Anda di halaman 1dari 11

Konsep MetodeTim

Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat (Suyanto, 2009).
1. Definisi
Menurut Marquis dan Huston (2016) Metode tim adalah suatu keadaan dimana proses
keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien di ruang
perawatan yang terdiri atas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.
Menurut Asmuji (2014) metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang
mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan
dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan ketua tim.
Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) Metode tim merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif.
Metode tim menggunakan terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 (dua)
sampai 3 (tiga) tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu (Suarli dan Bachtiar,2012).
2. Komponen/Elemen Metode Tim
Metode tim mempunyai beberapa elemen yang diperlukan agar pelaksanaan keperawatan
tim secara efektif dan efisien. Menurut Marquis dan Huston (2016) elemen metode tim
meliputi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan penugasan sebagai berikut:
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi untuk mempengaruhi
kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan
dalam suatu situasi yang unik dan tertentu (Monica, 2008). Kepemimpinan atau
leadership adalah menurut Tohardi (2002) dalam El Fitrin (2013) berasal dari kata to
lead yang berarti memimpin, yaitu proses mempengaruhi kegiatan kelompok yang
terorganisasikan dalam usaha dalam menentukan tujuan dan pencapaiannya atau
kemampuan seorang untuk memobilisasi, menyelaraskan, memimpin kelompok,
kemampuan dalam menjelaskan gagasan sehingga dapat diterima orang lain.
Kepemimpinan yang efektif dalam kerangka konsep manajemen mengandung arti
suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam arti
tercapainya tujuan organisaasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu
seorang pimpinan dikatakan efektif apabila pemimpin itu mampu menggerakkan sumber
daya, sehingga terjadi suatu proses dimana segala sumber daya berjalan sesuai dengan
fungsinya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (El Fitrin,2013).
Menurut Burhanuddin (2005) dalam El Fitrin (2013), menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan,
memberikan inspirasi dan menggerakkan individu-individu supaya mereka mau bekerja
dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Asmuji (2012) kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan- kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya.
Marquis dan Huston (2016) menjelaskan tentang peran pemimpin yang meliputi
pengambilan keputusan, komunikator, evaluator, fasilitator, pengambilan resiko,
penasihat, penambah semangat, instruktur, konselor, dan pengajar. Lebih lanjut Marquis
dan Huston menambahkan peran pemimpin adalah pemikiran kristis, penengah, advokat,
berpandangan kedepan, mampu meramal, berpengaruh, penyelesaian masalah yang
kreatif, agens pengubah, diplomat, dan model peran. Berdasarkan pengertian diatas maka
kepemimpinan merupakan elemen yang penting dalam metode tim. Gaya kepemimpinan
seseorang memiliki pengaruh yang besar pada iklim dan hasil kerja kelompok. Pada
keperawatan tim biasanya diasosiasikan dengan kepemimpinan demokratis. Anggota
kelompok diberikan otonomi sebanyak mungkin saat mengerjakan tugas yang diberikan,
meskipun tim tersebut berbagi tanggung jawab secara bersamaan. Dalam pelaksanaan
metode tim, ketua tim dapat memperoleh pengalaman praktek melakukan kepemimpinan
yang demokratis dalam mengarahkan dan membina anggotanya. pimpinan juga akan
belajar bagaimana mempertahankan hubungan antar manusia dengan baik dan bagaimana
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang dilakukan dengan beberapa anggota tim
secara bersama-sama. Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif setiap anggota tim
harus mengetahui prinsip dasar supervisi, bimbingan, tehnik mengajar agar dapat
dilakukannya dalam kerjasama dengan anggota tim. Ketua tim juga harus mampu
mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan berhasil dengan baik apabila timbul saling pengertian. Komunikasi
yang baik dimaksudkan jalinan pengertian antara pihak yang satu ke pihak yang lain,
sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan dilaksanakan. tanpa
adanya komunikasi yang baik maka pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau-
balau, sehingga tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan tercapai. Jadi, dengan
komunikasi seseorang akan menerima berita dan informasi sesuai dengan apa yang ada
dalam pikiran atau perasaan, sehingga orang lain dapat mengerti. Komunikasi dalam
praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan
keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi; Timbang terima, interview atau
anamnesa, komunikasi melalui komputer, komunikasi rahasia klien, komunikasi melalui
sentuhan, komunikasi dalam pendokumentasian, komunikasi antara perawat dan profesi
kesehatan lainnya dan komunikasi antara perawat dan pasien.
Komunikasi hand-over atau timbang terima adalah komunikasi yang dilakukan antar
tim/petugas jaga shif, dimana petugas jaga yang telah selesai melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya selama kurun waktu tertentu akan menginformasikan kepada
petugas/tim jaga selanjutnya tentang hal-hal, program atau tindak lanjut yang harus
dilaksanakan dalam pelayanan keperawatan kepada pasien.
Komunikasi antar perawat dapat menyangkut serah terima atau timbang terima
tanggung jawab atau pergantian tugas jaga. Sudah menjadi kebiasaan, dalam setiap
pergantian perawat (shif) akan terjadi alih tanggung jawab melalui pertukaran informasi
mengenai kondisi pasien antara perawat yang akan selesai menjalankan tugas dan
perawat yang akan menggantikannya. Proses hand-over ini dilakukan beberapa tahap.
Tahap pertama, terutama pada pergantian tugas pagi hari kepala ruangan akan memimpin
pertemuan pagi dan dalam pertemuan ini dilaporkan kejadian-kejadian penting yang
terjadi selama para perawat bertugas. Selanjutnya mereka berkeliling dalam tim,
mengunjungi masing-masing pasien dan menjelaskan perkembangan pasien, masalah,
dan rencana-rencana yang akan dilakukan terhadap para pasien tersebut.
permasalahannya adalah, apakah dalam proses alih tugas tersebut yang dilakukan melalui
proses komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal, muatan informasi yang
diberikan sudah jelas dan akurat. Serah terima tanggung jawab dan pemberian informasi
atas keadaan pasien antar petugas atau transisi dalam perawatan pasien ini disebut hand
off atau hand overs. Proses alih informasi ini bukan sekedar penyampaian informasi
semata- mata, melainkan terkandung unsur penyerahan tanggung jawab secara tim agar
pasien terhindar dari kesalahan atau cedera medis. Proses alih tugas dan tanggung jawab
ini dilakukan melalui komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Tujuan utama
komunikasi hand over adalah untuk memberikan informasi yang akurat mengenai
perawatan, pengobatan, pelayanan, kondisi terkini pasien, perubahan yang sedang terjadi
dan perubahan yang dapat diantisipasi. Informasi harus dijamin akurat agar tidak terjadi
kesalahan dalam proses pemberian pelayanan bagi pasien.
c. Koordinasi
Koordinasi merupakan hubungan kerjasama antara anggota tim dalam memberikan
asuhan kesehatan. Koordinasi dalam penerapan metode tim sangat diperlukan agar
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien efektif dan efisien (Sitorus & Panjaitan,
2011).
d. Penugasan
Metode tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat dan sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat berijasah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam
kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim
bertanggung jawab dalam mengatur anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan pasien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Pembagian tugas dalam tim
keperawatan dapat didasarkan pada tempat/kamar pasien, tingkat penyakit pasien, jenis
penyakit pasien, dan jumlah pasien yang dirawat (Kuntoro,2010).
3. Konsep Penerapan MetodeTim
Menurut Suyanto (2009) pelaksanaan metode tim harus berdasarkan konsep sebagai berikut:
a. KetuaTim
Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) sebagai perawat profesional ketua tim, harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan
tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan
konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah berorientasi pada
tugas atau pada klien.
b. Komunikasi
Menurut Nursalam (2015) komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
asuhan keperawatan terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui
berbagai cara, terutama melalui rencana asuhan keperawatan tertulis yang merupakan
pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi (Suyanto,2009).
c. Anggota Tim
Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu
anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka
(Sitorus dan Panjaitan, 2011).
d. Kepala Ruangan
Peran kepala ruangan penting dalam metode tim, metode tim akan berhasil baik, apabila
didukung oleh kepala ruangan. Untuk itu, kepala ruangan diharapkan telah:
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan daristaf
2) Membantu staf menetapkan sasaran dariunit/ruangan
3) Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
4) Mengorentasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperaawatan
5) Menjadi narasumber bagi ketuatim
6) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
7) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.

4. Prinsip-Prinsip Tim Keperawatan


Prinsip-prinsip dari tim keperawatan menurut Suyanto (2009) adalah sebagai berikut:
a. Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu tim terhadap satu atau sekelompok
klien/pasien.
b. Tim dipimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten, mempunyai
kemampuan yang baik dalam komunikasi, mengorganisasi, dan memimpin
c. Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level kemampuan yang
berbeda tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi secara baik
d. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien, intervensi dan dampaknya
karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan berkesinambungan
e. Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap shift dinas.
Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien.
5. Tanggung Jawab Perawat
Menurut Nursalam (2011) tanggung jawab perawat dalam metode tim adalah sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Anggota Tim
Menurut Nursalam (2015) tupoksi atau tanggung jawab anggota tim yang menjadi fokus
penilaian adalah sebagai berikut:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggungjawabnya.
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
b. Tanggung jawab ketua tim:
Menurut Nursalam (2015) tanggung jawab ketua tim adalah sebagai berikut:
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuananggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
Adapun tanggung jawab ketua tim menurut Suyanto (2009) adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji setiap klien dan menetapkan rencana asuhan keperawatan.
2) Mengoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis
3) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
4) memberikan bimbingan melalui konferensi
5) Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.
Suarli dan Bachtiar (2012) Membuat perencanaan membuat penugasan supervisi dan
evaluasi mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien mengembangkan kemampuan anggota menyelenggarakan konferensi
c. Tanggung Jawab Kepala Ruang
Tanggung jawab kepala ruangan menurut Kuntoro (2010) adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan, menurut Suarli
dan Bahtiar (2011) pada tahap perencanaan tugas bagian perencanaan, ialah:
a) Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing- masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien seperti pasien gawat, pasien
transisi atau pasien persiapan pulang bersama ketuatim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim serta mengatur penugasan atau penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaankeperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi patofisiologi tindakan medis
yang dilakukan program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan dalam hal ini yang dapat
dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
h) Membantu mengembangkan niat untuk mengikuti pendidikan dan Pelatihan diri.
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian
Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) tanggung jawab kepala ruangan pada tahap
pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metodepenugasan.
c) Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi 2 ketua tim dan ketu
tim yang membawahi 2-3perawat.
d) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan membuat proses dan mengatur
tenaga yang ada di setiap hari dan lain-lain.
f) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h) Mendelegasikan tugas saat tidak berada ditempat kepada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
j) Mengatur penugasan jadwal pos dari pakarnya.
k) Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan.
3) Pengarahan
Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) tanggung jawab kepala ruangan pada tahap
pengarahan meliputi:
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketuatim.
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan keterampilan dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
g) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya.
h) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) tanggung jawab kepala ruangan pada tahap
pengawasan terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
a) Melalui Komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui Supervisi
Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) pengawasan melalui supervisi dapat
dilakukan dengan cara:
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi mengamati sendiri atau melalui
laporan secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan atau didokumentasikan Selain itu
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c. Evaluasi yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketuatim.
d. Audit Keperawatan.
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku. Model tim
dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim
tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan.
Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien
(Kuntoro, 2010).
Model tim bila dilakukan dengan benar merupakan model asuhan keperawatan yang
tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim
dilaksanakan dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan
bervariasi (Kuntoro,2010).
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak dilaksanakan secara
menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post conference dalam sistem pemberian
asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penentuan
strategi pemenuhan kebutuhan pasien (Nursalam, 2011).

6. Kelebihan Metode Tim


Menurut Suyanto (2009) kelebihan dari penerapan metode tim adalah sebagai berikut:
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik.
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim, cara inefektif
untuk belajar.
d. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubunganinterpersonal
e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman
dan efektif.
f. Peningkatan kerjasama dan komunikasi di antara anggota tim menghasilkan sikap moral
yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim
perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan.
g. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan
h. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selamabertugas
i. Memberikan kepuasan pada pasien &perawat
j. Produktif karena kerjasama, komunikasi danmoral
7. Kerugian MetodeTim
Menurut Suyanto (2009) kerugian dari penerapan metode tim adalah sebagai berikut:
a. Pre-conference sulit dilakukan pada waktu-waktusibuk
b. Perawat yang belum berpengalaman sehingga perlu dorongan berlatih.
c. Akuntabel dalam tim kurang jelas
Menurut Asmuji 2014 secara jelas terdapat perbedaan uraian tugas dari kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana. Berdasarkan uraian di atas tergambar bahwa kepala
ruangan dan ketua tim menjalankan tugas manajerial dan asuhan keperawatan sedangkan
perawat pelaksana murni menjalankan asuhan keperawatan. Batasan ini harus dipahami
secara benar oleh masing-masing posisi sebagai acuan untuk melaksanakan tugas limpah atau
pendelegasian seperti halnya metode penugasan yang lain, metode penugasan tim
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Asmuji (2014) kelebihan dan kelemahan
metode penugasan tim adalah sebagai berikut:

Kelebihan Kelemahan
1. Pelayanan keperawatan yang komprehensif. 1. Kegiatan-kegiatan konferensi
2. Proses keperawatan dapat diterapkan. memerlukan waktu yang cukup lama
3. Metode tim memungkinkan untuk dapat sehingga kegiatan konferensi tidak
bekerja lebih efektif dan efisien. akan dapat dilaksanakan jika dalam
4. Metode tim memungkinkan untuk dapat kondisi sibuk.
bekerjasama antaratim. 2. Jika jumlah perawat sedikit
5. Metode tim memungkinkan tingginya menyebabkan pre conference dan post
kepuasan pasien terhadap pelayanan conference mungkin tidak dapat
keperawatan. dilaksanakan, untuk kegiatan free
6. Metode tips meningkatkan motivasi dan conference dan post conference setiap
kepuasan perawat sebagai pemberi tim minimal terdiri dari 2orang.
pelayanan keperawatan.
Sumber: Asmuji (2014)

Anda mungkin juga menyukai