Anda di halaman 1dari 57

BAB II

TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI

2.1 Tranformator Distribusi


Transformator Distribusi adalah sebuah perangkat yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau disebut juga step-down transformer namun tanpa
mengubah nilai daya dan frekuensi. Transformator distribusi yang sering digunakan adalah
jenis transformator step down 20/0,4 kV dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt
karena terjadi drop tegangan maka tegangan pada rak TR dibuat diatas 380 Volt agar
tegangan pada ujung beban menjadi 380 Volt. Pada kumparam primer mengalir arus jika
dihubungkan ke sumber listrik arus bolak balik, sehingga pada inti transformator yang terbuat
dari bahan feromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet (fluks)
Karena arus yang mengalir adalah arus arus bolak balik maka fluks yang terbentuk
pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-berubah. Jika arus yang mengalir
berbentuk sinus maka fluks yang dihasilkan akan berbentuk sinus. Hal ini dikarenakan fluks
mengalir melalui inti di mana pada inti tersebut terdapat lilitan primer dan lilitan sekunder
maka pada lilitan primer dan lilitan sekunder akan timbul GGL (gaya gerak listrik) induksi,
namun arah GGL induksi primer berlawanan dengan arah GGL induksi sekunder.

Gambar 2.1 Transformator Distribusi 20 kV / 0.4 kV


2.1.1 Bentuk dan Konstruksi
Transformator merupakan alat listrik statis yang digunakan untuk memindahkan daya
dari satu rangkaian ke rangkaian yang lain dengan mengubah tegangan, tanpa mengubah daya
dan frekuensi. Transformator terdiri dari dua kumparan yang saling berinduksi (mutual
inductance). Kumparan ini terdiri dari lilitan konduktor berisolasi sehingga kedua kumparan
tersebut terisolasi secara elektrik antara yang satu dengan yang lain. Ratio perubahan
tegangan tergantung dari ratio perbandingan jumlah lilitan kedua kumparan itu. Kumparan
yang menerima daya listrik disebut kumparan primer sedangkan kumparan yang terhubung
ke beban disebut kumparan sekunder. Kedua kumparan itu dililitkan pada suatu inti yang
terbuat dari laminasi lembaran baja. Apabila kumparan primer dialiri arus listrik bolak –
balik, maka akan timbul fluks magnetik bolak – balik sepanjang inti yang akan menginduksi
kumparan sekunder sehingga kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan.

Gambar 2.2 Konstruksi Transformator


Secara garis besar, bagian-bagian trafo adalah sebagai berikut.
1. Inti, terbuat dari lempengan-lempengan pelat besi lunak atau baja silikon yang di klem
menjadi satu.
2. Belitan, terbuat dari tembaga yang letaknya dibelitkan pada inti dengan bentuk spiral atau
konsentrik.
3. Sistem pendinginan, bagian ini terdapat pada transformator berkapasitas besar).
4. Bushing, berfungsi untuk menghubungkan rangkaian dalam dari transformator ke
rangkaian luar (terdapat pada ransformator daya).
5. Arrester, sebagai pengaman trafo terhadap tengangan lebih yang disebabkan oleh sambaran
petir dan switching (SPLN se. 002/PST/73).

Bila dilihat dari letak belitannya, maka transformator terdiri dari:


1. Transformator jenis inti (core type), yaitu transformator dengan belitan mengelilingi inti.
2. Transformator jenis cangkang (shell type), inti transformator ini mengelilingi belitannya.

Gambar 2.3 Tipe Transformator


Apabila trafo diasumsi sebagai trafo ideal dimana tidak terjadi rugi-rugi daya pada trafo,
maka daya pada kumparan primer (P1) sama dengan daya pada kumparan sekunder (P2).
Besar tegangan dan arus pada kumparan sekunder diatur menggunakan perbandingan
banyaknya lilitan antara kumparan primer dan kumparan sekunder berdasarkan rumus :

Np Vp Is
= = .........................................(2.1)
Ns Vs Ip
dimana :
Np = Banyaknya lilitan kumparan sisi primer
Ns = Banyaknya lilitan kumparan sisi sekunder
Vp = Tegangan sisi primer (V)
Vs = Tegangan sisi sekunder (V)
Ip = Arus sisi primer (Amp)
Is = Arus sisi sekunder (Amp)

2.1.2 Prinsip Kerja Transformator


Transformator memiliki dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder, dan kedua kumparan ini bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara
elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi
(reluctance) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-
balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan
tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks dikumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
(self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari
kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang
menyebabkan timbulnya fluksmagnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus
sekunder jika rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer secara
keseluruhan.

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Transformator


2.1.3 Hubungan pada Transformator
Transformator yang banyak digunakan untuk jarinagn distribusi tegangan adalah
transformator tiga phase. Sehingga terdapat tiga buah kumparan primer dan tiga buah
kumparan sekunder. Dari ketiga kumparan primer maupun ketiga kumparan sekunder dapat
dihubungkan secara hubungan bintang (star conection) Υ dan dihubungkan segitiga (delta
conection) Δ. Seperti halnya transformator satu phase maka azas kerja dari transformator tiga
phase ini pada prinsipnya sama saja. Hanya pada transformator tiga phase arus yang
dihubungkan pada kumparan primer berbentuk arus bolak-balik dari tiga buah kawat phase
masing-masing sama besarnya dan bergeseran sudut sebesar 120° taip phasenya.
Umumnya dikenal 3 cara untuk merangkai kumparan pada transformator tiga fasa, yaitu
hubungan bintang, hubungan delta, dan hubungan zig zag.

2.1.3.1 Transformator Hubung Bintang-Bintang (Y-Y)


Pada jenis ini ujung ujung pada masing masing terminal dihubungkan secara bintang.
Titik netral dijadikan menjadi satu. Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis untuk arus
nominal yang kecil, pada transformator tegangan tinggi Jumlah dari lilitan perfasa dan jumlah
1
isolasi minimum karena tegangan fasa tegangan jala-jala (Line), juga tidak ada perubahan
√3
fasa antara tegangan primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi sekunder dari transfor-
mator tidak seimbang, maka tegangan fasa dari sisi beban akan berubah kecuali titik bintang
dibumikan.

Gambar 2.5 Transformator Hubungan Y-Y


2.1.3.2 Transformator Hubung Segitiga-Segitiga (Δ - Δ)
Pada jenis ini ujung fasa dihubungkan dengan ujung netral kumparan lain yang secara
keseluruhan akan terbentuk hubungan delta/ segitiga. Hubungan ini umumnya digunakan
pada sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan rendah dan yang paling utama saat
keberlangsungan dari pelayanan harus dipelihara meskipun salah satu fasa mengalami
kegagalan.
Gambar 2.6 Transformator Hubungan Δ - Δ
2.1.3.3 Transformator Hubung Bintang-Segitiga ( Y - Δ)
Pada hubung ini, kumparan pada sisi primer di rangkai secara bintang (wye) dan sisi
sekundernya di rangkai segitiga. Umumnya digunakan pada transformator untuk jaringan
transmisi dimana tegangan nantinya akan diturunkan (Step- Down). Pada hubungan ini,
1
perbandingan tegangan jala-jala kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan
√3
sekunder tertinggal 30° dari tegangan primer.

Gambar 2.7 Transformator Hubungan Y - Δ


2.1.3.4 Transformator Hubungan Segitiga Bintang (Δ - Y)
Pada hubung ini, sisi primer transformator dirangkai secara segitiga sedangkan pada sisi
sekundernya merupakan rangkaian bintang sehingga pada sisi sekundernya terdapat titik
netral.
Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan (Step -up) pada awal sistem transmisi
tegangan tinggi. Dalam hubungan ini perbandingan tegangan √ 3kali perbandingan lilitan
transformator dan tegangan sekunder mendahului sebesar 30°.
.

Gambar 2.8 Transformator Hubungan Δ-Y


2.1.4 Perhitungan Arus Beban Penuh dan Pembebanan Trafo
Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (tegangan primer) dirumuskan
sebagai berikut:

S= √ 3 . V . I .........................................(2.2)

Di mana:
S = daya transformator (kVA)
V = tegangan sisi primer transformator (kV)
I = arus jala-jala (A)

Sehingga arus beban penuh (full load) dapat dirumuskan menjadi:

S
I FL = .........................................(2.3)
√ 3.V
Di mana:
IFL = arus beban penuh (A)
S = daya transformator (kVA)
V = tegangan sisi sekunder transformator (kV)

Adapun nilai persentase kenaikan beban dapat dirumuskan dengan:


I rata −rata beban
%pembebanan= x 100 % .....................(2.4)
I beban penuh transformator
Di mana:
Irata-rata beban = arus rata-rata beban yang digunakan (A)
Ibeban penuh transformator = arus beban penuh transformator
2.1.5 Rugi-rugi Transformator
Rugi-rugi pada transformator dapat digolongkan menjadi 2 kondisi, yaitu kondisi tanpa beban
dan kondisi berbeban.
2.1.5.1 Rugi-rugi transformator tanpa beban
Rugi-rugi yang dialami transformator pada kondisi tanpa beban adalah rugi histeresis dan
rugi eddy. Rugi histeresis disebabkan karena fluks bolak-balik pada inti besi, dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Ph=K h . f . B m n watt .....................(2.5)

Sedangkan rugi arus eddy disebabkan arus pusar pada inti besi, dinyatakan sebagai berikut.

Pe =K e . f 2 . Bm 2 watt .....................(2.6)

Di mana:
Pe= rapat fluksi maksimum
Kh= konstanta histeresis, tergantung pada inti bahan
Ke= konstanta arus eddy, tergantung pada volume inti
f= frekuensi jala-jala (Hz)
n= konstanta steinmentz (1,6 - 2,0)

Dari persamaan rugi-rugi transformator tanpa beban tersebut, dapat diketahui besar total rugi
inti (besi) merupakan penjumlahan nilai rugi histeresis dan rugi eddy.

Ptotal inti = Ph + Pe .....................(2.7)

Besarnya rugi-rugi inti ditentukan berdasarkan hasil pengetesan transformator, namun secara
teoritis dapat ditentukan berdasarkan nilai (harga) pembebanan yang berbeda dan bekerja
pada efisiensi dan faktor daya yang sama.

2.1.5.2 Rugi-rugi transformator berbeban


Nilai rugi-rugi transformator berbeban selalu berubah-ubah, ini dipengaruhi arus beban yang
mengalir pada tahanan transformator. Besarnya arus beban ini tergantung pada beban yang
dioperasikan transformator, sehingga rugi transformator berbeban merupakan perkalian
kuadrat arus dengan tahanan transformator, yang dikenal sebagai rugi tembaga (Pcu).

Pcu1 = I12.R1 .....................(2.8)


Pcu2 = I22.R2 .....................(2.9)

Jadi, rugi tembaga total adalah:


Pcu = Pcu1+ Pcu2
= I12.R1+ I22.R2 .....................(2.10)

Maka, jumlah total rugi-rugi pada transformer adalah:


Prugi total = Pcu+ Pinti.....................(2.11)
2.1.6 Efisiensi Transformator
Efisiensi menunjukkan tingkat keefisiensian kerja suatu peralatan, dalam hal ini
transformator yang merupakan perbandingan rating keluaran (output) terhadap rating
masukan (input). Ini dinyatakan dalam rumus:
Pout
Efisiensi= ×100 %
P¿
P out
¿ × 100 %.....................(2.12)
P out + ∑ rugi−rugi
Di mana:
Pin = daya input transformator
Pout = daya output transformator
∑ rugi = Pcu+ Pinti
2.1.7 Ketidakseimbangan Beban
Keadaan seimbang adalah suatu kondisi dimana ketiga vektor arus/tegangan sama besar dan
membentuk sudut 120°. Jadi ketidakseimbangan beban adalah suatu keadaan dimana salah
satu atau dua keadaan di atas tidak terpenuhi.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang :
 Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama lain.
 Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama lain.
 Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama lain.

Gambar 2.9 Vektor diagram arus dalam keadaan seimbang


Pada keadaan seimbang, penjumlahan vektor antara ketiga fasa arus harus sama dengan nol
(menandakan tidak adanya nilai arus pada netral). Seperti gambar di bawah yang
menampilkan keadaan tidak seimbang yang menyebabkan timbulnya arus netral yang
besarnya tergantung pada seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

Gambar 2.10 Vektor diagram arus dalam keadaan tidak seimbang

2.1.7.1 Penyebab Ketidakseimbangan Beban


Terdapat 3 penyebab mengapa gangguan ketidakseimbangan sistem 3 fasa dapat terjadi,
yaitu:
1. Tidak seimbang tegangan sejak dari sumbernya
Tegangan tidak simetris pada output generator tiga fasa bisa saja terjadi dikarenakan
kesalahan teknis pada ketiga berkas kumparan dayanya (jumlah lilitan atau resistansi), tetapi
keadaan ini jarang terjadi atau jarang ditemukan di lapangan.
2. Tidak seimbang tegangan pada salurannya
Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Konfigurasi ketiga saluran secara total tidak seimbang, sehingga total kapasitansinya
menjadi tidak seimbang. Keadaan ini dapat terjadi pada penyaluran jarak jauh dan
bertegangan tinggi, dimana jarak rata-rata setiap saluran fasa terhadap tanah tidak sama.
b) Resistansi saluran tidak sama karena jenis bahan kondukor yang berbeda.
c) Resistansi saluran tidak sama karena ukuran konduktor yang berbeda.
d) Resistansi saluran tidak sama karena jarak antara masing-masing saluran fasa dengan
beban tidak sama (besar dipengaruhi oleh jarak).
3. Tidak seimbang pada resistansi bebannya
Besar I (arus beban) ditentukan oleh besar R (beban), maka pada keadaan tidak seimbang
yaitu RR≠RS≠RT, maka arus bebannya IR≠IS≠IT. Akibat lanjut dari tidak seimbangnya
tegangan sisi terima adalah tidak seimbang pula bebannya. Hal ini paling sering ditemukan
pada praktek di lapangan, antara lain disebabkan adanya sambungan-sambungan di luar sisi
perhitungan dan perencanaan. Upaya teknis perlu dilakukan agar diperoleh keadaan
pembebanan yang seimbang.Pada sistem tiga fasa yang menggunakan saluran netral, dalam
keadaan beban simetris maka arus yang lewat harus bernilai 0 (nol) atau dalam keadaan yang
benar-benar netral. Jika terjadi kondisi yang tidak simetris, maka sebagian arus yang berupa
arus resultan akan melewati saluran netral sehingga saluran tersebut menjadi tidak netral lagi.
Penyelesaian beban tak seimbang untuk hubungan bintang adalah sebagai berikut:
Pada sistem 4 kawat, masing-masing fasa akan mengalirkan arus yang tidak seimbang
menuju Netral.
Pada sistem 3 kawat, keadaan beban yang tak seimbang ini akan mengakibatkan tegangan
berubah dengan cukup signifikan dan munculnya suatu netral yang berbeda dari keadaan
netral yang seharusnya.

Pada sistem 4 kawat berlaku persamaan:


V
I a= an
Za
V bn
I b=
Zb
V
I c = cn
Zc
Dan untuk besarnya nilai arus netral adalah:
I N =I a+ I b + I c .....................(2.13)
I N ≠ 0 (karena beban tidak seimbang)

2.1.8 Faktor Daya


Pengertian faktor daya (cosφ) adalah perbandingan antara daya aktif (P) dan daya semu (S)
sehingga nilai faktor daya dapat dirumuskan sebagai:
Daya Aktif P
Faktor Daya= = .....................(2.14)
Daya Semu S

Penjelasan daya-daya dapat dilihat pada gambar segitiga daya berikut:

Gambar 2.11 Segitiga Daya


Di mana:
Daya semu = V.I (VA)
Daya aktif = V.I. cosφ (Watt)
Daya reaktif = V.I sinφ (VAR)
2.1.9 Rugi-rugi Arus Netral pada Saluran Netral Sekunder Transformator
Tidak seimbangnya beban diantara fasa-fasa pada sisi sekunder trafo (fasa R, fasa S, dan fasa
T) mengakibatkan mengalirnya arus netral transformator pada penghantar netral. Hal ini
menyebabkan rugi-rugi yang dapat dinyatakan dengan:

PN = IN2.RN .....................(2.15)
Di mana:
PN = rugi-rugi pada penghantar netral transformator (Watt)
IN = arus yang mengalir pada netral transformator (A)
RN = tahanan penghantar netral transformator (Ω)

Sedangkan rugi-rugi akibat arus netral mengalir ke tanah dapat dinyatakan dengan
persamaan:
PG = IG2.RG .....................(2.16)
Di mana:
PG = rugi-rugi akibat arus netral yang mengalir ke tanah (Watt)
IG = arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG = tahanan pembumian netral transformator (Ω)

2.1.10 Sistem Pendingin Transformator


Sistem pendinginan trafo dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. ONAN (Oil Natural Air Natural)
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan sirkulasi udara secara alamiah.
Sirkulasi minyak yang terjadi disebabkan oleh perbedaan berat jenis antara minyak yang
dingin dengan minyak yang panas.
2. ONAF (Oil Natural Air Force)
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami sedangkan sirkulasi
udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan hembusan kipas angin yang
digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya operasi trafo dimulai dengan ONAN atau
dengan ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu trafo
sudah semakin meningkat, maka kipas angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.
3. OFAF (Oil Force Air Force)
Pada sistem ini, sirkulasi minyak digerakkan dengan menggunakan kekuatan pompa,
sedangkan sirkulasi udara mengunakan kipas angin.

2.1.11 Gangguan Pada Gardu Trafo Distribusi


2.1.11.1 Gangguan Sambaran Petir
Gangguan sambaran petir dibagi atas dua, yaitu sambaran langsung dan sambaran
tidak langsung. Sambaran langsung adalah sambaran petir dari awan yang langsung
menyambar jaringan sehingga menyebabkan naiknya tegangan dengan cepat. Daerah yang
terkena sambaran dapat terjadi pada tower dan juga kawat penghantar. Besarnya tegangan
dan arus akibat sambaran ini tergantung pada besar arus kilat, waktu muka, dan jenis tiang
saluran. Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi adalah sambaran petir ke bumi atau
sambaran petir dari awan ke awan di dekat saluran sehingga menyebabkan timbulnya muatan
induksi pada jaringan.
Pada saluran udara tegangan menengah (SUTM), gangguan akibat sambaran tidak
langsung ini tidak boleh diabaikan. Gangguan akibat sambaran tidak langsung ini pada
umumnya lebih banyak terjadi dibandingkan akibat sambaran langsung, dikarenakan luasnya
daerah sambaran induksi. Spesifikasi gelombang petir ditunjukkan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Spesifikasi Gelombang Petir

Spesifikasi dari suatu gelombang petir :


a) Puncak (crest) gelombang, E (kV), yaitu amplitudo maksimum dari gelombang.
b) Muka (front) gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak.
Ini diambil dari 10% E sampai 90% E.
c) Ekor (tril) gelombang, yaitu bagian belakang puncak. Panjang gelombang, t2
(mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada ekor gelombang.

2.1.11.2 Gangguan Hubung Singkat


Hubung singkat dapat terjadi melalui dua atau tiga saluran fasa sistem distribusi. Arus
lebih yang dihasilkan hubung singkat tergantung pada besar kapasitas daya penyulang, besar
tegangan, dan besar impedansi rangkaian yang mengalami gangguan. Hubung singkat
menghasilkan panas yang cukup tinggi pada sisi primer trafo sebagai akibat dari naiknya
rugi-rugi tembaga sebagai perbandingan dari kuadrat arus gangguan. Arus gangguan yang
besar ini
mengakibatkan tekanan mekanik (mechanical stress) yang tinggi pada trafo. Arus hubung
singkat pada trafo dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

S .100
I SC = .....................(2.17)
%Z. √ 3. V
Di mana :
S = Daya trafo (kVA)
%Z = Impedansi trafo dalam persen
V = Tegangan fasa-fasa pada sisi tegangan rendah (kV)
2.1.11.3 Gangguan Kegagalan Minyak Transformator
Kegagalan isolasi (insulation breakdown) minyak trafo disebabkan oleh beberapa hal
antara lain minyak trafo tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan
karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator
merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator
itu sendiri agar isolator tersebut tidak gagal. Dalam struktur molekul material isolator,
elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan
terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu
tempat maka sifat isolasi pada tempat itu akan hilang.
Apabila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan
elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau
arus bocor. Karakteristik isolator akan berubah bila material kemasukan suatu
ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat
menurunkan tegangan tembus. Oksigen yang terdapat di udara yang berhubungan dengan
minyak yang panas dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi dan terbentuknya bahan asam
dan endapan. Kadar asam yang terdapat pada minyak trafo merupakan suatu ukuran taraf
deteriorasi dan kecenderungan untuk membentuk endapan. Endapan ini sangat mengganggu
karena melekat pada semua permukaan trafo dan mempersulit proses pendinginan. Endapan
ini juga akan meningkatkan kemungkinan terjadinya bunga api antara bagian-bagian trafo
yang terbuka.
Suatu endapan setelah mencapai tebal 0,2 mm sampai 0,4 mm pada inti dan kumparan
akan dapat meningkatkan suhu sampai 10°C sampai 15°C. Bila dalam minyak terdapat
kelembaban, maka kelembaban tersebut dapat membentuk jalur-jalur yang membuka jalan
terhadap terjadinya hubung singkat. Kelembaban tidak saja menurunkan daya isolasi minyak,
melainkan kelembaban itu dapat pula diserap oleh bahan isolasi lainnya, sehingga seluruh
trafo menjadi terancam.

2.2 Switch Gear MV dan LV


Komponen utama gardu distribusi baik medium voltage maupun low voltage yang
sudah terpasang/terangkai secara lengkap lazim disebut dengan Kubikel, dan didalamnya
terdapat switch gear yaitu :
1. Pemisah – Disconnecting Switch (DS) Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung
instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak
berbeban.
2. Pemutus beban – Load Break Switch (LBS) Berfungsi sebagai pemutus atau
penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan
berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS
dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS.
Untuk pengoperasian jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus
dilengkapi catu daya penggerak.
3. Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB) Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung
arus listrik dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan hubung singkat.
Peralatan Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah dilengkapi dengan rele proteksi arus lebih
(Over Current Relay) dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban.
Komponenutama PHB-TM tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak
(lengkap), yang sering disebut Kubikel Pembatas Beban Pelanggan.
Dalam system LVMDP, switchgear merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk
mengendalikan distribusi energi listrik atau untuk melindungi peralatan yang dihubungkan ke
catuan listrik. Switchgear yang digunakan pada tegangan rendah biasanya dipergunakan
sebagai switching dan proteksi peralatan listrik. Perangkat switchgear tersebut ditentukan
sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk keperluan isolasi, disconnecting loads, short circuit
breaker, switching motor dan pengaman beban lebih dari pengaman manusia.
Perangkat switchgear ini dapat bekerja dengan satu atau lebih fungsinya, tergantung
perancangannya/design juga dapat membentuk fungsi dari peralatan tertentu. Dalam system
LVMDP switchgear yang biasa digunakan dalam system gardu distribusinya adalah sebagai
berikut: Circuit Breaker General, Fuse, Disconnector, loadbreak Switch, Fused Switch
Disconnector, Motor Starter, Contactor, Overload Relay, Switch Disconnector dengan fuse,
Residual Current Circuit Breaker (RCMCCB), Miniatur Circuit Breaker (MMCCB),
RCMCCB dengan Over Current Trip dan RMCCB yang dioperasikan sebagai MMCCB.

2.3 Sistem Pengaman


2.3.1 Umum
Sistem pengaman bertujuan untuk mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan
beserta peralatannya, dan keselamatan umum yang disebabkan karena gangguan dan
meningkatkan pelayanan pada konsumen. Cara macam tingkat pengamanan yang diterapkan
tergantung pada faktor yaitu:
1. Sistem yang ada termasuk cara pembumiannya
2. Peralatan, kondisi dan peraturan setempat
3. Macam beban, yang merupakan kompromi praktis yang meraungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan yang sebanding dengan biayanya.
Macam dan karakteristik beban menentukan perencanaan suatu pengaman sistem distribusi.
Untuk daerah yang padat dengan beban tinggi, layak untuk menggunakan pengamanan yang
lebih tinggi tingkatannya, dan lebih mahal. Untuk daerah padat dengan beban rendah, cukup
menggunakan pengaman sederhana dan murah, sesuai dengan tingkat keandalan yang masih
dapat diterima.
Pelaksanaan dari tugas pengamanan adalah :
a. Melakukan koordinasi dengan sisi tegangan tinggi (GI)
b. Mengamankan peralatan dari kerusakan karena arus lebih.
c. Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaan
d. Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
e. Membatasi daerah yang padam
f. Mengurangi frekuensi pemutusan tetap karena gangguan

2.3.2 Perlindungan Terhadap Arus Hubung Singkat


Pada jaringan tegangan menengah, gangguan hubung singkat yang sering terjadi
adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, dan fasa ke fasa. Pada
jaringan distribusi terdapat pengaman pada masing-masing bagian seksi jaringan, maupun
pada masing-masing peralatan jaringan apabila terjadi gangguan, hanya pengaman yang
terdekat dengan titik gangguan saja yang bekerja untuk memutuskan gangguan tersebut, atau
supaya gangguan tidak menjalar ke bagian lain dari jaringan.
Oleh karena itu, kerja pengaman harus dikoordinasikan supaya sesuai dengan yang
diinginkan dan untuk mencegah adanya salah pemutusan oleh alat-alat pengaman tersebut.

2.3.3 Relay Arus Lebih


2.3.3.1 Karakteristik Relai Arus Lebih
Ada beberapa karakteristik waktu yang dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu:
instantaneous moment (waktu seketika), definite time (waktu tertentu), inverse time (waktu
terbalik).
Relai arus lebih dengan karakteristik IDMT (Inverse Definite Minimum Time) yaitu
kombinasi antara karakteristik waktu tertentu dan waktu terbalik. Pilihan gangguan relai arus
lebih atas dasar karakteristik kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Relai cepat, digunakan bersama-sama dengan relai arus definite/relai inverse dengan
maksud agar diperoleh waktu kerja yang cepat, misalnya untuk daerah di dekat sumber
dimana dengan relai definite/invers mungkin terlalu lama.
2. Relay definite, digunakan pada saluran yang tidak terdiri atas banyak seksi saluran
penyetelan dan koordinasinya paling mudah, tidak pengaruh dengan keadaan
pembangkit.
3. Relay inverse, digunakan pada saluran jika terdapat perbedaan besarnya arus gangguan
yang cukup besar antara awal dan ujung saluran, relay ini sangat peka akan perubahan
kapasitas pembangkitan. Relay inverse mempunyai beberapa jenis modifikasi, pemilihan
tergantung keperluan yaitu moderately inverse, very inverse, dan extremely inverse.
4. Relay IDMT, sangat cocok dipakai pada sistem dimana keadaan pembangkitan berubah-
ubah, pada waktu pembangkitan konstan maka dapat dipakai bagian inversenya
sedangkan jika pembangkitan berubah-ubah dipakai bagian definitenya.

2.3.3.2 Dasar Penyetelan Relay Arus Lebih


Relay arus lebih adalah sebagai pengaman gangguan hubung singkat, akan tetapi dalam
beberapa hal diusahakan untuk berfungsi sebagai pengaman beban lebih. Kedua hal tersebut
merupakan dasar untuk menentukan setting arus kerjanya, pertimbangan penyelelan waktu
diusahakan bekerja cepat tetapi teiap selektif.

2.3.4 Relay Gangguan Tanah


Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah tergantung pada besarnya arus gangguan tanah,
sedang besarnya arus gangguan tanah sangat dipengaruhi oleh sistem pentanahannya dan
kontak antara penghantar dengan tanah. Saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah akan
mengalirkan arus kapasitif yang cukup besar, sehingga waktu menentukan seting, batasan
seting terendah adalah relay harus bekerja pada saat ada gangguan di saluran lain, atau
saluran yang sehat tidak boleh bekerja.
2.3.5 Pelebur
Pelebur adalah peralatan pengaman dengan rating arus yang bekerja karena arus lebih.
Karena itu pelebur berfungsi melindungi jaringan dari kenaikan suhu yang berlebihan akibat
gangguan hubung singkat. Menurut publikasi IEC No. 282- 2(1974) NEMA, berbagai daya
pengenal trafo dengan atau tanpa koordinasi dengan pengamanan sisi sekunder sesuai dengan
(lampiran B) untuk jenis pelebur tipe H (tahan surja petir), T (lambat), dan K (cepat).
Ada beberapa faktor untuk pemilihan pelebur yaitu: kemampuan pelebur terhadap arus
maksimum terus-menerus arus beban normal, arus beban lebih, dan perkiraan cadangan untuk
pertumbuhan beban yang akan datang ). Koordinasi yang baik dengan peralatan yang lain,
dan kemampuan pemutusan pelebur terhadap batas ketahanan isolasi penghantar.
Pelebur jenis T dan K dengan arus pengenal 6.3A~100A, adalah 1.5 kali dari arus pengenal,
1.3 kali untuk arus pengenal 125A~160A.

2.3.6 Penutup Balik Otomatis (PBO) (Automatic Circuit Recloser)


PBO adalah peralatan yang dapat mengadakan penutupan kembali secara otomatis setelah
terjadinya pemutusan.
Menurut tempatnya di jaringan, dikenal dua macam recloser
a. Recloser circuit breaker yaitu circuit breaker yang dikomando oleh relay recloser. Relay
recloser membantu relai fase dan relai tanah untuk mengatasi gangguan pada saluran
distribusi.
b. Line recloser, Pole Mounted Recloser (PMR); yaitu recloser yang ditempatkan di saluran
distribusi.
Recloser mempunyai dua macam operasi yaitu penutupan cepat dan penutupan dengan waktu
tunda. Selang waktu antara dua buah penutup disebut interval reclosing (Keadaan kontak
terbuka). Ada dua macam interval reclosing, yaitu cepat dan lambat, dan biasanya recloser
disetel atas dasar operasi dua kali pemutusan dengan waktu tunda, seperti dilihat pada gambar
Gambar 2.12

Gambar 2.12 Urutan Operasi Recloser


Jika terjadi gangguan dan tidak dapat diatasi dengan sejumlah proses urutan operasi seperti di
atas, maka recloser akan terbuka menetap. Maksud penutupan cepat adalah untuk mengatasi
gangguan sementara, sedangkan penutupan dengan waktu tunda untuk mengatasi gangguan
tetap.

2.3.7 Saklar Seksi Saluran Otomatis (Automatic Line Sectionalizer)


Sectionalizer atau SSO adalah alat perlindungan terhadap arus lebih yang dipasang bersama-
sama dengan pemutus beban atau PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya.
Peralatan ini berfungsi memisahkan seksi jaringan yang terganggu. Dalam kerjanya,
sectionalizer tidak memiliki kemampuan memutuskan arus gangguan, Untuk keperluan
koordinasi, pemisah otomatik dilengkapi dengan time reset aksesoris yaitu peralatan yang
memungkinkan adanya resetting sesuai waktu yang ditentukan. Misalnya bila terjadi
gangguan, maka alat PBO akan membuka sirkuit, dan SSO akan mulai menghitung. Dengan
demikian jika gangguan adalah sementara maka secara otomatis ia akan reset, dan disini
terlihat bedanya dengan sifat seksionalisasi dari fuse. Bila gangguan belum hilang maka
peralatan pengaman back-up akan membuka untuk yang kedua kalinya dan SSO akan
menambahkan hitungannya.
Selanjutnya bila gangguan itu bersifat permanen, maka peralatan pengaman back-up
membuka dan kemudian membuka-terkunci.

2.3.8 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)


Pemutus tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu memutus rangkaian pada
semua kondisi gangguan maupun kondisi normal, yakni:
a. Pada keadaan normal, PMT menutup dan merabuka rangkaian listrik
b. Pada keadaan tidak normal, dengan bantuan relai, PMT dapat membuka sehingga
gangguan dapat dihilangkan (fault clearing).

2.3.9 Koordinasi Alat Pengaman pada Sistem Distribusi


Proses memilih alat pelindung arus lebih dengan setelan/kurva waktu tertentu, waktu unitan
operasi kerjanya diatur dan disesuaikan dengan alat pelindung lain agar gangguan yang
terjadi pada saluran dapat dihilangkan dikenal sebagai "Koordinasi". Bila ada dua alat
pengaman yang terpasang seri maka karakteristik kerjanya dilengkapi dengan urutan
operasinya
Pada umumnya dalam suatu jaringan distribusi terdapat pengaman pada masing-masing
bagian/seksi jaringan, maupun pada masing-masing peralatan jaringan. Hal ini dimaksudkan
supaya apabila terjadi gangguan, hanya pengaman yang terdekat dengan titik gangguan saja
yang bekerja untuk memutuskan gangguan tersebut, atau supaya gangguan yang terjadi tidak
menjalar ke bagian yang lain pada jaringan. Oleh karena itu, kerja pengaman tersebut harus
dikoordinasikan supaya tercapai maksud pengaman sesuai dengan yang diinginkan dan untuk
mencegah adanya salah pemutusan oleh alat-alat pengaman tersebut.

2.4 Instrumen Transformator dan Meteran


2.4.1 Umum
Transformator (trafo) instrumen berguna untuk pengukuran besaran AC di stasiun
(pusat) pembangkit, stasiun trafo, serta saluran transmisi energi, bersama dengan instrumen
pengukuran AC (voltmeter, amperemeter, wattmeter, VARmeter dan sebagainya).
Trafo instrumen diklasifikasikan menurut penggunaannya yakni:
 Trafo potensial/ tegangan (PT, potential transformer).
 Trafo arus (CT, current transformer)
Trafo instrumen melakukan dua fungsi penting, yaitu :
 Mengkonversi besaran arus atau tegangan pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem metering danproteksi.
 Memberbesar rentang pengukuran bagi instrumen pengukuran AC, sebagaimana
resistans paralel atau pengali yang memperluas rentang pengukuran pada meteran DC;
 Mengisolasi instrumen pengukuran yang digunakan dari rangkaian saluran daya
tegangan tinggi.
Urgensi Pengisolasian Instrumen
 Sistem energi biasanya beroperasi dlm arus dan tegangan orde kilo/ ratusan kilo
Ampere/Volt. Faktor kepraktisan pengisolasian tegangan;
 Faktor ekonomis;
 Faktor keselamatan manusia;
 Instrumen pengukuran yang bekerja dengan arus yang relatif kecil, dapat dipastikan
berbiaya yang lebih rendah dibanding dengan yang bekerja dengan arus yang besar

Dua perangkat yang akan menggunakan output trafo instrumen:


 Instrumen (ammeter, voltmeter dll.);
 Relai proteksi (relai arus-lebih, relai jarak dll.)

2.4.2 Potensial Transformator (PT)


Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih tinggi ke
suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk kebutuhan peralatan indikator, alat ukur/meter
dan relai.

Gambar 2.13 Transformator


E1 N 1
= =k
E2 N 2
Dimana:
K = perbandingan /rasio transformasi
N1 = Jumlah belitan primer
N2 = Jumlah belitan sekunder
E1 = Tegangan primer
E2 = Tegangan sekunder
Gambar 2.14 Rangkaian Ekivalen Transformator Tegangan

Dimana:
Im = arus eksitasi/magnetisasi
Ie = arus karena rugi besi

Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan Trafo
tegangan berbeda, yaitu:
 Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur, relai dan
peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
 Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
 Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.

2.4.2.1 Fungsi Trafo Tegangan
Fungsi dari trafo tegangan yaitu:
1. Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan listrik
yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran
yang lebih aman, akurat dan teliti.
2. Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang
tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistm proteksi dan pengukuran peralatan
dibagian primer.
3. Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/√3, 110/√3 dan 110 volt)
untuk keperluan peralatan sisi sekunder.
4. Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2; 0,5;1;3).

2.4.2.2 Jenis Trafo Tegangan


Trafo tegangan dibagi menjadi dua jenis yaitu:
 Trafo tegangan magnetik (Magnetik Voltage Transformer / VT)
Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan sekunder pada
inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer menginduksikan tegangan kebelitan
sekundernya.
 Trafo tegangan kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT)
Trafo tegangan ini terdiri dari dua bagian yaitu Capacitive Voltage Divider (CVD)
dan inductive Intermediate Voltage Transformer (IVT). CVD merupakan rangkaian
seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada satu
kapasitor ditransformasikan oleh IVT menjadi teganggan sekunder.

2.4.2.3 Bagian-Bagian Trafo Tegangan


2.4.2.3.1 Trafo Tegangan Jenis Magnetik
 Kertas / Isolasi Minyak
Berfungsi mengisolasi bagian yang bertegangan (belitan primer) dengan bagian bertegangan
lainnya (belitan sekunder) dan juga dengan bagian badan (body). Terdiri dari minyak trafo
dan kertas isolasi.

 Rangkaian Electromagnetic
Berfungsi mentransformasikan besaran tegangan yang terdeteksi disisi primer ke besaran
pengukuran yang lebih kecil.
 Expansion Chamber
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengkompensasi level ketinggian minyak akibat
perubahan volume sebagai pengaruh temperatur. Jenis yang umum digunakan adalah metallic
bellow.
 Terminal Primer
Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi terhubung pada
sistim pentanahan (grounding)
 Struktur Mekanikal
Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo tegangan.
Terdiri dari:
– Pondasi
– Struktur penopang VT
– Isolator (keramik/polyester)
 Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih akibat tegangan
surja atau sambaran petir ke tanah.

Gambar 2.15 Bagian-bagian Trafo Tegangan Jenis Magnetik

2.4.2.3.2 Trafo Tegangan Jenis Kapasitif


Secara umum bagian trafo tegangan jenis kapasitif dapat jelaskan sebagai berikut:
 Dielectric
Komponen ini terdiri atas dua bagian yaitu:
 Minyak Isolasi
Berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian yang bertegangan dan sebagai media
dielectric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua) kapasitor atau lebih sebagai
pembagi tegangan yang terhubung seri.
 Kertas-plastik film (paper-polypropylane film)
Berfungsi sebagai media dieletric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua)
kapasitor atau lebih sebagai pembagi tegangan yang terhubung seri bersama-sama
minyak isolasi.
 Pembagi Tegangan (Capacitive Voltage Devider)
C1, C2 (capacitor element) adalah kapasitor pembagi tegangan (Capacitive Voltage
Divider) yang berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo
tegangan menjadi tegangan pengukuran yang lebih rendah. Kapasitansi C2 lebih besar
dari C1 dan terhubung seri.
Sebagai contoh untuk CVT 150/3 kV / 100/3 V, kapasitansi masukan (input
capacity) 8.300 pF yang terdiri dari C1 = 8994 pF, dan C2 = 149.132 pF (Gambar 2.16
poin 2)
 Ferroresonance supression/damping circuit
Ferroresonance supression/damping circuit adalah induktor penyesuai tegangan
(medium voltage choke) yang berfungsi untuk mengatur/menyesuaikan supaya tidak
terjadi pergeseran fasa antara tegangan masukan (vi) dengan tegangan keluaran (vo)
pada frekuensi dasar. Pada merk tertentu komponen ferroresonance ditandai dengan
simbol L0. (Gambar 2.16 poin 3)
 Trafo Tegangan (Intermediate Voltage Transformer / IVT)
Berfungsi untuk mentransformasikan besaran tegangan listrik dari tegangan menengah
yang keluar dari kapasitor pembagi ke tegangan rendah yang akan digunakan pada
rangkaian proteksi dan pengukuran. (Gambar 2.16 poin 4)
 Expansion Chamber
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengkompensasi level ketinggian minyak
akibat perubahan volume sebagai pengaruh temperatur. Jenis yang umum digunakan
adalah metallic/rubber bellow dan gas cushion. (Gambar 2.16 poin 5)
 Terminal Primer
HVT adalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal) yaitu bagian yang
dihubungkan dengan tegangan transmisi baik untuk tegangan bus maupun tegangan
penghantar terminal tegangan tinggi/primer. (Gambar 2.16 poin 1)
 Terminal Sekunder
Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan rendah, untuk keperluan peralatan
ukur dan relai. Pada merk tertentu terminal ini ditandai dengan simbol 1a dan 2a.
(Gambar 2.16 poin 7). Pada box terminal sekunder terdapat juga komponen lain yang
terdiri dari:
 PG (protective gap) adalah gap pengaman,
 H.F (high frequency) adalah teminal frekuensi tinggi yang berkisar sampai puluhan
kilohertz, sebagai pelengkap pada salah satu konduktor penghantar dalam
memberikan sinyal komunikasi melalui PLC.
 L3 adalah reaktor pentanahan yang berfungsi untuk meneruskan frekuensi 50 Hz,
 SA (surge arrester) atau arester surja adalah pelindung terhadap gelombang surja
petir.
 S adalah sakelar pentanahan (earthing switch), yang biasanya dipergunakan pada
kegiatan pemeliharaan

 Struktur Mekanikal
Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong berdirinya trafo tegangan yang
terdiri dari:
– Pondasi
– Struktur penopang CVT
– Isolator penyangga (porselen/polyester). tempat kedudukan kapasitor dan berfungsi
sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan tinggi.
 Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan arus lebih akibat
tegangan surja atau sambaran petir ke tanah.

Gambar 2.16 Konstruksi Trafo Tegangan Jenis Kapasitif

2.4.3 Current Transformator (PT)


2.4.3.1 Umum
Trafo Arus (Current Transformator - CT) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang
berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran
arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
Gambar 2.17 Trafo Arus

Untuk trafo yang dihubung singkat : I1.N1 = I2.N2


Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban:
E1 N 1
= =k
E2 N 2
Di mana :
K = perbandingan /rasio transformasi
N1 = Jumlah belitan primer
N2 = Jumlah belitan sekunder
E1 = Tegangan primer
E2 = Tegangan sekunder

Gambar 2.18 Rangkaian Ekivalen Trafo Arus

2.4.3.2 Fungsi Trafo Arus


Fungsi dari trafo arus adalah:
1. Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer menjadi
besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering dan proteksi
2. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai pengamanan
terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran.
3. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5 Amp
Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Trafo arus pengukuran
 Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah kerja
(daerah pengenalnya) 5% - 120% arus nominalnya tergantung dari kelasnya dan
tingkat kejenuhan yang relatif rendah dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
 Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter, VARh-meter,
dan cos meter.
2. Trafo arus proteksi
 Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi gangguan
dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus pengenalnya dan tingkat kejenuhan
cukup tinggi.
 Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai beban
lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
 Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik
saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 2.19).

Gambar 2.19 Kurva Kejenuhan untuk Pengukuran dan Proteksi

Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan trafo arus
proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil (Gambar
2.20)

Gambar 2.20 Luas Penampang Inti Trafo Arus

2.4.3.3 Jenis Trafo Arus


1. Tipe Konstruksi
 Tipe cincin (ring/window type)
 Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
 Tipe tangki minyak (oil tank type)
 Tipe trafo arus bushing
2. Tipe Pasangan.
 Pasangan dalam (indoor
 Pasangan luar (outdoor)
3. Konstruksi belitan primer
 Sisi primer batang (bar primary)
Gambar 2.21 Bar Primary
 Sisi tipe lilitan (wounding)

Gambar 2.22 Wound Primary

4. Konstruksi jenis inti


 Trafo arus dengan inti besi
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan pada arus yang
kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan pada arus
yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami saturasi.
 Trafo arus tanpa inti besi
Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis, transformasi dari
besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh jangkauan pengukuran,
contohnya adalah koil rogowski (coil rogowski)
5. Jenis isolasi
Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus terdiri dari:
 Trafo arus kering
Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya digunakan
pada pasangan dalam ruangan (indoor).
 Trafo arus cast resin
Trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan menengah, umumnya digunakan
pada pasangan dalam ruangan (indoor), misalnya trafo arus tipe cincin yang
digunakan pada kubikel penyulang 20 kV.
 Trafo arus isolasi minyak
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe
bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV dan 150
kV.
 Trafo arus isolasi SF6/compound
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya
digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe top-core.

6. Pemasangan
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
 Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh, isolasi
yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik internal
dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.

Gambar 2.23 Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan (outdoor)

 Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)


Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dari
pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari bahan resin.

Gambar 2.24 Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan (indoor)


2.4.3.4 Komponen Trafo Arus
 Tipe cincin (ring/window type) dan Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)

Gambar 2.25 CT Tipe Cincin

Gambar 2.26 Komponen CT Tipe Cincin

Keterangan Gambar:
1. Terminal utama (primary terminal)
2. Terminal sekunder (secondary terminal)
3. Kumparan sekunder (secondary winding)
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel penyulang
(tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin adalah Cast Resin.
 Tipe Tangki

Gambar 2.27 Komponen CT Tipe Tangki

Komponen Trafo arus tipe tangki


1. Bagian atas Trafo arus (transformator head)
2. Peredam perlawanan pemuaian minyak (oil resistant expansion bellows)
3. Terminal utama (primary terminal)
4. Penjepit (clamps)
5. Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil assembly with primary
winding and main insulation)
6. Inti dengan kumparan sekunder (core with secondary windings)
7. Tangki (tank)
8. Tempat terminal (terminal box)
9. Plat untuk pentanahan (earthing plate)
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi minyak banyak
digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar
ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus
penghantar tegangan 70 kV, 150 kV dan 500 kV.
2.4.4 Metering atau Alat Ukur
2.4.4.1 Tipe Alat Ukur
Secara umum alat ukur ada 2 type yaitu :
1. Absolute Instruments
Merupakan alat ukur standar yang sering digunakan di laboratorium-laboratorium dan
jarang dijumpai dalam pemakaian di pasaran lagi pula alat ini tidak memerlukan
pengkalibrasian dan digunakan sebagai standar.
2. Secondary Instruments
Merupakan alat ukur dimana harga yang ditunjukkan karena adanya penyimpangan dari
alat penunjuknya dan ternyata dalam penunjukan ada penyimpangan maka alat ini harus
lebih dulu disesuaikan/dikalibrasi dengan membandingkan dengan absolute instruments
atau alat ukur yang telah lebih dulu disesuaikan.
Alat ukur dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Alat ukur analog – jarum
b. Alat ukur digital – angka elektronik

2.4.4.2 Kesalahan-Kesalahan dalam Pengukuran


Didalam pengukuran listrik selalu dijumpai kesalahan-kesalahan hasil pengamatan.
Kesalahan tersebut dapat terjadi karena si pengamat maupun oleh keadaan sekitarnya (suhu)
atau dari alat ukur sendiri yang membuat kesalahan. Kesalahan dari konstruksi alat sendiri
besarnya ditentukan oleh pabrik. Sebelum dibahas tentang kesalahan ini, maka perlu
diketahui beberapa istilah yang dalam pengukuran listrik adalah sebagai berikut:
- Ketelitian (Accuracy) : angka yang menunjukkan pendekatan dengan harga yang
ditunjukkan sebenarnya dari pada besaran yang diukur
Contoh :
Sebuah amperemeter menunjukkan arus sebesar 10A sedangkan accuracy 1% maka
kesalahan pengukurannya adalah 1% X 10A = 0,1A sehingga harga sebenarnya dari hasil
pengukurannya adalah (10 + 0,1)A.
- Presisi : kemampuan dari alat ukur dalam pengukurannya. Bila dalam pengukurannya
kesalahannya kecil, maka presisinya tinggi, presisi ini memiliki hubungan dengan accuracy.
- Sensitivitas : kemampuan alat ukur dengan input yang kecil sudah didapat perubahan output
yang besar atau penyimpangan jarum penunjuk yang besar. Satuan sensitivitas: ohm/volt,
secara umum sensitivitas ini hanya terdapat pada alat ukur voltmeter dimana tahanan dalam
dari voltmeter tersebut besarnya adalah sensitivitas x dengan batas ukur voltmeter
- Error (kesalahan)
a. Relative Error : merupakan perbandingan antara besarnya kesalahan terhadap harga yang
sebenarnya. Bila harga pembacaan adalah M sedang harga sebenarnya adalah T maka
kesalahannya adalah [(M-T)/T]*100% yang dinyatakan dalam persentase, besar kecilnya
error menunjukkan presisi dari alat ukur.
b. Kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran.
- karena konstruksi yang besarnya ditentukan oleh pabrik atau berdasarkan kelas alat ukur
tersebut
- karena pembacaan jarum penunjuk, disebabkan karena jarum penunjuk kurang runcing,
bayangan jarum penunjuk (kesalahan paralax)
- karena letak alat ukur
- karena metode pengukuran
- karena temperatur
- karena ketidakpastian rangkaian
- karena kesalahan lain

2.4.4.3 Klasifikasi Alat Ukur


Menurut prinsip kerja dan konstruksi dari pada alat ukur listrik dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
- alat ukur kumparan putar magnet permanen (PMMC)
- alat ukur besi putar
- alat ukur elektro dinamis
- alat ukur elektro statis
- alat ukur induksi
- alat ukur berdasarkan efek panas

a. Alat ukur kumparan putar magnet permanen (PMMC)


Alat ukur ini konstruksinya terdiri dari sebuah kumparan (coil) yang dapat bergerak atau
berputar bebas yang ditempatkan dalam medan magnet permanen. Jarum penunjuk diletakkan
pada kumparan putarnya.

Gambar 2.28 Prinsip Kerja Alat Ukur Kumparan Putar

Bila kumparan dialiri arus searah maka kedua sisi kumparan yang berada dalam medan
magnet akan timbul gaya Lorentz yang arahnya sesuai dengan kaidah tangan kiri Fleming.
kedua gaya ini akan memberikan momen (kopel) sehingga kumparan akan berputar pada
sumbunya dan berhenti pada kedudukan kumparan sejajar dengan bidang netral magnetik.
b. Alat ukur besi putar (Moving Iron Instrument)
Konstruksi dari alat ukur ini terdiri dari kumparan tetap dan sepasang besi lunak mudah
mengalami demagnetisasi, besi lunak tersebut ditempatkan dalam ruang antara kumparan
tetap dimana besi lunak yang satu ditempatkan menempel dengan kumparan tetap sedang besi
lunak yang lain berhubungan dengan sumbu as dari jarum penunjuk sehingga dapat
berputar/bergerak bebas.

Gambar 2.29 Prinsip Kerja Alat Ukur Besi Putar


Cara kerja :
Bila ada arus yang mengalir pada kumparan maka ruangan tersebut akan ada medan magnet
yang mengakibatkan kedua besi lunak tersebut demagnetisasi dan bersifat sebagai magnet
permanen. Pasangan besi lunak tersebut mempunyai sepasang kutub yang sama sehingga
kutub-kutub y ang sejenis akan tolak menolak dan besarnya penyimpangan tergantung dari
besarnya arus yang lewat pada kumparan.

c. Alat ukur elektrodinamis


Konstruksi terdiri dari kumparan putar dan kumparan tetap, medan magnet dibangkitkan oleh
kumparan tetap yang mempunyai bagian dua gulungan yang dipasang pararel satu sama lain
sedang rangkaian elektrisnya dari kedua kumparan tersebut terhubung seri atau pararel.

Gambar 2.30 Prinsip Kerja Alat Ukur Elektrodinamis


Cara kerja :
Prinsip kerjanya sama dengan PMMC hanya saja medan magnet terjadi dibangkitkan oleh
kumparan tetap.

d. Alat ukur elektrostatis


Alat ukur ini bekerja atas dasar gaya elektrostatis sebagai akibat interaksi antara dua
elektroda yang mempunyai beda potensial.

Gambar 2.31 Prinsip Kerja Alat Ukur Elektrostatis


Cara kerja :
Bila tegangan yang akan diukur ditempatkan diantara elektroda tetap dan elektroda berputar
maka pada elektroda putar akan mendapatkan momen putar yang sebanding dengan V2
elektroda ini dibuat sedemikian sehingga didapatkan skala rata. Momen yang menyebabkan
elektroda putar bergerak didapat dari medan elektrostatis yang terjadi diantara kedua keping
elektroda yang bertindak sebagai kondensator. Alat ukur ini untuk mengukur tegangan yang
tinggi

e. Alat ukur induksi


Alat ukur ini terdiri dari piringan logam yang dapat berputar pada porosnya dan dua buah
kumparan tetap.

Gambar 2.31 Prinsip Kerja Alat Ukur Induksi


Cara kerja :
Bila kumparan induksi dilalui arus maka akan timbul medan magnet bolak-balik sehingga
menimbulkan arus putar pada piringan logam dan akan membangkitkan pula medan magnet
sehingga interkasi kedua medan magnet ini akan menimbulkan momen putar/gerak pada
piringan logam.

2.4.4.4 Amperemeter

Gambar 2.32 Amperemeter

Ampere meter sering juga disebut ammeter, adalah perangkat yang digunakan untuk
mengukur arus. Semua alat ukur memiliki tahanan sehingga Ammeter sering juga
digambarkan sebagai sebuah resistor. Agar lebih mudah dimengerti, pembahasan rangkaian
ammeter akan digunakan rangkaian DC. Ammeter pada pengukuran suatu rangkaian perlu
diletakkan seri terhadap arus yang ingin diukur. Hal ini disebabkan arus tidak akan berubah
bila melalui rangkain seri, dan akan terbagi bila melewati rangkain yang disusun pararel.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah yang menggambarkan peletakkan ammeter
pada suatu rangkaian.
Gambar 2.33 Peletakan Amperemeter dalam Rangkaian
2.4.4.4.1 Pengaruh Ammeter pada rangkaian
Walaupun arus pada rangkaian seri tidak berubah, akan tetapi peletakkan ammeter pada suatu
rangkaian tersebut akan mempengaruhi pengukuran. Hal ini dikarenakan ammeter memiliki
tahanan internal sehingga akan menambah besaran tahanan total pada rangkaian tersebut
sehingga akan merubah besar arus yang tadinya hanya mengalir ke tahanan pada rangkaian
awal.
Agar ammeter tidak mempengaruhi pengukuran maka diperlukan tahanan internal yang kecil
sehingga R1 + R2 = R2.Semakin kecil resistansi dari ammeter maka semakin kecil error
perhitungan. Kecilnya resistansi juga mempengaruhi sensitivitas alat ukur. Sensitivitas
ammeter adalah jumlah arus yang diperlukan agar terjadi defleksi maksimal pada alat ukur.
Semakin kecil jumlah arus, semakin tinggi sensitivitasnya.

2.4.4.4.2 Keselamatan Penggunaan


1. Untuk menghindari kerusakan alat dan cedera pada pengguna ammeter maka ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran dengan ammeter:
2. Ammeter harus selalu dihubungkan secara seri dengan rangkaianyang diuji
3. Selalu mulai dengan kisaran tertinggi sebuah ammeter
4. Putuskan dahulu listrik dari sirkuit sebelum menghubungkan dan memutuskan
5. hubungan ammeter
6. Di amperemeter dc, amati polaritas sirkuit yang tepat untukmencegah meter tidak
7. rusak
8. Jangan pernah menggunakan ammeter dc untuk menukur arus ac

2.4.4.5 Voltmeter

Gambar 2.34 Voltmeter


Selain mengukur arus, besaran listrik lain yang paling sering diukur adalah voltase. Alat ukur
voltase disebut voltmeter. Agar lebih mudah dimengerti, pembahasan rangkaian voltmeter
akan digunakan rangkaian DC. Voltmeter pada pengukuran suatu rangkaian perlu diletakkan
paralel terhadap beban yang ingin diukur voltasenya. Hal ini disebabkan voltase akan sama
pada setiap rangkaian pararel, dan akan berubah dan terbagi pada setiap beban yang dipasang
seri.

2.4.4.5.1 Pengaruh Terhadap Rangkaian


Efek pemasangan voltmeter terhadap rangkaian disebut juga loading effect. Efek ini dapat
diartikan sebagai pengaruh pemasangan voltmeter yang akan merubah besaran voltase yang
ingin diukur karena voltmeter juga terukur sebagai beban.

2.4.4.5.1 Keselamatan Penggunaan


1. Voltmeter harus selalu dihubungkan secara pararel dengan rangkaian yang diuji
2. Selalu mulai dengan kisaran tertinggi sebuah ammeter
3. Putuskan dahulu listrik dari sirkuit sebelum menghubungkan dan memutuskan hubungan
ammeter
4. Di amperemeter dc, amati polaritas sirkuit yang tepat untukmencegah meter tidak rusak
5. Jangan pernah menggunakan voltmeter dc untuk menukur arus ac

2.4.4.6 Wattmeter

Gambar 2.35 Wattmeter


Wattmeter pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua alat ukur yaitu Amperemeter
dan Voltmeter, untuk itu pada Wattmeter terdiri dari kumparan arus (kumparan tetap) dan
kumparan tegangan (kumparan putar), sehingga pemasangannya juga sama yaitu kumparan
arus dipasang seri dengan beban dan kumparan tegangan dipasang paralel dengan sumber
tegangan.
Wattmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur daya listrik secara
langsung. Wattmeter dapat digunakan untuk pengukuran pada arus searah maupun arus bolak
balik. Terdapat beberapa jenis Wattmeter yaitu diantaranya wattmeter elektrodinamis
wattmeter Induksi, wattmeter elektrostatis, wattmeter digital dan sebagainya. Paling banyak
digunakan adalah Wattmeter elekrodinamis.

2.4.4.6.1 FUNGSI ALAT WATTMETER


Fungsi wattmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur daya listrik
secara langsung. Wattmeter dapat digunakan untuk pengukuran pada arus searah (DC)
maupun arus bolak balik (AC).

2.4.4.6.2 PRINSIP KERJA WATTMETER

Wattmeter bekerja berdasarkan prinsip kerja gaya lorentz. Gaya dimana gerak partikel akan
menyimpang searah dengan gaya lorentz yang mempengaruhi. Arah gaya lorentz pada
muatan yang bergerak dapat juga ditentukan dengan kaidah tangan kanan dari gaya lorentz
(F) akibat dari arus listrik, I dalam suatu medan magnet B. Ibu jari menunjukkan arah arus
listrik (I). Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet (B). Jari tengah menunjukkan arah
gaya lorentz. Untuk muatan positif arah gerak searah dengan arah arus, sedangkan untuk
muatan negatif arah gerak berlawanan dengan arah arus.

2.4.4.7 Frekuensi Meter

Gambar 2.36 Frekuensi Meter


Frekuensi meter yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur frekuensi
sinyal/gelombang listrik. Frekuensi yang diukur merupakan frekuensi tunggal dan digunakan
untuk memonitoring perubahan frekuensi listrik dari PLN. Pengertian frekuensi sendiri yaitu
banyak/jumlah gelombang dalam satu detik (satuan : Hz). Dari dua hal tersebut sebenarnya
dapat kita tarik kesimpulan tentang cara pengukuran frekuensi. Pertama, hitung jumlah
gelombang dalam selang waktu satu detik. Atau, yang kedua hitung berapa lama perioda satu
gelombang, lalu buat korelasinya jika selang waktu satu detik kira-kira akan ada berapa
gelombang jika periodanya x .
2.4.4.7.1 PRINSIP KERJA FREKUENSI METER

Frekuensi meter digunakan untuk mengetahui frekuensi atau gelombang sinusoidal arus
bolak-balik yang merupakan jumlah siklus gelombang sinusoidal tersebut perdetiknya
(cycle / second)

Gambar 2.37 Cara Penyambungan Frekuensi Meter

Prinsip kerja Frekuensi meter adalah Sinyal yang akan diukur frekuensinya diubah menjadi
barisan pulsa, satu pulsa untuk setiap siklus sinyal. Kemudian jumlah pulsa yang terdapat
pada interval waktu tertentu dihitung dengan counter elektronik. Karena pulsa ini dari siklus
sinyal yang tidak diketahui, jumlah pulsa pada counter merupakan frekuensi sinyal yang
diukur. Karena counter elektronik ini sangat cepat, maka sinyal dari frekuensi tinggi dapat
diketahui.Ketika gelombang suara masuk ke mikrofon kondensor, Dalam mic ini terdapat
kapasitor yang terdiri dari dua keping plat atau piringan yang keduanya mempunyai voltage
atau tegangan. Salah satu dari plat tersebut terbuat dari materi yang sangat ringan yang
bertindak sebagai diafragma dan sensitif dengan gelombang suara. Diafragma tersebut akan
bergetar jika ada gelombag suara yang datang.

Fungsinya adalah dengan merubah jarak antara dua plat tersebut maka akan merubah
kapasitinya, jadi disaat plat bergetar maka hal yang terjadi adalah mula-mula plat akan
berdekatan yang mengakibatkan kapasitas akan meningkat dan merubah voltasi muatan arus,
kemudian sebaliknya plat akan menjauh yang mengakibatkan kapasitasnya menurun yang
mengakibatkan voltasi juga berubah. Maka fungsi dari kondensor ini adalah merubah energi
akustik menjadi energi listrik.

Sinyal analog merupakan sinyal kontinu dan perlu diubahnya menjadi sebuah sinyal digital.
Untuk itu perlu untuk menentukan saat/waktu dimana sebuah nilai digital yang baru diambil
dari sebuah sinyal analog. Saat dari pengambilan nilai baru ini disebut dengan sampling.
Karena secara praktis ADC tidak dapat membuat sebuah pengkonversian yang terus
menerus, nilai masukan harus ditahan tetap selama waktu tertentu yaitu pada saat converter
melakukan sebuah pengkonversian (atau disebut waktu konversi). Sebuah rangkaian masukan
yang disebut rangkaian sample and hold melakukan tugasnya (kebanyakan menggunakan
kapasitor untuk menyimpan tegangan analog pada masukan dan menggunakan sebuah sakelar
elektrik atau gate untuk memutuskan kapasitor dari masukan). Kebanyakan rangkaian ADC
sudah terintegrasi dengan subsistem sample and hold secara internal yang disebut quantisasi.
Setelah itu menggunakan encoder untuk proses pemogramanya.

2.4.4.8 kVAR Meter

Gambar 2.38 kVAR Meter


KVAr meter (meter energi reaktif) adalah instrument ukur listrik integrasi yang mengukur
energi reaktif dalam satuan VAR/jam atau kelipatannya yang sesuai. Untuk mengetahui
energi yang tidak terpakai (energi reaktif) digunakan kVArh- meter sebagai alat ukur. KVArh
- meter biasanya digunakan pada perusahaan besar yang menggunakan energi listrik yang
besar untuk menjalankan mesin dan alat-alat produksi yang lain karena mesin yang
menggerakkan pabrik biasanya mempunyai cos φ yang sangat jelek. kVArh - meter dapat
bekerja apabila faktor daya (cosφ) kurang dari 0.85.

2.4.4.9 Cos-Phi Meter

Gambar 2.39 Cos-Phi Meter


Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya factor kerja (power factor) yang merupakan
beda fase antara tegangan dan arus. Cara penyambungannya seperti pemasangan kwh 3
phasa. Cosφ meter banyak digunakan dan terpasang pada :
1. Panel pengukuran mesin pembangkit
2. Panel gardu hubung, gardu induk
3. Alat pengujian, alat penerangan, dll.

Dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis daya, yaitu daya aktif atau real power (P), daya
reaktif atau reactive power (Q), dan daya nyata atau apparent power (S). Daya aktif adalah
daya yang termanfaatkan oleh konsumen, dapat dikonversi ke pekerjaan yang bermanfaat
(pekerjaan yang sebenarnya), bisa berubah menjadi energi gerak pada motor, bisa menjadi
panas pada heater, ataupun dapat diubah ke bentuk energi nyata lainnya. Perlu diingat bahwa
daya ini memiliki satuan watt (W) atau kilowatt (kW). Sedangkan daya reaktif adalah daya
yang digunakan untuk membangkitkan medan / daya magnetik. Daya ini memiliki satuan volt
– ampere – reaktif (VAR) atau kilovar (kVAR). Daya reaktif sering juga dijelaskan dengan
daya yang timbul akibat penggunaan beban yang bersifat induktif atau kapasitif. Contoh
beban yang bersifat induktif (menyerap daya reaktif) adalah transformer, lampu TL, dan
belitan. Pada konsumen level industri, beban induktif yang paling banyak digunakan adalah
motor listrik atau pompa listrik. Sedangkan contoh beban kapasitif (mengeluarkan daya
reaktif) adalah kapasitor.

2.5 Sistem Rel


Busbar adalah susunan konduktor yang biasanya berupa pelat tembaga atau aluminium yang
digunakan dalam sebuah panel kelistrikan untuk mendistribusikan atau menghantarkan energi
listrik. Bentuk busbar umumnya memiliki bentuk seperti pelat atau penampang tembaga
persegi panjang juga berbentuk tabung dengan ukuran yang cukup tebal untuk bisa
menghantarkan arus yang sangat besar.
Ada beberapa jenis pengaturan busbar yang bergantung kepada faktor kebutuhan instalasi,
tegangan sistem power listrik. Berikut ini merupakan faktor wajib yang harus
dipertimbangkan dalam instalasi busbar:
1. Pengaturan busbar harus dibuat sederhana dan tentunya mudah dalam pemeliharaan
2. Harus diperhatikan kebutuhan akan ekspresi daya ke depannya
3. Instalasi dibuat se ekonomis mungkin dengan tetap memperhatikan kapasitas dari
panel power gardu listrik
4. Terdapat alternatif pengaturan sebagai antisipasi terjadinya pemadaman
5. Harus diperhatikan maksimum kapasitas arus yang akan dilewati
Alasan menggunakan busbar adalah untuk mempermudah instalasi maupun perubahan,
sebenarnya bisa juga menggunakan kabel dengan ukuran besarnamun tentunya akan sangat
merepotkan untuk digunakan dalam panel karena kabel memiliki lapisan isolator yang cukup
tebal. Selain itu plat busbar juga lebih efektif dalam mengantisipasi panas berlebih karena
arus yang dilewati cukup besar.
Bisa dibayangkan jika ternyata dibutuhkan power listrik baru sedangkan dalam panel listrik
menggunakan instalasi kabel seluruhnya, tentunya akan sangat menyulitkan. Jika
menggunakan busbar maka hanya tinggal menghubungkan dengan terminal yang sudah
disediakan biasanya berupa skrup logam.
Busbar memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar arus busbar lebih
besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka disarankan untuk memakai busbar.
Pemakaian busbar ini untuk mempermudah pemasangan sambungan komponen-komponen
lainnya pada panel. Apabila arus 250 A ke atas dan menggunakan kabel maka
pemasangannya akan lebih sulit untuk sambungan ke penghantar lainnya. Hal ini dikarenakan
pada busbar pada tiap bagian penampangnya terdapat lubang-lubang yang dapat dijadikan
tempat penghubung dengan penghantar lainnya
Berdasarkan standar pada PUIL. maka dalam penggimaan busbar untuk tiap fasanya diberi
warna yang berbeda:
a. merah untuk fasa R
b. kuning untuk fasa S
c. hitam untuk fasa T
d. biru untuk fasa N
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, dan peralatan listrik
lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik. Ada pula yang
mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur transmisi, sumber
generasi, dan beban distribusi bertemu. Busbar adalah bentuk besarnya dari isi kabel
(tembaga). Fungsinya tetap sama, yaitu menghantarkan listrik. Perbedaan busbar dan kabel
hanya di bagian pelindungnya atau isolator. Jika busbar ‘telanjang’, sedangkan kabel ada
‘baju’nya. Namun, karena kabel sangat merepotkan untuk di dalam panel, maka digunakanlah
busbar. Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya karena busbar telanjang, dan
siapapun yang memegangnya saat ada aliran listrik, dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan tempat-tempat yang bisa
dilihat manusia, digunakan busbar yang memakai baju atau disebut kabel.

Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus yang mengalir
pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standar yang berlaku pada pabrik pembuatnya.
Arus listrik nominal yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan rumus
S
I Nominal =
√ 3. V
Maka busbarnya menjadi:
I Busbar =1,5× I Nominal
Tabel 2.1 Pembebanan Penghantar Untuk Alumunium Penampang Persegi Arus Bolak-Balik

Tabel 2.2 Pembebanan Penghantar Untuk Tembaga Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
Pemilihan sistem hubungan rangkaian
1. Tingkat keluwesan dari keperluan operasi
2. Tingkat kemungkinan tidak terjadi pemadaman pada gardu distribusi
3. Relatif kepentingan daerah tersebut (industri, bisnis, pemukiman)
4. Tinjauan ekonomis

Berdasarkan konstruksi relnya, busbar dapat dikelompokkan menjadi :


1. Single Bus Rel Tunggal
a) Rel Tunggal Standard
b) Rel Tunggal dengan Pemisah bagian (section)
c) Rel Tunggal dengan Pemutus bagian (section)
2. Rel Ganda
a) Rel ganda standard
b) Rel ganda duplicat
c) Rel ganda 1 ½ CB
d) Rel ganda 2 CB
3. Rel Tertutup/Loop

1. Single Bus Rel Tunggal


Sistem ini dipakai untuk gardu distribusi yang hanya mempunyai sedikit saluran keluar dan
tidak memerlukan pindah-hubungan sistim tenaga. Semua perlengkapan peralatan listrik
dihubungkan hanya pada satu / single busbar pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah
gardu induk diujung atau akhir dari suatu transmisi. Namun, jika terjadi gangguan pada ril,
isolator pada sisi ril, pemutus beban dan peralatan diantaranya, maka pelayanan aliran tenaga
listrik akan terputus sama sekali.
Kelebihan:
a) Biaya investasi awal rendah dan lebih sederhana
b) Tidak memakan banyak tempat
c) Rangkaian kontrol yang mudah
Kekurangan:
a) Rawan terhadap gangguan
b) Tingkat kehandalan rendah
c) Daya terbatas

a) Rel Tunggal Standard

Gambar 2.40 Rel Tunggal Standard


b) Rel Tunggal dengan pemisah bagian (section)

Gambar 2.41 Rel Tunggal dengan pemisah bagian

c) Rel Tunggal dengan pemutus bagian (section)

Gambar 2.42 Rel Tunggal dengan pemutus bagian

2. Rel Ganda
Sistem ini sangat umum, hampir semua gardu distribusi menggunakan sistem ini karena
sangat efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan. Busbar
ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak lazim dipakai.
Sistim ini memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan ruang
dibandingkan dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi sistim tenaga
menjadi lebih mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak bekerjanya
transformator atau saluran transmisi.
Kelebihan:
a) Kontinuitas pasok listrik terjamin dan lebih handal
Kekurangan:
a) Biaya investasi lebih mahal
b) Rangkaian kontrol pengaman lebih kompleks
a) Rel ganda standard

Gambar 2.43 Rel ganda standard

b) Rel ganda duplicat

Gambar 2.44 Rel ganda duplikat


c) Rel ganda 1 ½ CB

Gambar 2.45 Rel ganda 1 ½ CB

d) Rel ganda 2 CB

Gambar 2.46 Rel ganda 2 CB


3. Rel Tertutup/Loop
Pada sistem ini busbar saling tersambung satu sama lain dan membentuk lingkaran (loop).
Pada setiap titik beban (trafo) menggunakan 2 PMT (CB) seperti terlihat pada gambar
berikut.

Gambar 2.47 Rel tertutup/loop

2.6 Perbaikan Power Faktor

Gambar 2.48 Kapasitor Bank


Besarnya pemakaian energi listrik dipengaruhi oleh jenis beban yang dipakai. Beban
memiliki sifat resistif, induktif, dan kapasitif. Sifat ini akan memiliki dampak pada sistem
kelistrikan yaitu faktor daya. Semakin besar faktor daya (daya aktif besar) maka sistem listrik
tersebut akan semakin bagus dan sebaliknya. Oleh karena itu ketika sistem memiliki faktor
daya yang rendah (daya reaktif besar) maka PLN akan memberikan beban tarif tersendiri,
sehingga dibutuhkan perbaikan faktor daya dengan menggunakan kapasitor.
Daya reaktif ini merupakan daya tidak berguna sehingga tidak dapat dirubah menjadi tenaga
akan tetapi diperlukan untuk proses transmisi energi listrik pada beban. Jadi yang
menyebabkan
pemborosan energi listrik adalah banyaknya peralatan yang bersifat induktif. Berarti dalam
penggunaan energi listrik pelanggan tidak hanya dibebani oleh daya aktif (kW) saja tetapi
juga daya reaktif (kVAR). Penjumlahan kedua daya itu akan menghasilkan daya nyata yang
merupakan daya yang disuplay oleh PLN.
Seperti kita ketahui bahwa harga cos Ө adalah mulai dari 0 s/d 1. Berarti kondisi terbaik yaitu
pada saat harga P (kW) maksimum [P (kW)=S (kVA)] atau harga cos Ө = 1 dan ini disebut
juga cos Ө yang terbaik. Namun dalam kenyataan harga cos Ө yang ditentukan oleh PLN
sebagai pihak yang mensuplay daya adalah sebesar 0,8. Jadi untuk harga cos Ө < 0,8 berarti
pf dikatakan jelek. Jika pf pelanggan jelek (rendah) tentu kapasitas daya aktif (kW) yang
dapat digunkan pelanggan akan berkurang. Kapasitas itu akan terus menurun seiring dengan
semakin menurunnya pf sistem kelistrikan pelanggan. Akibat menurunnya pf maka akan
muncul beberapa persoalan sbb:
a. Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi-rugi.
b. Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR.
c. Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan.
Untuk memperbesar harga cos Ө yang rendah hal yang mudah dilakukan adalah memperkecil
sudut Ө sehingga cos Ө mendekati 1. Sedangkan untuk memperkecil sudut Ө itu hal yang
mungkin dilakukan adalah memperkecil komponen daya reaktif (kVAR). Berarti komponen
daya reaktif yang ada bersifat induktif harus dikurangi dan pengurangan itu bisa dilakukan
dengan menambah suatu sumber daya reaktif yaitu berupa kapasitor. Proses pengurangan bisa
terjadi karena kedua beban (induktor dan kapasitor) arahnya berlawanan akibat daya reaktif
menjadi kecil. Bila daya reaktif menjadi kecil sementara daya aktif tetap maka harga pf
menjadi besar. Akibatnya daya nyata (kVA) menjadi kecil sehingga rekening listrik menjadi
berkurang. Sedangkan keuntungan lain dengan mengecilnya daya reaktif adalah:
-Mengurangi rugi-rugi daya pada sistem.
-Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.

A. Segitiga Daya
Segitiga daya digambarkan pada Gambar 1. Untuk beberapa beban yang dihubungkan
pararel, P total adalah jumlah daya rata-rata dari semua beban, yang harus digambarkan pada
sumbu mendatar untuk analisis grafis. Untuk beban induktif, Q digambarkan vertikal ke atas
karena bertanda positif. Suatu beban kapasitif akan mempunyai daya reaktif negatif, dan Q
digambarkan vertikal ke bawah

Gambar 2.49 Segitiga Daya


Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (kW) P dengan daya total (kVA) S, atau
cosinus sudut antara daya aktif dan total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut
ini dan sebagai hasil faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil
atau sama dengan satu. Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusaan
listrik memiliki faktor daya satu, daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas
sistem pendistribusian Sebagian besar peralatan memerlukan dua komponen arus.
Kedua komponen arus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Arus yang menghasilkan daya kerja adalah arus yang dikonversikan oleh peralatan menjadi
kerja, umumnya dalam bentuk panas, cahaya dan daya mekanik. Satuan daya kerja yang
dihasilkan adalah watt.
2. Arus magnetisasi, adalah arus yang diperlukan untuk menghasilkan fluks untuk
pengoperasian peralatan elektromagnetik. Tanpa arus magnetik, energi tidak mengalir
melalui transformator atau menebus 2 celah udara pada motor induksi. Daya reaktif yang
dihasilkan diukur dalam satuan VAR

B. Kapasitor Bank untuk Koreksi Faktor Daya


Perbaikan fakor daya dapat diartikan sebagai usaha untuk membuat fakor daya/cos φ
mendekati 1. Faktor daya yang sering muncul adalah langging, akibat pemakaian beban
induktif (motor/trafo) Perbaikan dilakukan dengan memasang kapasitor pada masing-masing
beban atau secara tersentralisir melalui kapasitor bank.
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki pf penempatannnya
ada dua cara :
1. Metode terpusat. Kapasitor ditempatkan pada :
a. Sisi primer dan sekunder transformator
b. Pada bus pusat pengontrol
2. Metode tersebar. Kapasitor ditempatkan pada:
a. Feeder kecil
b. Pada rangkaian cabang
c. Langsung pada beban
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperbesar pf dipasang pararel beban atau jaringan.
Bila rangkaian itu diberi tegangan maka ekeltron akan mengalir masuk ke kapasitor. Pada
saat kapasitor penuh dengan muatan electron maka tegangan akan berubah. Kemudian
electron akan keluar dari kapasitor dan mengalir ke dalam rangkaian yang memerlukannya
dengan demikian pada saat itu kapasitor membangkitkan daya reaktif. Salah satu fungsi dari
kapasitor bank adalah untuk koreksi faktor daya. Secara sederhana kapasitor terdiri dari dua
buah plat logam yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik dan kapasitor ini mempunyai
sifat menyimpan muatan listrik. Pada beberapa tahun lalu kebanyakan kapasitor tersebut dari
dua buah plat alumunium murni yang dipisahkan oleh tiga atau lebih lapasisan kertas yang
dilapisi oleh bahan kimia. Kapasitor daya telah mengalami perkembangan yang begitu cepat
selama 30 tahun terakhir. Karena bahan dielektrik yang digunakan lebih effisien serta
teknologi pembuatan kapasitor lebih lebih baik.
Secara teoritis sistem dengan pf yang rendah tentunya akan menyebabkan arus yang
dibutuhkan dari pensuplai menjadi lebih besar. Hal ini akan menyebabkan rugi – rugi daya
(daya reaktif ) dan jatuh tegangan menjadi besar. Dengan demikian denda yang harus dibayar
karena pemakaian daya reaktif meningkat menjadi besar. Denda atau biaya kelebihan daya
reaktif dikenakan apabila jumalh pemakaian kVARH yang tercatat dalam sebulan lebih tinggi
dari 0.62 jumlah kWH pada bulan yang bersangkutan sehingga pf rata-rata kurang dari
0.85. Keuntungan perbaikan faktor daya melalui pemasangan kapasitor adalah :
Bagi perusahaan :
1. Diperlukan hanya sekali investasi utnuk pembeli dan pemasangan kapsitor dantidak
ada biaya
2. pemasangan terus menerus
3. Mengurangi biaya listrik bagi perusaan sebab
a. reaktif (kVAR) tidak dipasok oleh PLN sehingga kebutuhan total (kVA)
berkurang dan
b. Nilai denda yang dibayar jika beroperasi pada factor daya rendah dapat
dihindari
4. Mengurangi kehilangan distribusi (kWh) dalam jaringan pabrik
5. Tingkat tegangan pada beban akhir meningkat sehingga meningkatkan kinerja motor.
Bagi PLN
1. Komponen reaktif pada jaringan dan arus total pada sistem ujung akhir berkurang
2. Kehilangan daya I2R dalam system berkurang karena penurunan arus
3. Kemampuan kapasitas jaringan distribusi listrik meningkat, menggurangi kebutuhan
untuk memasang

2.7 Emergency Power Supply


Emergency power supply adalah supply tenaga listrik yang diberikan kepada beban pada saat
aliran listrik dari PLN terputus atau gangguan. Biasanya tenaga listrik itu disupply oleh
genset dan UPS. Adapun beban yang disuplai oleh keduanya adalah beban yang vital. Artinya
tidak boleh padam meski hanya sepersekian detik

2.7.1 Uninterruptable Power Supply (UPS)

Gambar 2.50 UPS


UPS adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk memberi daya sementara ketika daya
utama dari jaringan padam,daya sementara ini bersumber dari daya DC yang disimpan pada
baterai charger. UPS pada umumnya dihubungkan dengan beban‐beban kritikal load sehingga
ketika suplai daya dari jaringan terganggu beban‐beban kritikal load ini tetap mendapat
pasokan daya dari UPS, UPS juga menghasilkan keluaran tegangan yang berkualitas karna
dapat meminimalisir noise tegangan, distorsi tegangan, sag tegangan dan swell tegangan.
UPS umumnya dilengkapi dengan peralatan interface untuk komunikasi dengan
computer,biasanya dengan system window 95,98, unix, linux maupun window NT4/2000
dimana interface ini untuk mengirimkan informasi jika jaringan utama kehilangan daya dan
batterai charger habis.
Bagian‐bagian utama UPS yaitu:
1. Rectifier(charger)
2. Inverter
3. Transfer Switch

1.Rectifier (charger)
Rectifier ini berfungsi sebagai converter tegangan bolak‐balik (AC) ke tegangan searah (DC)
sehingga disebut juga dengan penyearah. Selanjutnya daya DC ini diteruskan ke
Inverter.Selain untuk penyearah alat ini juga berfungsi mengisi muatan batterai (mencharger
batterai).Pada umumnya charger harus punya kemampuan mengalirkan daya output sebesar
125‐130%, pengisian arus batterai sebesar 80% dari rating keluaran arus batterai beban penuh
dan dihindari mengisi muatan batterai melebihi batas kemampuan arusnya karna dapat
mempercepat usangnya batterai. Rectifier yang bayak digunakan untuk pembangkit listrik
adalah penyearah gelombang penuh terkendali (Full Wave Controlled Rectifier) jenis SCR
(Silicon Controlled Rectifier) yang dapat menjaga tegangan output konstan dengan mengatur
besar sudut penyalaannya. Rectifier biasanya dilengkapi dengan gabungan inductor dan
capasitor untuk mengurangi ripple tegangan serta menjaga kerataan amplitude gelombang
keluarannya, selain itu juga dilengkapi dengan diode dropper untuk menjaga tegangan yang
masuk ke inverter tetap konstan walau ada penurunan atau penaikan output tegangan rectifier
pada waktu mengisi batterai.
Proses pengisian batterai umumnya ada 3 yakni :
1. Floating
2. Equalizing
3. Boosting
Waktu menghidupkan UPS ,batterai dicharge secara Equalizing, setelah beberapa saat
menjadi floating, boosting ketika UPS tidak terhubung dengan beban. Batterai yang
umumnya digunakan untuk pembangkit ada dua yaitu lead acid dan nickel cadmium, batterai
umumnya dilengkapi dengan LVD(Low Voltage Disconnected) yang berfungsi untuk
memutus batterai jika tegangan keluarannya terlalu rendah secara automatis Umumnya
charger akan trip jika salah satu phasa mati dan tegangan keluaran lebih besar dari yang
dikehendaki.

2.Inverter
Inverter merupakan converter sumber potensial DC ke AC. Tegangan keluaran dari inverter
ini yang akan dihubungkan dengan beban‐beban kritikal load. Tegangan yang keluar dari
inverter dijaga kestabilan amplitude, frekuensi, distorsi yang rendah dan tidak ada transient.
Kualitas tegangan UPS diukur dari keluaran tegangan inverter ini.
3.Saklar Pemindahan(Transfer Switch)
Saklar pemindahan ini untuk memilih sumber daya yang tersedia antara system bypass
dengan system utama UPS. Sistem bypass bekerja jika ada kondisi tidak normal pada elemen
UPS. Dalam kondisi normal saklar pemindahan ini terhubung dengan terminal system utama
UPS , jika kondisi UPS tidak normal saklar pemisah ini otomatis berpindah keterminal
bypass.
Saklar pemindahan yang cenderung digunakan yakni:
1. Saklar statis
2. Saklar elektromekanikal
Saklar statis terbuat dari bahan semikonduktor waktu pemindahannya (3‐4) ms Saklar
elektromekanikal waktu pemindahannya (50‐100) ms Untuk pembangkit listrik ,saklar statis
lebih dominan digunakan seperti SCR.

2.7.2 Generator Set

Gambar 2.50 Generator Set (Genset)


Genset merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Genset atau sistem generator penyaluran adalah suatu generator listrik yang terdiri dari panel,
berenergi solar dan terdapat kincir angin yang ditempatkan pada suatu tempat. Genset dapat
digunakan sebagai sistem cadangan listrik atau "off-grid" (sumber daya yang tergantung atas
kebutuhan pemakai). Genset sering digunakan oleh rumah sakit dan industri yang
mempercayakan sumber daya yang mantap, seperti halnya area pedesaan yang tidak ada
akses untuk secara komersial menghasilkan listrik. Generator terpasang satu poros dengan
motor diesel, yang biasanya menggunakan generator sinkron (alternator) pada pembangkitan.
Generator sinkron terdiri dari dua bagian utama yaitu: sistem medan magnet dan jangkar.
Generator ini kapasitasnya besar, medan magnetnya berputar karena terletak pada rotor.
2.8 Instalasi Gardu
Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi
atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM),
Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR)
untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan
Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). Konstruksi Gardu
distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan
penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan Pemda setempat.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
a) Jenis pemasangannya :
1. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
2. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
b) Jenis Konstruksinya :
1. Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
2. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
3. Gardu Kios
c) Jenis Penggunaannya :
1. Gardu Pelanggan Umum
2. Gardu Pelanggan Khusus
Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan manuver
pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi/tidak dilengkapi
RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply
dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo distribusi untuk umum yang diletakkan
dalam satu kesatuan.
1. Gardu Pasangan Luar
Menggunakan Tiang : beton, besi, kayu
a. Gardu Portal
Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T section dengan
peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat
transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan Lightning
Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja
petir.
Gambar 2.51 Gardu Portal

Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran terbuka (open-loop), seperti pada sistem
distribusi dengan saluran kabel bawah tanah, konfigurasi peralatan adalah π section dimana
transformator distribusi dapat di catu dari arah berbeda yaitu posisi Incoming – Outgoing
atau dapat sebaliknya.

Gambar 2.52 Bagan satu garis konfigurasi π section Gardu Portal

Guna mengatasi faktor keterbatasan ruang pada Gardu Portal, maka digunakan konfigurasi
switching/proteksi yang sudah terakit ringkas sebagai RMU (Ring Main Unit). Peralatan
switching incoming-outgoing berupa Pemutus Beban atau LBS (Load Break Switch) atau
Pemutus Beban Otomatis (PBO) atau CB (Circuit Breaker) yang bekerja secara manual (atau
digerakkan dengan remote control).
Fault Indicator (dalam hal ini PMFD : Pole Mounted Fault Detector) perlu dipasang pada
section jaringan dan percabangan untuk memudahkan pencarian titik gangguan, sehingga
jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat dipulihkan lebih cepat.
b. Gardu Cantol

Gambar 2.53 Gardu Cantol


Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah transformator dengan
daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely
Self Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang
lengkap dalam tangki transformator. Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA
(Lightning Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-
TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type
NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian
Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.

2. Gardu Pasangan Dalam


a. Gardu Beton

Gambar 2.54 Gardu Beton


Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi,
terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan
konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building). Konstruksi ini dimaksudkan
untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.

b. Gardu Kios
Gambar 2.55 Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja, fiberglass atau
kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi.
Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat.

Gambar 2.56 Gardu Kios Bertingkat

Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan membangun Gardu Beton.
Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang terbatas.
Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Tegangan Rendah. Khusus untuk
Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di
pabrik, sehingga dapat langsung di angkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi
yang sudah ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.

3. Gardu Pelanggan Umum


Umumnya konfigurasi peralatan Gardu Pelanggan Umum adalah π section, sama halnya
seperti dengan Gardu Tiang yang dicatu dari SKTM.
Gambar 2.57 Bagan satu garis Konfigurasi π section Gardu Pelanggan Umum

Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan, dapat saja
konfigurasi gardu berupa T section dengan catu daya disuplai PHB-TM gardu terdekat yang
sering disebut dengan Gardu Antena. Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih dari
Gardu Pelanggan Umum biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu penyulang
sehingga jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakan secara Otomatis (ACOS :
Automatic Change Over Switch) atau secara remote control.

4. Gardu Pelanggan Khusus


Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga listrik bagi pelanggan berdaya
besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan proteksi, gardu ini di lengkapi dengan
alat-alat ukur yang dipersyaratkan. Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197 kVA,
komponen utama gardu distribusi adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran
Tegangan Menengah. Transformator penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar
area kepemilikan dan tanggung jawab PT PLN (Persero).
Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini dapat juga dilengkapi dengan transformator
untuk melayani pelanggan umum.
Gambar 2.58 Bagan satu garis Gardu Pelanggan Khusus

TP = Pengaman Transformator
PMB = Pemutus Beban – LBS
PT = Trafo Tegangan
PMT = Pembatas Beban Pelanggan
SP = Sambungan Pelanggan

5. Gardu Hubung
Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang berfungsi sebagai
sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program
pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kountinuitas pelayanan.
Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch –
LBS),dan atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi
sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah. Konstruksi
Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung
dapat dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada
pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu
Distribusinya.
Berdasarkan kebutuhannya Gardu Hubung dibagi menjadi:
 Gardu Hubung untuk 7 buah sel kubikel.
 Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 ) buah sel kubikel.
 Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 +7 + 7 ) buah sel kubikel.
Pengunaan kelompok – kelompok sel tersebut bergantung atas sistem yang digunakan pada
suatu daerah operasional, misalnya Spindel, Spotload, Fork, Bunga, dan lain – lain.
Spesifikasi teknis sel – sel kubikel Gardu Hubung sama dengan spesifikasi teknis Gardu
Distribusi, kecuali kemungkinan kemampuan Arus Nominalnya yang bisa berbeda.

Anda mungkin juga menyukai