Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Nurarif Huda, Amin & Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Jogja
Untari, Ida. (2018). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Terapi Tertawa &
Senam Cegah Pikun. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
BIODATA PENULIS
A. INFORMASI PRIBADI
Nama : Via Rindiani
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/11 Agustus 1999
Alamat : Jl. Rawasari Timur No.49 Rt 16/02.
Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kode Pos
10510.
Nomor Telepon : 087784995336
Email : Viarindi12@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
2004-2010 : SDN 2 SINDANG BARANG, JAWA
BARAT
2010-2013 : SMPN 47 JAKARTA PUSAT
2013-2016 : SMAS KSATRYA 51 JAKARTA PUSAT
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SCABIES
Sasaran : Lansia
Waktu : 35 menit
Peserta : Lansia
A. LATAR BELAKANG
Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, lansia merupakan
suatu proses alami yang akan dialami oleh seluruh manusia dan
merupakan akhir dari kehidupan (Azizah, 2011). Yang dapat dikatakan
lansia adalah sesorang yang berusia 60-74 tahun menurut WHO (World
Health Organitation). Lansia mengalami berbagai perubahan fungsi pada
sistem tubuh, salah satunya adalah sistem integumen. Penyakit yang
menyerang lansia pada sistem integumen adalah scabies.
Scabies (kudis) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
atau kutu sarcoptes scabiei var.hominis yang mudah menular, kutu
tersebut memasuki kulit stratum korneum membentuk terowongan lurus
atau berbelok sepanjang 0,6-1,2 cm. Angka kejadian scabies diseluruh
dunia dilaporkan ada sekitar 300 juta kasus pertahun (Chosidow, 2009),
jumlah kasus baru penyakit scabies berjumlah 1.135 orang dan tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 2.941 orang. Menurut Depkes RI 2008,
data prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95% dan scabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Tanda dan gejala
dari scabies adalah gatal yang biasanya parah dan akan memburuk pada
malam hari dan ada lecet atau benjolan kecil dan tipis di kulit. Penyakit
scabies ini tentu saja menganggu kebutuhan aman nyaman pada sistem
integumen manusia dengan menimbulkan rasa nyeri karena luka yang
sangat gatal dan akan memburuk pada malam hari, luka yang kemerahan
dan kadang bernanah. Untuk itu tenaga kesehatan (perawat) dituntut untuk
berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada lansia secara langsung. Prioritas
asuhan keperawatan pada scabies adalah memberikan rasa aman nyaman,
menganjurkan pola tidur yang cukup dan merawat kerusakn integritas kulit
dan memberikan informasi dan pengetahuan kepada lansia tentang scabies
serta cara mengatasinya.
Untuk kejadian scabies di PSTW Budi Mulya 2 terhitung ada 6 lansia
terkena penyakit kulit 2 diantaranya menderita scabies.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan lansia mampu mengetahui
tentang scabies (kudis)
2. Tujuan khusus :
a. Menjelaskan pengertian scabies
b. Menjelaskan penyebab scabies
c. Menjelaskan tentang tanda dan gejala scabies
d. Menjelaskan klasifikasi scabies
e. Mendemonstrasikan tindakan yang harus dilakukan jika gatal terjadi
C. MATERI
1. Pengertian scabies
2. Penyebab scabies
3. Tanda dan gejala scabies
4. Klasifikasi scabies
5. Demonstrasi tindakan yang harus dilakukan jika gatal terjadi
D. MEDIA
1. Leaflet
E. MEDIA PENYULUHAN
1. Diskusi
2. Ceramah
3. Demonstrasi
F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH RESPON PENYULUH
Evaluasi:
1. Meminta lansia
menjelaskan atau
menyebutkan kembali yang
sudah di sampaikan dan
meminta untuk
mendemonstrasikan ulang
G. EVALUASI
Memberikan pertanyaan secara langsung tentang materi yang sudah
diajarkan
1. Menjelaskan pengertian scabies
2. Menjelaskan tentang penyebab scabies
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala scabies
4. Mendemonstrasikan tindakan yang harus dilakukan jika gatal terjadi
MATERI PENGAJARAN
A. DEFINISI
Scabies (kudis) adalah kondisi kulit yang terasa sangat gatal akibat tungau
kecil yang disebut sarcoptes scabiei. Rasa gatal itu disebabkan alergi
terhadap tungau, telur-telurnya dan kotorannya yang menempel di tubuh.
Tungau tersebut memasuki kulit stratum korneum membentuk terowongan
lurus atau berbelok sepanjang 0,6-1,2 cm. Angka kejadian scabies diseluruh
dunia dilaporkan ada sekitar 300 juta kasus pertahun (Chosidow, 2009),
jumlah kasus baru penyakit scabies berjumlah 1.135 orang dan tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 2.941 orang. Menurut Depkes RI 2008, data
prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95% dan scabies menduduki
urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.
B. ETIOLOGI
Scabies disebabkan infeksi kuman atau kutu sarcoptes sbaiei var.hominis.
kuman ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung,
perutnya rata, berwarna putih kotor dan tidak bermata.
D. KLASIFIKASI
Scabies dibedakan menjadi beberapa tipe (Harahap, 2000) :
a. Scabies Cultivated
Scabies cultivated ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. Kutu biasanya
hilang dengan mandi secara teratur.
b. Scabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus
ini timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
Biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki,
inguinal dan aksila. Nodus ini dapat menutup beberapa minggu hingga
lebih dari 1 bulan bahkan 1 tahun, meskipun telah diberi pengobatan anti
scabies dan kortikosteroid.
c. Scabies Pada Bayi dan Anak
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan dan telapak kaki. Akan tetapi, terowongan
jarang ditemukan karena sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo
atau eksim, pada bayi, lesi terdapat di wajah.
d. Scabies Paska Klien Bedrest
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.
e. Scabies Incognito
Scabies incognito sering ditunjukkan dengan gejala klinis yang tidak
biasa, distribusi atopik dan lesi yang luas. Pemakaian steroid topikal atau
sistematik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, tetapi tanda dan
gejala tetap ada dan dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal
ini mngkin disebabkan oleh penurunan respon imun seluler.
f. Scabies Yang Ditularkan Oleh Hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia lewat hewan,
misalnya peternak dan gembala. Gejala yang ditimbulkan ringan, sedikit
rasa gatal, tidak timbul terowongan dan lesi timbul pada tempat-tempat
kontak. Scabies ini akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut
dan mandi.
g. Scabies Norwegia atau Scabies Krutosa
Scabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem
imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau, sehingga tungau dengan
mudah berkembang biak. Scabies ini ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, distrofi kuku, skuama generalisata dan hiperkeratosis yang tebal.
Biasanya terdapat pada kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki. Lain halnya dengan scabies biasa,
rasa gatal pada penderita scabies Norwegia tidak menonjol.
E. DEMONSTRASI
Agar tidak terjadi kerusakan integritas kulit akibat garukan pada luka yang
gatal, perawat mengalihkan lansia dari menggaruk luka untuk menepuk-
nepuk luka yang gatal. Sehingga kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
VIA RINDIANI
2016750043
.