Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

Hubungan Obesitas dan Hipertrigliseridemia dengan


Risiko Perlemakan Hati pada Pasien di Makassar
Syaharuddin Kasim1, Mansur Arief 2, Agus Sulaeman3, Joko Widodo3
1
Bagian Kimia Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
2
Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
3
Laboratorium Klinik Prodia, Makassar, Indonesia

Abstrak
Perlemakan hati terjadi akibat lipolisis berlebihan dari jaringan lemak dan peningkatan suplai asam
lemak bebas ke hati. Derajat keparahan perlemakan hati berkorelasi dengan peningkatan berat badan.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara obesitas, trigliserida, obesitas dan hipertri-
gliseridemia terhadap risiko terjadinya perlemakan hati. Penelitian cross sectional menggunakan data
retrospektif yang diambil dari pasien check up di Laboratorium Klinik Prodia Makassar selama tahun
2006. Diagnosis perlemakan hati melalui pemeriksaan ultrasonografi, obesitas ditentukan dari indeks
massa tubuh, dan trigliserida diukur dengan metode enzimatik kolorimetri. Dari 204 pasien check up,
67 pasien (32,8%) mengalami perlemakan hati. Pada pasien dengan perlemakan hati sebanyak 95,5%
mengalami obesitas, 67,2% hipertrigliseridemia, dan 32,8% trigliserida normal. Terdapat hubungan ber-
makna antara obesitas (risiko relatif (RR)=18,7; 95% C.I 5,6–62,4; p=0,001), obesitas disertai hiper-
trigliseridemia (RR=5,1; 95% C.I 2,7–9,5; p<0,001) dengan perlemakan hati. Didapatkan hubungan
bermakna antara perlemakan hati dengan obesitas. Trigliserida tidak berhubungan langsung tetapi hip-
ertrigliseridemia disertai obesitas berhubungan bermakna dengan kejadian perlemakan.

Kata kunci: Obesitas, trigliserida, hipertrigliseridemia, perlemakan hati

Relationship between Obesity and Hypertriglyceridemia on


Fatty Liver in Patients at Makassar
Abstract
Fatty liver is caused by a failure of normal hepatic fat metabolism due to a dysfunction of either within
the hepatocytes. The degree of fatty liver is correlating to the increase of body weight. The aim of this
study is to investigate any specific relationship between fatty liver and obesity as well as hypertriglyc-
eridemia. This is a cross sectional study by using the retrospective data which is obtained from medical
check up at Prodia clinical laboratory during 2006, fatty liver is diagnosed by using ultrasonography,
obesity on body mass index (BMI), and triglyceride level by enzymatic colorimetric method.In 204
subjects of medical check up subjects were analyzed. Fatty liver has been found in 67 subjects (32.8%),
95.5% of subjects with obesity, 32.8 subjects with normal triglyceride and 67.2% subjects with hyper-
triglyceridemia. There are significant relationship of obesity (relative risk(RR)=18.7; 95% C.I 5.6–62.4;
p=0.001), obesity and hypertrigliseridemia (RR=5.1; 95% C.I 2.7–9.5; p<0.001) with fatty liver. There
are a significant relationship of fatty liver and as well as obesity. Triglyceride is not contributing directly
to fatty liver but hypertriglyceridemia with obesity have significant relationship with fatty liver.

Key words: Obesity, triglyceride, hypertriglyceridemia, fatty liver

Korespondensi: Dr. Syaharuddin Kasim, M.Si., Apt., Fakultas Farmasi, Universitas


Hasanuddin, Makassar, Indonesia, email: saha_kasim@yahoo.co.id

136
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

Pendahuluan peningkatan pelepasan Asam Lemak Bebas


(ALB) dari jaringan adiposa juga menyebab-
Pada masa lalu badan yang gemuk merupakan kan peningkatan hidrolisis dari trigliserida.7
lambang kemakmuran yang menentukan status Trigliserida disintesis dari asam lemak yang
sosial seseorang, sehingga ada kecenderungan terbentuk dari esterifikasi dari gliserol dengan
banyak orang menginginkan badan yang ge- tiga molekul asam lemak. Banyaknya sintesis
muk bahkan sampai terjadi obesitas. Namun trigliserida dari asam lemak tergantung jum-
saat ini obesitas menjadi perhatian bagi dunia lah asam lemak yang tersedia. Asam lemak
kesehatan, karena orang obesitas mempunyai bebas diperoleh dari proses lipolisis asam le-
risiko untuk menderita berbagai penyakit.1 mak, diet dan de novo lipogenesis (DNL) se-
Obesitas menjadi suatu masalah kesehatan lanjutnya dipakai untuk sintesis trigliserida.
masyarakat karena tingginya prevalensi dan Trigliserida dirubah menjadi very low density
berhubungan dengan berbagai penyakit se- lipoprotein (VLDL) setelah berikatan dengan
perti diabetes, dislipidemia, hipertensi dan apolipoprotein B 100 (ApoB 100). Trigliseri-
penyakit kardiovaskuler. Pada mekanisme pa- da terakumulasi di liver jika terjadi pening-
tofisiologi diketahui bahwa akumulasi lemak katan pembentukan dibanding yang dirubah
dan resistensi hormon insulin berperan pada menjadi VLDL.8
gangguan metabolisme pada orang obesi- Perlemakan hati adalah suatu kondisi pa-
tas.1,2 World Health Organization (WHO) me- tologi klinik yang ditandai oleh akumulasi tri-
nyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu gliserida di dalam hepatosit pada parenkim
dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia hati.9 Patogenesis perlemakan hati berhubun-
dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di gan dengan beberapa keadaan, yaitu obesi-
negara-negara berkembang. Di seluruh dunia, tas, diabetes, dan hipertrigliseridemia.10 Hasil
lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah over- penelitian Kaushal Madan dkk. menunjukkan
weight dan lebih dari 300 juta adalah obese.3 bahwa 51 pasien di India yang me- ngalami
Di Indonesia diperkirakan dari 210 juta pen- perlemakan hati sebanyak 69,4% terjadi pada
duduk pada tahun 2000, jumlah penduduk pasien yang mengalami obesitas dan 40,8%
yang overweight diperkirakan mencapai 76,7 mengalami hipertrigliseridemia.11
juta (17,5%) dan pasien obesitas berjumlah Prevalensi penderita perlemakan hati an-
lebih dari 9,8 juta (4,7%).4 tara 10–24% dari populasi umum di Okinawa,
Kegemukan (obesitas) merupakan keadaan Jepang, meningkat antara 57,5–74% pada
berlebihnya lemak tubuh secara absolut mau- obesitas, 2,6% pada anak-anak, dan antara
pun relatif. Kelebihan lemak tubuh umumnya 22,5–52,8% pada anak yang menderita obe-
mengakibatkan peningkatan bobot badan dan sitas. Dari total populasi 2574 penduduk di
Indeks Massa Tubuh (IMT).5 Himpunan Studi Okinawa, Jepang, telah dilakukan penelitian
Obesitas Indonesia (HISOBI) telah melaku- dengan menggunakan ultrasonografi menun-
kan studi untuk menentukan nilai batas IMT jukkan prevalensi dari perlemakan hati seba-
untuk obesitas di populasi Indonesia. Studi ini nyak 14%.12
dilakukan di Bandung, Karawang, Semarang, Tujuan dari penelitian ini adalah ditemu-
Solo, Medan, Makassar dan Jakarta, pada kannya hubungan antara obesitas, trigliserida,
5978 orang (laki-laki: 4871, wanita: 1107). obesitas dan trigliserida terhadap risiko ter-
Ditentukan nilai cut-off IMT obesitas untuk jadinya perlemakan hati. Analisis data meng-
orang Indonesia adalah 24,9 kg/m.2,6 gunakan uji statistik univariat untuk melihat
Peningkatan trigliserida (hipertrigliseri- deskripsi data dasar berupa frekuensi, nilai
demia) pada orang obesitas karena adanya rata-rata, dan standar deviasi. Uji statistik bi-

137
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

variat menggunakan uji beda, uji hubungan, nakan metode enzimatik kolorimetri dengan
dan relative risk (risiko relatif). Hipotesis dari reagen Roche dan alat Hitachi 912. Prinsip
penelitian ini adalah terdapat hubungan an- reaksi pemeriksaan trigliserida:
tara obesitas dan hipertrigliseridemia terhadap
risiko terjadinya perlemakan hati.
Trigliserida + 3 H2O LPL gliserol + 3 RCOOH
Gliserol + ATP GK gliserol-3-phosphat + ADP
Metode Mg 2+
Gliserol-3-phosphat + O2 GPO dihidroksiaseto phosphat + H2O2
Penelitian ini merupakan penelitian retrospe- peroksidase
H2O2+ 4-aminophenazon + 4-chlorophenol
ktif dengan metode cross sectional. Penelitian
4-(p-benzoquinon-monoimino)-phenazon + 2 H2O + HCl
dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Ca-
bang Makassar pada bulan April–Mei 2006.
Sebanyak 250 populasi penelitian diambil Prosedur kerja penetapan kadar trigliserida
dari pasien yang periksa general medical yaitu dipipet 250 μl sampel ke dalam sam-
check up di Laboratorium Klinik Prodia Ca- pel cup, kemudian sampel diletakkan pada
bang Makassar selama tahun 2006 dan seb- rak sampel. Alat akan mengerjakan sampel
agai sampel adalah hasil pengukuran IMT, setelah dimasukkan program. Nilai rujukan
pemeriksaan trigliserida, dan USG abdomen. trigliserida adalah <150 mg/dL.1
Kriteria inklusi adalah laki-laki dan berumur Pemeriksaan USG abdomen yaitu USG ab-
≥30 tahun, tidak merokok dan tidak meminum domen dengan menggunakan alat Digital So-
alkohol. Dari 250 pasien penelitian diperoleh noace 5500, dengan kriteria perlemakan hati
24 pasien dengan umur <30 tahun. Kriteria yaitu hepar sedikit membesar, echo parenkim
eksklusi adalah penderita diabetes melitus, meningkat homogen, disertai deep attenuation
yaitu pasien dengan kadar glukosa >126 mg/ di bagian posterior. Prinsip kerja alat USG
dL. Dari 250 pasien diperoleh sebanyak 22 adalah alat USG menggunakan ge-lombang
pasien dengan kadar glukosa >126 mg/dL. suara yang frekuensinya 1–10 MHz (1–10
Besar sampel pasien diperoleh dengan Juta Hz). Gelombang suara frekuensi tinggi
cara mengambil data seluruh pasien yang tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang
memenuhi kriteria definisi operasional, yaitu terdapat dalam suatu alat yang disebut tran-
Penentuan IMT: Obesitas ditentukan dari IMT duser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis
sesuai ketentuan HISOBI dengan rumus berat pada kristal akan menimbulkan tegangan lis-
badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan trik. Tranduser bekerja sebagai pemancar dan
(dalam meter) dikuadratkan. Berat badan sekaligus penerima gelombang suara. Pantu-
normal jika IMT antara 18,5–24,9 kg/m2 lan echo yang berasal dari jaringan-jaringan
dan obesitas jika IMT lebih dari 24,9 kg/m2. tersebut akan membentur tranduser, kemudian
Rumus IMT = Berat Badan diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan
(Tinggi Badan)2 selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk caha-
Keterangan : Berat badan dalam kilogram dan ya pada layar monitor (osiloskop).
tinggi badan dalam meter Prosedur kerja menghidupkan alat USG
Penetapan kadar trigliserida dalam darah yaitu ditekan saklar dari listrik ke stavolt.
dimulai dengan persiapan pasien. Pasien di- Dinya-lakan stavolt. Dinyalakan power yang
anjurkan berpuasa selama 12 jam sebelum menghubungkan printer dengan alat USG.
melakukan pemeriksaan trigliserida. Prinsip Ditekan tombol power “on” pada alat USG.
penetapan kadar trigliserida yaitu kadar tri- Setelah itu, ditunggu kurang lebih 1 menit. Di-
gliserida dalam darah diukur dengan menggu- tulis identitas pasien yang meliputi nama dan

138
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

umur. Alat USG siap dioperasikan. Beberapa uji t, uji Mann-Whitney, uji X2 (Chi square),
hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan dan Relative Risk (RR). Untuk menghitung
pasien yaitu pasien tidak boleh mendapatkan besarnya risiko relatif maka penilaian hasil uji
asupan apapun selama 8 jam sebelum proses hipotesis dinyatakan dengan p≤0,05.
peme-riksaan dilakukan. Posisi pasien saat
diperiksa berbaring terlentang dan pemilihan Hasil
transunder pada 3,5 Mhz untuk pasien dewasa
dan 5 Mhz untuk anak-anak atau orang dewa- Telah dilakukan penelitian pada pasien yang
sa kurus. mengalami perlemakan hati dan tidak me-
Pengolahan data dilakukan dengan meng- ngalami perlemakan hati. Karakteristik varia-
gunakan program SPSS (Statistic Program bel penelitian pada kelompok penelitian yang
for Social Science) for Windows versi 13. Uji tidak mengalami perlemakan hati dan kelom-
statistik yang digunakan pada penelitian ini pok penelitian dengan perlemakan hati dapat
antara lain analisis univariat, analisis bivariat, dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik variabel penelitian pada perlemakan hati dan tidak perlemakan hati
Non FL FL
Variabel N = 137 N = 67 p
Umur (tahun) 44,7 ± 9,8 43 ± 10,6 0,331
Berat badan (kg) 71,4 ± 9,9 82,9 ± 13,2 <0,001
Tinggi badan (cm) 166,7 ± 5,5 167,2 ± 6,5 0,328
IMT (kg/m ) 2
25,6 ± 3,0 29,5 ± 3,9 <0,001
Trigliserida (mg/dl) 174 ± 111 213 ± 127 0,029
FL = Fatty Liver, IMT= Indeks Massa Tubuh

Tabel 2 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut karakteristik subjek


Karakteristik Normal IMT Obesitas Total
Umur (18,5–24,9 kg/m )
2
(>24,9 kg/m2) n (%)
n (%) n (%)
30–40 29 (43,3) 58 (42,3) 87 (42,6)
41–50 24 (35,8) 40 (29,2) 64 (31,4)
51–60 9 (13,4) 33 (24,1) 42 (20,6)
61–70 3 (4,5) 5 (3,6) 8 (3,9)
>70 2 (3) 1 (0,7) 3 (1,5)
Total 67 (100) 137 (100) 204 (100)

BB = Berat Badan, IMT= Indeks Massa Tubuh

139
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

Tabel 3 Sebaran kadar trigliserida berdasarkan nilai rujukan


Normal TG Hiper TG Total
Variabel (<150 mg/dL) (≥150 mg/dL) n (%)
n (%) N (%)
Trigliserida 94 (46,1) 110 (53,9) 204 (100)
TG= Trigliserida

Tabel 4 Karakteristik populasi sampel berdasarkan hasil IMT dan trigliserida


Variasi Hasil IMT dan Trigliserida
Kelompok Normal IMT Normal IMT Obesitas Obesitas Total
Umur Normal TG Hiper TG Normal TG Hiper TG
30–40 15 (42,8) 14 (43,8) 26 (44,1) 32 (41) 87 (42,6)
41–50 13 (37,1) 11 (34,4) 18 (30,5) 22 (28,2) 64 (31,4)
51–60 4 (11,4) 5 (15,6) 13 (22) 20 (25,6) 42 (20,6)
61–70 2 (5,7) 1 (3,1) 2 (3,4) 3 (3,9) 8 (3,9)
>70 1 (2,9) 1 (3,1) 0 (0) 1 (1,3) 3 (1,5)
Total 35 (100) 32 (100) 59 (100) 78 (100) 204 (100)
IMT = Indeks Massa Tubuh, TG= Trigliserida

Tabel 5 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kejadian perlemakan hati
Non FL FL
Karakteristik n (%) N (%)
Normal IMT 64 (46,7) 3 (4,5)
Obesitas 73 (53,3) 64 (95,5)
Total 137(100) 67(100)
FL = Fatty Liver, IMT= Indeks Massa Tubuh

Tabel 6 Distribusi kadar trigliserida terhadap kejadian perlemakan hati


Kadar Non FL FL
Trigliserida n (%) N (%)
(mg/dL)
TG <150 72 (52,6) 22 (32,8)
TG <150 65 (47,4) 45 (67,2)
Total 137(100) 67(100)
TG=Trigliserida, FL=Fatty Liver

140
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

Tabel 7 Variasi IMT dan hasil trigliserida pada kelompok perlemakan hati dengan bukan
perlemakan hati
Variasi Hasil IMT Non FL FL
dan Trigliserida N (%) n (%)
Normal IMT–Normal TG 35 (25,5) 0 (0)
Normal IMT–Hiper TG 29 (21,2) 3 (4,5)
Obesitas–Normal TG 37 (27,0) 22 (32,8)
Obesitas–Hiper TG 36 (26,3) 42 (62,7)
Total 137(100) 67(100)
FL= Fatty Liver, IMT= Indeks Massa Tubuh, TG= Trigliserida

Tabel 8 Hubungan antar variabel variasi umur, tinggi badan, berat badan, IMT, dan trigliserida
Variabel Koefisien p
Variasi –Umur -1,154 0 (0)
Variasi–Tinggi Badan -1,420 3 (4,5)
Variasi–Berat Badan -3,693 22 (32,8)
Variasi–IMT -3,392 42 (62,7)
Variasi–Trigliserida -1,189
Variasi–Obesitas dan 0,368 <0,001
Hipertrigliseridemia

Tabel 9 Sebaran kadar trigliserida berdasarkan nilai rujukan


p RR 95% CI
Obesitas <0,001 18,70 5,603 – 62,437
Hipertrigliseridemia 0,011 2,27 1,231 – 4,171
Obesitas dan <0,001 5,09 2,714 – 9,545
Hipertrigliserdemia
RR= Relative Risk; CI= Confidence Interval

Pembahasan ruhi oleh hormon terutama hormon reproduk-


si. Umur diatas 30 tahun karena pada usia
Gambaran Umum Populasi Sampel tersebut mulai terjadi perubahan pola hidup.
Data seluruh pasien check up di Laboratorium Kriteria eksklusi adalah pasien diabetes kare-
Klinik Prodia Cabang Makassar selama tahun na pada penderita diabetes terjadi resistensi in-
2005 sebanyak 250 pasien. Dari total sampel sulin. Pada penderita obesitas juga ditemukan
yang umur kurang dari 30 tahun sebanyak 24 adanya resistensi insulin. Ada dugaan bahwa
pasien. Pasien diabetes dengan kadar glukosa penderita diabetes melitus dimulai dengan be-
lebih dari 126 mg/dL sebanyak 22 pasien. rat badan normal, kemudian menjadi obesitas
Penelitian ini menetapkan kriteria inklusi dengan resistensi insulin dan berakhir dengan
pasien laki-laki karena relatif tidak dipenga- terjadinya diabetes melitus.1

141
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

Data pasien check up selama tahun 2005 diakibatkan karena usia tersebut pasien mulai
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mapan sehingga terjadi perubahan pola hidup.
sebanyak 204 pasien, sebanyak 67 pasien Asupan makanan semakin meningkat karena
(32,8%) mengalami perlemakan hati dan 137 ketersediaan beragam makanan yang semakin
orang (67,2%) tidak mengalami perlemak- banyak, sangat mudah didapat, nikmat, dan
an hati. Data tidak berbeda bermakna pada murah. Dalam waktu yang bersamaan makan-
variabel umur (p=0,331), dan tinggi badan an siap saji semakin bervariasi dari tahun
(p=0,328). Didapatkan perbedaan bermakna ke tahun, sementara aktivitas fisik semakin
berdasarkan berat badan (p=<0,001) dan IMT berkurang. Kemajuan teknologi menyebabkan
(p=<0,001) dan trigliserida (p=0,029). Perle- orang semakin mengurangi kegiatan fisik.14
makan hati akan diawali dengan bertambah- Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian
nya berat badan yang akan menyebabkan ter- terbanyak pasien obesitas justru pada usia
jadinya obesitas dan penumpukan trigliserida yang lebih muda yaitu antara 30–40 tahun.
di liver yang akhirnya akan memicu terjadinya
perlemakan hati. Jaringan adiposa pada orang Trigliserida
obesitas sangat sensitif terhadap proses lipoli- Nilai rujukan yang digunakan untuk kadar
sis yang dipengaruhi insulin dan apabila terjadi trigliserida kurang dari 150 mg/dL.1 Kadar
perubahan yang sedikit pada sensitivitas insu- trigliserida berdasarkan nilai rujukan dapat
lin akan menyebabkan terjadinya lipolisis yai- dilihat pada pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat
tu perubahan trigliserida menjadi asam lemak dijelaskan bahwa pada 204 populasi sampel,
bebas yang dapat menyebabkan peningkatan sebanyak 110 pasien (53,9%) mengalami hi-
kadar asam lemak bebas.13 Perubahan ini akan pertrigliseridemia dan 94 pasien (46,1%) de-
menyebabkan perubahan pada produksi apoli- ngan hasil trigliserida dalam batas normal.
poprotein dan terjadi penurunan pembentukan Kadar trigliserida melebihi batas nilai ruju-
VLDL sehingga meningkatkan risiko terjadi kan (hipertrigliseridemia) merupakan kelain-
akumulasi trigliserida di hati.1 an utama dislipidemia yang terjadi pada orang
obesitas karena adanya peningkatan pelepasan
Obesitas asam lemak bebas (ALB) dari jaringan adipo-
Pada penelitian ini kriteria obesitas ditentukan sa melalui proses lipolisis.7 Hipertrigliseride-
berdasarkan IMT sesuai kriteria dari WHO mia terjadi akibat peningkatan ALB yang ma-
dan HISOBI. Umur terendah dengan obesi- suk di hati. ALB yang diambil atau disintesis
tas adalah 30 tahun sedangkan umur tertinggi oleh hati lebih banyak tidak mengalami oksi-
adalah 78 tahun. Data selengkapnya dapat di- dasi di dalam mitokondria tetapi diesterifikasi
lihat pada Tabel 2. Penentuan obesitas dengan menjadi trigliserida yang terakumulasi dalam
cara yang mudah adalah mengukur IMT. Penen- sitoplasma menyebabkan perlemakan hati.1
tuan IMT menggambarkan kelebihan jaringan
lemak diseluruh tubuh. Selain dengan pengu- Obesitas dan Hipertrigliseridemia
kuran IMT, penentuan obesitas dapat dilaku- Berdasarkan hasil IMT dan kadar trigliserida
kan dengan pengukuran lingkar pinggang. Le- data dibagi menjadi empat kelompok ber-
mak dalam tubuh kita didistribusikan terutama dasarkan hasil IMT dan kadar trigliserida, yai-
pada tempat yang berbeda yaitu di bagian pe- tu kelompok normal IMT-normal trigliserida,
rut (abdomen) dan di bagian bokong (gluteus). normal IMT-hipertrigliseridemia, obesitas-
Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa ke- normal trigliserida, dan obesitas-hi-pertrigli-
lompok umur antara 30–40 sebanyak 58 seridemia yang disajikan pada Tabel 4. Data
pasien (42,3%) mengalami obesitas. Hal ini pada Tabel 4 menunjukkan pada kelompok

142
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

pasien obesitas yang disertai hipertrigliseride- menunjukkan distribusi kadar trigliserida ter-
mia jumlahnya paling banyak yaitu 78 pasien hadap kejadian perlemakan hati dapat dilihat
(38,2%) terjadi pada semua kelompok umur. pada Tabel 6. Tabel tersebut menunjukkan se-
Kejadian obesitas yang disertai hipertrigliseri- banyak 45 pasien (67,2%) dengan hipertrigli-
demia 41% pada umur 30–40 tahun, 28,2% seridemia mengalami perlemakan hati dan 22
pada umur 41–50 tahun, 25,6% pada 51–60 ta- pasien (32,8%) dengan kadar trigliserida nor-
hun, 3,9% pada umur 61–70 tahun, dan 1,3% mal mengalami perlemakan hati. Perlemakan
pada umur di atas 70 tahun. hati berkaitan dengan gangguan metabolisme,
Pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa diantaranya obesitas, resistensi insulin, dan
pasien obesitas disertai hipertrigliseridemia hipertrigliseridemia.1 Peningkatan rata-rata
menunjukan prevalensi terbanyak pada umur kadar trigliserida terjadi pada pasien perle-
30–40 tahun sehingga pada kelompok umur makan hati dibandingkan dengan pasien yang
ini harus mulai mengatur pola hidup. Pena- tidak mengalami perlemakan hati. Dari hasil
talaksanaan pada pengaturan pola hidup pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa risiko
obesitas dengan mengurangi jumlah kalori dan terjadinya perlemakan hati sangat berkaitan
jumlah lemak, meningkatkan aktivitas fisik, dengan hipertrigliseridemia sehingga perlu
dan pemakaian obat-obatan sepeti orlistat dan untuk mengatur pola hidup yang sehat untuk
sibutramin. Sasaran yang ingin dicapai adalah menghindari terjadinya hipertrigliseridemia.
menurunkan berat badan 5–10% dari berat Tabel 7 menampilkan sebaran kadar tri-
badan awal.15 gliserida terhadap hasil IMT pada pasien yang
mengalami perlemakan hati menunjukkan
Perlemakan hati sebaran yang paling banyak pada kadar tri-
Pemeriksaan ultrasonografi digunakan un- gliserida di atas 150 mg/dL dan hasil IMT di
tuk mendeteksi adanya perlemakan hati yaitu atas 25 kg/m2. Hal tersebut menggambarkan
suatu kondisi perlemakan hati dengan sensi- bahwa perlemakan hati berhubungan dengan
tivitas 89% dan spesifisitas 93% pada pasien obesitas dan hipertrigliseridemia. Hasil USG
dengan perlemakan hati. Hasil pemeriksaan berdasarkan kelompok normal IMT-normal
ultrasonografi pada pasien yang melakukan trigliserida, normal IMT-hipertrigliseridemia,
check up diperoleh data seperti pada Tabel 5. obesitas-normal trigliserida, dan obesitas-hi-
Pada Tabel 5 menunjukkan sebanyak 64 pasien pertrigliseridemia terhadap perlemakan hati
obese (95,5%) mengalami perlemakan hati, yang disajikan pada Tabel 7.
sebab perlemakan hati berkaitan dengan gang- Tabel 7 menjelaskan bahwa perlemakan
guan metabolik, obesitas, resistensi insulin, hati tidak terjadi pada pasien dengan IMT dan
dan hipertrigliseridemia1, dengan prevalensi trigliserida normal. Terdapat 3 kasus (4,5%)
60%–95% terjadi pada pasien yang mengala- dari 32 pasien dengan IMT normal dan hiper-
mi obesitas.14,16,17 Dari hasil penelitian ini dapat trigliseridemia menjadi perlemakan hati. Ke-
dijelaskan bahwa risiko terjadinya perlemakan jadian perlemakan hati meningkat sebanyak 22
hati sangat berkaitan dengan kondisi obesitas kasus (32,8%) pada pasien obesitas walaupun
sehingga perlu untuk mengatur pola hidup yang trigliserida masih normal. Kejadian paling ba-
sehat untuk menghindari terjadinya obesitas. nyak yaitu 42 kasus (62,7%) pada pasien yang
Peningkatan kadar rerata indeks massa tu- mengalami obesitas disertai hipertrigliseride-
buh terjadi pada pasien dengan perlemakan mia. Keadaan tersebut dapat dijelaskan karena
hati dibandingkan dengan pasien yang tidak kondisi obesitas terjadi peningkatan lipolisis
mengalami perlemakan hati. Hasil selengkap- pada jaringan adiposa menyebabkan pening-
nya dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil penelitian katan asam lemak bebas dan meningkatkan

143
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

oksidasi lemak menjadi hipertrigliseridemia.8 hipertrigliseridemia mempunyai risiko 5,09


Penelitian ini menjelaskan bahwa kondisi kali dibandingkan dengan pasien obesitas
obesitas disertai hipertrigliseridemia berisiko tanpa di-sertai hipertrigliseridemia dan pasien
tinggi mengalami perlemakan hati. Pening- nonobesitas yang disertai hipertrigliseridemia.
katan kejadian perlemakan hati mulai terjadi Dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada
pada pasien dengan trigliserida normal men- keadaan obesitas disertai hipertrigliseridemia,
jadi hipertrigliseridemia. Pasien dengan nor- maka sangat berisiko terjadinya perlemakan
mal IMT menjadi obesitas. Peningkatan paling hati.
tinggi pada pasien IMT dan trigliserida normal
menjadi obesitas disertai hipertrigliseridemia. Perlemakan Hati pada Obesitas
Pada mekanisme patofisiologi diketahui bahwa
Hubungan Sebab Akibat Variabel Penelitian akumulasi trigliserida dan resistensi hormon
Hubungan antar variabel kelompok tanpa per- insulin memegang peranan pada perlemakan
lemakan hati dan kelompok dengan perlemak- hati pada orang obesitas. Terjadinya obesitas
an hati disajikan pada Tabel 8. Pada penelitian dapat disebabkan karena adanya ketidakseim-
ini diperoleh hubungan yang bermakna pada bangan energi untuk waktu yang lama, sehing-
variasi berat badan (p=<0,001) dan obesitas ga asupan energi lebih besar dibandingkan
(p=0,001) pada terjadinya perlemakan hati, energi yang dikeluarkan. Ketidakseimbangan
sedangkan pada variasi trigliserida tidak di- ini dapat menyebabkan akumulasi energi yang
peroleh hubungan bermakna pada terjadinya disimpan pada jaringan adiposa dalam ben-
perlemakan hati secara langsung, tetapi hiper- tuk lemak. Jaringan adiposa berperan dalam
trigliseridemia jika bersamaan dengan obesitas pengaturan proses homeostasis energi, yaitu
memperoleh hubungan yang sangat bermakna suatu proses yang membutuhkan keseimba-
(p<0,001) terhadap kejadian perlemakan hati. ngan antara asupan energi dan pengeluaran
energi serta ukuran cadangan energi dalam tu-
Interaksi Obesitas dan Hipertrigliseridemia buh. Selama proses masuknya asupan energi,
terhadap Terjadinya Perlemakan Hati kelebihan akan disimpan sebagai trigliserida
Interaksi antara obesitas dan hipertrigliseri- yang akan digunakan kembali saat tubuh me-
demia pada penderita perlemakan hati dan merlukan energi melalui proses lipolisis.8
nonperlemakan hati disajikan pada Tabel 9. Peningkatan proses lipolisis akan mengaki-
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai RR batkan peningkatan ALB yang masuk ke hati,
dari variabel obesitas sebesar 18,7 (95% C.I: hal ini akan menyebabkan peningkatan sekresi
5,603–62,437) berarti pasien dengan IMT ≥ VLDL yang kaya akan trigliserida dan apoli-
25 kg/m2 (obesitas) mempunyai risiko terjadi poprotein B. Penurunan penangkapan ALB
perlemakan hati 18,7 kali lebih besar dari pada oleh adiposa dapat terjadi pada orang yang
pasien dengan IMT <25 kg/m2. Variabel hi- memiliki peningkatan Apo B, dimana kadar
pertrigliseridemia dengan nilai RR 2,27 (95% ALB puasa dan post prandial akan meningkat,
C.I: 1,231–4,171) berarti pasien dengan hasil klirens trigliserida post prandial dalam plasma
trigliserida >150 mg/dL (hipertrigliseridemia) diperpanjang dan remnant kilomikron akan
mempunyai risiko terjadi perlemakan hati terakumulasi dalam sirkulasi. Adiposit dalam
2,27 kali lebih besar daripada pasien dengan keadaan normal sangat sensitif terhadap pro-
hasil trigliserida normal. Variabel obesitas dan ses lipolisis yang dipengaruhi insulin dan apa-
hipertrigliseridemia dengan RR 5,09 (95% bila terjadi perubahan yang sedikit pada sen-
C.I: 2,714–9,545) berarti terhadap kejadian sitivitas insulin akan menyebabkan terjadinya
perlemakan hati, pasien obese yang disertai lipolisis yaitu perubahan trigliserida menjadi

144
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

asam lemak bebas yang menyebabkan pening- 2. Wang H, Peng DQ. New insights into the
katan kadar asam lemak bebas. Perubahan ini mechanism of low high-density lipopro-
akan menyebabkan perubahan pada produksi tein cholesterol in obesity. Lipids Health
apolipoprotein dan terjadi penurunan pemben- Disease, 2011, 10(176): 1–10.
tukan VLDL sehingga meningkatkan risiko 3. Hill JO, Wyatt HR, Reed GW, Peters JC.
terjadinya akumulasi trigliserida pada hati. Obesity and the environment: where do we
Perlemakan hati atau fatty liver adalah ke- go from here?. Science, 2003, 299(5608):
lainan di hati ditandai penimbunan lemak me- 859–860.
lebihi 5% dari berat hati. Terjadi akibat dari 4. Departemen Kesehatan RI. Data over-
lipolisis berlebihan dari jaringan lemak dan weight dan obesitas di Indonesia. www.
peningkatan suplai asam lemak bebas ke hati obesitas.web.id/indonesia/global.html.
yang menimbulkan ketidakseimbangan baik Diakses pada 17 Februari 2006.
sintesis maupun sekresi trigliserida hati. De- 5. Church TS, Kuk JL, Ross R, Priest EL,
rajat keparahan perlemakan hati berkorelasi Biltoft E, Blair SN. Association of cardio-
dengan peningkatan berat badan atau obesi- respiratory fitness, body mass index, and
tas.9 waist circumference to nonalcoholic fatty
liver disease. Gastroenterology, 2006,
Simpulan 130(7): 2023–2030.
6. Sukmawati IR, Harijanto T. Optimal cut-
Terdapat hubungan bermakna antara obesitas off value for obesity: using anthropomet-
dengan kejadian perlemakan hati. Tidak ter- ric indices to predict atherogenic dyslip-
dapat hubungan bermakna antara kadar trig- idemia in Indonesia population. In 3rd
liserida secara langsung dengan kejadian per- National Obesity Symposium (NOS III),
lemakan hati. Terdapat hubungan bermakna 2004: 87–88.
antara obesitas dan hipertrigliseridemia de- 7. Kankaanpää M, Lehto HR, Pärkkä JP,
ngan kejadian perlemakan hati. Implementasi Komu M, Viljanen A, Ferrannini E, et
klinis penelitian ini adalah bahwa uji hiper- al. Myocardial triglyceride content and
trigliserida dan obesitas dapat digunakan se- epicardial fat mass in human obesity: re-
bagai skrining perlemakan hati. lationship to left ventricular function and
serum free fatty acid levels. Journal of
Ucapan Terima Kasih Clinical Endocrinology and Metabolism,
2006, 91(11): 4689–4695.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 8. Sanyal AJ. Mecahanism of disease: patho-
Universitas Hasanuddin khususnya kepada genesis of nonalcoholic fatty liver disease.
Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, dan Nature Clinical Practice, Gastroeneterol-
Laboratorium Klinik Prodia Makassar atas ogy and Hepatology, 2005, 2(1): 47–48.
bantuan fasilitas penelitian. 9. Tamura S, Shimomura I. Contribution of
adipose tissue and denovo lipogenesis to
Daftar Pustaka nonalcoholic disease. The Journal of Clin-
ical Investigation, 2005, 115(5): 1139–
1. Hurt RT, Frazier TH, McClave SA, Kaplan 1142.
LM. Obesity epidemic: overview, patho- 10. Choudhury J, Sanyal AJ. Insulin resistance
physiology, and the intensive care unit and the pathogenesis of nonalcoholic fatty
conundrum. Journal of Parenteral Enteral liver disease. Clinics in Liver Disease,
Nutrition, 2011, 35(5 suppl): 4–13. 2004, 8(3): 575–594.

145
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012

11. Madan K, Batra Y, Gupta SD, Chander 14. Frank LD, Andresen MA, Schmid TL.
B, Rajan KDA, Tewatia MS, Panda SK, Obesity relationships with community
Acharya SK. Non-alcoholic fatty liver dis- design, physical activity, and time spent
ease may not be a severe disease at presen- in cars. American Journal of Preventive
tation among Asian Indians. World Journal Medicine, 2004, 27(2): 87–96.
of Gastroenterology, 2006, 12(21): 3400– 15. Tsigos C, Hainer V, Basdevant A, Finer N,
3405 . Fried M, Mathus-Vliegen E, et al. Man-
12. Nomura H, Kashiwagi S, Hayashi J, Ka- agement of obesity in adults: European
jiyama W, Tani S, Goto M. First. Preva- clinical practice guidelines. Obesity Facts,
lence of fatty liver in a general population 2008, 1(2): 106–116.
of Okinawa, Japan. Japanese Journal of 16. Angulo P. Non Alcoholic Fatty Liver Dis-
Medicine, 1988, 27(2): 142–149. ease. New England Journal of Medicine,
13. Campbell PJ, Carlson MG, Hill JO, Nur- 2002, 346(16): 1221–1231.
jhan N. Regulation of free fatty acid me- 17. Samuel VT, Liu ZX, Qu X, Elder BD, Bilz
tabolism by insulin in humans: role of S, Befroy D, et al. Mechanism of hepatic
lipolysis and reesterification. American insulin resistance in non-alcoholic fatty
Journal of Physiology, Endocrinology, and liver disease. Journal of Biological Chem-
Metabolism, 2006, 263(6): 1063–1069. istry, 2004, 279(31): 32345–3253.

146

Anda mungkin juga menyukai