Np Vp Is
= = .........................................(2.1)
Ns Vs Ip
dimana :
Np = Banyaknya lilitan kumparan sisi primer
Ns = Banyaknya lilitan kumparan sisi sekunder
Vp = Tegangan sisi primer (V)
Vs = Tegangan sisi sekunder (V)
Ip = Arus sisi primer (Amp)
Is = Arus sisi sekunder (Amp)
S= √ 3 . V . I .........................................(2.2)
Di mana:
S = daya transformator (kVA)
V = tegangan sisi primer transformator (kV)
I = arus jala-jala (A)
S
I FL = .........................................(2.3)
√ 3.V
Di mana:
IFL = arus beban penuh (A)
S = daya transformator (kVA)
V = tegangan sisi sekunder transformator (kV)
Sedangkan rugi arus eddy disebabkan arus pusar pada inti besi, dinyatakan sebagai berikut.
Pe =K e . f 2 . Bm 2 watt .....................(2.6)
Di mana:
Pe= rapat fluksi maksimum
Kh= konstanta histeresis, tergantung pada inti bahan
Ke= konstanta arus eddy, tergantung pada volume inti
f= frekuensi jala-jala (Hz)
n= konstanta steinmentz (1,6 - 2,0)
Dari persamaan rugi-rugi transformator tanpa beban tersebut, dapat diketahui besar total rugi
inti (besi) merupakan penjumlahan nilai rugi histeresis dan rugi eddy.
Besarnya rugi-rugi inti ditentukan berdasarkan hasil pengetesan transformator, namun secara
teoritis dapat ditentukan berdasarkan nilai (harga) pembebanan yang berbeda dan bekerja
pada efisiensi dan faktor daya yang sama.
PN = IN2.RN .....................(2.15)
Di mana:
PN = rugi-rugi pada penghantar netral transformator (Watt)
IN = arus yang mengalir pada netral transformator (A)
RN = tahanan penghantar netral transformator (Ω)
Sedangkan rugi-rugi akibat arus netral mengalir ke tanah dapat dinyatakan dengan
persamaan:
PG = IG2.RG .....................(2.16)
Di mana:
PG = rugi-rugi akibat arus netral yang mengalir ke tanah (Watt)
IG = arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG = tahanan pembumian netral transformator (Ω)
S .100
I SC = .....................(2.17)
%Z. √ 3. V
Di mana :
S = Daya trafo (kVA)
%Z = Impedansi trafo dalam persen
V = Tegangan fasa-fasa pada sisi tegangan rendah (kV)
2.1.11.3 Gangguan Kegagalan Minyak Transformator
Kegagalan isolasi (insulation breakdown) minyak trafo disebabkan oleh beberapa hal
antara lain minyak trafo tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan
karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator
merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator
itu sendiri agar isolator tersebut tidak gagal. Dalam struktur molekul material isolator,
elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan
terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu
tempat maka sifat isolasi pada tempat itu akan hilang.
Apabila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan
elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau
arus bocor. Karakteristik isolator akan berubah bila material kemasukan suatu
ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat
menurunkan tegangan tembus. Oksigen yang terdapat di udara yang berhubungan dengan
minyak yang panas dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi dan terbentuknya bahan asam
dan endapan. Kadar asam yang terdapat pada minyak trafo merupakan suatu ukuran taraf
deteriorasi dan kecenderungan untuk membentuk endapan. Endapan ini sangat mengganggu
karena melekat pada semua permukaan trafo dan mempersulit proses pendinginan. Endapan
ini juga akan meningkatkan kemungkinan terjadinya bunga api antara bagian-bagian trafo
yang terbuka.
Suatu endapan setelah mencapai tebal 0,2 mm sampai 0,4 mm pada inti dan kumparan
akan dapat meningkatkan suhu sampai 10°C sampai 15°C. Bila dalam minyak terdapat
kelembaban, maka kelembaban tersebut dapat membentuk jalur-jalur yang membuka jalan
terhadap terjadinya hubung singkat. Kelembaban tidak saja menurunkan daya isolasi minyak,
melainkan kelembaban itu dapat pula diserap oleh bahan isolasi lainnya, sehingga seluruh
trafo menjadi terancam.
Dimana:
Im = arus eksitasi/magnetisasi
Ie = arus karena rugi besi
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan Trafo
tegangan berbeda, yaitu:
Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur, relai dan
peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.
2.4.2.1 Fungsi Trafo Tegangan
Fungsi dari trafo tegangan yaitu:
1. Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan listrik
yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran
yang lebih aman, akurat dan teliti.
2. Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang
tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistm proteksi dan pengukuran peralatan
dibagian primer.
3. Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/√3, 110/√3 dan 110 volt)
untuk keperluan peralatan sisi sekunder.
4. Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2; 0,5;1;3).
Rangkaian Electromagnetic
Berfungsi mentransformasikan besaran tegangan yang terdeteksi disisi primer ke besaran
pengukuran yang lebih kecil.
Expansion Chamber
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengkompensasi level ketinggian minyak akibat
perubahan volume sebagai pengaruh temperatur. Jenis yang umum digunakan adalah metallic
bellow.
Terminal Primer
Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi terhubung pada
sistim pentanahan (grounding)
Struktur Mekanikal
Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo tegangan.
Terdiri dari:
– Pondasi
– Struktur penopang VT
– Isolator (keramik/polyester)
Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih akibat tegangan
surja atau sambaran petir ke tanah.
Struktur Mekanikal
Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo tegangan yang
terdiri dari:
– Pondasi
– Struktur penopang CVT
– Isolator penyangga (porselen/polyester). tempat kedudukan kapasitor dan berfungsi
sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan tinggi.
Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih akibat
tegangan surja atau sambaran petir ke tanah.
Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus
proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil (Gambar
2.20)
6. Pemasangan
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh, isolasi
yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik internal
dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.
Keterangan Gambar:
1. Terminal utama (primary terminal)
2. Terminal sekunder (secondary terminal)
3. Kumparan sekunder (secondary winding)
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel penyulang
(tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin adalah Cast Resin.
Tipe Tangki
Bila kumparan dialiri arus searah maka kedua sisi kumparan yang berada dalam medan
magnet akan timbul gaya Lorentz yang arahnya sesuai dengan kaidah tangan kiri Fleming.
kedua gaya ini akan memberikan momen (kopel) sehingga kumparan akan berputar pada
sumbunya dan berhenti pada kedudukan kumparan sejajar dengan bidang netral magnetik.
b. Alat ukur besi putar (Moving Iron Instrument)
Konstruksi dari alat ukur ini terdiri dari kumparan tetap dan sepasang besi lunak mudah
mengalami demagnetisasi, besi lunak tersebut ditempatkan dalam ruang antara kumparan
tetap dimana besi lunak yang satu ditempatkan menempel dengan kumparan tetap sedang besi
lunak yang lain berhubungan dengan sumbu as dari jarum penunjuk sehingga dapat
berputar/bergerak bebas.
2.4.4.4 Amperemeter
Ampere meter sering juga disebut ammeter, adalah perangkat yang digunakan untuk
mengukur arus. Semua alat ukur memiliki tahanan sehingga Ammeter sering juga
digambarkan sebagai sebuah resistor. Agar lebih mudah dimengerti, pembahasan rangkaian
ammeter akan digunakan rangkaian DC. Ammeter pada pengukuran suatu rangkaian perlu
diletakkan seri terhadap arus yang ingin diukur. Hal ini disebabkan arus tidak akan berubah
bila melalui rangkain seri, dan akan terbagi bila melewati rangkain yang disusun pararel.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah yang menggambarkan peletakkan ammeter
pada suatu rangkaian.
Gambar 2.33 Peletakan Amperemeter dalam Rangkaian
2.4.4.4.1 Pengaruh Ammeter pada rangkaian
Walaupun arus pada rangkaian seri tidak berubah, akan tetapi peletakkan ammeter pada suatu
rangkaian tersebut akan mempengaruhi pengukuran. Hal ini dikarenakan ammeter memiliki
tahanan internal sehingga akan menambah besaran tahanan total pada rangkaian tersebut
sehingga akan merubah besar arus yang tadinya hanya mengalir ke tahanan pada rangkaian
awal.
Agar ammeter tidak mempengaruhi pengukuran maka diperlukan tahanan internal yang kecil
sehingga R1 + R2 = R2.Semakin kecil resistansi dari ammeter maka semakin kecil error
perhitungan. Kecilnya resistansi juga mempengaruhi sensitivitas alat ukur. Sensitivitas
ammeter adalah jumlah arus yang diperlukan agar terjadi defleksi maksimal pada alat ukur.
Semakin kecil jumlah arus, semakin tinggi sensitivitasnya.
2.4.4.5 Voltmeter
2.4.4.6 Wattmeter
Wattmeter bekerja berdasarkan prinsip kerja gaya lorentz. Gaya dimana gerak partikel akan
menyimpang searah dengan gaya lorentz yang mempengaruhi. Arah gaya lorentz pada
muatan yang bergerak dapat juga ditentukan dengan kaidah tangan kanan dari gaya lorentz
(F) akibat dari arus listrik, I dalam suatu medan magnet B. Ibu jari menunjukkan arah arus
listrik (I). Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet (B). Jari tengah menunjukkan arah
gaya lorentz. Untuk muatan positif arah gerak searah dengan arah arus, sedangkan untuk
muatan negatif arah gerak berlawanan dengan arah arus.
Frekuensi meter digunakan untuk mengetahui frekuensi atau gelombang sinusoidal arus
bolak-balik yang merupakan jumlah siklus gelombang sinusoidal tersebut perdetiknya
(cycle / second)
Prinsip kerja Frekuensi meter adalah Sinyal yang akan diukur frekuensinya diubah menjadi
barisan pulsa, satu pulsa untuk setiap siklus sinyal. Kemudian jumlah pulsa yang terdapat
pada interval waktu tertentu dihitung dengan counter elektronik. Karena pulsa ini dari siklus
sinyal yang tidak diketahui, jumlah pulsa pada counter merupakan frekuensi sinyal yang
diukur. Karena counter elektronik ini sangat cepat, maka sinyal dari frekuensi tinggi dapat
diketahui.Ketika gelombang suara masuk ke mikrofon kondensor, Dalam mic ini terdapat
kapasitor yang terdiri dari dua keping plat atau piringan yang keduanya mempunyai voltage
atau tegangan. Salah satu dari plat tersebut terbuat dari materi yang sangat ringan yang
bertindak sebagai diafragma dan sensitif dengan gelombang suara. Diafragma tersebut akan
bergetar jika ada gelombag suara yang datang.
Fungsinya adalah dengan merubah jarak antara dua plat tersebut maka akan merubah
kapasitinya, jadi disaat plat bergetar maka hal yang terjadi adalah mula-mula plat akan
berdekatan yang mengakibatkan kapasitas akan meningkat dan merubah voltasi muatan arus,
kemudian sebaliknya plat akan menjauh yang mengakibatkan kapasitasnya menurun yang
mengakibatkan voltasi juga berubah. Maka fungsi dari kondensor ini adalah merubah energi
akustik menjadi energi listrik.
Sinyal analog merupakan sinyal kontinu dan perlu diubahnya menjadi sebuah sinyal digital.
Untuk itu perlu untuk menentukan saat/waktu dimana sebuah nilai digital yang baru diambil
dari sebuah sinyal analog. Saat dari pengambilan nilai baru ini disebut dengan sampling.
Karena secara praktis ADC tidak dapat membuat sebuah pengkonversian yang terus
menerus, nilai masukan harus ditahan tetap selama waktu tertentu yaitu pada saat converter
melakukan sebuah pengkonversian (atau disebut waktu konversi). Sebuah rangkaian masukan
yang disebut rangkaian sample and hold melakukan tugasnya (kebanyakan menggunakan
kapasitor untuk menyimpan tegangan analog pada masukan dan menggunakan sebuah sakelar
elektrik atau gate untuk memutuskan kapasitor dari masukan). Kebanyakan rangkaian ADC
sudah terintegrasi dengan subsistem sample and hold secara internal yang disebut quantisasi.
Setelah itu menggunakan encoder untuk proses pemogramanya.
Dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis daya, yaitu daya aktif atau real power (P), daya
reaktif atau reactive power (Q), dan daya nyata atau apparent power (S). Daya aktif adalah
daya yang termanfaatkan oleh konsumen, dapat dikonversi ke pekerjaan yang bermanfaat
(pekerjaan yang sebenarnya), bisa berubah menjadi energi gerak pada motor, bisa menjadi
panas pada heater, ataupun dapat diubah ke bentuk energi nyata lainnya. Perlu diingat bahwa
daya ini memiliki satuan watt (W) atau kilowatt (kW). Sedangkan daya reaktif adalah daya
yang digunakan untuk membangkitkan medan / daya magnetik. Daya ini memiliki satuan volt
– ampere – reaktif (VAR) atau kilovar (kVAR). Daya reaktif sering juga dijelaskan dengan
daya yang timbul akibat penggunaan beban yang bersifat induktif atau kapasitif. Contoh
beban yang bersifat induktif (menyerap daya reaktif) adalah transformer, lampu TL, dan
belitan. Pada konsumen level industri, beban induktif yang paling banyak digunakan adalah
motor listrik atau pompa listrik. Sedangkan contoh beban kapasitif (mengeluarkan daya
reaktif) adalah kapasitor.
Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus yang mengalir
pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standar yang berlaku pada pabrik pembuatnya.
Arus listrik nominal yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan rumus
S
I Nominal =
√ 3. V
Maka busbarnya menjadi:
I Busbar =1,5× I Nominal
Tabel 2.1 Pembebanan Penghantar Untuk Alumunium Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
Tabel 2.2 Pembebanan Penghantar Untuk Tembaga Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
Pemilihan sistem hubungan rangkaian
1. Tingkat keluwesan dari keperluan operasi
2. Tingkat kemungkinan tidak terjadi pemadaman pada gardu distribusi
3. Relatif kepentingan daerah tersebut (industri, bisnis, pemukiman)
4. Tinjauan ekonomis
2. Rel Ganda
Sistem ini sangat umum, hampir semua gardu distribusi menggunakan sistem ini karena
sangat efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan. Busbar
ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak lazim dipakai.
Sistim ini memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan ruang
dibandingkan dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi sistim tenaga
menjadi lebih mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak bekerjanya
transformator atau saluran transmisi.
Kelebihan:
a) Kontinuitas pasok listrik terjamin dan lebih handal
Kekurangan:
a) Biaya investasi lebih mahal
b) Rangkaian kontrol pengaman lebih kompleks
a) Rel ganda standard
d) Rel ganda 2 CB
A. Segitiga Daya
Segitiga daya digambarkan pada Gambar 1. Untuk beberapa beban yang dihubungkan
pararel, P total adalah jumlah daya rata-rata dari semua beban, yang harus digambarkan pada
sumbu mendatar untuk analisis grafis. Untuk beban induktif, Q digambarkan vertikal ke atas
karena bertanda positif. Suatu beban kapasitif akan mempunyai daya reaktif negatif, dan Q
digambarkan vertikal ke bawah
1.Rectifier (charger)
Rectifier ini berfungsi sebagai converter tegangan bolak‐balik (AC) ke tegangan searah (DC)
sehingga disebut juga dengan penyearah. Selanjutnya daya DC ini diteruskan ke
Inverter.Selain untuk penyearah alat ini juga berfungsi mengisi muatan batterai (mencharger
batterai).Pada umumnya charger harus punya kemampuan mengalirkan daya output sebesar
125‐130%, pengisian arus batterai sebesar 80% dari rating keluaran arus batterai beban penuh
dan dihindari mengisi muatan batterai melebihi batas kemampuan arusnya karna dapat
mempercepat usangnya batterai. Rectifier yang bayak digunakan untuk pembangkit listrik
adalah penyearah gelombang penuh terkendali (Full Wave Controlled Rectifier) jenis SCR
(Silicon Controlled Rectifier) yang dapat menjaga tegangan output konstan dengan mengatur
besar sudut penyalaannya. Rectifier biasanya dilengkapi dengan gabungan inductor dan
capasitor untuk mengurangi ripple tegangan serta menjaga kerataan amplitude gelombang
keluarannya, selain itu juga dilengkapi dengan diode dropper untuk menjaga tegangan yang
masuk ke inverter tetap konstan walau ada penurunan atau penaikan output tegangan rectifier
pada waktu mengisi batterai.
Proses pengisian batterai umumnya ada 3 yakni :
1. Floating
2. Equalizing
3. Boosting
Waktu menghidupkan UPS ,batterai dicharge secara Equalizing, setelah beberapa saat
menjadi floating, boosting ketika UPS tidak terhubung dengan beban. Batterai yang
umumnya digunakan untuk pembangkit ada dua yaitu lead acid dan nickel cadmium, batterai
umumnya dilengkapi dengan LVD(Low Voltage Disconnected) yang berfungsi untuk
memutus batterai jika tegangan keluarannya terlalu rendah secara automatis Umumnya
charger akan trip jika salah satu phasa mati dan tegangan keluaran lebih besar dari yang
dikehendaki.
2.Inverter
Inverter merupakan converter sumber potensial DC ke AC. Tegangan keluaran dari inverter
ini yang akan dihubungkan dengan beban‐beban kritikal load. Tegangan yang keluar dari
inverter dijaga kestabilan amplitude, frekuensi, distorsi yang rendah dan tidak ada transient.
Kualitas tegangan UPS diukur dari keluaran tegangan inverter ini.
3.Saklar Pemindahan(Transfer Switch)
Saklar pemindahan ini untuk memilih sumber daya yang tersedia antara system bypass
dengan system utama UPS. Sistem bypass bekerja jika ada kondisi tidak normal pada elemen
UPS. Dalam kondisi normal saklar pemindahan ini terhubung dengan terminal system utama
UPS , jika kondisi UPS tidak normal saklar pemisah ini otomatis berpindah keterminal
bypass.
Saklar pemindahan yang cenderung digunakan yakni:
1. Saklar statis
2. Saklar elektromekanikal
Saklar statis terbuat dari bahan semikonduktor waktu pemindahannya (3‐4) ms Saklar
elektromekanikal waktu pemindahannya (50‐100) ms Untuk pembangkit listrik ,saklar statis
lebih dominan digunakan seperti SCR.
Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran terbuka (open-loop), seperti pada sistem
distribusi dengan saluran kabel bawah tanah, konfigurasi peralatan adalah π section dimana
transformator distribusi dapat di catu dari arah berbeda yaitu posisi Incoming – Outgoing
atau dapat sebaliknya.
Guna mengatasi faktor keterbatasan ruang pada Gardu Portal, maka digunakan konfigurasi
switching/proteksi yang sudah terakit ringkas sebagai RMU (Ring Main Unit). Peralatan
switching incoming-outgoing berupa Pemutus Beban atau LBS (Load Break Switch) atau
Pemutus Beban Otomatis (PBO) atau CB (Circuit Breaker) yang bekerja secara manual (atau
digerakkan dengan remote control).
Fault Indicator (dalam hal ini PMFD : Pole Mounted Fault Detector) perlu dipasang pada
section jaringan dan percabangan untuk memudahkan pencarian titik gangguan, sehingga
jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat dipulihkan lebih cepat.
b. Gardu Cantol
b. Gardu Kios
Gambar 2.55 Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja, fiberglass atau
kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi.
Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat.
Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan membangun Gardu Beton.
Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang terbatas.
Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Tegangan Rendah. Khusus untuk
Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di
pabrik, sehingga dapat langsung di angkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi
yang sudah ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.
Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan, dapat saja
konfigurasi gardu berupa T section dengan catu daya disuplai PHB-TM gardu terdekat yang
sering disebut dengan Gardu Antena. Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih dari
Gardu Pelanggan Umum biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu penyulang
sehingga jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakan secara Otomatis (ACOS :
Automatic Change Over Switch) atau secara remote control.
TP = Pengaman Transformator
PMB = Pemutus Beban – LBS
PT = Trafo Tegangan
PMT = Pembatas Beban Pelanggan
SP = Sambungan Pelanggan
5. Gardu Hubung
Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang berfungsi sebagai
sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program
pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kountinuitas pelayanan.
Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch –
LBS),dan atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi
sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah. Konstruksi
Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung
dapat dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada
pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu
Distribusinya.
Berdasarkan kebutuhannya Gardu Hubung dibagi menjadi:
Gardu Hubung untuk 7 buah sel kubikel.
Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 ) buah sel kubikel.
Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 +7 + 7 ) buah sel kubikel.
Pengunaan kelompok – kelompok sel tersebut bergantung atas sistem yang digunakan pada
suatu daerah operasional, misalnya Spindel, Spotload, Fork, Bunga, dan lain – lain.
Spesifikasi teknis sel – sel kubikel Gardu Hubung sama dengan spesifikasi teknis Gardu
Distribusi, kecuali kemungkinan kemampuan Arus Nominalnya yang bisa berbeda.