Anda di halaman 1dari 6

MODUL PERKULIAHAN

Lembaga
Keuangan
Syariah
Obligasi Syariah • Pengertian dan Sejarah Obligasi Syariah
• Dasar Hukum • Operasoinal Obligasi Syariah •
Perbedaan Obligasi Konvensional dan Syariah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


F041700005

08
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi Ali Ridho, S.E, M.Si.

Abstract Kompetensi
Obligasi syariah atau biasa disebut Mahasiswa mampu memahami
dengan Sukuk, sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional No.32/DSN- tentang Obligasi Syariah atau
MUI/IX/2002, adalah suatu surat Sukuk di Indonesia
berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan oleh
emiten (bisa swasta bisa negara) kepada
pemegang olbigasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang olbilgasi
syariah berupa bagi hasil/margin/fee
Pembahasan
Pengertian dan Sejarah Obligasi Syariah(Sukuk)
Obligasi atau bonds secara konvensional adalah merupakan bukti utang dari emiten
yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya
pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo. Obligasi merupakan
instrument utang bagi perusahaan yang hendak memperoleh modal. Dalam hal pendapatan
yang diperoleh berupa bunga yang biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan atau
deposito.

Sedangkan Obligasi syariah atau biasa disebut dengan sukuk, sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002, adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten (bisa swasta bisa
negara) kepada pemegang olbigasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang olbilgasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee.

Sedangkan menurut The Accounting and Auditing Organization for Islamic Finance
(AAOIFI), sukuk adalah: Certificates of equal value representing undivided shares in
ownership of tangible assets, usufruct, and services, or in the ownership of the assets of
particular projects or special investment activities.

Sejarah perkembangan sukuk di dunia, diawali oleh negara-negara di kawan Teluk,


dan Asia, sekitar tahun 2000/2001, ketika sukuk mulai diterima dan bertambahnya
pemahaman masyarakat dunia tentang konsep keuangan Islam. Hal tersebut tidak terlepas
dari beberapa hal, diantaranya adalah:

 Adanya peristiwa hancurnya WTC di New York Amerikat Serikat oleh teoris
pada tanggal 11 september 2001, menimbulkan kerucigaan Amerika atas
keberadaan dana-dana teoris dari negara-negara muslim yang berasal dari
negara teluk yang selama ini tersipan di pasar uang di AS, dan Eropa.
Keadaan ini membuat mereka tidak merasa nyaman menyimpan uang di
negara AS dan Eropa. Sehingga investor dari khususnya dari kawasan Timur
Tengah menyimpan dananya di Asia dan kawasan mereka sendiri.

 Berkembangnya Lembaga Keuangan Islam dan pembangunan eknomi di


negara kawasan Teluk dan Asia, telah meningkatkan permintaan barang
produktif dan konsumtif.

 Ketergantungan negara-negara di Asia dan Teluk akan utang luar negeri


khususnya kepada IMF yang membengkak yang disebabkan adanya bunga

2019 2 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
yang terus meningkat apabila terjadi keterlambatan pembayaran pokok atas
bunga, menyebabkan untuk mencari sumber pendanaan alternative yang
tidak berdasarkan atas bunga.

Di Indonesia, penerbitan sukuk diawali pada tahun 2002 yang dipelopori oleh
PT.Indosat yang, teerbitkan sukuk bernilai Rp.175 milyar. Pada tahun 2003 telah diterbitkan
6 sukuk dengan tipe sukuk mudharabah, 3 diantaranya adalah Bank Muamalat, Bank
Bukopin dan Bank Syariah Mandiri. Pada tahun 2015, telah ada 84 emiten yang
menerbitkan sukuk.

Dasar Hukum
Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara pihak yang
disusun berdasarkan prinsip syariah sehingga bebas dari maysir, gharar dan riba(Maghrib).

Sejauh ini obligasi syariah atau sukuk diatur dalam fatwa DSN-MUI, antara lain fatwa
No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang
Obligasi Syariah Mudharabah, No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah dan
No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah konversi.

Obligasi Syariah atau sukuk di Indonesia dibagi menjadi dua jenis, yaitu sukuk
korporasi dan sukuk negara atau biasa disebut dengan SBSN(Surat berharga syariah
negara), sukuk korporasi merupakan jenis obligasi syariah yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan yang memenuhi prinsip syariah, untuk regulasi jenis sukuk ini, adalah peraturan
Otoritas Jasa Keuanagn(POJK), Nomor 18/POJK.04/2015, tentang penerbitan dan
persyaratan sukuk bagi korporasi.

Sedangkan sukuk negara atau SBSN, diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 19


tahun 2008 tentang SBSN, yang hal tersebut sudah sesuai dengan regulasi internasional
yaitu The Accounting and Auditing Organization for Islamic Finance (AAOIFI). Disamping itu
juga ada Fatwa DSN-MUI, nomor 69 tentang SBSN, nomor 70 tentang Metode penerbitan
SBSN, nomor 72 tentang SBSN Ijarah sale and lease back, nomor 76 tentang SBSN Ijarah
aseet to be Leased, nomor 95 tentang SBSN Wakalah, dan nomor 94 tentang Repo SBSN
berdasarkan prinsip syariah.

2019 3 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Operasoinal Obligasi Syariah(Sukuk)
Pada prinsipnya operasional sukuk atau obligasi syariah hampir sama dengan obligasi
konvensional, perbedaan yang mendasar adalah adanya akad, dan adanya jaminan asset
(Underlying asset), oeprasional sukuk yang diawali dengan penyerahan sejumlah dana oleh
investor kepada emiten yang didasari transaksi jual beli aset, lalu emiten mengeluarkan surat
berharga, sesuai dengan akad yang telah disepakati.

Pada saat jatuh tempo pembayaran imbalan, maka emiten membayar kepada investor
sesuai dengan akad yang telah disepakati, ada yang berbentuk sewa menyewa (Ijarah), jual beli
(Murabahah) dan penyertaan (Mudharabah), melalui agen atau bank yang telah ditunjuk. Dan pada
saat jatuh tempo, maka emiten membeli kembali asset yang telah dibeli oleh investor, dan disertai
dengan penyerahan sejumlah dana yang nilainya sama dengan nilai diawal sukuk diterbitkan.

Secara sederhana hal tersebut dapat dilgambarkan sebagai berikut:

Perbedaan Obligasi Konvensional dan Syariah


Kalau dibandingan dengan obligasi konevensional, sukuk membutuhkan instrument
penyertaan atas asset, sedangkan obligasi sebagai sebuah kontrak utang dimana penerbit
wajib membayar pemegang obligasi pada waktu tententu, sekaligus bunga dan pokok,
2019 4 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
perbedaaan lainnya adalah pada underlying asset yang digunakan. Di dalam sukuk
dibutuhkan sebagai jaminan bahwa penerbitan sukuk didasarkan nilai yang sama dengan
aset yang tersedia. Oleh karenanya asset harus memiliki nilia ekonomis, baik aset yang
berwujud maupun tidak berwujud termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun. Fungsi
dari underlying asset di sini adalah:

 Untuk menghindari riba

 Sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder

 Untuk menentukan jenis sukuk

Hal tersebut dapat dilihat pada table berikut ini:

2019 5 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Heri Sudarsono (2018), Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, Ekonisia
M.B, Hendri Anto ( 2003). Pengantar Ekonomika Mikro Islami. Yogyakarta, Ekonisia.
Yaya, Erlangga, Abdurrahim (2014). Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta Salemba
Empat
Andri Soemitra (2017). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Depok,Praneda
Media Group
https://www.ojk.go.id

2019 6 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ali Ridho S.E, M.Si http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai