Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal.

17-26
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 7 DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI
STOIKIOMETRI DI SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Dyah Ernawati1, Ashadi2 dan Budi Utami2


1
Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia
2
Dosen Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

* Keperluan korespondensi, tel/fax : 085727390278, email: dyah_sakura18@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) prestasi belajar siswa pada materi
stoikiometri melalui penerapan metode pembelajaran Problem Solving, (2) kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi stoikiometri melalui metode pembelajaran Problem Solving. Penelitian
ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam
dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA 7 SMAN 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2014/2015 yang telah diberlakukan Kurikulum 2013. Pengumpulan data penelitian
menggunakan teknik tes untuk kompetensi pengetahuan dan kemampuan berpikir krtis, dan
non tes yaitu angket untuk kompetensi sikap, lembar observasi untuk kompetensi sikap dan
lembar observasi untuk kompetensi ketrampilan. Analisis data menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkah bahwa penerapan metode pembelajaran
Problem Solving dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir krtitis siswa.
Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari hasil kompetensi pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Persentase hasil kompetensi pengetahuan, sikap, ketrampilan pada siklus I
berturut-turut 42,50%, 75,04%, dan 72,95%. Untuk hasil pada siklus II secara berturut-turut
yaitu 80,00%, 85,75%, dan 84,14%. Untuk peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II yaitu 41,01%, 58,70% dan 76,37%.

Kata kunci: Problem Solving, pretasi belajar, kemampuan berpikir kritis

PENDAHULUAN kurikulum yang baru ini, siswa bukan


Pendidikan adalah satu bentuk lagi menjadi obyek tetapi menjadi subjek
perwujudan kebudayaan manusia yang dengan ikut mengembangkan tema
dinamis dan sarat perkembangan. yang ada. Dalam Permendikbud No 69
Pendidikan bertujuan untuk Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik untuk mempersiapkan manusia
agar menjadi manusia yang beriman Indonesia agar memiliki kemampuan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang hidup sebagai pribadi dan warga negara
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan dan afektif serta mampu berkontribusi
menjadi warga negara yang demokratis pada kehidupan bermasyarakat,
serta bertanggung jawab [1]. Untuk berbangsa, bernegara, dan peradaban
mewujudkan tujuan tersebut, maka dunia. Salah satu sekolah yang
pemerintah melakukan pembaharuan menerapkan Kurikulum 2013 adalah
kurikulum yakni Kurikulum 2013. Pada SMA Negeri 1 Sukoharjo.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 17


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

Pembelajaran kimia di SMA Tabel 1. Persentase Ketuntasan Belajar


bertujuan agar siswa dapat memahami Materi Stoikiometri SMA Negeri
konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran
serta saling keterkaitannya dan 2013/2014
penerapannya dalam menyelesaikan Kelas Persentase
masalah kehidupan sehari-hari dan Ketuntasan
dalam teknologi [2]. Stoikiometri X MIA 1 0%
merupakan materi dalam mata pelajaran
kimia yang di pelajari pada kelas X X MIA 2 25 %
semester genap dalam Kurikulum 2013. X MIA 3 8,33 %
Materi pokok stoikiometri di kelas X
merupakan salah satu aspek penting
Selain prestasi belajar yang masih
dari materi kimia SMA secara
kurang, berdasarkan observasi pada
keseluruhan. Hal ini dikarenakan materi
tanggal 06 Januari 2014 pembelajaran
stoikiometri merupakan materi inti yang
kimia di SMA Negeri 1 Sukoharjo
mendasari materi-materi yang lain
diketahui bahwa kemampuan berpikir
seperti materi termokimia,
kritis siswa juga masih kurang dilatih
kesetimbangan kimia, asam-basa, dan
dalam pembelajaran. Hal ini karena guru
lain-lain. Stoikiometri penting untuk
masih sering menggunakan metode
semua aspek dalam kimia [3].
ceramah dalam pembelajaran. Siswa
Pengetahuan stoikiometri penting
jarang sekali diajak untuk berdiskusi
artinya dalam industri kimia yang selalu
dalam kelas untuk memecahkan
harus memperhitungkan banyaknya
masalah dan mencari solusi untuk suatu
bahan baku yang diperlukan untuk
masalah, sehingga menyebabkan
menghasilkan sejumlah produk yang
terbatasnya siswa untuk
dikehendaki. Berdasarkan hal tersebut
mengemukakan pendapat serta kurang
maka materi pokok stoikiometri penting
mampu mengembangkan potensi
untuk diajarkan pada siswa kelas X
berpikir yaitu kemampuan berpikir kritis.
SMA [4].
Selain itu kemampuan berpikir kritis
Salah satu indikator yang
sangat diperlukan dalam mempelajari
menunjukkan bahwa mata pelajaran
stoikiometri. Contohnya dalam
kimia dianggap sulit adalah hasil belajar
menghitung massa endapan dari suatu
siswa pada materi stoikiometri yang
reaksi, siswa harus mampu menuliskan
belum memuaskan. Salah satu
reaksinya terlebih dahulu dan
penyebab materi kimia sulit dipelajari
menyetarakannya, selanjutnya
adalah adanya sistem penggambaran
menghitung mol masing-masing larutan,
triangle oleh Johnstone yang mencakup
menentukan pereaksi pembatasnya,
gambaran makroskopis, mikroskopis,
dan selanjutnya menarik kesimpulan
dan simbolik [5]. Berdasarkan
akhir. Selain itu juga diperlukan
wawancara dengan guru mata pelajaran
kemampuan berpikir kritis dalam
kimia di SMA Negeri 1 Sukoharjo kelas
menentukan rumus yang akan
X tahun 2013/2014, bahwa masih
digunakan dalam memecahkan suatu
banyak siswa kelas X yang mengalami
masalah matematis karena banyaknya
kesulitan dalam memahami materi
jenis rumus yang dipelajari dalam materi
stoikiometri. Hal ini karena masih
stoikiometri. Jika siswa tidak
banyaknya siswa yang tidak mencapai
mengetahui konsep dasarnya siswa
batas Kriteria Ketuntasan Minimum
akan kesulitan dalam menggunakan
(KKM) diatas 75, rendahnya prestasi
rumus yang tepat. Kemampuan berpikir
siswa pada materi stoikiometri pada
kritis adalah kemampuan siswa dalam
tahun 2013/2014 untuk selengkapnya
penalaran yang didasarkan pada logika
disajikan pada Tabel 1 [6].
terhadap suatu kenyataan. Siswa
dengan kemampuan berpikir kritis
mampu mengolah informasi, kemudian
menganalisisnya, mengevaluasi,

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 18


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

menalar dengan logikanya selanjutnya hasilnya tidak mengecewakan [13].


mampu mengkomunikasikan Problem Solving melibatkan aktivitas
penalarannya dengan baik [7]. berpikir tingkat tinggi yang aktif pada
Rendahnya prestasi belajar siswa terutama berpikir kritis sehingga
siswa dan kemampuan berpikir kritis metode pembelajaran ini dapat
siswa dapat disebabkan oleh banyak dimanfaatkan untuk memberdayakan
faktor. Salah satunya adalah pemilihan kemampuan berpikir kritis.
model, metode, strategi maupun media Dalam penelitian ini, kelas yang
yang kurang tepat. Untuk dapat digunakan dalam penelitian adalah X
meningkatkan prestasi belajar siswa dan MIA 7. Hal ini dikarenakan berdasarkan
kemampuan berpikir kritis siswa maka wawancara dengan guru, kelas X MIA 7
dibutuhkan metode yang yang dapat memiliki kemampuan berpikir kritis dan
mengembangkan keaktifan, kreatifitas, prestasi belajar yang masih rendah.
dan kekritisan siswa salah satunya Berdasarkan hasil wawancara dengan
adalah metode pembelajaran Problem guru, kelas X MIA 7 yang nilai ulangan
Solving. Problem solving adalah harian dan nilai Ujian Akhir Sekolah
alternatif metode pembelajaran inovatif Semester satu paling rendah. Selain itu,
yang dikembangkan berlandaskan dalam pembelajaran maupun diskusi
paradigma konstruktivistik. Esensi dari hanya sedikit siswa yang kritis untuk
model pembelajaran tersebut adalah bertanya (critical question) dan juga
adanya reorientasi pembelajaran dari menanggapi presentasi dari teman yang
berpusat pada pengajar menjadi lain. Berdasarkan uraian latar belakang
berpusat pada pebelajar [8]. Problem di atas, maka penting dilakukan
Solving dapat mengungkapkan asal penelitian tentang penggunaan metode
munculnya ide-ide baru dan pembelajaran Problem Solving pada
pengembangan ide-ide baru tersebut. materi stoikiometri di kelas X MIA 7 dan
Siswa lebih aktif dan kreatif dalam diharapkan dari penelitian ini dapat
menciptakan solusi dari suatu masalah meningkatkan prestasi belajar dan
yang diberikan. Sehingga siswa mampu kemampuan berpikir kritis siswa.
mengemukakan strategi-strategi
pemecahan masalah dan mampu METODE PENELITIAN
mengembangkan suatu rencana dalam Penelitian ini merupakan
mengimplementasikan strategi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
pemecahan masalah [9]. Pemecahan dilaksanakan dalam dua siklus, dimana
masalah (Problem Solving) merupakan masing-masing siklus terdiri dari 5
salah satu dari kelompok pembelajaran tahap, yaitu: persiapan, perencanaan,
berbasis masalah dimana guru pelaksanaan, observasi, dan refleksi
membantu siswa untuk belajar [14]. Subjek penelitian adalah siswa
memecahkan masalah melalui kelas X MIA 7 SMAN 1 Sukoharjo tahun
pengalaman-pengalaman pembelajaran pelajaran 2014/2015.
hands-on [10]. Pengetahuan yang Sumber data adalah guru dan
dibentuk berdasarkan pemecahan siswa. Analisis data dalam Penelitian
masalah lebih bisa dipahami, diingat Tindakan Kelas (PTK) dilakukan sejak
dan lebih mudah ditransfer kepada awal sampai berakhirnya pengumpulan
orang lain [11]. Terdapat enam langkah data. Data-data dari hasil penelitian
dalam metode pemecahan masalah diolah dan dianlisis secara deskriptif
(Problem Solving) yaitu 1) Merumuskan kualitatif. Teknik analisis kualitatif yang
masalah, 2) Menganalisis masalah, 3) digunakan mengacu pada model
Merumuskan hipotesis, 4) analisis Miles dan Huberman yang
Mengumpulkan data, 5) Menguji dilakukan dalam tiga komponen, yaitu
hipotesis, 6) Merumuskan rekomendasi reduksi data, penyajian data dan
pemecahan masalah [12]. penarikan kesimpulan [15]. Pada
Fisher (2009) menyatakan bahwa penelitian ini digunakan teknik
dalam memecahkan masalah sangat triangulasi untuk memeriksa validitas
membutuhkan pemikiran kritis agar data dalam penelitian. Triangulasi

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 19


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

adalah teknik pemeriksaan keabsahan siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dan
data yang memanfaatkan sesuatu yang bekerja sama dalam kelompok untuk
lain di luar data itu untuk keperluan menemukan solusi dari soal
pengecekan atau sebagai pembanding permasalahan yang diberikan.
terhadap data itu [16]. Teknik triangulasi Pada tahap awal pembelajaran
yang digunakan adalah teknik untuk membangkitkan minat dan rasa
triangulasi metode yang dilakukan ingin tahu siswa, guru memberikan
dalam mengumpulkan data tetap dari apersepsi dan menyampaikan tujuan
sumber data yang berbeda-beda. pembelajaran disamping itu diberikan
Pengumpulan data penelitian pula motivasi tentang manfaat materi
menggunakan teknik tes untuk prestasi tersebut kepada siswa. Kemudian
belajar pengetahuan dan kemampuan dilakukan pembagian kelompok secara
berpikir krtis, dan non tes yaitu angket, acak menjadi 8 kelompok dengan
lembar observasi untuk kompetensi masing-masing kelompok terdiri dari 5
sikap dan kompetensi ketrampilan. siswa. Guru memberikan soal-soal
permasalahan kepada masing-masing
HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok. Lalu siswa meninjau
Kegiatan pembelajaran permasalahan dari berbagai sudut
merupakan salah satu tugas guru, pandang, mengidentifikasi apa saja
dimana dalam pembelajaran seorang yang diketahui dan apa yang ditanyakan
guru membutuhkan berbagai dari soal-soal permasalahan dan
pengetahuan baik pengetahuan secara mengkaji literatur tentang massa atom
umum maupun pengetahuan yang rata-rata dan konsep mol (mengamati).
berhubungan dengan kelangsungan Siswa diberikan kesempatan untuk
proses pembelajaran. Untuk mengajukan pertanyaan seputar materi
mewujudkan pembelajaran inovatif, guru yang dipelajari (menanya). Siswa saling
harus dapat memahami karakteristik berkerjasama dengan kelompok
materi, siswa, metode dan model masing-masing mengumpulkan
pembelajaran yang akan digunakan. informasi sebanyak-banyaknya melalui
Penelitian ini merupakan berbagai sumber terkait untuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menyelesaikan persoalan yang
dengan menerapkan metode diberikan (mengumpulkan data).
pembelajaran Problem Solving pada Kemudian siswa berdiskusi dalam
materi stoikiometri. Metode yang kelompok untuk menganalisis masalah
digunakan diharapkan mampu yang ada dan menuliskan jawaban yang
meningkatkan prestasi belajar siswa dan diperoleh (mengasosiasi). Siswa
kemampuan berpikir kritis siswa. diberikan kesempatan untuk
menyampaikan hasil diskusi mereka
Siklus I didepan kelas (mengkomunikasikan).
Perencanaan Tahap terakhir, guru memberikan
Pada tahap perencanaan ini, kepada kelompok terbaik, bersama
penyusunan instrumen pembelajaran siswa menyimpulkan konsep inti dari
dan instrumen penilaian. Pada Rencana materi yang telah disampaikan sebagai
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bentuk penguatan, dan guru
direncanakan pembelajaran pada siklus memberikan soal postest kepada siswa.
I dilakukan dalam 5 kali tatap muka (10 Pada pembelajaran siklus I ini masih
jam pelajaran) yaitu 8 x 45 menit untuk terdapat siswa yang kurang aktif dalam
penyampaian materi dan 2 x 45 menit berdiskusi dengan kelompoknya untuk
untuk kegiatan evaluasi siklus I. menyelesaikan masalah. Selain itu,
Pelaksanaan masih sedikit siswa yang aktif untuk
Pada saat pembelajaran bertanya bertanya dan masih perlu
berlangsung, kegiatan pembelajaran ditunjuk jika ingin mempresentasikan
dipusatkan kepada siswa, guru hanya hasilnya ke depan kelas.
sebagai motivator dan fasilitator dalam Diakhir siklus I, dilakukan tes
pembelajaran. Dalam pembelajaran untuk mengetahui kemampuan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 20


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

kompetensi pengetahuan siswa, tes diharapkan dapat mencapai target yang


kemampuan berpikir kritis dan mengisi ditentukan.
angket kompetensi sikap yaitu penilaian
diri dan teman sejawat. Siklus II
Pengamatan Perencanaan
Pengamatan dilakukan bersamaan Pada pembelajaran siklus II,
dengan pembelajaran pada siklus I. materi yang diberikan difokuskan pada
Pada tahap ini guru/peneliti dibantu indikator kompetensi yang belum
observer mengamati jalannya proses tercapai pada siklus I. Dalam proses
pembelajaran untuk menilai kompetensi pembelajaran siklus II ini jumlah
sikap (spiritual, sosial) dan kompetensi anggota kelompok dirubah menjadi lebih
ketrampilan. kecil dan siswa kelompok atas dibagi
rata dalam setiap kelompok dengan
Hasil Tindakan Siklus I harapan siswa yang berada dalam
Berdasarkan analisis hasil postest kelompok bawah dapat bertanya
kompetensi pengetahuan siklus I tentang materi yang belum dipahaminya
didapatkan hasil bahwa sebanyak 17 dengan siswa yang berada di kelompok
siswa atau 42,5% telah mencapai batas atas.
ketuntasan minimal (KKM) dan 23 siswa Pelaksanaan
atau 57,5% belum mencapai batas Pada pembelajaran di siklus II ini
ketuntasan minimal (KKM). guru lebih mendorong siswa dengan
Ketercapaian masing-masing aspek memberikan motivasi agar siswa lebih
pada siklus I disajikan dalam Tabel 2. aktif dalam mengajukan pertanyaan,
menanggapi kelompok yang sedang
Tabel 2. Ketercapaian Target mempresentasikan hasilnya di depan
Keberhasilan Siklus I kelas dan lebih berpastisipasi dalam
kegiatan berdiskusi dalam kelompok.
Target Siklus I Dalam pembelajaran, siswa lebih
(%) berani bertanya kepada guru atau
Aspek Yang
Keter Kriteria bertanya kepada teman dalam satu
Dinilai kelompok yang lebih pintar. Banyak
Target capai
an siswa aktif bekerja secara berkelompok
Pengetahuan 70,00 42,50 untuk menyelesaikan soal
Sikap 68,13 75,04 permasalahan. Banyak kelompok yang
Ketrampilan 71,67 72,95 antusias untuk mempresentasikan hasil
Kemampuan diskusi mereka di depan kelas. Siswa
65,00 58,70 juga lebih antusias menerima pelajaran
Berpikir Kritis
: Tercapai sehingga lebih berani mengemukakan
pendapatnya didepan kelas. Pada saat
: Belum Tercapai
kelompok lain mempresentasikan hasil
di depan kelas, banyak siswa yang aktif
Refleksi
memberikan pertanyaan tentang hasil
Dari hasil siklus I yang dapat
diskusi yang dipresentasikan.
dilihat pada Tabel 2, masih terdapat
Diakhir siklus II, dilakukan tes
aspek yang belum mencapai target. Hal
untuk mengetahui kemampuan
ini dikarenakan masih terdapat siswa
kompetensi pengetahuan siswa, tes
yang kurang aktif dalam berdiskusi
kemampuan berpikir kritis dan mengisi
dengan kelompoknya untuk
angket kompetensi sikap yaitu penilaian
menyelesaikan masalah. Selain itu,
diri dan teman sejawat.
masih sedikit siswa yang aktif untuk
Pengamatan
bertanya bertanya dan masih perlu
Pengamatan dilakukan bersamaan
ditunjuk jika ingin mempresentasikan
dengan pelaksanaan tindakan siklus II.
hasilnya ke depan kelas. Oleh karena
Pada tahap ini guru/peneliti dibantu
itu, perlu dilaksanakan siklus II yang
observer mengamati jalannya proses
pembelajaran untuk menilai kompetensi

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 21


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

sikap (spiritual, sosial) dan kompetensi diri, angket teman sejawat, sedangkan
ketrampilan. kompetensi ketrampilan diperoleh dari
lembar observasi. Dari penelitian
Hasil Tindakan Siklus II mengenai kompetensi pengetahuan
Dari hasil tes kompetensi secara ringkas disajikan pada Gambar
pengetahuan siklus II didapatkan hasil 1.
bahwa sebanyak 32 siswa dari 40 siswa
di kelas X MIA 7 telah mencapai batas
80

Ketuntasan (%)
ketuntasan belajar, sedangkan siswa 100
57.5

Persentase
yang belum mencapai ketuntasan 42.5 Tuntas
50 20
sebanyak 8 siswa. Ketercapaian
masing-masing aspek pada siklus II 0 Belum
disajikan dalam Tabel 3. 1 2 Tuntas
Siklus
Tabel 3. Ketercapaian Target
Keberhasilan Siklus II
Target Siklus II Gambar 1. Histogram Ketuntasan
(%) Belajar Siswa Siklus I
Aspek Yang dan Siklus II
Keter Kriteria
Dinilai
Target capai
an Dari Gambar 1, dapat dilihat
bahwa pada siklus I siswa yang
Pengetahuan 70,00 80,00
mencapai ketuntasan hanya 17 siswa
Sikap 76,25 85,75 atau 42,5% dan yang belum mencapai
Ketrampilan 76,67 84,14 batas ketuntasan adalah 23 siswa atau
Kemampuan 57,5%. Hal ini dikarenakan masih
70,00 76,37
Berpikir Kritis terdapat siswa yang kurang aktif dalam
: Tercapai berdiskusi dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan masalah dan siswa
Refleksi masih sedikit yang berani bertanya
Dari hasil siklus II yang dapat kepada guru atau bertanya kepada
dilihat pada Tabel 3, bahwa semua teman dalam satu kelompok yang lebih
aspek yang meliputi kompetensi pintar.
pengetahuan, kompetensi sikap, Untuk siklus II siswa yang
kompetensi ketrampilan dan mencapai ketuntasan yaitu 32 siswa
kemampuan berpikir kritis telah atau 80%, sedangkan yang belum
mencapai target yang ditentukan pada mencapai batas ketuntasan sebanyak 8
siklus II. Oleh karena itu, dapat siswa atau 20%. Untuk histogram
disimpulkan bahwa pembelajaran pada perbandingan persentase ketercapaian
materi stoikiometri dengan metode tiap indikator kompetensi pada siklus I
pembelajaran Problem Solving telah dan siklus II disajikan pada Gambar 2.
berhasil karena telah mencapai target
yang ditentukan.
100
Ketercapaian
Persentase

PERBANDINGAN ANTAR SIKLUS


Siklus I
(%)

Data penelitian yang diperoleh 0


meliputi data prestasi belajar siswa yang 1 5 9 13 Siklus II
terdiri dari kompetensi pengetahuan,
Indikator Kompetensi
sikap, dan ketrampilan serta data dari
hasil tes kemampuan berpikir krtitis
siswa. Untuk kompetensi pengetahuan Gambar 2. Histogram Perbandingan
data diperoleh dari tes evaluasi yang Persentase Ketercapaian
berupa soal pilihan ganda materi Tiap Indikator Kompetensi
stoikiometri, kompetensi sikap diperoleh pada Siklus I dan Siklus II
dari lembar observasi, angket penilaian

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 22


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa mengalami peningkatan dari siklus I ke


dari 16 indikator kompetensi terdapat 5 siklus II, sedangkan kategori sikap
indikator kompetensi yang belum cukup mengalami penurunan dari siklus
mencapai target siklus I yaitu 70%. I ke siklus II. Hal dikarenakan pada
Tetapi pada siklus II, semua indikator siklus II, siswa aktif dalam kerja
kompetensi telah memenuhi target kelompok, aktif bertanya atau
siklus II yaitu 75%. Hal ini karena mengemukakan pendapatnya di depan
pembelajaran pada siklus II hanya kelas.
difokuskan pada indikator kompetensi
yang belum mencapai target siklus I
40

Jumlah Siswa
sebesar 70%. Pada Gambar 4.10 juga
dapat terlihat bahwa persentase tiap 20
indikator pada siklus I dan siklus II 0 Siklus I
semua mengalami peningkatan. Siklus II
Penilaian kompetensi sikap
dilakukan melalui observasi selama Kategori Siswa
proses pembelajaran dan angket
penilaian diri. Persentase hitogram Gambar 4. Histogram Perbandingan
perbandingan hasil penilaian Peningkatan Kategori
kompetensi sikap observasi dan angket Kompetensi Sikap Siswa
penilaian diri siklus I dan siklus II Siklus I dan Siklus II
disajikan pada Gambar 3.
Kompetensi ketrampilan yang
100 dinilai adalah kemampuan
Capaian (%)

Observasi mengkomunikasi dalam presentasi,


50 Siklus I berdiskusi dalam kelompok dan
0 memecahkan masalah. Penilaian
Gotong…

Observasi
Jujur
Spiritual
Toleran

Siklus II kompetensi ketrampilan ini dinilai


dengan observasi selama proses
Angket Siklus pembelajaran. Hasil perbandingan
Aspek I penilaian observasi kompetensi
ketrampilan siklus I dan siklus II dapat
Gambar 3. Histogram Perbandingan dilihat pada Gambar 5.
Hasil Penilaian Kompetensi
Sikap Observasi dan
100
Capaian (%)

Angket Penilaian Diri Siklus


I dan Siklus II 50
Siklus I
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa 0 Siklus II
antara penilaian melalui lembar 1 2 3
observasi atau angket penilaian diri dari Indikator Kompetensi
siklus I ke siklus II terdapat peningkatan.
Untuk penilaian dengan menggunakan Gambar 5. Histogram Perbandingan
lembar observasi dari siklus I ke siklus II Penilaian Observasi
terdapat kenaikan sebesar 10,70%, Kompetensi Ketrampilan
sedangkan penilaian dengan SIklus I dan Siklus II
menggunakan angket penilaian sikap
siklus I ke siklus II terdapat kenaikan Dari Gambar 5 dapat disimpulkan
sebesar 5,76%. Untuk perbandingan bahwa setiap indikator mengalami
peningkatan kategori kompetensi sikap peningkatan dari siklus I ke siklus II.
siswa pada siklus I dan siklus II dapat Untuk indikator 1 mengalami kenaikan
dilihat pada Gambar 4. sebesar 9,66%, indikator 2 sebesar
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa 13,64% dan indikator 3 sebesar 10,28%.
jumlah siswa kategori sangat baik Untuk perbandingan peningkatan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 23


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

kategori kompetensi ketrampilan siswa Tabel 4,5,6 dan disajikan gambar


pada siklus I dan siklus II dapat dilihat histogram pada Gambar 7.
pada Gambar 6.
Tabel 4. Hasil Penilaian Kemampuan
Berpikir Kritis Prasiklus
20
Jumlah Siswa

IK Capaian (%)
15 I 61
10 II 40
Siklus I
5 III 28
0 Siklus II
IV 58
A- B+ B B- C+ C C-
V 25
Kategori VI 51
VII 24
Gambar 6. Histogram Perbandingan Rerata 41
Peningkatan Kategori
Kompetensi Ketrampilan Tabel 5. Hasil Penilaian Kemampuan
Siswa pada Siklus I dan Berpikir Kritis Siklus I
Siklus II Capaian Target
IK Kriteria
(%) (%)
Dapat dilihat bahwa jumlah siswa I 68 70
kategori A-, B+ dan B mengalami
II 57 65
peningkatan jumlah siswa dari siklus I
III 31 60
ke siklus II, sedangkan untuk kategori B-
, C+, C, dan C- mengalami penurunan IV 74 65
dari siklus I ke siklus II. Hal ini V 70 65
dikarenakan siswa yang aktif dalam VI 76 70
bekerja kelompok, mengerjakan soal VII 35 60
permasalahan dengan baik dan Rerata 59 65
mempresentasikan hasil diskusi dengan : Tercapai
baik di depan kelas. : Belum Tercapai
Penilaian ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi kepada guru Tabel 6. Hasil Penilaian Kemampuan
mengenai kemampuan berpikir kritis Berpikir Kritis Siklus II
siswa dalam memecahkan Capaian Target
IK Kriteria
permasalahan dalam materi kimia (%) (%)
khususnya materi stoikiometri. Penilaian I 80 75
kemampuan berpikir kritis dilakukan II 73 70
dengan menggunakan tes uraian berupa III 70 65
10 soal uraian. Penilaian kemampuan IV 81 70
berpikir kritis siswa ini meliputi 7 V 78 70
indikator penilaian yaitu membedakan 75
VI 81
fakta, bukan fakta dan opini ,
VII 72 65
membedakan kesimpulan yang pasti
Rerata 76 70
dan tidak pasti dari pengamatan atau
pernyataan, menguji keandalan dari : Tercapai
suatu pernyataan, membedakan : Belum Tercapai
informasi yang relevan dan tidak
relevan, mengenali sebab akibat, Dapat disimpulkan bahwa
mempertimbangkan sudut pandang persentase ketercapaian tiap indikator
yang lain, berpikir secara kritis terhadap kemampuan berpikir kritis dari prasiklus
apa yang dibaca. Hasil perbandingan 41%, siklus I 59% ke siklus II 76%
tes kemampuan berpikir kritis dari mengalami peningkatan.
prasiklus, siklus I dan siklus II pada Dari hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan,
dapat dikatakan penelitian ini berhasil

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 24


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

karena masing-masing indikator proses meningkat menjadi 76,37% pada


dan hasil belajar siswa yang diukur telah siklus II.
mencapai target yang diharapkan. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa UCAPAN TERIMA KASIH
penerapan metode pembelajaran Penulis mengucapkan terima
Problem Solving dapat meningkatkan kasih kepada Bapak Drs. Darno selaku
prestasi belajar siswa dan kemampuan Kepala Sekolah SMAN 1 Sukoharjo
berpikir krtis pada materi stoikiometri yang telah memberikan izin penelitian
kelas X MIA 7 SMAN 1 Sukoharjo tahun serta Ibu Suyanti S.Pd., M.Pd., selaku
pelajaran 2014/2015. guru kimia SMAN 1 Sukoharjo yang
telah memberikan izin menggunakan
kelasnya untuk penelitian.
100
Capaian (%)

DAFTAR RUJUKAN
50 Prasiklus
Siklus I [1] Trianto. (2010). Mendesain Model
0 Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Siklus II
I III V VII Jakarta: Kecana Media Group
Indikator Kompetensi
[2] Depdiknas. (2006). Standar
Kompetensi Mata Pelajaran
Gambar 7. Histogram Hasil Matematika. Jakarta: Puskur
Perbandingan Tes
Kemampuan Berpikir [3] Okanlawon, A.E. (2010). Teaching
Kritis dari Prasiklus, Reaction Stoichiometry: Exploring
Siklus I dan Siklus II And Acknowledging Nigerian
Chemistry Teachers’ Pedagogical
KESIMPULAN Content Knowledge. Cypriot
1. Penerapan metode pembelajaran Journal of Educational Sciences.
Problem Solving dapat 5, 107-129.
meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas X MIA 7 SMAN 1 Sukoharjo [4] Sahira, Wasni. (2012).
pada materi stoikiometri. Dalam Pengembangan Pembelajaran
penelitian ini prestasi belajar Pemecahan Masalah Untuk
meliputi penilaian kompetensi Meningkatkan Penguasaan
pengetahuan, kompetensi sikap dan Dimensi Pengetahuan Dan
kompetensi ketrampilan. Penalaran Siswa SMA Pada
Persentase kompetensi Materi Pokok Stoikiometri.
pengetahuan pada siklus I sebesar Bandung: Universitas Pendidikan
68,13% meningkat menjadi 81,57% Indonesia
pada siklus II. Persentase
kompetensi sikap pada siklus I [5] Johnstone A. H. (1991). Why is
sebesar 75,04% meningkat menjadi Science Difficult to Learn? Things
85,75% pada siklus II. Persentase are Seldom What They Seem.
kompetensi ketrampilan pada siklus J.Comput. Assist. Learn. 7, 75-83.
I sebesar 72,95% meningkat
menjadi 76,37% pada siklus II. [6] Suyanti. (2015). Daftar Nilai
2. Penerapan metode pembelajaran Ulangan Harian Kelas X Semester
Problem Solving dapat 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
meningkatkan kemampuan berpikir Sukoharjo: SMAN 1 Suoharjo
kritis siswa kelas X MIA 7 SMAN 1
Sukoharjo pada materi stoikiometri. [7] Pusporini, Sri. (2012).
Hal ini dapat dilihat pada hasil Pembelajaran Kimia Berbasis
pelaksanaan siklus I dan siklus II Problem Solving Menggunakan
dimana persentase siklus I 58,705 Laboratorium Riil Dan Virtuil
Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 25


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 17-26

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. [16] Moleong, L.J. (1996). Metodologi


Jurnal Inkuri ISSN: 2252-7893, 1 Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
(1), 34-43 Remaja Rosdakarya

[8] Hijayatun. S, Widodo. A. T. (2013).


Penerapan Metode Problem
Solving Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Kimia
Siswa. Journal Chemistry in
Education ISSN: 2252-6609, 2(2),
165-171

[9] Aldous, C.R. (2005). Creativity in


Problem Solving: Uncovering the
Origin of New Ideas. International
Education Journal. ERC2004
Special Issue, 2005, 5(5), 43-56.
ISSN 1443-1475 2005 Shannon
Research Press

[10] Jacobsen, D.A., Eggen, P., &


Kauchak, D. (2009). Methods For
Teaching Metode-Metode
Pengajaran Meningkatkan Belajar
Siswa TK-SMA. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

[11] Latifah, S., Sugiharto, Nugroho, A.


C.S. (2014). Studi Komparasi
Penggunaan Praktikum dan
Demonstrasi pada Metode
Problem Solving Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Materi
Hidrolisis Garam Kelas XI Ilmu
Alam SMA AL ISLAM 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2010/11. Jurnal
Pendidikan Kimia, 3(3), 111-120.

[12] Hamruni. (2012).Strategi


Pembelajaran.Yogyakarta: Insan
Madani

[13] Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis


Sebuah Pengantar. Penerjemah:
Benyamin Hadinata. Jakarta:
Erlangga

[14] Kasboelah, K. (2001). Penelitian


Tindakan Kelas. Malang:
Universitas Negeri Malang

[15] Sugiyono. (2012). Metode


Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan
R&D. Bandung: Alfabeta

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 26

Anda mungkin juga menyukai