Jtptunimus GDL Ciptowatig 5193 2 Bab2 PDF
Jtptunimus GDL Ciptowatig 5193 2 Bab2 PDF
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak
Cedera kepala adalah cedera kepala (terbuka dan tertutup) yang terjadi
(Tucker, 1998).
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injuri baik secara langsung maupun
kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak dan otak yang terjadi baik
6
2
kematian.
Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya tengkorak atau
luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh
velositas, masa dan bentuk dari benturan. Kerusakan otak juga dapat
terjadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk ke dalam jaringan otak
dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam /
kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan dalam otak cairan akan
dengan: nyeri kepala, muntah, vertigo dan tidak ada penyerta seperti pada
Nilai GCS: 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, meliputi: kontusio
B. Anatomi
Tengkorak
Struktur tulang yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari tulang
kranium dan tulang muka. Tulang kranium terdiri dari 3 lapisan: lapisan luar,
diploe dan lapisan dalam. Lapisan luar dan dalam merupakan struktur yang
Meningen
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan
membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi
(Ganong, 2002)
Otak
a. Sereblum
Sereblum dibagi menjadi hemisfer kanan dan kiri oleh suatu lekuk atau
saling dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus
disebut ganglia basalis. Pusat aktifitas sensorik dan motorik pada masing-
tubuh sebelah kiri dan hemisferium kiri mengatur bagian tubuh sebelah
dan etika.
Daerah tertentu pada korteks serebri biasanya bertanggung jawab atas perilaku
tertentu, lokasi yang pasti dan beratnya cedera menentukan jenis kelainan
yang terjadi.
tali sepatu). Lobus frontalis juga mengatur ekspresi wajah dan isyarat
aktifitas motorik tertentu pada sisi tubuh yang berlawanan. Efek perilaku
Kerusakan yang kecil, jika hanya mengenai satu sisi otak, biasanya
bentuk, tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum. Sejumlah kecil
depan lobus parientalis menyebabkan mati rasa pada sisi tubuh yang
berlawanan.
apraksia) dan untuk menentukan arah kiri-kanan. Kerusakan yang luas bisa
bentuk yang sebelumnya dikenal dengan baik (misalnya bentuk kubus atau
jam dinding). Penderita bisa menjadi linglung atau mengigau dan tidak
gangguan pemahaman bahasa yang berasal dari luar maupun dari dalam
seksual.
(Mediastore.Com)
b. Sereblum
sikap tubuh.
10
c. Brainstem
banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang otak
terletak dari batang otak. Seringkali terdapat satu saraf kranialis atau lebih
yang turut terlibat dalam lesi batang otak. Letak dan penyebaran lesi ini
Saraf-Saraf Otak:
lebih lanjut. Dengan mata tertutup dan pada saat yang sama satu lubang
otot-otot pengunyah.
Sifatnya motorik dan sensorik, saraf ini membawa serabut sensorik yang
Fungsi: Otot lidah menggerakkan lidah dan selaput lendir rongga mulut.
(Patofisiologi, 2005)
Fisiologi
darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang tengkorak. Hematoma
intrakranial bisa terjadi karena cedera atau stroke. Perdarahan karena cedera
pada CT Scan atau MRI. Sebagian besar perdarahan terjadi dengan cepat dan
beberapa jam atau hari. Hematoma yang luas akan menekan otak,
otak. Hematoma yang luas akan menyebabkan otak bagian atas atau batang
koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan
pernafasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi
1. Hematoma Epidural
dan tulang tengkorak. Hal ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah
sehingga lebih cepat memancar. Gejala berupa sakit kepala hebat bisa
segera timbul tetapi bisa juga baru muncul beberapa jam kemudian. Sakit
kepala kadang menghilang, tetapi beberapa jam kemudian muncul lagi dan
2. Hematoma Subdural
bisa terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala berat atau beberapa saat
- Linglung
- Perubahan ingatan
C. Etiologi / Prediposisi
1. Trauma tajam
Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana itu merobek otak,
2. Trauma tumpul
sifatnya.
3. Cedera akselerasi
Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh pukulan
6. Jatuh
7. Kecelakaan industri
9. Perkelahian
D. Patofisiologi
terjadi kemampuan autoregulasi cerebral yang kurang atau tidak ada pada area
satu otak akan menyebabkan jaringan otak tidak dapat membesar karena tdiak
ada aliran cairan otak dan sirkulasi pada otak, sehingga lesi yang terjadi
Maka aliran darah dalam otak menurun dan terjadilah perfusi yang tidak
adanya vasodilatasi dan edema otak. Edema akan terus bertambah menekan /
17
menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak. Dampak dari cedera
kepala:
1. Pola pernafasan
stoke, selain itu herniasi juga menyebabkan kompresi otak tengah dan
2. Mobilitas Fisik
Akibat trauma dari cedera otak berat dapat mempengaruhi gerakan tubuh,
sebagai akibat dari kerusakan pada area motorik otak. Selain itu juga dapat
3. Keseimbangan Cairan
hipotalamus dan peningkatan TIK. Pada keadaan ini terjadi disfungsi dan
menimbulkan dehidrasi.
(Price, 2005).
4. Aktifitas Menelan
dengan gerakan pipi. Selain reflek menelan dan batang otak mungkin
5. Kemampuan Komunikasi
dan kekacauan proses bahasa dan gangguan. Bila ada pasien yang telah
19
(Price, 2005).
6. Gastrointestinal
ditemukan, tetapi setelah 3 hari pasca trauma terdapat respon yang bisa
(Price, 2005)
E. Manifestasi Klinik
bekerja.
(www. Mediastore)
20
gangguan pergerakan.
(www. Angelfive)
F. Komplikasi
1. Peningkatan TIK
2. Iskemia
3. Infark
5. Kematian
abses otak)
G. Penataksanaan
vasodilatasi
3. Pemberian analgetik
6. Makanan atau cairan infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
lunak.
7. Pembedahan
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
impulsif.
4. Eliminasi
5. Makanan / Cairan
6. Neurosensorik
dan penciuman.
posisi tubuh.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda dan
biasanya lama.
8. Pernafasan
karena aspirasi).
24
9. Keamanan
gangguan penglihatan.
Kulit: Laserasi, abrasi, perubahan warna seperti “racoon eye” rasa gatal di
tubuh.
Pemeriksaan Penunjang
tanpa kontras. Menggunakan medan magnet kuat dan frekuensi radio dan
25
bila bercampur frekuensi radio radio yang dilepaskan oleh jaringan tubuh
tengkorak pasien.
saraf pusat.
fragmen tulang.
subaraknoid.
11. GDA (Gas Darah Arteri): Mengetahui adanya masalah ventilasi atau
14. Kadar anti konvulsan darah: Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
Perubahan perfusi
jaringan serebral
Merangsang
hipotalamus Merangsang inferior Hipoksia jaringan Penurunan kesadaran
hipofise Kerusakan hemisfer
Hipotalamus motorik
terviksasi (pada Mengeluarkan Kerusakan
diensefalon) steroid & adrenal Penurunan kekuatan pertukaran gas Gangguan persepsi Kekacauan pola
dan tahanan otot sensori bahasa
↓ Produksi ADH
Sekresi HCl Pernafasan
d ld digaster ↑ Gangguan mobilitas dangkal Tidak mampu
fisik menyampaikan kata-kata
Retensi Na + H2O
Mual, muntah Pola nafas
tidak efektif Gangguan
Gangguan
Perubahan nutrisi komunikasi
keseimbangan
kurang dari verbal
cairan dan elektrolit
kebutuhan tubuh
32
33
J. Diagnosa Keperawatan
(Doenges, 1999).
ADH dan aldosteron, retensi cairan dan natrium ditandai dengan edema,
asam lambung, mual, muntah dan anoreksia ditandai dengan penurunan BB,
dan edema otak ditandai dengan tengangan maskuler, wajah menahan nyeri dan
koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot atau control otot.
(Doenges, 1999).
34
K. Fokus Intervensi
membaik.
Intervensi:
b. Pantau status neurologik secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar
35
c. Pantau TTV
Rasional : Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jogularis
normal.
98%).
Intervensi:
b. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturan, posisi miring sesuai indikasi
c. Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik
ADH dan aldosteron, retensi cairan dan natrium ditandai dengan edema,
Kriteria Hasil : Asupan intake dan output seimbang, tidak terjadi edema dan
dehidrasi.
Intervensi:
Rasional : Satu liter retensi sama dengan penambahan satu kg berat badan.
penurunan BB, penurunan masa otot, tonus otot buruk. (Carpenito, 2006).
Intervensi:
sekresi.
38
kepala.
d. Tingkatkan kenyamanan
dan edema otak ditandai dengan tengangan maskuler, wajah menahan nyeri dan
atau hilang.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau hilang, TTV dalam batas normal.
Intervensi:
kejang.
infeksi.
Intervensi:
alat invasi
komplikasi.
laboratorium darah.
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kepala, pusing dan vertigo
Kriteria Hasil : - Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit.
aktifitas
Intervensi:
4)
b. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi
tubuh.
41
d. Sokong kepala dan badan,, tangan dan lengan, kaki dan paha ketika pasien
normal
Intervensi:
gangguan sirkulasi.
fungsi fisiologis
42
fungsi kognitif.
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera otak dan edema otak
(Carpenito, 2006).
Intervensi: