- Monitoring lingkungan selama makan

- Monitoring kulit kering dan perubahan pigmentasi

- Monitor turgor kulit

- Monitor mual dan muntah

3.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder terhadap sirosis hepatis

NOC

v Elekcttrolit and acid base balance

v Fluid balance

v Hydration

Criteria hasil

v Terbebas dari edema, efusi anaskara

v Bunyi nafas berish, tidak ada dyspneu/ortopneu

v Terbebas dari distensi vena jugularis, refleks hepatojogular (+)

v Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas
normal
v Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan

v Menjelaskan indicator kelebihan cairan

NIC

Fluid management

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

- Monitor hasi Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)

- Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP,dan PCWP

- Kaji lokasi dan luas edema

- Monitor status nutrisi

- Kolaborasi pemberian diuretic sesuai intruksi

- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk

Fluid monitoring

- Tentukian riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi

- Monitor berar badan

4.

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi akut

NOC

v Pain level

v Pain control

v Confort level

Criteria hasil

v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)

v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

v Mampu mengenali nyeri (skala, intensita, frekuensi dan tanda nyeri)

v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang


NIC

Pain management

- Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi

- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

- Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

- Kaji tipe nyeri dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

- Ajarkan teknik nonfarmakologi

- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Analgesic administration

- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosisi dan frekuensi

- Cek riwayat alergi

5.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap kelemahan

NOC

v Tissue integrity : skin and mucous

v Membranes

v Hemodyalis akses

Criteria hasil

v Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)

v Tidak ada luka/lesi pada kulit

v Perfusi jaringan baik

v Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang

v Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit


NIC

Pressure management

- anjurkan pasien untuk menggunaan pakaian yang longgar

- Hindari kerutan pada tempat tidur

- Jaga kebersihan kulit afar tetap bersih dan lembut

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/bay oil pada daerah yang tertekan

- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Insision site care

- Monitor proses kesembuhan area insisi

- Gunakan preparat antiseptic, sesuai program

6.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi

NOC

v Body image

v Self esteem

Criteria hasil

v Body image positif

v Mampu mengidentifikasi kekuatan personal

v Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh

v Mempertahankan interaksi sosial

NIC

Body image enhancement


- Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya

- Monitor frekuensi megnkritik dirinya

- Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit

- Dorong klien mengungkapkan perasaanya

- Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

- Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

7.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

NOC

v Energy conservation

v Activity tolerance

v Self care : ADLs

Criteria hasil

v Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningaktan tekanan darah, nadi dan RR

v Mampu melakukan aktivitas sehari-dari (ADLs) secara mandiri

v Tanda-tanda vital normal

v Energy psikomotor

v Level kelemahan

v Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat

v Status kardipulmunari adekuat

v Sirkulasi status baik

v Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

NIC

Activity terapi
- Kolaborasikan denfan tenaga rehabilitasi medic dalam merencakanakan program terapi yang
tepat

- Bentu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempu dilakukan

- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
social

- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai monitor respon fisik, emosi, social dan
spiritual

8.

Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan koma

NOC

v Family coping, disable

v Parenting, impaired

v Therapeutic regimen management,

v Ineffective

v Violence : other directed, risk for

Criteria hasil

v Hubungan pemberi asuhan pasien : interaksi dan hubungan yang positif antara pemberi dan penerima
asuhan

v Performa pemberi asuhan

v Perawatan langsung : penyediaan perawatan kesehatan dan perawatan yang tepat kepada anggota
keluarga oleh pemberi perawatan keluarga

v Perawatan tidak langsung : pengaturan dan pengawasan perawatan yang sesuai bagi anggota keluarga
oleh pemberi perawatan keluarga

v Kesejahteraan pemberi asuhan : derajat persepsi positif mengenai status kesehatan dan kondisi
kehidupan pemberi perawatan primer

NIC

Coping Enhanchement
- Bantu keluarga mengenai masalah

- Dorong partisipasi keluarga dalam semua pertemuan kelompok

- Membantu osien beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang
mungkin mengganggu pemenuhan tuntutan

- Mendorong pasien ikut dalam aktivitas social dan komunitas

- Mendorong pasien mencari dorongan dalam spiritual, jika diperlukan

9.

Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus

NOC

v Fluid balance

v Hydration

v Nutritional status : food and fluid

v Intake

Criteria hasil

v Mempertahankan urine, output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal

v Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

v Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

v Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC

Fluid Management

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

- Monitor status hidrasi

- Kolaborasikan pemberian cairan IV

- Kolaborasikan dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk

Hypoventilasi management

- Monitor status cairan termsuk intake dan output


- Monitor berat badan

10.

Resiko perdarahan berhubungan dengan Factor pembekuan darah & sintesis prosumber terganggu

NOC

v Blood lose severity

v Blood koagulation

Criteria hasil

v Tidak ada hematuria dan hematesis

v Kehilangan darah yang terlihat

v Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole

v Tidak ada perdarahan pervagina

v Tidak ada distensi abdominal

v Hemoglobin dab hematokrit dalam batas normal

v Plasma, PT, PTT dalam batas normal

NIC

Bleeding precautions

- Monitor ketat tanda-tanda perdarahan

- Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah perdarahan

- Monitor TTV

- Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif

- Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen plasma)

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang mengandung vitamin K

- Instruksikan pasien untuk membatasi aktivitas

11.

Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hepatis


NOC

v Liver function, risk for impaired

v Risk control drug use

v Risk control alcohol use

v Risk control:sexually transmitted

v Disease (STD)

Criteria hasil

v Penghentian perilaku penyalahgunaan alcohol dan narkoba

v Pengendalian risiko :

- Penggunaan alcohol

- Penggunaan narkoba

- Proses menular

- Penyakit menular seksual

v Deteksi risiko

v Zat penarikan keparahan

NIC

Teaching : disease process

- Beritahukan pengetahuan tentang proses penyakit

- Kaji pengetahuan pasien tentang kondisinya

- Mendiskusikan pemberian terapi

- Identifikasi perubahan kondisi fisik pasien

- Deskripsikan kemingkinan komplikasi kronik

- Memberikan informasi kepada keluarga tentang kemajuan kesehatan pasien

Surveiliance
- Menumpukkan, mengintrepetasi dan mensintesis data pasien secara terarah dan kontinyu untuk
mengambil keputusan klinis

Daftar pustaka

Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Price, S. A., Wilson, & Carty, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
EGC.

Sudoyo, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publising.

Anda mungkin juga menyukai