Anda di halaman 1dari 8

Latar belakang

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
tahun 2003), dan penurunannya yang lambat merupakan masalah prioritas yang belum
selesai. Sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000
kelahiran hidup. Penanganan masalah ini tidaklah mudah, karena faktor yang melatar
belakangi kematian ibu dan bayi baru lahir sangat kompleks. Penyakit kematian ibu
terbanyak (90%) disebabkan oleh komplikasi obstetri; yaitu, perdarahan, infeksi dan eklamsi.
Di Indonesia, pre eklamsi dan eklamsi masih merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Sedangkan pada keadaan normal letak
plasenta ada di bagian atas uterus (Sarwono, 2006).
Frekuensi plasenta previa pada primi gravida yang berumur > 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primi gravida yang berumur < 25 tahun. Pada grande multipara yang berumur
> 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur < 25
tahun (klosterman 1973). Angka dari RS Ciptomangunkusumo (1971 – 1975) menunjukkan bahwa
frekuensi plasenta previa pada primi gravida yang berumur > 35 tahun kira-kira 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan primi gravida yang berumur < 25 tahun pada para 3 atau lebih yang berumur <
25 tahun (Sarwono, 2006).
Selain menutupi jalan lahir, plasenta previa juga dapat mengakibatkan antepartum bleeding
yang dapat membahayakan ibu dan janin. Adapun stiologi dari plasenta previa itu sendiri tidak
selalu jelas dapat diterangkan, bahwasannya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi
pada desidua akibat persalinan yang lalu dapat menyebabkan plasenta previa tidaklah selalu benar,
karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada
penderita dengan paritas tinggi.
Pemeriksaan yang akurat adalah dengan USG karena tidak menimbulkan bahaya bagi ibu dan janin
dan hasilnya sangat akurat. Penanganan plasenta previa dengan penanganan konservatif, partus
pervaginam dan seksio sesarea.
PLASENTA PREVIA
T. M. HANAFIAH
Bagian Obstetri Dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
defenisi - Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteri internum (OUI) .
- Plasenta yang ada di depan jalan lahir.
(prae = di depan, vias = jalan), jadi yang di maksud adalah
plasenta implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh
atau sebahagian jalan lahir (Ostium Uteri Internium).

Low lying plasenta


Faktor Predisposisi :
1. Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan
inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret,
dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik.
Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa total pada
pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa pada pembukaan 8 cm.
Beberapa klasifikasi plasenta previa:
a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi
oleh plasenta, dibagi 2 :
2.1 Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
2.2 Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
2.3 Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang
ditutupi plasenta.

b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :


1. Plasenta previa totalis ; seluruh ostea ditutupi uri.
2. Plasenta previa partialis ; sebagian ditutupi uri.
3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan Pada
periksa dalam tak teraba.
c. Menurut Browne:
1. Tingkat I, Lateral plasenta previa :
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai
ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat II, Marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostea).
1. Gejala klinis
a. Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
dari biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar.
b. Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
c. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding)
biasanya lebih banyak.
d. Janin biasanya masih baik.
2. Pemeriksaan in spekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus dicurigai.
3. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radio sotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada
pemerikasaan radiografi clan radiosotop, ibu dan janin dihadapkan pada bahaya
radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG tidak menimbulkan bahaya
radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat untuk menentukan letak
plasenta.
4. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai dari forniks
posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan
jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam
OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta.

PENANGANAN
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga,
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena
pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian
infus atau tranfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
• Keadaan umum pasien, kadar hb.
• Jumlah perdarahan yang terjadi.
• Umur kehamilan/taksiran BB janin.
• Jenis plasenta previa.
• Paritas clan kemajuan persalinan.
Penanganan Ekspektif
Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu sampai
kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif.

Penanganan aktif
Kriteria
• umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
• Ada tanda-tanda persalinan.
• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan
pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.

Indikasi Seksio Sesarea :


1. Plasenta previa totalis.
2. Plasenta previa pada primigravida.
3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4. Anak berharga dan fetal distres
5. Plasenta previa lateralis jika :
• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

Partus per vaginam.


Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah
meninggal atau prematur.
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika
hid lemah, diberikan oksitosin drips.
2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan
(kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan
pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk
melakukan operasi.

KOMPLlKASI
1. Perdarahan dan syok.
2. Infeksi.
3. Laserasi serviks.
4. Plasenta akreta.
5. Prematuritas atau lahir mati.
6. Prolaps tali pusar.
7. Prolaps plasenta.

PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karana plasenta rendah
sekali atau tak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun
1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga
kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.
KEPUSTAKAAN
Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.
Mochtar. R, Sinopsis Obstetri I, Ed. II, Jakarta, EGG, 1989,hal.300-311.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara/R.S Dr. Pringadi
Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-Ginekologi R.S. Dr. Pringadi Medan,
1993, halo 6-10,
Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri
Patologi, Ed. 1984, Elstar Offset Bandung, halo 110-120.
.

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu 

 Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
 Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
 Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
jalan lahir.
 Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan
lahir.

Ciri – ciri plasenta previa

1. Perdarahan tanpa nyeri


2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.
ETIOLOGI

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau
operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah
plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.

Diagnosis plasenta previa:

1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan
berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala belum
masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis
servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja operasi.

Penatalaksanaan plasenta previa

 Konservatif bila :

1. Kehamilan kurang 37 minggu.


2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
4. perjalanan selama 15 menit).

 Penanganan aktif bila : a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.

1. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.


2. Anak mati

Perawatan konservatif berupa :

 Istirahat.
 Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
 Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
 Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka
lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul
perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

Penanganan aktif berupa :


 Persalinan per vaginam.
 Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam
keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :

1. Plasenta previa marginalis


2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan
maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam
bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan
banyak, lakukan seksio sesar.

Indikasi melakukan seksio sesar :

 Plasenta previa totalis


 Perdarahan banyak tanpa henti.
 Presentase abnormal.
 Panggul sempit.
 Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang).

Gawat janin
Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan
cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

Anda mungkin juga menyukai