Anda di halaman 1dari 9

Callosum Neurology, Volume 1, Nomor 2: 49-57, 2018

LAPORAN SERI KASUS


ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284

LAPORAN SERI KASUS: STROKE


PERDARAHAN PADA PASIEN
DENGAN KEHAMILAN
Ditha Praritama Sebayang1, Ismail Setyopranoto2, Indarwati Setyaningsih2
1
Residen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
2
Neurolog Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Diterima 11 Agustus 2017 DOI: 10.29342/cnj.v1i2.31


Disetujui 5 Mei 2018
Publikasi 21 Mei 2018 Korespondensi: drdithasebayang@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Kehamilan dan pascapersalinan kelemahan anggota gerak kanan, pelo, dan perot yang
dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke melalui mendadak. Pasien menyangkal memiliki riwayat
mekanisme. Tidak banyak laporan kasus mengenai hipertensi, kencing manis, stroke sebelumnya,
variasi manifestasi klinis stroke perdarahan pada dislipidemia, dan penyakit jantung. Kesadaran pasien
kehamilan dan pasca persalinan menjadi alasan sopor (E3V2M5) dengan PIS di temporoparietalis
pemilihan kasus ini. sinistra sebanyak 42,5mL.
Kasus: : Kasus 1: Ny. A berusia 36 tahun, G2P1A0, Diskusi: : Kedua pasien dirawat di Unit Stroke Rumah
usia kehamilan 33 minggu dengan sindrom Sakit Umum Pusat Dr Sardjito mengalami PIS dengan
peningkatan tekanan intrakranial (PTIK), gangguan kecurigaan lesi vaskular sekunder (AVM atau
komunikasi, dan kelemahan anggota gerak kanan aneurisma) sebagai etiologinya. Penatalaksanaan pada
mendadak. Pasien rutin menggunakan kontrasepsi kedua pasien menggunakan panduan terapi PIS serta
suntik, memiliki riwayat hipertensi sebelum menyesuaikan kondisi ibu dan janin.
kehamilan anak kedua, menyangkal mengidap Simpulan: Kondisi PIS dalam kehamilan dan
penyakit kencing manis dan dislipidemia. Kesadaran pascapersalinan menyebabkan morbiditas dan
pasien compos mentis dengan perdarahan mortalitas. Penatalaksanaan stroke selama kehamilan
intraserebral (PIS) di temporalis sinistra sebanyak memerlukan perawatan interdisipliner dari bedah
21mL. Kasus 2: Ny. S berusia 38 tahun, G3P2A0, saraf, neurologi, dan obstetri.
usia kehamilan 35 minggu dengan sindrom PTIK,

Kata Kunci: stroke, perdarahan intraserebral, kehamilan.

ABSTRACT

Background: Pregnancy and the postpartum period are weeks pregnancy with IICP, right hemiparesis, and
associated with an increased risk of stroke through slurred speech. There is no history of hypertension,
various mechanisms. Lacking of hemorrhage stroke diabetes mellitus, prior stroke, dyslipidemia, and heart
case report related pregnancy and postpartum, disease.
underlied the choice of these cases. Discussion: Both patients had ICH with suspected
Case Illustration: Case 1: Mrs. A, 36 years old, etiology was secondary vascular lesion (AVM or
G2P1A0, 33 weeks pregnancy with increased aneurysm). Management for both patients with ICH
intracranial pressure syndrome (IICP), communication guideline and adjusted with the maternal and fetal
disturbance, and right hemiparesis. Patient with condition.
injected contraception and hypertension history. Conclusion: Intracerebral hemorrhage during
Denied the history of diabetes mellitus and pregnancy and postpartum is a significant cause of
dyslipidemia. The patient is compos mentis with morbidity and mortality. Management of ICH during
intracerebral hemorrhage (ICH) 21mL volume in left pregnancy may require interdisciplinary care from
temporal. Case 2: Mrs. S, 38 years old, G3P2A0, 35 neurosurgery, neurology, and obstetrics.

Keywords: stroke, intracerebral hemorrhage, pregnancy

49 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Sebayang dkk 2018 LAPORAN SERI KASUS
Latar Belakang kehamilan 33 minggu. Pasien rutin
Kehamilan dan periode pascapersalinan memeriksakan diri selama kehamilan. Anak
berhubungan dengan meningkatnya risiko stroke pertama pasien telah berusia 12 tahun.
iskemia maupun perdarahan. Stroke jarang Pada hari masuk rumah sakit, pasien mendadak
terjadi pada usia muda namun apabila terjadi mengalami nyeri kepala berat disertai dengan
pada perempuan yang sedang hamil maka muntah menyemprot beberapa kali diikuti,
kondisi tersebut akan sangat membahayakan ibu dengan kelemahan anggota gerak kanan, pelo,
dan janin. Insiden stroke berkisar 9-26 kasus perot serta kesulitan komunikasi.
dalam 100.000 kehamilan dan persalinan. Pemeriksaan fisik menunjukkan status kesadaran
Penyebab stroke pada kehamilan dan kompos mentis dengan afasia global dan
pascapersalinan yaitu preeklampsia, eklampsia, hemiparesis dekstra. Tekanan darah saat masuk
emboli cairan amnion, angiopati pascapersalinan, 150/90mmHg. Hasil pemeriksaan urin
dan kardiomiopati pascapersalinan.1 menunjukkan proteinuria +1. Pemeriksaan
Stroke perdarahan mencakup 38% dari semua obstetrik menunjukkan tinggi fundus uteri (TFU)
kasus stroke terkait kehamilan. Perdarahan sesuai dengan usia kehamilan, denyut jantung
subarakhnoid oleh karena aneurisma dan ruptur janin (DJJ) terdengar dan regular, tanpa disertai
malformasi arteriovenosa merupakan penyebab kontraksi uterus maupun perdarahan.
yang paling dominan. Penyebab lain perdarahan Penilaian klinis tidak menunjukkan terjadinya
intraserebral (PIS) pada kehamilan yaitu kondisi eklampsia. Selanjutnya dilakukan
preeklampsia dan eklampsia, koagulopati, pemeriksaan penunjang dengan Computed
trauma, dan cerebral venous thrombosis. Kondisi Tomography (CT)-scan kepala yang
disseminated intravascular coagulation (DIC) menunjukkan adanya PIS di lobus temporalis kiri
yang muncul segera setelah pascapersalinan bervolume 21 mL tanpa adanya perdarahan
pernah dilaporkan sebagai penyebab PIS. ventrikel maupun herniasi (Gambar 1).
Perdarahan intraserebral menyebabkan 7,1% dari Kasus 2:
keseluruhan angka kematian maternal. Risiko Ny. S berusia 38 tahun tanpa memiliki riwayat
PIS meningkat saat mendekati persalinan dan penyakit yang signifikan sebelumnya. Pasien
masa nifas. Risiko relatif PIS terjadi pada 2,5% menggunakan metode KB hormonal sebelum
selama kehamilan dan 28,3% pada masa nifas.2 kehamilan. Saat ini merupakan kehamilan ketiga
Stroke dapat membahayakan bagi ibu dan janin. dengan umur kehamilan 35 minggu. Pasien rutin
Potensi membahayakan dapat berasal dari memeriksakan diri selama kehamilan. Anak
perjalanan alamiah kasus maupun terkait pertama pasien telah berusia 7 tahun, sedangkan
penatalaksanaan pasien. Penegakan diagnosis anak kedua berusia 2 tahun.
stroke pada kehamilan serupa dengan kondisi Pasien mengalami penurunan kesadaran diawali
tanpa kehamilan. Kehamilan bukan merupakan dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan
kontraindikasi pemeriksaan X-ray jika memang sejak 2 hari sebelumnya disertai dengan keluhan
dianggap perlu. Prinsip penatalaksanaan kasus nyeri kepala berat, pelo, dan perot.
PIS juga serupa pada kondisi kehamilan maupun Pemeriksaan fisik menunjukkan status kesadaran
tanpa kehamilan, namun memerlukan sopor (E3V2M5) dengan lateralisasi pada sisi
pengambilan keputusan yang lebih hati-hati tubuh kanan. Tekanan darah saat masuk
mempertimbangkan kondisi obstetrik maternal 128/70mmHg. Hasil pemeriksaan urin
dan fetal.3 Laporan kasus ini membahas menunjukkan proteinuria +1. Pemeriksaan
mengenai identifikasi faktor risiko, potensi obstetrik menunjukkan TFU sesuai dengan usia
etiologi, penanganan, serta strategi pencegahan kehamilan, DJJ terdengar dan regular, tanpa
kondisi stroke pada kehamilan. disertai kontraksi uterus maupun perdarahan.
Penilaian klinis tidak menunjukkan terjadinya
Ilustrasi Kasus
kondisi eklampsia. Selanjutnya dilakukan
Kasus 1:
pemeriksaan penunjang dengan CT-scan kepala
Ny. A berusia 36 tahun tanpa memiliki riwayat
yang menunjukkan adanya PIS di lobus
penyakit yang signifikan sebelumnya. Pasien
temporoparietal kiri dengan herniasi subfalcine
menggunakan metode keluarga berencana (KB)
ke laterodekstra sejauh 0,5cm dan edema serebri
hormonal sebelum kehamilan. Saat ini
tanpa disertai perdarahan ventrikel (Gambar 2).
merupakan kehamilan kedua dengan umur

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 50


LAPORAN SERI KASUS Sebayang dkk 2018
Pasien dirawat di Unit Stroke Rumah Sakit 2. Perubahan koagulabilitas. Perubahan
Umum Pusat Dr Sardjito. fisiologis selama kehamilan menimbulkan
pergeseran ke arah hypercoagulable.
Terjadi peningkatan banyak faktor
pembekuan darah, termasuk faktor
prokoagulan I, VII, VIII, IX, X, XII, dan
XIII. Hal ini akibat perpindahan plasenta
dan pelepasan faktor protrombotik yang
selanjutnya berperan untuk mencegah
perdarahan. Perubahan faktor
protrombotik ini terutama terjadi di
trimester ketiga yang akan kembali turun
pada tiga minggu pascapersalinan.
3. Perubahan jaringan ikat. Studi pada
Gambar 1. CT-scan kepala Ny. A hewan menunjukkan terjadinya perubahan
arsitektur arteri serebral selama
kehamilan. Terjadinya penurunan
kolagen, elastisitas, dan distensibilitas
arteri serebral. Belum jelas diketahui
apakah hal yang sama terjadi pada
manusia. Hipotesis ketidakmampuan
mengimbanginya arteri sererbal terhadap
kondisi hipervolemia dan peningkatan
kebutuhan jantung dapat menyebabkan
peningkatan risiko stroke perdarahan.
4. Vaskulopati yang terjadi pada kehamilan.
Gambar 2. CT-scan kepala Ny. S Manifestasi vaskulopati bermacam-
macam. Preeklampsia dan eklampsia
Diskusi berhubungan dengan kondisi hipertensi
Perubahan saat kehamilan dapat menjadi faktor dan proteinuria saat kehamilan.
risiko stroke. Ada empat faktor utama Preeklamsia dan eklampsia terbukti
patofisiologi stroke pada kehamilan.4 sebagai faktor risiko independen dan
1. Faktor hemodinamik. Selama kehamilan, berhubungan dengan peningkatan stroke
total volume cairan tubuh meningkat empat kali lipat selama kehamilan.
sebanyak 50%, dimulai dari 10 minggu Hipertensi gestasional digambarkan
pascagestasi dan akan turun setelah 2 sebagai tekanan darah sistolik
minggu pascapersalinan. Peningkatan ≥140mmHg atau tekanan darah diastolik
terjadi pada cardiac output, stroke volume, ≥90mmHg tanpa proteinuria. Sekitar 8-
dan denyut jantung yang disebabkan oleh 12% wanita hamil mengalami hipertensi
meningkatnya kebutuhan janin dan plasenta dan berisiko tinggi mengalami hipertensi
serta status hipervolemik kronis. Tekanan kronis dan stroke di kemudian hari.
darah dapat menurun disebabkan penurunan Angiopati pascapersalinan merupakan
resistensi pembuluh darah sistemik. kondisi unik yang berhubungan dengan
Peningkatan venous compliance selama kehamilan melalui mekanisme reversible
kehamilan menyebabkan penurunan aliran cerebral vasocontriction syndromes
darah tubuh dan meningkatkan stasis vena. (RCVS). Angiopati pascapersalinan tidak
Beberapa faktor tersebut dapat mencetuskan hanya terbatas pada pasien dengan
status hipervolemia, peningkatan kebutuhan riwayat preeklamsia atau eklampsia,
sirkulasi, penurunan tekanan darah, dan namun dapat terjadi pada kehamilan tanpa
peningkatan stasis vena yang kemudian komplikasi serta persalinan tanpa riwayat
dapat mengubah pola hemodinamik normal. hipertensi. Gejalanya meliputi nyeri
kepala, muntah, perubahan status mental,

51 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Sebayang dkk 2018 LAPORAN SERI KASUS
dan/ atau defisit neurologis fokal. Awitan terjadinya perdarahan pada 59 kasus (53,1%).
gejala klasik terjadi dalam lima hari Kejadian ruptur aneurisma meningkat dengan
setelah melahirkan. Diagnosis ditegakan kehamilan dan memiliki kecenderungan yang
dengan angiografi yang menunjukkan lebih besar terjadi selama periode trimester
penyempitan segmen multifokal pada ketiga dan pascapersalinan (≥24 jam), sedangkan
arteri serebral berukuran besar dan kejadian ruptur AVM memuncak pada trimester
menengah, temuan ini sering kedua dan menurun setelah melahirkan. Di antara
membingungkan dengan vaskulitis. delapan kasus kehamilan dengan angioma
Posterior reversible encephalopathy kavernosus, tiga kasus terjadi pada trimester
syndrome (PRES), yang juga disebut pertama, empat kasus terjadi pada trimester
sebagai leukoencephalopathy posterior ketiga, dan satu kasus terjadi pada periode
reversible syndrome (RPLS), dikaitkan pascapersalinan (≥24 jam). Berbeda dengan
dengan edema subkortikal vasogenik tingginya angka stroke hemoragik karena faktor
reversibel, pada lobus parietal dan risiko yang sudah ada sebelumnya, kejadian
oksipital. Gejala klinis PRES antara lain stroke hemoragik karena komplikasi obstetrik
nyeri kepala, bangkitan, gejala visual, dan sangat terfokus pada masa persalinan dan
ensefalopati global. Vaskulopati ini dapat pascapersalinan awal (<24 jam). Pada kejadian
dipicu oleh keadaan darurat hipertensi, stroke iskemia, 28 (75,7%) adalah infark arteri
paparan imunosupresif, preeklampsia, dan 9 (24,3%) adalah infark vena. Penyebab
atau eklampsia. Diagnosis berdasarkan infark arteri yang paling sering adalah RCVS.
gejala klinis dan temuan edema Stroke hemoragik menunjukkan prognosis yang
subkortikal vasogenik pada magnetic jauh lebih buruk daripada stroke iskemia. Pasien
resonance imaging (MRI). Pemulihan dengan aneurisma, AVM, dan sindrom HELLP
klinis terjadi dalam beberapa hari dengan menempati kurang lebih 60% dari stroke
resolusi kelainan MRI dalam rentang hari perdarahan yang terjadi saat kehamilan.5
sampai minggu. Kedua kasus di atas menunjukkan temuan klinis
Stroke selama kehamilan jarang terjadi, namun berupa riwayat nyeri kepala intensitas sedang-
dapat meningkat akibat kejadian hipertensi pada berat, riwayat muntah proyektil, afasia global,
perempuan muda sebelum dan selama usia masa hemiparesis kanan, paresis nervus kranialis VII
subur. Identifikasi faktor risiko stroke selama kanan tipe upper motor neuron (UMN),
kehamilan sangat penting untuk mencegah hipertensi stadium I, dan hasil CT-scan kepala
kondisi yang cukup jarang namun dapat sangat menunjukkan adanya perdarahan. Perdarahan
membahayakan bagi ibu dan janin. Perkiraan intraserebral pada kedua kasus tersebut
kejadian stroke terkait kehamilan adalah 10,2 per menyebabkan defisit neurologis berupa
100.000 kelahiran. Insiden stroke perdarahan saat hemiparesis kanan, afasia global, dan sindrom
kehamilan dan masa nifas pada penelitian PTIK. CT-scan kepala menunjukkan adanya PIS,
sebelumnya ditemukan sebanyak 111 kasus sehingga diperlukan analisis lanjutan meliputi
(73,5%), stroke iskemia sebanyak 37 kasus lokasi perdarahan, perkiraan etiologi,
(24,5%), dan tipe campuran pada 3 kasus (2,0%). manifestasi klinis berdasarkan lokasi yang
Kejadian stroke perdarahan secara keseluruhan terlibat, drainase cairan serebrospinal (ventrikel
pada kehamilan adalah 56 kasus (50,5%), 16 dan spasme subarakhnoid), serta efek massa
kasus (14,4%) saat melahirkan, dan 39 kasus akibat perdarahan tersebut. Usia kedua pasien
(35,1%) selama masa puerperium. Penyebab masih relatif muda, hal ini sering berhubungan
utama perdarahan adalah aneurisma (19,8%), dengan anomali vaskular kongenital seperti
AVM (17,1%), hipertensi yang diinduksi AVM atau aneurisma serebral. Diperlukan
kehamilan (11,7%), dan sindrom HELLP pelacakan lebih lanjut guna mengetahui etiologi
(hemolisis, peningkatan enzim hati, dan jumlah PIS pasien tersebut.
trombosit yang rendah) (8,1%), angioma Perdarahan intraserebral terjadi pada 10-15%
kavernosus (7,2%), RCVS (4,5%), penyakit kasus dengan 50% diantaranya mengakibatkan
Moyamoya (1,8%), dan kejadian serebrovaskular hal yang fatal. Sekitar 80% merupakan kasus PIS
lainnya (7,2%). Penyakit serebrovaskular yang primer dan 20% merupakan kasus PIS sekunder.
sudah ada sebelumnya bertanggung jawab atas Hipertensi merupakan faktor risiko pada 50%

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 52


LAPORAN SERI KASUS Sebayang dkk 2018
kasus PIS primer dan sekitar 30% disebabkan Aneurisma serebral
oleh amiloid angiopati serebral. Perdarahan Aneurisma serebral adalah dilatasi fokus
intraserebral sekunder disebabkan oleh patologis serebrovaskular yang rentan pecah.
transformasi perdarahan pada stroke infark, Aneurisma serebral terjadi pada 1-5% populasi
malformasi pembuluh darah (aneurisma, AVM, dewasa. Kelainan vaskular diklasifikasikan
angioma venosus, dural arteriovenosa fistule, dan berdasarkan patogenesis. Sakular, berry, atau
cavernoma), neoplasma, trauma, vaskulitis, aneurisma kongenital merupakan 90% dari
Moyamoya, dan trombosis sinus vena.6 semua aneurisma otak dan terletak pada titik-titik
Komplikasi lanjutan yang kompleks dapat terjadi cabang utama dari arteri besar. Dolichoectatic,
pada PIS. Proses desak ruang dapat fusiform, atau aneurisma arteriosklerotik yang
menyebabkan penekanan parenkim otak hingga memanjang dari arteri proksimal terdapat 7%
herniasi serebri. Kombinasi efek massa yang dari seluruh aneurisma otak. Aneurisma infeksi
berlanjut iskemia parenkim sekitar serta atau mikotik terletak perifer dan terdiri 0,5% dari
toksisitas produk darah menyebabkan terjadinya semua aneurisma otak. Lesi perifer lainnya
kematian neuron. Kerusakan sawar darah otak termasuk aneurisma neoplastik, fragmen tumor
menyebabkan kebocoran cairan dan protein yang embolized, dan aneurisma traumatis. Luka
berkembang menjadi edema serebri. Terdapat trauma juga dapat mengakibatkan aneurisma
tiga fase edema pada perdarahan intraserebral, pada pembuluh proksimal. Mikroaneurisma
yaitu fase awal pada jam pertama terjadi pembuluh darah berdiameter kecil umumnya
peningkatan tekanan hidrostatik oleh efek diakibatkan oleh kondisi hipertensi.11 Aneurisma
hematom, fase kedua pada hari berikutnya terjadi sakular terletak di sirkulasi anterior pada 85-95%
kasakade koagulasi dan produksi thrombin, dan kasus, sedangkan aneurisma dolichoectatic lebih
fase ketiga terjadi lisisnya eritrosit dan toksisitas banyak terletak pada sistem vertebrobasilar.
hemoglobin yang menyebabkan neurotoksik dan Lokasi aneurisma sakular bervariasi di segmen
mekanisme apoptosis.7 Perdarahan dapat meluas arteri, hal ini karena perbedaan populasi
ke dalam ruang ventrikel melalui vena penelitian yang dilaporkan.12
periependimal sehingga menyebabkan Tabel 1. Kalkulasi skor Secondary Intracerebral
hidrosefalus dan meningkatkan angka mortalitas. Hemorrhage (SICH)10
Perdarahan intraventrikular primer jarang terjadi.
Parameter Poin
Hipertensi dan vaskulitis merupakan penyebab
Kategori Computed Tomography
utama perdarahan intraventrikular primer.
(CT) non-kontras
Setengah kasus perdarahan intraventrikular
Probabilitas tinggi 2
primer dapat diidentifikasi dengan angiografi.8
Tidak dapat ditentukan 1
Identifikasi pasien dengan PIS sekunder penting
Probabilitas rendah 0
untuk penatalaksanaan risiko perdarahan
Kelompok usia
berulang yang berbeda dengan PIS primer. Pada
18-45 tahun 2
beberapa kasus, PIS disebabkan oleh lesi
46-70 tahun 1
vaskular seperti AVM maupun aneurisma
≥71 tahun 0
intrakranial yang mengalami ruptur
Jenis kelamin
intraparenkim, serta dural venous sinus
Perempuan 1
thrombosis (DVST). Telah dikembangkan
Laki-laki 0
penilaian untuk memprediksi etiologi PIS yang
Tidak terdapat hipertensi dan
berasal dari lesi vaskular berdasarkan identifikasi
gangguan koagulasi
klinis dan CT-scan tanpa kontras.9 Berdasarkan
Ya 1
Tabel 1, total nilai 0-2 menunjukkan rendahnya
Tidak 0
PIS yang disebabkan oleh lesi vaskular,
sedangkan total nilai ≥3 menunjukkan tingginya
Malformasi arteriovenousa
kemungkinan PIS yang disebabkan oleh lesi
vaskular.10 Malformasi arteriovenosa serebri merupakan
koneksi abnormal arteri dan vena yang melebar
dalam parenkim otak serta tidak adanya
organisasi pembuluh darah normal di
subarteriolar. Arteri kecil yang terlibat dalam

53 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Sebayang dkk 2018 LAPORAN SERI KASUS
malformasi arteri kekurangan lapisan otot halus. Ruptur AVM sering terjadi pada akhir usia
Koneksi arteri abnormal dan vena pada kehamilan. Penelitian sebelumnya menunjukan
malformasi (disebut sebagai nidus arterivena) bahwa risiko ruptur AVM tidak meningkat
dihubungkan oleh satu atau beberapa fistula. selama kehamilan dan masa nifas. Namun
Hubungan langsung arteri-vena menghasilkan demikian didapatkan insiden ruptur AVM lebih
tekanan vaskular yang tinggi, terutama pada sering pada masa usia akhir gestasi. Oleh karena
pembuluh darah dengan penebalan fibromuskular itu harus menjadi perhatian agar menjaga
dan lamina elastis yang inkompeten sehingga hemodinamik selalu stabil selama trimester
pembuluh darah ini berisiko pecah. Perdarahan kedua dan ketiga.14 Angiografi serebral (digital
intraserebral pada AVM terjadi pada 42-72% substraction angiography/ DSA) adalah baku
kasus. Perdarahan pertama paling sering terjadi emas penegakan diagnosis AVM yang dapat
pada pasien usia 20-40 tahun. Kejadian PIS menunjukkan arteri penyuplai, lokasi nidus,
akibat AVM sekitar 2% dari semua kasus drainase vena, morfologi, aneurisma dan
stroke.13 Terjadinya perubahan fisiologis lokasinya, varises vena, dan stenosis arteri atau
kardiovaskular pada ibu hamil dapat vena. Hal tersebut sangat penting karena
mempengaruhi struktural AVM dan berisiko berhubungan dengan rencana terapi selanjutnya.
menyebabkan perdarahan. Bila tidak dilakukan Modalitas pemeriksaan penunjang lainnya yang
tata laksana yang adekuat dapat mengakibatkan dapat membantu antara lain CT angiografi, MRI,
ancaman yang serius pada ibu dan janinnya.14 dan magnetic resonance angiography (MRA).
Malformasi arteriovenosa sering tidak Masing-masing pemeriksaan penunjang tersebut
menunjukkan gejala sampai terjadi bangkitan mempunyai kemampuan spesifik, CT angiografi
atau perdarahan. Malformasi arteriovenosa dapat menampilkan detail vaskular dari AVM
mempunyai berbagai gejala dan tanda klinis, yang lebih baik, MRI dan MRA menampilkan
yaitu: visualisasi yang lebih baik dari struktur yang
1. Perdarahan intraserebral. Angka kejadian mengelilingi nidus, MRI juga dapat mendeteksi
perdarahan karena ruptur AVM yang tidak trombosis vena karena terdapat gambaran
ditangani sebesar 2-4% pada 38-71% hiperintens.15 Meskipun risiko paparan radiasi
pasien AVM dengan PIS. Kejadian pada janin merupakan suatu perhatian penting
perdarahan paling sering terjadi pada usia saat memilih suatu pemeriksaan. Beberapa
20-40 tahun. Tidak didapatkan data yang penelitian sebelumnya menunjukan bahwa dosis
menunjukkan bahwa perdarahan saat ini paparan radiasi DSA pada janin sangat kecil.
menjadi prediktor perdarahan berikutnya. Pelindung timbal pada perut dan panggul efektif
Risiko perdarahan pada AVM meliputi melindungi pasien dengan kehamilan yang
drainase vena dalam, berhubungan dengan memerlukan pemeriksaan CT scan kepala.16
aneurisma, AVM letak dalam, dan pada Manajemen terapi dan pembedahan guna
daerah infratentorial. Risiko perdarahan menangani kondisi ruptur AVM selama
pada AVM letak dalam adalah 34,4%. kehamilan dan masa nifas cukup sulit dan
2. Bangkitan. Insiden bangkitan pada AVM kontroversial.13 Reseksi segera pada AVM tidak
berkisar 18-40% dan berespons baik menunjukan hasil yang baik selama kehamilan
dengan terapi obat anti epilepsi. Tipe dibandingkan dengan perawatan konservatif.17
bangkitan yang sering terjadi adalah Terapi konservatif pada pasien dengan AVM
bangkitan umum. Pasien yang mengalami Spetzler Martin tingkat V dan VI menunjukkan
bangkitan tidak meningkatkan risiko ruptur angka morbiditas dan mortalitas yang lebih
AVM. rendah dibandingkan terapi pembedahan,
3. Nyeri kepala. Keluhan ini muncul pada 5- sebaliknya operasi evakuasi hematoma dan
14% pasien dengan AVM. Nyeri kepala reseksi segera AVM sebaiknya dilakukan pada
yang dialami dapat unilateral atau bilateral, pasien AVM Spetzler Martin tingkat I-IV dengan
menyerupai migrain dengan atau tanpa tanda herniasi serebri. Prosedur pembedahan
aura. pada pasien dengan usia kehamilan akhir
4. Defisit neurologis fokal. Muncul pada 1- sebaiknya dilakukan setelah operasi sectio
40% pasien dan 5-15% di antaranya tidak cesarean. Diperlukan kolaborasi yang lebih jauh
berhubungan dengan perdarahan.13 dari tim multidisiplin antara lain neurologi,

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 54


LAPORAN SERI KASUS Sebayang dkk 2018
bedah saraf, obstetri ginekologi, anestesi, dimonitor, karena otot yang terlalu keras
pediatri, dan perawatan intensif dalam berlatih justru akan membuat kelemahan
managemen pasien.14 semakin progresif.
Konfirmasi diagnosis stroke pada kedua kasus di Rekomendasi dikeluarkan oleh American Heart
atas menggunakan pemeriksaan CT-scan kepala. Association/ American Stroke Association
Gambaran hiperdens di lobus temporal sinistra (2015) terkait prosedur operasi pada kasus PIS.
yang menunjukan gambaran PIS. Kedua pasien Perdarahan serebelum dengan pemberatan defisit
belum menjalani prosedur DSA. Nyeri kepala neurologis, kompresi batang otak, dan/ atau
pada stroke perdarahan berhubungan dengan hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel. Sesegera
PTIK akibat traksi struktur peka nyeri mungkin harus menjalani prosedur evakuasi
intrakranial. Muntah terjadi akibat adanya perdarahan. Tidak direkomendasikan drainase
distorsi pada ventrikel empat dimana ventrikel sebagai terapi awal sebelum evakuasi
disekitarnya terdapat nukleus vastibular serta perdarahan. Manfaat tindakan operasi belum
pusat muntah. dapat dipastikan pada kasus perdarahan
Prinsip tata laksana stroke pada fase akut supratentorial, namun evakuasi perdarahan
meliputi:18 supratentorial pada pasien yang mengalami
1. Membantu proses restorasi dan plastisitas deteriorisasi merupakan tindakan life saving.
otak. Target terapi adalah mempertahankan Evakuasi perdarahan saat terjadi penurunan
wilayah oligemia iskemia penumbra kondisi pasien lebih bermanfaat dibandingkan
dengan cara membatasi durasi iskemia dan dilakukan saat awal stroke. Prosedur kraniektomi
derajat keparahan cedera iskemia (proteksi dekompresi dengan atau tanpa evakuasi
neuronal). Pencegah juga pada kondisi perdarahan menurunkan mortalitas pasien
hipertermi, hipotermi, hipertensi, kesadaran koma dengan perdarahan
hiperglikemia, hipoglikemia, PTIK, supratentorial, perdarahan yang luas dengan
infeksi, gangguan elektrolit, dan bangkitan. pergeseran midline, dan PTIK yang refrakter
2. Mengidentifikasi dan mengendalikan terhadap pengobatan. Efektivitas prosedur
faktor risiko. Modifikasi terhadap faktor evakuasi clot secara invasif minimal dengan
risiko yang dapat dimodifikasi dan stereotaktik atau aspirasi endoskopik dengan atau
mengembalikannya ke level normal. tanpa penggunaan trombolitik tidak dapat
Sebagai contoh, pasien dengan hipertensi, ditentukan.
target pengendalian tekanan darah setelah
Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
lewat fase akut stroke hingga di bawah
Secara umum, manajemen PTIK berupa
140/90mmHg, sedangkan bila pasien
monitoring hemodinamik yang invasif serta
sebelumnya menderita hipertensi dan
resusitasi serebrovaskular yang cepat dapat
diabetes melitus maka dipertahankan di
menyelamatkan jiwa. Target terapi adalah
bawah 135/85mmHg.
tekanan intrakranial kurang dari 20mmHg
3. Mencegah komplikasi. Beragam
dengan cerebral perfusion pressure (CPP)
komplikasi yang kerap terjadi pada pasien
>70mmHg. Penatalaksanaan penderita dengan
tirah baring adalah pneumonia, dekubitus,
PTIK meliputi:
dan infeksi saluran kemih. Pasien mutlak
1. Meninggikan posisi kepala 20-30°.
harus menjalani fisioterapi. Pada fase akut
2. Menghindari penekanan vena jugular.
pasien belum dapat berpartisipasi penuh
3. Menghindari pemberian cairan glukosa
pada program terapi aktif, untuk itu
atau cairan hipotonik.
dilakukan latihan range of motion (ROM)
4. Menghindari hipertermia.
setiap hari dan positioning yang tepat
5. Menjaga normovolemia.
untuk mencegah pemendekan dan
6. Pemberian osmoterapi dengan:
kontraktur sendi. Terapi aktif dapat
- Manitolisasi dengan dosis 0,25-0,50
dilakukan perlahan-lahan (isometrik,
gr/KgBB pemberian selama 20 menit,
isotonik, isokinetik). Pasien tetap
diulangi setiap 4-6 jam dengan target
dimonitor untuk kemungkinan tidak
osmolaritas di bawah 310 mOsm/L.
stabilnya hemodinamik dan aritmia
- Bila perlu berikan furosemid dengan
jantung, intensitas latihan juga harus
dosis 1 mg/KgBB intravena.

55 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Sebayang dkk 2018 LAPORAN SERI KASUS
7. Intubasi untuk menjaga normoventilasi Stroke merupakan penyebab kecacatan kronis.
(pCO2: 35-40 mmHg). Hiperventilasi Gejala klinis kelemahan anggota gerak sesisi
mungkin diperlukan bila akan dilakukan serta bicara pelo akan mengganggu aktivitas
tindakan operatif. sehari-hari. Tingkat kepuasan terhadap luaran
Prognosis stroke sangat tergantung pada jenis pekerjaan
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pasien yang dilakukan sehari-hari.19 Kedua pasien
prognosis stroke perdarahan jangka pendek akan mengalami keterbatasan untuk melakukan
adalah perluasan perdarahan ke ventrikel, tingkat pekerjaan dengan tangan kanannya sehingga
kesadaran saat awal serangan, dan volume menyulitkan pekerjaannya sebagai ibu rumah
perdarahan.17 Stratifikasi risiko sebagai tangga dan melakukan kegiatan sehari-hari.
penentuan prognosis PIS sesuai dengan tabel 2.
Kedua pasien pada laporan kasus ini memiliki Simpulan
skor PIS bernilai 0. Hasil ini berkorelasi dengan Kondisi PIS yang terjadi saat kehamilan dan
mortalitas dalam 30 hari sebesar 0%.19 pascapersalinan menyebabkan morbiditas,
Tabel 2. Prognosis19 mortalitas, serta menyulitkan proses diagnosis
Parameter Skor dan manajemen pasien. Penatalaksanaan stroke
Skala Koma Glasgow selama kehamilan memerlukan perawatan
3-4 2 interdisipliner dari bedah saraf, neurologi, dan
5-12 1 obstetri. Prinsip tata laksana pasien PIS serupa
13-15 0 saat kondisi di luar kehamilan, namun
Volume perdarahan intraserebral membutuhkan perhatian khusus dalam pemilihan
(cm3) 1 terapi.
≥30 0
<30 Laporan penelitian ini diajukan dalam sesi ilmiah
Perdarahan intraventrikular 1 presentasi poster di The Bali Neurology Update 5th
Ya 0 yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia cabang Denpasar bekerja
Tidak
sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas
Perdarahan infratentorial 1 Udayana dan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Ya 0 Denpasar tanggal 22-24 September 2017 di Denpasar,
Tidak Bali
Usia 1
≥80 tahun 0
<80 tahun

Daftar Rujukan
1. Tate J dan Bushnell C. Pregnancy and stroke 6. Macellari F, Paciaroni M, Agnelli G, dkk.
risk in women. Womens Health (Lond) 2011; Neuroimaging in intracerebral hemorrhage.
7(3): 363-374. Stroke 2014; 45(3): 903-908.
2. Kittner S, Stern BJ, Feeser BR, dkk.Pregnancy 7. Domingues R, Rossi C, Cordonnier C.
and the risk of stroke. N Eng J Med 1996; 335 Diagnostic evaluation for nontraumatic
(11): 768-774. intracerebral hemorrhage. Neurol Clin 2015;
3. Laadioui M, Bouzoubaa W, Jayi S, dkk. 33(2): 315-328.
Spontaneous hemorrhagic strokes during 8. Smith EE, Shobha N Dai D dkk. A risk score
pregnancy: case report and review of the for in-hospital death in patients admitted with
literature. Pan Afr Med J 2014; 19: 372. ischemic or hemorrhagic stroke. J Am Heart
4. Grear K dan Bushnell C. Stroke and pregnancy: Assoc 2013; 2(1): 1-11.
clinical presentation, evaluation, treatment, and 9. Provenzale J dan Kranz P. Dural sinus
epidemiology. Clin Obstet Gynecol 2013; thrombosis: sources of error in image
56(2): 350-359. interpretation. AJR Am J Roentgenol 2011;
5. Yoshida K, Takahashi JC, Takenobu Y, dkk. 196(1): 23-31.
Strokes Associated With Pregnancy and 10. Delgado-Almandoz J, Schaefer PW, Goldstein
Puerperium: A Nationwide Study by the Japan JN, dkk. Practical Scoring System for the
Stroke Society. Stroke 2017; 48(2): 276-282. Identification of Patients with Intracerebral

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 56


LAPORAN SERI KASUS Sebayang dkk 2018
Hemorrhage at Highest Risk of Harboring an and Management. ScientificWorldJournal
Underlying Vascular Etiology: The Secondary 2015.
Intracerebral Hemorrhage Score. AJNR Am J 16. McCollough CH, Schueler BA, Atwell TD,
Neuroradiol 2010; 31(9): 1653-1660. dkk. Radiation exposure and pregnancy: when
11. Birenbaum D. Emergency neurological care of should we be concerned?. Radiographics 2007;
strokes and bleeds. J Emerg Trauma Shock 27(4): 909-917.
2010; 3(1): 52-61. 17. Dias M dan Sekhar L. Intracranial hemorrhage
12. Chalouhi N Hoh B, Hasan D. Review of from aneurysms and arteriovenous
cerebral aneurysm formation, growth, and malformations during pregnancy and the
rupture. Stroke 2013; 44(12): 3613-3622. puerperium. Neurosurgery 1990; 27(6): 855-
13. Xianli L, Peng L, Youxiang L. The clinical 865.
characteristics and treatment of cerebral AVM 18. Kelompok Studi Stroke. 2011. Guideline
in pregnancy. Neuroradiol J 2015; 28(3): 234- Stroke. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
237. Saraf Indonesia (PERDOSSI).
14. Liu XJ, Wang S, Zhao YL, dkk. Risk of 19. Hemphill J, Bonovich DC, Besmertis L,
cerebral arteriovenous malformation rupture dkk.The ICH score: a simple, reliable grading
during pregnancy and puerperium. Neurology scale for intracerebral hemorrhage. Stroke
2014; 82(20): 1798-1803. 2001; 32(4): 891-897.
15. Ajiboye N, Chalouhi N, Starke RM, dkk.
Unruptured Cerebral Aneurysms: Evaluation

57 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali

Anda mungkin juga menyukai