Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN

PENDEKATAN NANDA NOC NIC PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “HEPATITIS”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen pengampu :

Ns. Leni Merdawati, S. Kep, M. Kep

Disusun Oleh : Kelompok 13

Anggota :

Nanda Amelia / 1811312029

Zela Indriani / 1811313011

Zara Aprilia / 1811313013

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga tugas Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah dengan Pendekatan Nanda Noc Nic Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Endokrin “Hepatitis” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah bekontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pera pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...2

A. Anatomi Fisiologi Organ……………………………………………………...2


B. Landasan Teoritis Penyakit…………………………………………………...4
1. Defenisi……………………………………………………………………4
2. Etiologi...………………………………………………………………….4
3. Manifestasi Klinis…………………………………………………………5
4. Pemeriksaan Penunjang Dan Dignostik…………………………………...5
5. Penataksanaan Medis Dan Keperawatan………………………………….6
6. Komplikasi………………………………………………………………...8
7. WOC………………………………………………………………………8
C. Landasan teoritis asuhan keperawatan………………………………………11
1. Pengkajian………………………………………………………………..11
2. Perumusan Diagnosa (NANDA)………………………………………...13
3. Penentuan Kriteria Hasil (NOC)…………………………………………13
4. Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)………………………………13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis


dan inflamasi pada sel- sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi
lima tipe hepatitis virus yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan E
mempunyai cara penularan yang serupa ( jalur fekal – oral ) sedangkan
hepatitis B, C, dan D memilki banyak karateristik yang sama.Hepatitis
kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi
denganvirus-virus lainnya, seperti :

• Cytomegalovirus
• Virus Epstein-Barr
• Virus Herpes simplex
• Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan
mempunyai penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif
lama, pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi yang berkaitan dengan hepatitis
b. Memahami landasan teori dari penyakit hepatitis

1
c. Memahami landasan teori asuhan keperawatan pada klien dengan
hepatitis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Organ

Hepar (hati) merupakan klenjar besar ditubuh, dengan berat 1,5 kg


atau lebih. Hati menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali
lemak, melalui vena porta. Selain bahan yang dicerna, darah portal juga
membawa berbagai bahan toksik kedalam hati untuk kemudian
didetoksikasi atau dieksresikan oleh hati. Empedu yang dihasilkan hati,
mengalir keluar melalui sistem saluran ke kandung empedu. Bila
diperlukan, empedu dari kandung empedu dikeluarkan keduodenum berupa
garam empedu. Sel-sel parenkim hati mendapat darah dari cabang-cabang

3
arteri hepatika. Vena porta dan arteri hepatika masuk dan saluran empedu
keluar dari hati mellaui porta hepatis.
Hati diliputi simpai jaringan ikat fibrosa (Glisson), dan dari sini
membentuk septa jaringan ikatb tipis yang masuk kedalam hati diporta
hepatis dan membagi-bagi hati kedalam lobus dan lobulus. Sel-sel parenkim
hati (hepatosit) tersusun berupa lempengan saling berhubungan dan
bercabang, membentuk anyaman tiga dimensi. Diantara lempeng-lempeng
ada sinusoid darah (mirip kalpiler darah). Penampang hati tampak berlobuli
segienam. Disudut-sudut lobuli terlihat lebih banyak jaringan ikat yang
mengandung cabang-cabang vena porta, cabang arteri hepatika, dan duktus
biliari (saluran empedu). Daerah ini disebut daerah portal (kanal portal)
Didalam hati terdapat beberapa macam lobulus : lobulus klasik
(lobulus hati), lobulus portal, dan asinus hati (unit fungsional). Lobulus
klasik dibatasi oleh daerah portal (biasanya hanya tampak tiga dari enam
sudutnya) dan pusatnya terdapat lubang, yaitu vena sentralis, yang
menampung dara dari sinusoid. Jadi darah mengalir dari daerah portal
(cabang vena porta dan cabang arteri hepatika) kedalam sinusoid, lalu
kevena sentralis. Sebaliknya, empedu yang disekresikan sel-sel hati,
mengalir melalui kanalikuli biliaris ke duktus biliaris didaerah portal.
Lobulus portal mempunya daerah portal sebagai pusatnya dan bersudutkan
tiga vena sentralis. Jadi lobulus ini terdiri atas jaringan yang menyalurkan
empedu ke dalam duktus biliaris di daerah portal. Asinus hati (unit
fungsional), seperti halnya lobulus portal, tidak jelas batas-batasnya. Sudah
dijelaskan bahwa tidak semua sudut dari lobulus klasik ada daerah
portalnya. Daerah yang tidka memiliki daerah portal ini tetap mendapat
darah dari asinus hati. Kedua sudut belah ketupatnya adalah vena sentralis.
Hati penting untuk hidup karena letaknya yang unik, yaitu antara dua
vena, hati mudah rusak oleh bahan-bahan toksik yang diserap. Fungsi hati
bermacam-macam, antara lain :

4
a. Hati mempertahankan kadar gula darah. Gula darah disimpan dalam sel
hati sebagai glikogen
b. Metabolisme lipid. Lipid diangkut dalam darah sebagai lipoprotein, dan
protein pengangkut dibentuk dalam hati
c. Hati juga menyimpan vitamin A dan B dan heparin
d. Hati menghasilkan fibrinogen dan albumin plasma
e. Hati mensintesis kolestrol
f. Mendetoksikasi bahan-bahan toksik dalam darah
g. Memfagositosis benda-benda asing atau partikel oleh fagosit pada
sinusoid (sel Kupffer)
h. Hemopoiesis pada fetus dan bayi baru lahir
B. Landasan Teoritis Penyakit
1. Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksi terhadap oba-
obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono, 1999)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
2. Etiologi
a. Virus

Type A Type B Type C Type D Type E


Metode Fekal-oral Parentera Parenteral, Parenteral Fekal-
transmisi melalui l, janrang perinatal, oral
orang lain seksual, seksual, memerlukan
perinatal orang koinfeksi
keorang, dengan type
perinatal B
Keparahan Tak ikterik parah Menyebarlua Peningkatan Sama
dan s, dapat insiden dengan
asimtomatik berkembang kronis dan D

5
sampai kronis gagal hepar
akut
Sumber Darah, Darah, Terutama Melalui darah Darah,
virus feces, saliva saliva, melalui darah feces,
semen, saliva
sekresi
vaginan

b. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya alkohol sirosis
c. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis
toksik dan hepatitis akut.
3. Tanda dan gejala
a. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari ( rata-rata 50 hari)
b. Fase pre ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama
kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar
39c berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan
gatal-gatal mencolok pda virus hepatitis B.
c. Fase ikterik
Urin berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
sehu badan disertai bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu 1, kemudian menetap dan baru berkurang

6
setetlah 10-14b hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pada seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capek dirasakan selama 1-2 minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat hilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit
ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urin tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capek
4. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- Urobilirubin direk
- Bilirubin serum total
- Bilirubin urin
- Urobilinogen urin
- Urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- Protein total serum
- Albumin serum
- Globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- Respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum

Radiologi

7
- Foto rontgen abdomen
- Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose
bengal yang berlabel radioaktif
- Kolestogram dan kalangiogram
- Arteroigrafi pembuluh darah seliak

Pemeriksaan tambahan

- Laparaskopi
- Biopsi hati
5. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Medis
1) Pencegahan
a) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan
sebaiknya tidak menjadi donor darah karena dapat menular
melalui darah dan produk darah.
b) pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa
memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg
BB, intramuskular.
2) Obat-obatan terpilih
a) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa
dimana ada reaksi imun yang berlebihan.
b) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
c) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr
intravena.
e) Roboransia.
f) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.

8
3) Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup
istirahat.
4) Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya
di berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan
makanan yang cukup
5) Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat –
obatan yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin
ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat
diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak
sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
b. Keperawatan
1) Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala
pembesaran hati kenaikan bilirubin kembali normal.
2) Nutrisi yang adekuat
3) Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari
keluarga sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk
meminimalkan perubahan dalam persepsi sensori.
4) Pengendalian dan pencegahan
6. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang
diisebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksi merupakan
stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusan jaringan paremkin hati yang
meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.
7. Patofisologi dan Web of cause
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini
unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan

9
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin
indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena
kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine
dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus

10
Web of cause

11
C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya
kerusakan/gangguan hati
1) Aktivitas
- Kelemahan
- Kelelahan
- Malaise
2) Sirkulasi
- Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
- Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
- Urine gelap
- Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan Cairan
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Mual dan muntah
- Peningkatan oedema
- Asites
5) Neurosensori
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Asteriksis
6) Nyeri / Kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Mialgia
- Atralgia

12
- Sakit kepala
- Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
- Demam
- Urtikaria
- Lesi makulopopuler
- Eritema
- Splenomegali
- Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
- Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
b. Pola fungsional gordon
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat.
2) Pola nutrisi dan metabolik
a) Makan  : Tidak nafsu makan, porsi makan  tidak habis, habis 3
sendok  disebabkan Mual muntah .
b) Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500 cc
3) Pola eliminasi
a) BAK : urine warna gelap, encer seperti teh
b) BAB : Diare feses warna tanah liat
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena
pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah, malaise dan
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.
5) Pola istirahat tidur

13
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada
nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus
segera berobat.
7) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi
akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk
istirahat.
8) Pola reproduksi / seksual
Pola hidup / perilaku meningkatkan risiko homoseksual aktif /
biseksual pada wanita).
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami
penyakit seperti ini lagi.
10) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi
perutnya dan meringis kesakitan.
11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama Islam dan yakin akan cepat sembuh
menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
2. Perumusan diagnosa keperawatan (NANDA)
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses infeksi /
inflamasi virus)
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet yang kurang
c. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan fisik
3. Penentuan kriteria hasil (NOC) dan penentuan intervensi keperawatan
(NIC)

14
No NANDA NOC NIC
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan - Nyeri : respon 1. Manajemen nyeri
dengan agen psikologis Aktivitas :
cidera biologis tambahan -Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
(proses - Nyeri : efek yang yang meliputi lokasi, karakteristik,
inflamasi/peny mengganggu onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
akit) - Kontrol nyeri atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
- Tingkat nyeri -Observasi adanya petunjuk nonverbal
Kriteria hasil : mengenai ketidaknyamanan terutama pada
1. Klien mampu mereka yang tidak dapat berkomunikasi
mengenali nyeri secara efektif
(skala intensitas, -Pastikan perawatan analgesik pada pasien
frekuensi dan diakukan dengan pemantauan yang ketat
tanda nyeri) -Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap
2. Klien mampu respon nyeri
mengontrol -Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri -Gali npengetahuan dan kepercayaan pasien
3. Klien mengenai nyeri
menyatakan rasa -Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
nyaman setelah penyebab nyeri, berapa lama nyeri
nyeri berkurang dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
-Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
-Ajarkan metode farmakologi untuk
menurunkan nyeri
-Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah
2. Manajemen pengobatan
Aktivitas :

15
- Tentukan obat apa yang diperlukan, dan
kelola menurut resep/protokol
- Tentukan kemampuan pasien untuk
mengobati diri sendiri dengan cara yang
tepat
- Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai
- Monitor pasien mengenai efek terapeutik
obat
- Monitor efek samping obat
- Monitor interaksi obat yang
nonterapeutik
- Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat
- Fasilitasi perubahan pengobatan dnegan
dokter
- Pantau kepatuhan mengenai regimen
obat
2. Ketidakseimba NOC : NIC :
ngan nutrisi : - Status nutrisi 1. Manajemen nutrisi
kurang dari Kriteria hasil : Aktivitas :
kebutuhan - Adanya - Tentukan status gizi pasien dan
tubuh peningkatan berat kemampuan pasien untuk memenuhi
berhubungan badan sesuai kebutuhan gizi
dengan asupan dengan tujuan - Identifikasi adanya alergi atau intoeransi
diet kurang - Berat badan ideal makanan yang dimiliki pasien
sesuai dengan - Tentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
tinggi badan dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan
- Mampu gizi
mengidentifikasi - Atur diet yang diperlukan

16
kebutuhan nutrisi - Lakukan atau bantu pasien terkait dengan
- Tidak ada tanda- perawatan mulut sebelum makan
tanda malnutrisi - Ciptakan lingkungan yang optimal pada
- Tidak terjadi saat mengkonsumsi makan
penurunan berat - Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
badan yang - Monitor kalori dan asupan makan
berarti - Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan maupun peningkatan berat
badan
2. Monitor nutrisi
Aktivitas
- Timbang berat badan pasien
- Identifikasi perubahan nberat badan
terakhir
- Monitor turgor kulit dan dan mobilitas
- Monitor adanya mual muntah
- Monitor diet dan asupan kalori
- Identifikasi perubahan nafsu makan dan
aktivitas akhir-akhir ini
- Tentukan pola makan
3. Keletihan NOC : NIC :
berhubungan - Toleransi 1. Manajemen energi
dengan terhadap aktivitas Aktivitas :
peningkatan - Daya tahan - Anjurkan pasien mengungkapkan secara
kelelahan fisik - Energi verbal mengenai keterbatasan yang
psokomotor dialami
Kriteria hasil : - Observasi adanya pembatasan klien
- Memverbalisasik dalam melakukan aktivitas
an peningkatan - Dorong untuk mengngkapkan perasaan
energi dan terhadap keterbatasan

17
merasa lebih baik - Kaji adanya faktor yang menyebabkan
- Menjelaskan kelalahan
penggunaan - Monitor nutrisi dan sumber energi yang
energi untuk adekuat
mengatasi - Monitor pasien akan adanya kelelahan
kelelahan fisik da emosi secara berlebihan
- Kecemasan - Monitor respon kardiovaskuler terhadap
menurun aktivitas
- Mempertahankan - Monitor pola tidur dan lamanya
kemampuan tidur/istirahat pasien
untuk 2. Terapi aktivitas
berkosentrasi Aktivitas :
- Pertimbangkan kemampuan klien dalam
berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
- Dorong aktivitas kreatif yang tepat
- Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang diinginkan
- Bantu klien untuk mengidentivikasi
aktivitas yang bermakna

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

18
Hepar (hati) merupakan klenjar besar ditubuh, dengan berat 1,5 kg
atau lebih. Hati menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali
lemak, melalui vena porta. Didalam hati terdapat beberapa macam lobulus :
lobulus klasik (lobulus hati), lobulus portal, dan asinus hati (unit
fungsional). Hati penting untuk hidup karena letaknya yang unik, yaitu
antara dua vena, hati mudah rusak oleh bahan-bahan toksik yang diserap.

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang


dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksi terhadap oba-
obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono, 1999)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)

Tanda dan gejalanya mempunyai 4 fase yaitu masa tunas, fase pre ikterik,
fase ikterik, dan fase penyembuhan. Kemudian untuk melakukan
pemeriksaan dilakukan dengan 3 tahap, yang pertama yaitu laboratorium
terdiri dari Pemeriksaan pigmen, Pemeriksaan protein, Waktu protombin,
dan Pemeriksaan serum transferase dan transaminase. Selanjutnya yaitu
tahap radiologi dan yang terakhir pemeriksaan kesehatan.

B. SARAN

Marilah kita bersama- sama belajar dengan sungguh- sungguh di dalam


dunia pendidikan tinggi keperawatan supaya menghasilkan tenaga
keperawatan professional yang mampu mengadakan pembaharuan dan
perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan
perkembangan kehidupan profesi keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing interventions classification (NIC) Ed. 6.


Mosby

19
Herdman, T. Heather. 2018. NANDA-I diagnosis keperawatan : definisi dan
klasfikasi 2018-2020 ; alih bahasa Budi Anna Keliat, dkk ; editor
penyelaras, monica ester, dkk Ed. 11. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing outcomes classification (NOC) : Pengukuran


Outcome Kesehatan Ed. 5. Mosby

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan ; Editor


Monica Ester Hal. 67-68. Jakarta : EGC

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2012. Standar Asuhan Keperawatan Hal. 145-151.


Jakarta : Trans Info Media

20

Anda mungkin juga menyukai