Anda di halaman 1dari 10

PERBUATAN MELAWAN HUKUM PENANAMAN MODAL ASING BIDANG USAHA

PERIKANAN DI INDONESIA

Ramlan
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email: ramlan_mosya71@yahoo.com

Abstract

The aim of this study was to determine the forms of tort committed by foreign direct investment companies
which engaged in the field of fisheries in Indonesia. Fisheries in Indonesia has been 100 percent controlled
by a foreign direct investor company. Ironically, many those companies committed unlawful act. This
study was a normative legal research using legislation approached. The data was secondary one. The
collection of those data through the library research, then analyzed qualitatively. An unlawful act committed
by foreign direct investment company were: the legal status of companies that do not turn into foreign
direct invesment company, a fictitious company, they were not building fish proccessing units, fishing
gear that does not fit, transiphment, and violations of fishing ground. This act led to over fishing in some
areas of Indonesia fisheries management.

Keywords: unlawful act, foreign direct investment company, fisheries.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh perusahaan penanam modal asing (PMA) yang bergerak di bidang perikanan di Indonesia. Usaha
penangkapan ikan di Indonesia 100 persen dikuasai oleh perusahaan penanam modal asing. Namun
ironisnya, banyak penanam modal asing yang melakukan perbuatan melawan hukum. Penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan penelitian perundang-undangan. Data yang
digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui bahan kepustakaan,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan perusahaan penanam
modal asing adalah: status hukum perusahaan yang tidak berubah menjadi PMA, perusahaan fiktif, tidak
membangun UPI, alat tangkap ikan yang tidak sesuai, transiphment, dan pelanggaran fishing ground.
Perbuatan ini menyebabkan terjadinya over fishing di beberapa wilayah pengelolaan perikanan Indonesia.

Kata kunci: perbuatan melawan hukum, penanaman modal asing, usaha perikanan.

A. Pendahuluan kepulauan, yang ⅔ (dua pertiga) wilayahnya


Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki adalah perairan laut, yang terdiri atas laut pesisir,
pantai terpanjang di dunia, dengan garis pantai laut lepas, teluk, dan selat, dengan luas perairan
lebih 104.000 km, terdiri dari 17.504 buah 5,8 juta km² kaya akan sumber daya laut dan ikan
pulau yang tersebar di sekitar garis khatulistiwa berlimpah, namun belum dimanfaatkan secara
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011: 4; optimal (Marheini Siombo, 2009: 2; Supriadi dan
Kusnadi, 2006: 1; Rahardjo Adisasmita, 2006: Alimuddin, 2011: 2).
13), serta memiliki luas 7.827.087 km², dengan Berdasarkan kajian Badan Riset Kelautan
luas wilayah laut dan pesisir mencapai ¾ (tiga Perikanan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan
perempat) wilayah Indonesia (5,8 juta km²). Luas Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
wilayah perairan 5,8 juta km² tersebut, terdiri pada tahun 2001, potensi lestari (maximum
atas zona ekonomi eksklusif (ZEE) 2,7 juta km²; sustainable yield) sumber daya perikanan laut
perairan kepulauan 2,8 juta km²; dan wilayah Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton/
laut 0,3 juta km² (Rokhimin Dahuri, dkk., 2001: 1; tahun (Nurminingsih dan Shobar Wiganda, 2010:
Ruchyat Deni Dj., 2009: 3). Menurut Subani dan 30-31). Dari jumlah tersebut, jumlah tangkapan
Barus sebagaimana dikutip Marhaeni Siombo, yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton/tahun,
kondisi geografis Indonesia sebagai negara namun baru dimanfaatkan sebesar 4 juta ton

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman... 31
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007: ground, serta semakin kecilnya ukuran ikan yang
10). Menyikapi hal tersebut, pemerintah melalui ditangkap.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus Selanjutnya, selain melakukan eksploitasi
berupaya meningkatkan hasil industri perikanan, secara berlebihan, perusahaan PMA ini juga
dan salah satu adalah menarik masuknya banyak melakukan pelanggaran dalam bentuk
modal (investasi) asing bidang perikanan ke perbuatan melawan hukum di bidang perikanan.
Indonesia (Wolfgang G. Friedman and Jean Pierre Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk
Begun, 1971: 2; Erman Rajagukguk, 1994: 63). mengkaji bentuk-bentuk perbuatan melawan
Hasilnya, berdasarkan Data Badan Koordinasi hukum apa saja yang dilakukan PMA bidang
Penanaman Modal (BKPM), total investasi di perikanan di Indonesia. Dengan mengetahui
sektor perikanan mencapai US$ 1,2 juta, dengan bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum
100 % merupakan investasi penanaman modal yang dilakukan oleh PMA di bidang perikanan,
asing (PMA) (Investasi Sektor Perikanan, 2012). diharapkan Pemerintah dapat membuat kebijakan
Banyak nya PM A bidang perik anan atau bahkan aturan main yang tegas bagi investor
yang melakukan investasi di Indonesia pada asing di bidang perikanan ini sehingga industri
kenyataannya berdampak pada industri perikanan perikanan domestik juga dapat dilindungi dan
domestik Indonesia yaitu semakin merosotnya tidak dirugikan.
pasokan bahan baku ikan. Akibatnya, tidak sedikit
perusahaan perikanan Indonesia mengalami
kerugian bahkan beberapa pabrik pengolahan B. Metode Penelitian
ikan ada yang gulung tikar (tutup). Catatan Penelitian ini adalah penelitian hukum
Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia, di Jawa normatif karena kajian dalam penelitian ini adalah
Timur awalnya ada 7 (tujuh) industri pengalengan kajian ilmu hukum yang menemukan kebenaran
ikan tuna, kini tinggal 3 (tiga) unit. Di Sulawesi berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
Utara, semula memiliki 4 (empat) industri, saat normatifnya (Ronny Hanitijo Soemitro, 1990: 11;
ini tinggal 2 (dua) unit, itupun setelah diambil alih Johnny Ibrahim, 2011: 57), serta menggunakan
investor dari Filipina. Di Bali tinggal 1 (satu) unit pendekatan penelitian perundang-undangan
yang sebelumnya ada 2 (dua) unit pengalengan (statute approach) dengan menelaah perundang-
ikan tuna, di Medan dan Lampung sebelumnya undangan dan regulasi yang berkaitan dengan
ada 3 (tiga) unit pengolahan ikan, kini tutup juga penelitian yang dilakukan (Soerjono Soekanto dan
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2007: 30). Sri Mamudji, 2003: 14; Peter Mahmud Marzuki,
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan 2010: 93; Bahder Johan Nasution, 2008: 86).
dan Perikanan Nomor 45 Tahun 2011 tentang Data yang digunakan adalah data sekunder yang
Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan, menyebutkan berupa bahan hukum primer dan sekunder. Proses
wilayah penangkapan tuna mengalami eksploitasi pengumpulan data sekunder dilakukan melalui
berlebih, seperti di Samudra Hindia, Laut Banda, studi dokumen terhadap bahan kepustakaan
Teluk Tomini-Laut Seram, Laut Sulawesi, dan dan dokumen-dokumen. Teknik analisis yang
Samudra Pasifik. Bahkan di beberapa wilayah digunakan adalah teknik kualitatif.
juga telah terjadi eksploitasi di atas 100% (over
fishing), diantaranya eksploitasi untuk jenis udang
C. Tinjauan Pustaka
terdapat di daerah Timur Sumatera, Bali dan Nusa
Tenggara; untuk jenis ikan pelagis kecil, terjadi di 1. Usaha Perikanan yang diperbolehkan
daerah Selat Malaka; untuk jenis ikan karang di dikelola Pemodal Asing
daerah Barat Sumatera, Timur Sumatera, Selat Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang
Malaka, Utara Jawa, Kalimantan bagian Selatan, Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Barat, dan Timur, Sulawesi bagian Selatan dan (UUP) menyatakan bahwa usaha perikanan
Utara, Bali, Nusa Tenggara, serta Maluku dan di WPPRI hanya boleh dilakukan oleh warga
Irian Jaya. negara Republik Indonesia atau badan hukum
Ada dua indikator yang dapat digunakan untuk Indonesia. Namun, ketentuan ini tidak berlaku
melakukan evaluasi berkaitan dengan over fishing mutlak, sepanjang hal tersebut menyangkut
ini, yaitu (Victor P.H. Nikijuluw dan J.J. Wenno, kewajiban Negara Republik Indonesia
1996: 3): berdasarkan persetujuan internasional atau
1. Secara langsung, telah terjadinya penurunan ketentuan hukum internasional yang berlaku,
hasil tangkapan per unit usaha; maka terhadap orang asing atau badan
2. Secara tidak langsung, semakin jauhnya nelayan hukum asing diperbolehkan melakukan
menangkap ikan atau semakin jauhnya fishing usaha penangkapan ikan di Zona Ekonomi

32 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman...
Eksklusif Indonesia. Bahkan, ketentuan pengolahan, kelayakan pengolahan, produksi,
tersebut sangat jelas apabila dilihat dari dan ketersediaan bahan baku. Pembangunan UPI
ruang lingkup berlakunya UUP sebagaimana tersebut wajib direalisasikan 100% paling lama
ditentukan dalam Pasal 4 UUP, di mana UUP satu tahun sejak Surat Izin Penangkapan Ikan
berlaku untuk: (SIPI) dan/atau Surat Izin Kapal Penangkap Ikan
a. Set iap orang, baik warga negara (SIKPI) diterbitkan.
Indonesia maupun warga negara asing
dan badan hukum Indonesia maupun 2. Perbuatan Melaw an Hukum oleh
badan hukum asing, yang melakukan Penanaman Modal
k egiat an perik anan di W ilaya h
Penanaman modal adalah segala bentuk
Pengelolaa n Per ik anan Republik
kegiatan menanam modal, baik oleh PMDN
Indonesia (WPPRI).
maupun PMA unt uk melakukan usaha
b. Setiap kapal perikanan berbendera
di wilayah Negara Republik Indonesia.
Indonesia dan kapal perikanan
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor
berbendera asing, yang melakukan
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
kegiatan perikanan di WPPRI.
bahwa terhadap PMDN dapat didirikan
Mengacu pada Pasal 29 tersebut, maka dalam bentuk badan usaha yang berbentuk
usaha perikanan yang diperbolehkan dikelola badan hukum, tidak berbadan hukum atau
pemodal asing hanya usaha penangkapan ikan usaha perseorangan, sedangkan terhadap
di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Hal ini PMA wajib didirikan dalam bentuk perseroan
dipertegas kembali dalam Lampiran II Peraturan terbatas (PT) berdasarkan hukum Indonesia
Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar dan berkedudukan di dalam wilayah negara
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Republik Indonesia. Artinya PMA yang
yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang didirikan dalam bentuk PT tersebut adalah
Penanaman Modal (Perpres No. 36/2010) pada badan hukum.
bidang kelautan dan perikanan, yang menentukan Wirjono Prodjodikoro menyatakan bahwa
usaha perikanan tangkap dengan menggunakan badan hukum (rechtpersoon) dapat berupa
kapal penangkap ikan berukuran 100 GT dan/atau suatu negara, suatu daerah otonom, suatu
lebih besar di wilayah penangkapan Zona Ekonomi perkumpulan orang-orang (corporatie), suatu
Eksklusif Indonesia. perusahaan (Perseroan Terbatas/PT) atau
Lebih lanjut Pasal 3 Peraturan Menteri harta benda yang tertentu (yayasan) (Wirjono
Kela uta n da n Per ik ana n No mor Per .30 / Prodjodikoro, 2000: 56). Badan hukum
MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap merupakan subyek hukum selain manusia,
di W ilayah Pengelolaan Perikanan Negara akan tetapi badan hukum mempunyai
Republik Indonesia (Permen KP No. 30/2012) sifat-sifat khusus, tidak sepenuhnya dapat
menentukan jenis usaha perikanan tangkap terdiri disamakan dengan manusia. Badan hukum
dari: (a) usaha penangkapan ikan; (b) usaha hanya dapat melakukan perbuatan-perbuatan
pengangkutan ikan; (c) usaha penangkapan dan dalam bidang-bidang tertentu. Kemampuan
pengangkutan ikan; dan (d) usaha perikanan hukum dari badan hukum dalam lapangan
tangkap terpadu, sedangkan bagi pemodal asing hukum harta kekayaan pada asasn ya
hanya diperbolehkan melakukan usaha pada jenis menunjukkan persamaan dengan manusia
usaha perikanan tangkap terpadu. Hal tersebut (Ali Rido, 1977: 18). Bahkan badan hukum
dipertegas kembali pada Pasal 8, bahwa usaha dapat turut serta dalam pergaulan hidup di
perikanan tangkap terpadu terdiri dari usaha masyarakat, dapat menjual atau membeli
perikanan tangkap dengan penanaman modal barang, dapat sewa atau menyewakan barang,
dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal dapat tukar menukar barang, dapat menjadi
asing (PMA), dan usaha perikanan tangkap non- majikan dalam persetujuan perburuhan, dan
penanaman modal. juga dapat dipertanggungjawabkan atas
Usaha perikanan tangkap terpadu dengan perbuatan melanggar hukum yang merugikan
fasilitas PMA diharuskan menggunakan kapal orang lain (Wirjono Prodjodikoro, 2000: 56).
perikanan berukuran di atas 100 GT, dan setiap Dalam segala tindakan-tindakan tersebut,
pengusaha harus memiliki kapal perikanan badan hukum dipandang seolah-olah tidak
dengan jumlah kumulatif di atas 2.000 GT, serta berbeda dari seorang manusia. Akan tetapi,
harus melakukan pengolahan ikan dengan pada masalah perbuatan melawan hukum,
membangun atau memiliki unit pengolahan ikan ada suatu unsur yang mungkin menimbulkan
(UPI). Pembangunan UPI meliputi fasilitas, sarana kesulitan, yaitu kesalahan yang harus ada

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman... 33
pada subyek perbuatan melawan hukum. tidak keluar dari lingkungan pekerjaan
Untuk mengatasi kesulitan tersebut dapat badan hukum dan harus bertindak
diselesaikan melalui teori-teori berikut menurut anggaran dasar dari badan
(Wirjono Prodjodikoro, 2000: 57-58; Chaidir hukum.
Ali, 1991: 30-38):
a. Teori Perumpamaan (Fichtie Theorie). c. Teori Pemilikan Bersama (Theorie
Menurut teori ini, unsur kesalahan van de gezamenlijke eigendom atau
terang benderang tidak ada pada badan propriete collective). Menurut teori ini,
hukum, akan tetapi badan hukum boleh badan hukum merupakan kumpulan
dianggap seolah-olah seorang manusia dari orang-orang manusia. Kepentingan-
(perumpamaan). Oleh karena badan kepentingan badan hukum tidak lain dari
hukum diumpamakan seorang manusia, pada kepentingan-kepentingan segenap
maka tindakan orang-orang manusia orang-orang yang menjadi background
yang bertindak dalam lingkungan badan dari badan hukum, yaitu segenap
hukum sebagai pengurus tidak dapat penduduk atau segenap warga negara,
dianggap tindakan langsung dari badan dari suatu korporasi segenap anggota,
hukum, melainkan sebagai tindakan dari suatu yayasan segenap orang-orang
seorang lain, atas tindakan mana badan yang mendapat hasil dari bekerjanya
hukum itu juga bertanggungjawab. yayasan. Teori ini menganggap badan
Maka dalam sistem Kitab Undang- hukum langsung bertanggungjawab
Undang Hukum Perdata (selanjutnya hanya atas perbuatan melawan hukum,
disebut KUHPerdata), hal yang dapat yang dilakukan oleh badan kekuasaan
diper gu nak a n buk an Pas al 136 5 yang tertinggi dalam organisasi badan
melainkan Pasal 1367 ayat (3) yaitu hukum, seperti rapat anggota melanggar
pertanggungan jawab seorang atas hukum yang dilakukan oleh lain-lain
perbuatan ondergeschikte (orang yang badan kekuasaan dalam organisasi
berada di bawah perintah orang lain). badan hukum, seperti seorang pengurus
b. Teori Peralatan (Orgaan Theorie). dari suatu korporasi, pertanggungan
Menurut teori ini, badan hukum tidak jawab badan huk um hanya dapat
sebagai suatu perumpamaan (fichtie), dianggap ada dengan mempergunakan
melainkan sebagai suatu kenyataan Pasal 1367 ayat (3) KUH Perdata.
(realita), yang tidak berada dari pada Perbedaan dari ketiga teori tersebut
seorang manusia dalam bertindak terhadap perbuatan melawan hukum adalah
dalam masyarakat. Seorang manusia bahwa apabila suatu alat perlengkapan
bertindak dengan mempergunakan dari badan hukum bertindak melawan
alat-alat berupa tangan, kaki, jari, mulut, hukum, maka menurut Teori Peralatan Badan
otak dan lain-lain. Demikian juga badan Hukum selalu langsung bertanggung jawab.
hukum mempunyai alat-alat (organ) Sedangkan menurut teori perumpamaan
berupa rapat anggota dan orang-orang badan hukum sama sekali tidak dapat
pengurus bermacam-macam, yang langsung bertanggung jawab. Adapun
semua bertindak sebagai alat belaka dari menurut Teori Pemilikan Bersama Badan
badan hukum. Oleh karena alat-alat itu Hukum hanya langsung bertanggung jawab
berupa orang-orang manusia juga, maka apabila perbuatannya dilakukan oleh badan
sudah selayaknya syarat-syarat dalam kekuasaan yang tertinggi dalam organisasi
peraturan hukum yang melekat pada badan hukum.
badan seorang manusia, seperti hal Berdasarkan uraian di atas tersebut,
kesalahan subyek perbuatan melawan m a k a p e r u s a h a a n ya n g m e l a k u k a n
hukum dapat dipenuhi juga oleh badan penanaman modal baik dalam bentuk PMDN
hukum. Sehingga perbuatan melawan maupun PMA dapat dikatakan melakukan
hukum yang dilakukan oleh seorang perbuatan melawan hukum apabila tidak
manusia dan merupakan suatu alat dari melaksanakan hal yang menjadi kewajiban
badan hukum, dapat dianggap sebagai dan tanggungjawabnya.
perbuatan langsung dari badan hukum. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 15-17
Tentunya seseorang tersebut harus Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
benar-benar (in concreto) bertindak tentang Penanaman Modal (selanjutnya
sebagai alat dari badan hukum, artinya disebut UUPM), kewajiban dan tanggung

34 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman...
jawab penanam modal adalah: (a) a. Perbuatan yang menimbulkan kerugian
menerapkan prinsip tata kelola perusahaan tersebut bersifat melanggar hukum;
yang baik; (b) melaksanakan tanggung jawab b. Kerugian tersebut timbul sebagai akibat
sosial perusahaan; (c) membuat laporan perbuatan tersebut (hubungan causal);
tentang kegiatan penanaman modal dan c. Pelaku tersebut bersalah; dan
menyampaikannya kepada badan koordinasi d, Norma yang dilanggar mempunyai strekking
penanaman modal; (d) menghormati tradisi
untuk mengelakkan timbulnya kerugian.
budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
Apabila diperhatikan persyaratan tersebut,
usaha penanaman modal; (e) penanam modal
tampak bahwa ketentuan Pasal 1365 KUH
yang mengusahakan sumber daya alam yang
Perdata dapat diterapkan kepada para badan
tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana
usaha (penanam modal baik PMDN maupun
secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
PMA) yang tidak melaksanakan kewajiban dan
memenuhi standar kelayakan lingkungan
tanggungjawabnya.
hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan (f) mematuhi semua ketentuan D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
peraturan perundang-undangan. Ada beberapa perusahaan PMA yang
Adapun yang menjadi tanggung jawab bergerak di bidang perikanan di Indonesia yang
penanam modal adalah: (a) menjamin melakukan perbuatan melawan hukum, perbuatan
tersedianya modal yang berasal dari tersebut antara lain:
sumber yang tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
1. Status Hukum Perusahaan tidak Berubah
(b) menanggung dan menyelesaikan segala
menjadi Perusahaan PMA
kewajiban dan kerugian jika penanam modal
menghentikan atau meninggalkan atau Setiap industri perik anan yang
menelantarkan kegiatan usahanya secara menggunakan modal asing didirikan di
sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan Indonesia harus memakai badan hukum
perundang-undangan; (c) menciptakan iklim Indonesia, dan status perusahaan adalah
usaha persaingan yang sehat, mencegah perusahaan PMA. Namun masih ada
praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan perusahaan yang melalaikan hal tersebut,
negara, d. menjaga kelestarian lingkungan seperti PT. Salmah Arowana Lestari (SAL).
hidup; (e) menciptak an k eselamatan, Anuar Salmah at au Amo, pemilik P T
kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan Sumatera Aquaprima Buana (PT Salmah
pekerja; dan (f) mematuhi semua ketentuan Arowana Lestari/PT.SAL). Pada tahun 1992
peraturan perundang-undangan. antara PT. SAL dengan Ho Kiat Huat warga
Apabila badan usaha (baik PMDN negara Singapura sepakat membuka usaha
maupun PMA) tidak memenuhi kewa-jibannya penangkaran ikan arwana di Pekanbaru. Ho
maka berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang memberikan modal awal pembukaan kolam
Penanaman Modal dapat dikenai sanksi dengan kiriman cash voucher sebanyak lima
administratif berupa: (a) peringatan tertulis; (b) kali setara Rp 100 juta. Setelah kolam dapat
pembatasan kegiatan usaha; (c) pembekuan dioperasikan, Ho mengirimkan 372 indukan
kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman arwana asal Malaysia senilai hampir Rp
modal; atau (d) pencabutan kegiatan usaha 5,9 miliar. Artinya Ho telah menanamkan
dan/atau fasilitas penanaman modal. Selain modalnya ke PT. SAL secara keseluruhan
sanksi administratif, dapat dikenakan pula berjumlah lebih kurang Rp. 6 miliar. Namun
sanksi lainnya sesuai ketentuan peraturan pada kenyataannya PT. SAL tidak berubah
perundang-undangan. Artinya apabila badan menjadi PMA bidang perikanan setelah
usaha tersebut tidak melaksanakan kewajiban masuknya modal dari Ho asal pengusaha
dan tanggungjawabnya, maka badan usaha Singapura.
tersebut telah dianggap melakukan perbuatan Kasus tersebut bertentangan dengan
melawan hukum, sehingga dapat dikenakan Pasal 1 angka 3 dan Pasal 5 ayat (3)
ganti rugi. UUPM. Menurut Pasal 1 angka 3 UUPM,
Terdapat 4 (empat) syarat esensial untuk penanaman modal asing adalah kegiatan
dapat menuntut gati rugi berdasarkan Pasal menanam modal untuk melakukan usaha
1365 KUH Perdata, yaitu (Nieuwenhuis, di wilayah negara Republik Indonesia yang
1985: 118): dilakukan oleh penanam modal asing, baik

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman... 35
yang menggunakan modal asing sepenuhnya Perusahaan PMA bidang perikanan
maupun yang berpatungan dengan penanam yang hanya memiliki cold storage seperti PT.
modal dalam negeri. Pasal 5 ayat (3) Shino Indonesia Shunlida Fishing, sebuah
menyatakan bahwa penanam modal dalam perusahaan milik China asal Fucou, PT.
negeri dan asing yang melakukan penanaman Dwi Karya Reksa Abadi perusahaan asal
modal dalam bentuk PT dilakukan dengan: (a) Cina yang berkantor di 19th Floor Block A
mengambil bagian saham pada saat pendirian Zhongshan Building No. 154 Hudong Road,
perseroan terbatas; (b) membeli saham; China. Kedua perusahaan ini melakukan
dan (c) melakukan cara lain sesuai dengan penangkapan ikan di daerah Merauke,
ketentuan peraturan perundang-undangan. Papua. Hal ini diakui Drs. Loth Fonataba,
Berdasarkan ketentuan pasal ini, seharusnya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
setiap perusahaan yang di dalamnya terdapat Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, kedua
modal asing, tanpa melihat batasan jumlah perusahaan ini tidak memiliki UPI melainkan
modal berubah menjadi perusahaan PMA. hanya cold storage saja. Bahkan banyak
perusahaan PMA bidang perikanan yang
tidak memiliki UPI maupun cold storage,
2. Perusahaan Fiktif
misalnya PT. Havest, PT. Kusuma dan PT.
Banyak perusahaan PMA yang nama dan APN yang melakukan penangkapan ikan
izin operasionalnya untuk melakukan usaha di Merauke. Loth Fonataba mengatakan
penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh Merauke hanya sebagai home based mereka
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), saja. Kemudian di daerah Kabupaten Natuna,
namun pada kenyataannya perusahaan Provinsi Kepulauan Riau, seperti PT. Mitra
tersebut tidak ada/fiktif. Sebagai contoh Sejati Legenda dan PT. Satya Trinadi Komira
PT. Maju Bersama Jaya milik pengusaha Perkasa, merupakan perusahaan perikanan
Thailand, yang telah memiliki Surat Izin milik Thailand. Kemudian PT. PBR milik
Usaha Perikanan (SIUP) dari Direktorat pengusaha Thailand yang terletak di Pulau
Jenderal Perikanan Tangkap KKP, dengan Maikoor, Kecamatan Benjina, Kabupaten
masa berlakunya hingga tanggal 30 Januari Kepulauan Aru. Begitu juga di pelabuhan
2038, serta mempunyai kapal penangkap perikanan Nusantara Ambon, seperti PT.
ikan sebanyak 27 (dua puluh tujuh) unit dan 1 Nusantara Fishery, PT. Tofico, PT. Bonecom,
(satu) kapal tramper (pengangkut) dan sudah PT. Thalindo Arumina Jaya.
beroperasi kurang lebih 2 (dua) tahun. Dalam Kewajiban setiap perusahaan untuk
SIUP disebutkan bahwa PT. Maju Bersama memiliki UPI bagi PMA bidang perikanan
Jaya berlokasi di Jalan Dullah Raya Desa ditegaskan dalam Pasal 42 Peraturan
Ngadi Km. 08 Kota Tual Provinsi Maluku. Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Namun ternyata, perusahaan tersebut tidak 30 Tahun 2012, bahwa bagi perusahaan
ada/fiktif. Hal tersebut bertentangan dengan PMA harus melakukan pengolahan ikan
Pasal 40 ayat (1) Peraturan Menteri Kelautan dengan membangun atau memiliki UPI.
dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012 yang Pembangunan UPI wajib direalisasikan 100%
mengharuskan setiap PMA bidang perikanan (seratus persen) paling lama 1 (satu) tahun
wajib mendirikan PT berdasarkan hukum sejak SIPI dan/atau SIKPI diterbitkan.
Indonesia dan berkedudukan di dalam Ketentuan wajib memiliki UPI di lapangan
wilayah Negara Republik Indonesia. tidak berjalan sebagaimana mestinya. Artinya,
ada penafsiran yang tidak benar bahwa
3. Tidak Memiliki Unit Pengolahan Ikan (UPI) sepanjang UPI yang dibangun hanya sebatas
Pend ir ia n UPI dih ar a pk a n dapat cold storage saja maka perusahaan sudah
menyerap banyak t enaga kerja unt uk dapat berjalan selama izin masih berlaku.
mengolah hasil penangkapan ikan, baik Atau memang penafsiran UPI menurut
berupa tepung ikan, jeli ikan, bakso ikan, pemerintah cukup sebatas mendirikan cold
ikan kaleng, dan sebagainya. Namun yang storage, tidak perlu mendirikan industri nyata
terjadi, sebagian besar perusahaan PMA dalam bentuk pengolahan hasil perikanan
bidang perikanan tangkap tidak memiliki UPI, yang sebenarnya. Apabila hal tersebut benar,
kalaupun ada UPI hanya sebatas cold storage maka hadirnya PMA bidang perikanan tidak
yang fungsinya sebatas untuk menyimpan akan banyak menyerap tenaga kerja.
ikan hasil tangkapan agar tidak busuk.

36 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman...
4. Alat Tangkap Ikan yang Tidak Sesuai 2010, usaha perikanan tangkap di wilayah
dengan Ketentuan perairan sampai dengan 12 mil atau kurang
PMA bidang perikanan tangkap yang dengan menggunakan kapal penangkap
melakukan penangkapan ikan dengan ikan berukuran sampai dengan 30 GT, serta
pengolahan hasil perikanan yang dilakukan
menggunakan alat tangkap yang tidak
secara terpadu dengan penangkapan ikan
semestinya, baik menggunakan alat tangkap
di perairan umum, hanya dicadangkan
yang tidak sesuai dengan SIPI maupun
untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan
memakai alat tangkap yang dilarang. Seperti
koperasi. Sedangkan PMA hanya di daerah
KM Antasena 829 milik PT. BPR dengan
penangkapan laut ZEEI, dalam hal ini PMA
ukuran 829 GT ditangkap Tim Polda Maluku
melakukan pelanggaran fishing ground.
di kawasan perairan Benjina Kecamatan
Aru Tengah Kabupaten Aru. Dalam SIP,
ukuran pukat ikannya panjang 35 m, namun 6. Langsung Membawa Ikan Keluar Negeri
pada kenyataannya 41,60 m, dan ground (Transiphment)
rope-nya pada SIPI 38 meter, namun pada Praktik pencurian ikan di perairan
kenyataannya 51,60 meter. Tidak hanya Indonesia dari tahun ke tahun bertambah
ukuran alat penangkap ikan yang tidak sesuai, banyak. Sepanjang 2001-2013, terdapat 6.215
beberapa kapal milik PT. PBR diantaranya kasus pencurian ikan, dari jumlah tersebut,
KM. Antasena 810, KM. Antasena 829, KM. 3.782 kasus terjadi hingga Nopember 2012.
Antasena 836 dan KM. Antasena 806, ikut Pencurian itu dilakukan diantaranya oleh
terjaring operasi pekat Polda Maluku karena PMA dengan modus langsung membawa ikan
menggunakan alat penangkap ikan pukat keluar negeri, tanpa melakukan pendaratan
harimau (jaring trawl), yang secara nyata telah kepelabuhan sebagaimana ditentukan dalam
dilarang dalam UUP dan Keputusan Presiden SIPI. Seperti dilakukan kapal-kapal milik PT.
Nomor 39 Tahun 1980 tentang Penghapusan PBR yang melakukan alih muatan di tengah
Jaring Trawl. laut dekat perbatasan.
Pasal 9 UUP menentukan penggunaan Hasi l pe n ye li dik a n Sa tua n Ker j a
alat tangkap ikan dan/atau alat bantu Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
penangkap ikan tidak dapat dibenarkan apabila Perikanan Natuna, pada tanggal 25 Juli
mengganggu dan merusak keberlanjutan 2012 telah ditemukan enam kapal, yakni KM
sumber daya ikan, termasuk diantaranya Bintang Barelang 12, KM Laut Barelang 18,
jaring trawl atau pukat harimau, dan/atau KM Laut Barelang 21, KM Laut Natuna 06, KM
compressor. Larangan tersebut bertujuan Laut Barelang 7, dan KM Laut Barelang 25,
untuk menghindari adanya penangkapan ikan yang merupakan kapal eks asing berbendera
dengan menggunakan peralatan yang dapat Indonesia milik PT. Jaringan Barelang, PT.
merugikan kelestarian sumber daya ikan Jaringan Lautan Barat, dan PT. Riswan Citra
dan lingkungannya. Larangan dicantumkan Pratama, terbukti melakukan transhipment.
dalam pemberian perizinan penangkapan KM Laut Natuna 06 memindahkan 70 drum
dan merupakan satu kesatuan dengan kapal ikan ke kapal Pit Snoke berbendera Malaysia.
yang akan digunakan untuk melakukan KM Laut Barelang 21 memindahkan ikan
penangkapan. Adapun ukuran mata jaring ke kapal Malaysia tanggal 18 Juli 2012,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dan KM Laut Barelang 18 pasok ikan ke
oleh Dirjen Perikanan Nomor. IK. 340/ kapal Malaysia tanggal 7 Juni 2012 dan
D3/2004/96.K tanggal 19 November 1996 membongkar ikan di Pelabuhan Thailand. KM
bahwa mata jaring (mesh size) terendah atau Bintang Barelang 12 membongkar 180 drum
minimal 50 mm atau 5 cm. ikan ke Pelabuhan Pattani, Thailand, tanggal
28 Juni 2012.
Transiphment bertentangan dengan
5. Pelanggaran Fishing Ground Pasal 41 ayat (3) UUP yang menentukan
PMA bidang perikanan selalu melakukan bahwa setiap kapal penangkap ikan dan
penangkapan ikan di daerah 12 mil laut di kapal pengangkut ikan harus mendaratkan
wilayah pengelolaan perikanan Republik ikan tangkapan di pelabuhan perikanan
Indonesia (WPPRI) yang seharusnya wilayah yang ditetapkan atau pelabuhan lainnya
tersebut hanya diperuntukan bagi nelayan yang ditunjuk. Hal tersebut dipertegas
warga negara Indonesia. Berdasarkan kembali dalam Pasal 69 ayat (3) Peraturan
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman... 37
Tahun 2012, bahwa dalam pelaksanaan kecil, kemudian sering terjadinya bentrokan
transhipment, ikan wajib didaratkan di di laut.
pelabuhan pangkalan sesuai SIPI atau Unsur terakhir dari perbuatan melawan
SIKPI dan tidak boleh dibawa keluar negeri. hukum adalah adanya hubungan kausal antara
Berdasarkan hasil rekam Vessel Monitoring perbuatan dan kerugian. Sesuatu hal terjadi
System (VMS) dan rekam jejak (track record), merupakan sebab dari akibat, sedangkan
pelanggaran yang dilakukan PMA bidang suatu akibat tidak akan terjadi bila sebab
perikanan di Indonesia terutama melakukan itu tidak ada. Maka perbuatan PMA bidang
penangkapan ikan yang menyalahi fishing perikanan yang terjadi selama ini merupakan
ground, transiphment ikan di laut (kapal perbuatan melawan hukum sebagaimana
angkut yang posisinya di dekat perbatasan ditentukan dalam Pasal 1365 KUH Perdata,
ZEEI) (Aji Sularso, 2009: 51). di mana sebab-sebab perbuatan melawan
Pelanggaran- pelanggar an yang hukum yang dilakukan PMA memiliki akibat
dilakukan PMA tersebut dapat dikategorikan yang fatal terhadap industri perikanan,
s e b a g a i p e r b u a t a n m e l a w a n h uk u m terjadi over fishing (eksploitasi berlebihan)
( onrechtmatigedaad ), sebagaimana di beberapa daerah laut Indonesia, dan lebih
ditentukan dalam Pasal 1365 KUH Perdata, jauh lagi, perbuatan melawan hukum ini
yang menyatakan bahwa “...tiap perbuatan menjadi salah satu penyebab masyarakat
melanggar hukum, yang membawa kerugian nelayan tetap miskin.
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang Dirjen Kelautan dan Perikanan pada
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, tahun 2004 melaporkan sebanyak 3,91
mengganti kerugian tersebut”. Akan tetapi, jutakepala keluarga atau 16,42 juta jiwa
perbuatan melawan hukum yang dilakukan diantara 8.090 desa pesisir di Indonesia
PMA bidang perikanan tersebut harus dapat tergolong sebagai penduduk miskin dengan
dibuktikan dan dipertanggungjawabkan poverty headcount index sebesar 0,32 %.
kebenaran melalui pembuktian unsur- Hingga tahun 2011, Indonesia yang memiliki
unsur dari perbuatan melawan hukum yang 76.613 jumlah desa dan dari jumlah tersebut,
terdiri dari: (a) adanya suatu perbuatan; 10.639 desa dikategorikan sebagai desa
(b) perbuatan itu melawan hukum; (c) ada pesisir, sebagaian besar penduduknya
kesalahan dari pelaku; (d) ada kerugian hidup dalam garis kemiskinan (Marhaeni
korban; dan (e) ada hubungan kausal antara Ria Siombo, 2010: 4; Akhmad Solihin,
perbuatan dan kerugian. Berdasarkan unsur- 2010: 7). Menurut BPS, nelayan Indonesia
unsur tersebut, terlihat dengan jelas bahwa masuk dalam golongan kaum miskin di
PMA bidang perikanan dengan sengaja Indonesia yang jumlahnya pada 2010 hampir
mencapai 31,3 juta jiwa. Sedangkan data
telah melakukan perbuatan melawan hukum
dari Bank Dunia menyebut angka yang
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1365
lebih besar yaitu 108,78 juta jiwa. Jumlah
KUH Perdata.
rata-rata penghasilan nelayan (termasuk
Adanya perbuatan melawan hukum buruh nelayan) per hari hanya sebesar Rp
yang dilakukan PMA bidang perikanan ini 30.499,00 lebih kecil bila dibandingkan
membawa akibat yang luas bagi masyarakat dengan upah kuli bangunan sebesar Rp
nelayan, antara lain masyarakat nelayan 48.301,00 sehari (Nelayan Indonesia Harus
Indonesia mengalami kerugian material dan Berdaulat di Negeri Maritimnya Sendiri, 2011).
immaterial. Kerugian materiil diantaranya Seharusnya negara yang ideal adalah negara
industri perikanan banyak yang tutup karena yang berfungsi menjamin kesejahteraan
kesediaan bahan baku tidak ada akibat masyarakatnya (Siswono Yudo Husodo,
over fishing (eksploitasi berlebihan) di 2009: 58-59).
banyak daerah sehingga ikan menjadi
langka. Selanjutnya, para nelayan juga harus
menempuh jarak perjalanan yang jauh untuk E. Simpulan
mendapatkan ikan dan hasil yang didapatkan Perbuatan yang dikategorikan sebagai
juga telah jauh menurun. Adapun kerugian perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
immateriil yang dirasakan akibat perbuatan PMA bidang perikanan yang melanggar ketentuan
melawan hukum yang dilakukan PMA bidang Pasal 1365 KUH Perdata adalah: (a) status
perikanan antara lain masyarakat nelayan hukum perusahaan yang tidak berubah menjadi
banyak yang sakit, takut melaut karena kapal PMA, sementara modal asing telah masuk ke
asing yang mau menabrak kapal nelayan dalam perusahaan tersebut; (b) perusahaan

38 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman...
PMA fiktif; (c) perusahaan PMA bidang perikanan nasional dan masyarakat Indonesia. Tidak memberi
tidak memiliki unit pengolahan ikan (UPI); ruang dan kesempatan kepada pihak PMA untuk
(d) melakukan penangkapan ikan dengan ikut mengelola usaha industri perikanan di
menggunakan alat tangkap ikan yang tidak Indonesia. Untuk itu pemerintah harus melakukan
sesuai dengan ketentuan; (e) melakukan praktek langkah-langkah: pertama, mengamandemen
transiphment; (f) perusahaan PMA melakukan ketentuan Pasal 4 dan menghapus ketentuan
pelanggaran fishing ground. Pasal 29 ayat (2) UUP karena untuk mewujudkan
keadilan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
F. Saran nelayan Indonesia sebaiknya terhadap usaha
perikanan hanya diberikan kepada warga negara
Demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan Indonesia dan badan hukum Indonesia; kedua,
bagi nelayan Indonesia, sebaiknya pemerintah mengamandemen ketentuan Pasal 101 UUP,
menerapkan konsep penguasaan mutlak sumber agar setiap korporasi yang melakukan perbuatan
daya perikanan berdasarkan nilai-nilai falsafah melawan hukum bidang perikanan dapat diberikan
Pancasila. Pengelolaan sumber daya perikanan sanksi.
secara mutlak harus diberikan kepada industri

Daftar Pustaka
Buku:
Ali Rido. 1977. Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,
Yayasan, Wakaf. Bandung: Alumni.
Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Cetakan Kesatu. Bandung: Mandar Maju.
Chaidir Ali. 1991. Badan Hukum. Bandung: Alumni.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Analisis Potensi Ekonomi Maritim Dalam Rangka Perumusan
Kebijakan Ekonomi Maritim Indonesia. Jakarta: tp.
Husodo, Siswono Yudo. 2009. Menuju Welfare State. Jakarta: Baris Baru.
Ibrahim, Johnny. 2011. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cetakan Keempat. Malang:
Bayumedia Publishing.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Data Pokok Kelautan dan Perikanan Periode s.d. Oktober
2011. Jakarta: t.p.
Kerlinger, FN. 1973. Foundation of Behavioral Research, 2ͭ ed.Holt, Rinehart and Winston, Inc. New
York (Terj. Landung R. Simatupang. 1992. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: GMUP).
Kusnadi. 2006. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam. Cetakan II.
Yogyakarta: LKiS.
Marhaeni Ria Siombo. 2010. Hukum Perikanan Nasional dan Internasional. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Marzuki, Peter Mahmud. 2010. Penelitian Hukum. Cetakan Keenam. Jakarta: Kencana.
Nieuwenhuis. 1985. Pokok-pokok Hukum Perikatan. (Terj. Djasadin). Surabaya: Universitas Airlangga.
Rajagukguk, Erman. 1994. Indonesianisasi Saham. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahardjo Adisasmita. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rokhimin Dahuri, dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Ronny Hanitijo Soemitro. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ruchyat Deni Dj. 2009. Bahari Nusantara Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Ketahanan Nasional,
Cet. I. Jakarta: The Media of Social and Cultural Communication.

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman... 39
R. Wirjono Prodjodikoro. 2000. Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang Dari Sudut Hukum Perdata.
Bandung: Mandar Maju.
Supriadi dan Alimuddin. 2011. Hukum Perikanan di Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: Sinar Grafika.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Wolfgang G. Friedman and Jean Pierre Begun. 1971. Joint Internasional Business Ventures In Developing
Countries. New York: Columbia University Press.
Jurnal:
Nurminingsih dan Shobar Wiganda. 2010. “Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan (Studi Kasus
Pengolahan Abon Ikan di KUB Hurip Mandiri di Kecamatan Pelabuanratu, Kabupaten Sukabumi)”.
Majalah Forum Ilmiah Unija. Vol. 14 No. 04. April 2010.
Makalah, Desertasi:
Marhaeni Ria Siombo. 2009. Pengaruh Metode Penyuluhan dan Motivasi Nelayan Terhadap Pengetahuan
Tentang Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan (Eksperimen Pada Nelayan di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Muara Angke, Jakarta Utara, 2008), Sinopsis Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta.
Victor P.H. Nikijuluw dan J.J. Wenno. 1996. “Masalah Pengelolaan Kawasan Pantai dan Alternatif
Pemecahan di Indonesia”, Makalah Semiloka Nasional tentang Peranan Masyarakat dalam
Pengelolaan Kawasan Pesisir di Indonesia, Pusat Studi Sumber Alam dan Lingkungan Universitas
Pattimura, Ambon.
Website
Nelayan Indonesia Harus Berdaulat di Negeri Maritimnya Sendiri, http://persma.com. (18 Desember 2011).
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha
yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap
di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

40 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perbuatan Melawan Hukum Penanaman...

Anda mungkin juga menyukai