Anda di halaman 1dari 11

TUGAS DISKUSI PPKN PERTEMUAN KE-6

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Subelo Winoyo

1. 201000302 Elsa Illaila Firdaus


2. 201000309 Syehan Putra Taufik
3. 201000310 Derin Marseli
4. 201000312 Srirahayu Jusnita Putri H.
5. 201000320 Thomas Alfarizi
6. 201000322 Fasla Bagas Rinjani
7. 201000328 Fadli Firdaus

Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Pasundan

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Teriring syukur kepada-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan diskusi
ini dengan sebaik-baiknya. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW., para keluarganya, sahabatnya, dan
inshaallah kepada kita semua sebagai umatnya.

Tanpa seizin Allah SWT, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tugas laporan
diskusi pada mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Penulis tentu
menyadari bahwa laporan diskusi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan diskusi ini, agar
laporan diskusi ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan diskusi ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Subelo Winoyo sebagai
dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan karena telah memberikan tugas
ini, sehingga bertambahnya ilmu yang dimiliki oleh penulis dan juga anggota
kelompok lainya. Demikian, semoga laporan diskusi ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Bandung, 28 November 2020

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Diskusi ........................................................................................................ 4
BAB II ISI .......................................................................................................................... 6
A. Landasan Ontologis Pancasila ................................................................................. 6
B. Landasan Epistemologis Pancasila.......................................................................... 7
C. Landasan Aksiologis Pancasila ............................................................................... 8
D. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu .......................................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11
KESIMPULAN ............................................................................................................ 11

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses diskusi memainkan peranan penting dalam seluruh kehidupan sehari-hari.


Karena hal tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari demokrasi
dan perilaku kita sebagai perorangan, baik dalam kehidupan bisnis maupun
dalam kehidupan masyarakat dan politik. Bagi kalangan peminat dan pemerhati
kajian dan isu sosial-politik, kegiatan diskusi adalah kegiatan yang cukup
penting dalam mensosialisasikan ide, gagasan, agitasi dan bahkan
propagandapropaganda organisasi atau personal. Kegiatan diskusi yang sering
dilakukan selama ini adalah diskusi konvensional face to face yang
membutuhkan unsur fasilitas seperti waktu, peralatan, perlengkapan, ruangan,
meja, kursi, papan tulis. Kegiatan diskusi konvensional demikian tidak bisa
dilakukan ketika berada dalam situasi dengan mobilitas tinggi, maka dibutuhkan
suatu aplikasi yang dapat mendukung kegiatan diskusi dimanapun dan
kapanpun.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu dimensi ontologis Pancasila?


2. Apa itu dimensi epistemologi pancasila?
3. Apa itu dimensi aksiologi pancasila?
4. Bagaimana pancasila dijadikan dasar nilai pengembangan ilmu?

C. Tujuan Diskusi

1. Untuk dapat menyadari dan menguji bukti-bukti sistem nilai, pendapat dan
respon dari suatu gagasan atau orang lain.

4
2. Untuk menguji secara kolektif tentang suatu gagasan yang dikemukakan
orang lain.
3. Untuk bertukar pikiran dan ide.
4. Untuk belajar mengungkapkan serta menanggapi keterangan yang relevan.
5. Untuk mengaitkan data dan keadaan dari berbagai pandangan orang lain dan
latar belakang yang berbeda-beda.

5
BAB II ISI

A. Landasan Ontologis Pancasila

Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan


keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara
ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri
atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri,
malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism. Dasar ontologis Pancasila
pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu
monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhannan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.

Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara


ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga
dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-
sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53).

Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah


berupa hubungan sebab-akibat: Negara sebagai pendukung hubungan,
sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal
hubungan. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan
adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

6
B. Landasan Epistemologis Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,


metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu
atau science of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang
mendasar dalam epistemologi, yaitu:

a. Tentang sumber pengetahuan manusia;

b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

c. Tentang watak pengetahuan manusia.

Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai


upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem
pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-
cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan


dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat
dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu obyek
pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan
susunan pengetahuan Pancasila.

Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama


adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut
merupakan kausa materialis Pancasila. Tentang susunan Pancasila sebagai suatu
sistem pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal
logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila
Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hirarkis dan
berbentuk pyramidal.

7
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila, di mana
sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila kedua
didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan
kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari
dan menjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila
pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima
didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis baik yang


menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Susunan isi arti Pancasila meliputi
tiga hal, yaitu:

1) Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila yang
merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam
pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam
realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit.

2) Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman
kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.

3) Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti Pancasila
dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki
sifat khhusus konkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40)

Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu hakikat manusia


yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa.
Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal.
Hakikat jiwa memiliki unsur akal, rasa, kehendak yang merupakan potensi
sebagai sumber daya cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang benar,
berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan kreatif.

C. Landasan Aksiologis Pancasila

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya

8
juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa
kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.

Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan
logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu
sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah
hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik,
berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang
dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness).
Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu
yang diinginkan.

Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu suatu
sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada berbagai macam teori
tentang nilai.

D. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu

Pancasila sebagai paradigma ilmu Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai


pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran Pancasila
sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada
budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat
luas.Oleh karena itu. kemajuan dan perkembangan IPTEK sangat diperlukan dalam
upaya mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta
menjawab segala tantangan zaman. Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang
berbunyi Persatuan Indonesia. Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu
dengan yang lain memiliki hubungan yang kohesif. IPTEK diperlukan dalam
pengamalan Pancasila, sila ketiga dalam menjaga persatuan Indonesia.

Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pernah dikemukakan


oleh Prof Notonagoro, anggota senat Universitas Gadjah Mada sebagaimana
dikutip oleh Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, yang menyatakan bahwa Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan untuk

9
dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudut
pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga menjadi objek ilmu pengetahuan
atau hal yang diselidiki. Penggunaan istilah “asas dan pendirian hidup” mengacu
pada sikap dan pedoman yang menjadi rambu normatif dalam tindakan dan
pengambilan keputusan ilmiah. Pancasila adalah gagasan vital yang berasal dari
kebudayaan Indonesia, artinya nilai-nilai yang benar-benar diramu dari sistem nilai
bangsa Indonesia sendiri.Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
menurut cara pandang Daoed Joesoef adalah sebagai tuntunan dan pertimbangan
nilai dalam pengembangan iptek. Oleh karena itu, Pancasila memiliki metode
tertentu dalam memandang, memegang kriteria tertentu dalam menilai sehingga
menuntunnya untuk membuat pertimbangan tertentu tentang gejala, ramalan, dan
anjuran tertentu mengenai langkah-langkah praktikal
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk
menggambarkan peran Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, antara lain

 Pancasila sebagai intellectual bastion


 Pancasila sebagai common denominator values
 Pancasila sebagai paradigma ilmu

Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi mahasiswa


adalah untuk memperlihatkan peran Pancasila sebagai rambu-rambu normatif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan
teknologi di Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan
melibatkan partisipasi masyarakat luas.

10
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil diskusi ini, saya sebagai penulis dan juga seluruh anggota kelompok
mencoba menelaah dasar dasar pemikiran terhadap pancasila. Dari mulai segi
dimensi ontologis, epistemologis, sampai kepada dimensi aksiologisnya. Ditinjau
dari setiap dimensi, pancasila adalah satu kesatuan nilai yang memiliki tujuan dan
kristalisasi dari tujuan tujuan tertentu. Kembali lagi kepada kedudukan pancasila
sebagai falsafah kehidupan bangsa sudah semestinya sebagai warga negara yang
baik mempelajari dan menelaah lebih jauh terhadap nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Termasuk kegiatan berfilsafat terhadap pancasila adalah usaha kita
untuk menafsirkan maksud maksud dan tujuan para pendiri bangsa sehingga
diharapkan setiap warga negara terilhami nilai nilai pancasila dan dapat menjadi
pedoman bagi setiap kegiatan bangsa itu sendiri. Akhir kata saya sebagai penulis
dan juga anggota kelompok yang terlibat mengucapkan terimakasih sebesar
besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan diskusi. Terkhusus
kepada bapak Subelo Winoyo. Semoga apa yang dilakukan penulis dan juga teman-
teman yang terlibat dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan yang berguna bagi
kami semua.

11

Anda mungkin juga menyukai