Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KELELAHAN DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL

PADA PENGEMUDI BUS MALAM JARAK JAUH PO. RESTU MULYA

Rahmadi Fahmi
Ikatan Alumni Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Provinsi Jawa Timur
E-mail: rahmadifahmi@gmail.com

ABSTRACT
Long trip night bus drivers is a very highly risk of fatigue and musculoskeletal disorder. The aim of this research was
to learn and acknowledging the level of fatigue and musculoskeletal disorder in PO. (Perusahaan Otobus) Restu Mulya
long trip night bus drivers. This is an observational descriptive research with cross sectional study design. The research’s
variable is the level of fatigue and musculoskeletal disorder that obtained from primary data using SSRT (Subjective Self
Rating Test) questionnaire and NBM (Nordic Body Map) questionnaire. The result shows that 58.33% long trip night bus
drivers was felt a moderate level of fatigue and 41.67% long trip night bus drivers felt a severe level of fatigue. Most of
long trip night bus drivers which number 75% drivers felt almost-sick of musculoskeletal disorder with the buttock, back,
neck, and leg symptom point. The fatigue in PO. Restu Mulya long trip night bus drivers was a moderate and severe level
with a lower activity and physicly fatigue symptom. The fatigue can be possibly caused by high physical work burden and
psycologycal work burden which is a big responsibilities for the passengers safety. Then a low level of musculoskeletal
disorders with the buttock, back, neck, and leg symptom point that possibly caused by monotony sit work posture on a
very long time.

Keywords: long trip night bus drivers, fatigue, musculoskeletal disorder

ABSTRAK
Pengemudi bus malam jarak jauh merupakan pekerjaan yang memiliki risiko yang sangat tinggi terhadap timbulnya
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mempelajari tingkat
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh para pengemudi bus malam jarak jauh PO. (Perusahaan
Otobus) Restu Mulya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan desain studi cross sectional.
Varibel dalam penelitian ini adalah tingkat kelelahan dan keluhan muskuloskeletal yang didapatkan dari data primer melalui
kuesioner SSRT (Subjective Self Rating Test) dan kuesioner NBM (Nordic Body Map). Hasil penelitian menunjukkan
58,33% pengemudi bus malam jarak jauh mengalami kelelahan sedang dan 41,67% pengemudi bus malam jarak jauh
mengalami kelelahan berat. Sebagian besar pengemudi bus malam jarak jauh yaitu sebanyak 75% mengalami keluhan
muskuloskeletal agak sakit dengan titik keluhan yaitu pantat, punggung, leher dan betis kaki. Kelelahan yang dialami oleh
pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya merupakan kelelahan dengan tingkat sedang dan berat, dengan gejala
pelemahan kegiatan dan kelelahan fisik. Penyebab kelelahan yang sangat memungkinkan adalah beban kerja fisik yang
sangat tinggi dan beban kerja mental yang besar terhadap keselamatan penumpangnya. Sedangkan keluhan muskuloskeletal
yang dirasakan oleh pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya adalah keluhan tingkat ringan dengan titik keluhan
yaitu pantat, punggung, leher dan betis kaki. Penyebab keluhan muskuloskeletal yang sangat memungkinkan adalah sikap
kerja duduk dan monoton dalam waktu yang sangat lama.

Kata Kunci: pengemudi bus malam jarak jauh, kelelahan, keluhan muskuloskeletal

PENDAHULUAN dan gangguan kesehatan adalah para pengemudi


Pekerjaan mengemudi merupakan suatu pekerjaan bus malam jarak jauh. Waktu tempuh yang sangat
yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi karena lama untuk perjalanan jarak jauh pada malam hari,
memerlukan koordinasi yang cepat dan tepat antara dengan sedikitnya waktu istirahat di saat kerja,
mata, tangan, kaki, dan otak, sehingga mengemudi disertai dengan tanggung jawab yang sangat besar
merupakan suatu pekerjaan yang sangat berisiko terhadap keselamatan penumpang merupakan beban
tinggi mengalami kelelahan dan berbagai gangguan kerja fisik dan psikologis yang dapat menyebabkan
kesehatan lainnya (Yogisutanti dkk, 2013). monotoni dan kebosanan serta berpengaruh terhadap
Salah satu kelompok masyarakat pekerja yang kelelahan. Posisi duduk dalam waktu yang sangat
memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya kelelahan lama saat mengemudi juga dapat menimbulkan

167
168 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 167–176

beberapa gangguan kesehatan terutama keluhan METODE


muskuloskeletal (Tarwaka dkk, 2004). Penelitian ini adalah sebuah penelitian
Kondisi ini diperparah dengan gaya hidup observasional deskriptif dengan desain studi
kurang sehat pada pengemudi bus malam seperti cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang
pola makan dan istirahat yang tidak teratur, digunakan adalah total populasi yaitu sebanyak
rendahnya kebiasaan olahraga, tingginya kebiasaan 12 orang dari populasi penelitian yaitu seluruh
merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya
serta karakteristik individu yang berbeda-beda dari jurusan Surabaya–Denpasar yang berjumlah
setiap pengemudi sehingga sangat memungkinkan 17 orang pengemudi. Sebanyak 5 orang pengemudi
terjadinya kelelahan dengan tingkat berat dan bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya dieksklusi
gangguan kesehatan seperti keluhan muskuloskeletal karena 3 orang diantaranya merupakan pengemudi
(Namira dan Nurhayati, 2014). bus cadangan dan tidak hanya melayani satu rute
Kelelahan merupakan suatu mekanisme alamiah trayek jurusan Surabaya–Denpasar sehingga tidak
tubuh yang menunjukkan bahwa tubuh membutuhkan termasuk dalam kriteria responden penelitian, serta
waktu istirahat untuk pemulihan kembali stamina 2 orang pengemudi lainnya tidak bersedia untuk
dan tenaga yang telah terpakai selama bekerja dijadikan responden penelitian.
(Tarwaka, 2010). Kelelahan yang timbul pada Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat
pekerja dapat menyebabkan menurunnya efisiensi kelelahan dan keluhan muskuloskeletal yang
dan performa kerja, serta pelemahan kekuatan dan didapatkan dari data primer. Pengumpulan data
ketahanan fisik sehingga tubuh tidak sanggup untuk primer dilakukan pada bulan April–Mei tahun
melanjutkan pekerjaannya (Setyawati, 2010). 2015 di lokasi penelitian yaitu Kantor Perwakilan
Kondisi kelelahan pada pengemudi bus PO. Restu Mulya cabang Surabaya yang terletak di
malam jarak jauh akan mengganggu aktivitas Jalan Makam Peneleh nomor 45 Surabaya, dengan
kerja mengemudi yang dilakukan oleh pengemudi menggunakan kuesioner kelelahan SSRT (Subjective
bus malam jarak jauh dan dapat sangat berbahaya Self Rating Test) untuk data tingkat kelelahan dan
yaitu akan berakibat fatal berupa kecelakaan serta kuesioner keluhan muskuloskeletal NBM (Nordic
menimbulkan berbagai kerugian baik kerugian Body Map) untuk data keluhan muskuloskeletal pada
material maupun kerugian non material akibat pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya.
kecelakaan (Suma’mur, 2009). Kriteria penilaian untuk kelelahan dapat dilihat pada
Keluhan muskuloskeletal merupakan suatu Tabel 1.
gangguan yaitu berupa rasa nyeri pada otot skeletal
(otot rangka) yang dapat diakibatkan karena
Tabel 1. Kriteria Nilai Tingkat Kelelahan pada
pembebanan otot statis yang berat dan berulang
Kuesioner SSRT
serta dalam waktu yang cukup lama. Keluhan
muskuloskeletal yang timbul dan dirasakan oleh Nilai Kelelahan Tingkat Kelelahan
pekerja memiliki tingkatan dari ringan hingga sangat 30–52 Ringan
sakit (Tarwaka dkk, 2004). 53–75 Sedang
Perjalanan jauh yang ditempuh dengan waktu 76–98 Berat
yang sangat lama oleh setiap pengemudi bus malam 91–120 Sangat berat
jarak jauh akan menimbulkan pembebanan otot statis
pada beberapa titik otot sehingga meningkatkan Kriteria penilaian keluhan muskuloskeletal
risiko timbulnya keluhan muskuloskeletal pada dapat dilihat pada Tabel 2.
pengemudi bus malam jarak jauh.
Hal inilah yang mendorong minat peneliti untuk Tabel 2. K r i t e r i a N i l a i Ti n g k a t K e l u h a n
melakukan sebuah studi terhadap tingkat kelelahan Muskuloskeletal pada Kuesioner NBM
dan keluhan muskuloskeletal pada pengemudi Nilai Keluhan Tingkat Kelelahan
bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya. Tujuan 28–49 Tidak sakit
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta 50–70 Agak sakit
mempelajari tingkat kelelahan dan tingkat keluhan 71–92 Sakit
muskuloskeletal pada pengemudi bus malam jarak 93–112 Sangat sakit
jauh PO. Restu Mulya.
Rahmadi, Gambaran Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal… 169

Hasil penelitian akan disajikan didalam tabel Tabel 4. Distribusi Keluhan Kelelahan berdasarkan
dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. Gejala Pelemahan Kegiatan Pengemudi
Bus Malam Jarak Jauh PO. Restu Mulya
pada Tahun 2015
HASIL
Jumlah
Distribusi tingkat kelelahan yang dialami oleh
Sering/
pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya Keluhan Kelelahan Kadang- Total
sangat
adalah sebagai berikut. kadang
sering
Perasaan berat di kepala  2 10 12
Tabel 3. Distribusi Tingkat Kelelahan Pengemudi Lelah pada seluruh badan  1 11 12
Bus Malam Jarak Jauh PO. Restu Mulya Kaki merasa berat  3  9 12
pada Tahun 2015 Menguap  2 10 12
Merasa pikiran kacau 11  1 12
Tingkat Kelelahan Jumlah Persentase Menjadi mengantuk  2 10 12
Ringan - - Terasa beban pada mata  2 10 12
Sedang  7   58,33 Kaku dan canggung 10  2 12
Berat  5   41,67 Tidak seimbang saat  9  3 12
Sangat berat - - berdiri
Jumlah 12 100,00 Ingin berbaring  3  9 12

Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelelahan


yang dirasakan oleh pengemudi bus malam jarak oleh 10 orang pengemudi bus malam jarak jauh PO.
jauh PO. Restu Mulya adalah kelelahan sedang Restu Mulya.
dan kelelahan berat. Sebagian besar pengemudi Selain itu, sebagian besar pengemudi juga
bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya mengalami mengalami perasaan ingin berbaring yang sering
kelelahan dengan tingkat sedang, yaitu sebanyak dan/atau sangat sering dirasakan oleh sebanyak
7 orang dari 12 orang pengemudi (58,33%). 9 orang pengemudi, serta rasa berat pada kaki yang
Sebagian pengemudi lainnya mengalami kelelahan juga sangat sering dan/atau sering dialami oleh
tingkat berat yaitu sebanyak 5 orang pengemudi 9 orang pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu
(41,67%), sehingga dapat diketahui bahwa tingkat Mulya.
kelelahan yang dialami oleh para pengemudi bus Gejala kelelahan yang kedua yaitu berupa
malam jarak jauh PO. Restu Mulya adalah kelelahan gejala pelemahan motivasi dapat dilihat pada tabel
tingkat sedang dan kelelahan tingkat berat. 5 berikut ini.
Gejala keluhan kelelahan yang dirasakan oleh
para pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Tabel 5. Distribusi Keluhan Kelelahan berdasarkan
Mulya dapat dibedakan menjadi 3 gejala kelelahan Gejala Pelemahan Motivasi Pengemudi
yaitu gejala pelemahan kegiatan, gejala pelemahan Bus Malam Jarak Jauh PO. Restu Mulya
motivasi, dan gejala berupa keadaan umum kelelahan pada Tahun 2015
fisik. Gejala kelelahan berupa pelemahan kegiatan Jumlah
dapat dilihat pada Tabel 4. Sering/
Keluhan Kelelahan Kadang- Total
Tabel 4 menunjukkan bahwa gejala kelelahan sangat
kadang
berupa pelemahan kegiatan yang paling banyak sering
dirasakan oleh pengemudi bus malam jarak jauh PO. Merasa susah berfikir 11 1 12
Restu Mulya ketika bekerja adalah keluhan lelah Lelah berbicara 10 2 12
pada seluruh badan yang sering dan/atau sangat Menjadi gugup 12 - 12
sering dirasakan oleh 11 orang pengemudi, menguap Tidak dapat konsentrasi 12 - 12
Tidak perhatian 11 1 12
yang sering dan/atau sangat sering dirasakan oleh
Cenderung untuk lupa  9 3 12
sebanyak 10 orang pengemudi, menjadi mengantuk
Kurang kepercayaan 12 - 12
yang sering dan/atau sangat sering dirasakan oleh Cemas terhadap sesuatu 10 2 12
10 orang pengemudi, merasakan beban pada mata Sulit mengontrol sikap 12 - 12
yang sering dan/atau sangat sering dialami oleh 10 Tidak tekun dalam 12 - 12
orang pengemudi dan keluhan perasaan berat di bekerja
kepala yang sering dan/atau sangat sering dirasakan
170 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 167–176

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa gejala Gejala kelelahan lainnya yang menunjukkan
kelelahan berupa pelemahan motivasi jarang keadaan umum kelelahan fisik pada pengemudi bus
dirasakan oleh para pengemudi bus malam jarak jauh malam jarak jauh PO. Restu Mulya adalah seperti
PO. Restu Mulya. Gejala pelemahan kegiatan yang terasa adanya tekanan pada pernafasan, perasaan
paling sering dirasakan yaitu kecenderungan untuk haus, suara serak, terasa pening, adanya tremor atau
lupa yang sering dan/atau sangat sering dirasakan gemetar pada anggota badan dan perasaan kurang
oleh 3 orang pengemudi, dan perasaan cemas serta sehat, hanya dirasakan secara terkadang atau jarang
malas untuk berbicara yang sering dan/atau sangat oleh sebagian besar pengemudi bus malam jarak
sering dirasakan oleh 2 orang pengemudi bus malam jauh PO. Restu Mulya ketika bekerja.
jarak jauh PO. Restu Mulya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala
Sebagian besar pengemudi bus malam jarak keluhan kelelahan yang paling sering dan/atau sangat
jauh PO. Restu Mulya hanya merasakan gejala sering dirasakan oleh pengemudi bus malam jarak
kelelahan berupa pelemahan motivasi dengan jauh PO. Restu Mulya adalah keluhan pelemahan
frekuensi terkadang atau jarang. kegiatan dan keadaan umum kelelahan fisik.
Gejala kelelahan yang berikutnya atau gejala Keluhan pelemahan kegiatan yang dirasakan
terakhir yaitu berupa keadan umum kelelahan fisik oleh pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu
yang dirasakan oleh pengemudi bus malam jarak Mulya antara lain adalah dengan gejala yang timbul
jauh PO. Restu Mulya dapat diketahui seperti yang yaitu antara lain seperti perasaan berat di kepala,
disajikan pada tabel di bawah ini. lelah pada seluruh badan, menguap, mengantuk,
terasa beban di mata dan perasaan ingin berbaring
Tabel 6. Distribusi Keluhan Kelelahan berdasarkan yang seringkali dirasakan oleh pengemudi bus
Gejala Keadaan Umum Kelelahan Fisik malam jarak jauh PO. Restu Mulya setiap kali
Pengemudi Bus Malam Jarak Jauh PO. bekerja mengemudikan bus.
Restu Mulya pada Tahun 2015 Keluhan kelelahan berupa keadaan umum dari
kelelahan fisik yang banyak dirasakan oleh sebagian
Jumlah
besar pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu
Sering/
Keluhan Kelelahan Kadang-
sangat
Total Mulya antara lain adalah seperti sakit kepala, nyeri
kadang di punggung, rasa kaku di bagian bahu, serta spasme
sering
Sakit kepala  3  9 12 pada kelopak mata yang dialami dengan frekuensi
Kekauan di bahu  2 10 12 sangat sering dan/atau sering setiap kali bekerja
Merasa nyeri di punggung  3  9 12 mengemudikan bus jurusan Surabaya–Denpasar.
Merasa pernafasan tertekan 12 - 12 Distribusi keluhan muskuloskeletal yang
Haus 12 - 12 dirasakan oleh pengemudi bus malam jarak jauh PO.
Suara serak  7  5 12 Restu Mulya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pening  8  4 12
Spasme di kelopak mata  1 11 12 Tabel 7. Distribusi Keluhan Muskuloskeletal
Tremor pada anggota badan 10  2 12
Pengemudi Bus Malam Jarak Jauh PO.
Merasa kurang sehat  8  4 12
Restu Mulya pada Tahun 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa gejala yang paling Keluhan
Jumlah Persentase
banyak menggambarkan keadaan umum pengemudi Muskuloskeletal
bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya mengalami Tidak Sakit  2   16,67
kelelahan fisik adalah berupa spasme pada kelopak Agak Sakit  9   75,00
mata yang sering dan/atau sangat sering dirasakan Sakit  1   8,33
oleh 11 orang pengemudi dan rasa kaku di bahu Sangat Sakit - -
Jumlah 12 100,00
yang sering dan/atau sangat sering dirasakan oleh
10 orang pengemudi. Sebanyak 9 orang pengemudi
Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa keluhan
bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya merasakan
muskuloskeletal yang dialami oleh pengemudi bus
sering dan/atau sangat sering mengalami sakit
malam jarak jauh PO. Restu Mulya memiliki tingkat
kepala. Sebanyak 9 orang pengemudi bus malam
antara tidak sakit hingga sakit. Sebagian besar
jarak jauh PO. Restu Mulya juga mengalami rasa
pengemudi mengalami keluhan agak sakit yaitu
nyeri di bagian punggung yang dirasakan dengan
sebanyak 9 orang pengemudi (75%).Sebanyak 1
sering dan/atau sangat sering.
Rahmadi, Gambaran Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal… 171
Rahmadi Fahmi, Gambaran Kelelahan dan
orang pengemudi (8,33%) mengalami keluhan sakit Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat
dan sejumlah 2 orang pengemudi lainnya (16,67%) beberapa titik sakit yang paling banyak atau
mengalami keluhan tidak sakit. sakitdikeluhkan
paling sering oleh seluruh pengemudi
oleh para bus pengemudi
malam busHasil penelitian
Hasil wawancara yang dilakukan kepada malam jarakjarakjauh
jauh PO.
PO.Restu
RestuMulyaMulya.
ketika bekerja
Terdapat didapatkan
satu menunjukkan
responden, diketahui bahwa keluhan muskuloskeletal yaitukeluhan pada pantat yang dialami
titik keluhan yang dirasakan sakit oleh seluruh oleh keluhan sakit yang dialami ol
yang dialami oleh para pengemudi bus malam jarak 12 orang pengemudi (100%).
pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya Sebagian bus malam jarak jauh PO.
jauh PO. Restu Mulya ini timbul hanya pada saat besar pengemudi bus malam jarak
ketika bekerja yaitu keluhan pada pantat yang jauh PO. tersebut dapat digambarkan
pengemudi bekerja mengemudikan bus terutama Restu
dialami oleh Mulya pengemudi
12 orang juga merasakankeluhan NBM (Nordic Body Map) pa
(100%). Sebagian
apabila telah menempuh 5 atau 6 perjalanan sakitpada bokong (buttock) yang
besar pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu dialami untuk mendapatkan gambar
Surabaya–Denpasar pergi pulang. oleh 11 orang pengemudi (91,67%),
Mulya juga merasakan keluhan sakit pada bokong dan atau mapping dari keluhan mu
Selain itu keluhan muskuloskeletal yang keluhan sakit pada pinggang yang
(buttock) yang dialami oleh 11 orang pengemudi dialami yang dialami oleh para pe
dirasakan oleh para pengemudi bus malam jarak
oleh 9 orang pengemudi (75%) setiap kali
(91,67%), dan keluhan sakit pada pinggang yang
malam jarak jauh PO. Restu M
bekerja mengemudikan bus. Gambar 1 menunjukkan
jauh PO. Restu Mulya ini biasanya akan hilang dialami oleh 9 orang pengemudi (75%) setiap kali
Keluhan lain yang juga dirasakan pekerjaan mengemudikan
setelah digunakan untuk beristirahat. Sehingga bekerja mengemudikan bus.
oleh sebagian besar pengemudi adalah pengemudi bus malam jar
keluhan tersebut hanya dirasakan saat bekerja hingga Keluhan lain yang juga dirasakan oleh sebagian
keluhansakit pada betis kaki yaitu pada Restu Mulya memiliki titik
pengemudi beristirahat. Setelah beristirahat dan besar pengemudi adalah keluhan sakit pada betis
betis sebelah kanan yang dialami oleh 7 berisiko terhadap keluhan
sebelum memulai untuk bekerja lagi pengemudi kaki yaitu pada betis sebelah kanan yang dialami
orang pengemudi (58,33%) dan betis yaitu pada titik tubuh nomo
tidak merasakan adanya keluhan muskuloskeletal. oleh 7 orang pengemudi (58,33%) dan betis sebelah
sebelah kiri yang dialami oleh 5 orang tubuh nomor 9 atau terdapat
Keluhan muskuloskeletal berupa rasa sakit yang kiri yang dialami oleh 5 orang pengemudi (41,67%).
pengemudi (41,67%).Keluhan sakit juga bokong (buttock) dan panta
dirasakan pada beberapa bagian tubuh pengemudi Keluhan sakit juga dirasakan pada leher yaitu leher
dirasakan pada leher yaitu leher bagian titik yang sangat berisiko terh
bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya dengan bagian atas yang dialami oleh 6 orang pengemudi
atas yang dialami oleh 6 orang pengemudi sakit adalah titik tubuh nom
tingkat tidak sakit hingga sakit ini berada pada (50%) dan leher bagian bawah yang dikeluhkan
(50%) dan leher bagian bawah yang tubuh nomor 7, yaitu
beberapa titik tertentu tubuh yang dapat diketahui oleh 58,33% pengemudi atau sebanyak 7 orang
dikeluhkan oleh 58,33% pengemudi atau punggung dan pinggang.
melalui tabel 8 di bawah ini. pengemudi.sebanyak 7 orang pengemudi. Titik tubuh lainnya
berisiko mengalami
Tabel 8. D i s t r i b u s i Ti t i k K e l u h a n S a k i t muskuloskeletal adalah pad
Muskuloskeletal Pengemudi Bus Malam nomor 0 dan titik tubuh no
Jarak Jauh PO. Restu Mulya pada Tahun pada leher bagian atasdan
2015 bagian bawah, serta pada titik
Titik Keluhan Sakit Jumlah Persentase 23 yaitu pada bagian betis seb
Leher atas  6   50,00
Leher bawah  7   58,33
PEmBAHASAN
Bahu kiri  2   16,67
Lengan atas kiri  1   8,33 Tingkat kelelahan yang
Punggung  4   33,33 pengemudi bus malam jar
Lengan atas kanan  1   8,33 Restu Mulya merupakan kele
Pinggang  9   75,00 sedang dan kelelahan ti
Bokong (buttock) 11   91,67 Kelelahan padapengemudi
Pantat 12 100,00 jarak jauh PO. Restu Mulya
Siku kiri  1   8,33 tingkat yang lebih tin
Lengan bawah kanan  1   8,33
dibandingkan dengan hasil p
Tangan kiri  2   8,33
Umyati dkk (2015) tentang k
Tangan kanan  1   16,67
pengemudi bus jarak dekat
Paha kiri  1   8,33
Paha kanan  3   25,00 Gambar 1. Pemetaan / Mapping Titik trayek jurusan Kalideres-
Lutut kanan  1   8,33 Gambar 1. Keluhan Muskuloskeletal pada Pengemudi
Pemetaan/Mapping mendapatkan hasil bahwa
Titik Keluhan
Betis kiri  5   41,67 Bus Malam Jarak Jauh PO.pada
Muskuloskeletal Restu Pengemudi
Mulya pengemudi
Bus bus jarak d
Betis kanan  7   58,33 Malam Jarak Jauh PO. Restu Mulya mengalami kelelahan den
Pergelangan kaki kiri  1   8,33 Keterangan: ringan.
Pergelangan kaki kanan  3   25,00 Keterangan: = sangat sakit Penelitian oleh Hakim
Kaki kiri  1   8,33   = sangat sakit
= sakit petugas ATC (Air Traffic
Kaki kanan  2   16,67   = sakit = agak sakit Bandara Juanda Sura
  = agak sakit
172 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 167–176

Hasil penelitian yang telah didapatkan Jenis kelelahan yang dialami oleh pengemudi
menunjukkan bahwa titik keluhan sakit yang dialami bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya adalah
oleh pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu kelelahan umum dengan keluhan kelelahan yang
Mulya tersebut dapat digambarkan pada bagan paling banyak dirasakan berupa pelemahan kegiatan
NBM (Nordic Body Map) pada gambar 1, untuk dan kelelahan fisik. Kelelahan umum ini ditandai
mendapatkan gambaran pemetaan atau mapping dengan menurunnya kemauan untuk bekerja melalui
dari keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh beberapa gejala yang dirasakan seperti perasaan
para pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu berat di kepala, lelah pada seluruh badan, menguap,
Mulya. perasaan mengantuk, terasa beban di mata, perasaan
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada pekerjaan ingin berbaring, sakit kepala, nyeri di bagian
mengemudikan bus oleh pengemudi bus malam punggung, terasa kaku di bagian bahu, serta spasme
jarak jauh PO. Restu Mulya memiliki titik yang pada kelopak mata (Suma’mur, 2009).
sangat berisiko terhadap keluhan sangat sakit yaitu Kelelahan pada pengemudi bus malam jarak
pada titik tubuh nomor 8 dan titik tubuh nomor 9 jauh PO. Restu Mulya ini dimungkinkan karena
atau terdapat pada bagian bokong (buttock) dan intensitas kerja mental dan fisik yang tinggi, serta
pantat. Sedangkan titik yang sangat berisiko terhadap dalam waktu yang lama. Intensitas kerja fisik dan
keluhan sakit adalah titik tubuh nomor 5 dan titik mental yang tinggi ini merupakan beban kerja fisik
tubuh nomor 7, yaitu pada bagian punggung dan dan beban kerja psikologis yang diterima oleh
pinggang. pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya
Titik tubuh lainnya yang juga berisiko pada setiap kali bekerja.
mengalami keluhan muskuloskeletal adalah pada Dalam setiap perjalanan, pengemudi akan
titik tubuh nomor 0 dan titik tubuh nomor 1, yaitu mengemudi selama 10–12 jam pada malam hari
pada leher bagian atas dan pada leher bagian bawah, dengan waktu istirahat saat kerja yang sangat singkat
serta pada titik tubuh nomor 23 yaitu pada bagian yaitu antara 1–1,5 jam. Lamanya waktu kerja dan
betis sebelah kanan. waktu istirahat yang cukup akan sangat menentukan
efektivitas dan produktivitas kerja. Pada umumnya
manusia akan optimal bila bekerja dengan batas
PEMBAHASAN
waktu maksimal 8 jam dalam satu hari, pekerja yang
Tingkat kelelahan yang dialami oleh pengemudi bekerja dengan lama waktu kerja yang melebihi
bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya merupakan 8 jam dalam satu hari akan menurunkan produktivitas
kelelahan tingkat sedang dan kelelahan tingkat berat. dan efektivitas karena meningkatkan risiko kelelahan
Kelelahan pada pengemudi bus malam jarak jauh bagi pekerja (Wignjosoebroto, 2008).
PO. Restu Mulya ini memiliki tingkat yang lebih Pengemudi bus malam yang bekerja pada malam
tinggi apabila dibandingkan dengan hasil penelitian hari akan lebih meningkatkan risiko kelelahan,
oleh Umyati dkk (2015), tentang kelelahan pada membutuhkan waktu istirahat yang lebih lama serta
pengemudi bus jarak dekat yaitu dengan trayek asupan kalori yang lebih tinggi. Waktu istirahat yang
jurusan Kalideres-Merak yang mendapatkan hasil didapatkan pada saat bekerja yang kurang dari cukup
bahwa 100% pengemudi bus jarak dekat hanya yaitu minimal 20–30% dari total waktu bekerja
mengalami kelelahan dengan tingkat ringan. juga akan berpengaruh pada pemulihan tenaga dan
Penelitian oleh Hakim (2011), pada petugas stamina yang terpakai pada saat kerja sehingga dapat
ATC (Air Traffic Controller) Bandara Juanda meningkatkan risiko kelelahan (Suma’mur, 2009).
Surabaya juga menunjukkan hasil yang lebih rendah Selama perjalanan pengemudi juga melakukan
yaitu hanya terdapat 6,3% petugas dengan tingkat sikap kerja yang monoton yaitu hanya dengan duduk
kelelahan berat, 81,3% petugas dengan tingkat tanpa ada perubahan sikap kerja lainnya sehingga
kelelahan sedang serta 12,5% petugas dengan tingkat akan menyebabkan timbulnya perasaan jemu,
kelelahan ringan. kejenuhan dan kebosanan yang juga berpengaruh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok terhadap timbulnya perasaan lelah (Setyawati,
pekerja pengemudi bus malam dengan jarak jauh 2010). Selain itu, selama bekerja pengemudi bus
seperti pada jurusan Surabaya–Denpasar memiliki malam jarak jauh dituntut untuk terus berkonsentrasi
risiko kelelahan yang lebih tinggi dibandingkan tinggi ketika mengemudi untuk kesiapsiagaan dan
dengan pekerjaan sejenis yang memiliki beban kerja kewaspadaan penuh agar terhindar dari kejadian
lebih ringan atau pada pekerjaan jenis lainnya. yang tidak diinginkan. Bekerja dengan konsentrasi
Rahmadi, Gambaran Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal… 173

dan ketelitian tinggi akan membutuhkan kinerja otak nyaman untuk bekerja. Perawatan tersebut berguna
yang berat sehingga meningkatkan risiko kelelahan untuk memastikan pengatur suhu ruangan di dalam
(Suma’mur, 2009). kabin bus bekerja dengan baik, kondisi mesin, karet
Kelelahan yang terjadi pada pengemudi bus mesin, peredam mesin, dan kondisi suspensi serta
malam jarak jauh bukan hanya diakibatkan oleh berbagai komponen dan piranti peralatan penunjang
kondisi ketika bekerja namun dapat pula karena lainnya pada bus tidak menimbulkan gangguan
kondisi sebelum dan setelah bekerja. Setelah baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
bekerja, pengemudi bus tidak lantas dapat langsung pengemudi seperti kebisingan dan getaran selama
beristirahat karena perlu untuk membersihkan dalam perjalanan (Wignjosoebroto, 2008).
kendaraannya, melakukan pengecekan, dan hal- Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
hal lainnya yang dilakukan setelah perjalanan. besar pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu
Sedangkan sebelum bekerja, pengemudi bus malam Mulya mengalami keluhan muskuloskeletal
jarak jauh juga perlu untuk menunggu penumpang, tingkat ringan. Hasil penelitian Aditya (2010), juga
menaikkan barang bawaan penumpang, dan menyebutkan bahwa 100% pengemudi bus jarak
akumulasi kelelahan sebelumnya serta berbagai jauh hanya mengalami keluhan muskuloskeletal
permasalahan psikologis yang mungkin saja dimiliki tingkat ringan. Hal ini dapat dikarenakan oleh desain
oleh pengemudi sehingga dapat menjadi penyebab stasiun kerja di dalam kabin atau ruangan bus telah
kelelahan di luar kondisi bekerja pengemudi bus ergonomis yaitu telah terdapat kesesuaian antara
malam jarak jauh. ukuran stasiun kerja dengan ukuran tubuh para
Tingkat kelelahan sedang dan kelelahan tingkat pekerja selama pengemudi bekerja mengemudikan
berat yang dialami oleh pengemudi bus malam jarak bus malam jarak jauh (Tarwaka dkk, 2004).
jauh PO. Restu Mulya ini memerlukan asupan kalori Stasiun kerja pengemudi bus yaitu kursi
kerja yang sesuai dan waktu istirahat yang cukup pengemudi yang terletak di dalam kabin bus telah
ketika kerja untuk menekan timbulnya perasaan dilengkapi dengan berbagai tuas pengatur (setting
lelah. Waktu istirahat setelah kerja yang cukup lama lever) seperti tuas pengatur ketinggian kursi
juga diperlukan untuk mengembalikan kebugaran pengemudi, tuas pengatur jarak kursi pengemudi
dan stamina tubuh pengemudi sebelum kembali dengan setir, tuas pengatur sudut sandaran kursi
bekerja lagi (Wignjosoebroto, 2008). pengemudi, serta tuas pengatur ketinggian setir
Hal lain terkait kelelahan yang perlu dan kemudi seperti pada gambar di bawah ini yang dapat
sangat penting untuk diperhatikan adalah status diatur agar lebih sesuai dan nyaman dengan ukuran
kesehatan pengemudi. Pengemudi yang bekerja tubuh pengemudi sehingga menciptakan stasiun
dengan kondisi kesehatan yang kurang baik atau kerja yang ergonomis dan sikap kerja yang alamiah
pernah memiliki suatu riwayat penyakit tertentu (Tarwaka dkk, 2004).
akan sangat berpengaruh terhadap imunitas tubuhnya
sehingga berisiko besar mengalami kelelahan pada
waktu bekerja. Waktu istirahat dan asupan kalori
kerja yang diterima oleh pengemudi bus malam
jarak jauh PO. Restu Mulya menjadi salah satu
faktor penting dalam menentukan status kesehatan
pengemudi karena waktu istirahat yang cukup dapat
mencegah tubuh dari kerusakan, serta asupan kalori
kerja secara jangka panjang juga menentukan status
kesehatan pekerja (Tarwaka dkk, 2004).
Pengkondisian lingkungan kerja secara optimum
juga diperlukan agar pengemudi tetap nyaman
selama bekerja dan menekan timbulnya perasaan
kelelahan. Adapun pengkondisian lingkungan Gambar 2. Salah Satu Tuas Pengatur (setting lever)
tersebut dapat dilakukan dengan mengatur suhu yang Ada pada Kursi Pengemudi
ruangan di dalam kabin bus, serta perawatan yang
dilakukan oleh pihak perusahaan dan pemantauan
Apabila dilihat dari jenis keluhan yang timbul
dari pihak terkait agar bus yang dikemudikan oleh
pada pekerja, maka keluhan tingkat ringan yang
pengemudi bus malam jarak jauh tetap aman dan
174 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 167–176

dirasakan oleh pengemudi bus malam jarak jauh


PO. Restu Mulya memiliki jenis keluhan sementara
(reversible) yaitu keluhan muskuloskeletal hanya
muncul pada saat bekerja dan akan hilang dengan
sendirinya ketika selesai bekerja serta digunakan
untuk beristirahat. Jenis keluhan sementara
(reversible) dan tingkat keluhan yang ringan bagi
pengemudi bus malam jarak jauh ini belum dan/
atau tidak memerlukan suatu terapi atau pengobatan
khusus.
Hal ini dikarenakan keluhan tingkat ringan
dapat dikatakan bukan sebagai suatu permasalahan,
dan jenis keluhan sementara (reversible) hanya
muncul ketika bekerja yaitu terjadi pembebanan
pada bagian otot secara berlebihan namun akan
hilang dengan sendirinya setelah selesai bekerja atau
beristirahat karena bagian otot yang digunakan untuk
bekerja telah tidak diberikan pembebanan. Sehingga
keluhan muskuloskeletal ini belum diperlukan suatu
tindakan serius untuk terapi ataupun pengobatannya
(Tarwaka dkk, 2004).
Hal yang perlu diperhatikan adalah kursi Gambar 3. Jangkauan Kerja pada Stasiun Kerja
pengemudi di dalam kabin bus dan jarak Pengemudi Bus Malam Jarak Jauh
peralatan maupun piranti lainnya pada panel dan Penambahan Bantal pada Kursi
kemudi (dashboard) yang perlu dijangkau oleh Pengemudi
pengemudi ketika bekerja agar diatur sedemikian
rupa sehingga menciptakan stasiun kerja yang titik keluhan sakit tersebut antara lain adalah pantat,
nyaman dan ergonomis. Dengan stasiun kerja yang bokong, pinggang, betis kanan dan leher. Hal ini
nyaman serta ergonomis dan sesuai dengan ukuran sesuai dengan teori dari Tarwaka dkk (2004), yang
antropometri pekerja maka hal ini bertujuan agar menyebutkan bahwa beberapa bagian otot ini
pengemudi terhindar dari sikap paksa selama bekerja yaitu seperti leher punggung, pinggang, dan otot
mengemudikan bus malam jarak jauh sehingga dapat bagian bawah merupakan bagian yang paling sering
menekan timbulnya gangguan kesehatan seperti dikeluhkan oleh pekerja yang melakukan sikap kerja
keluhan muskuloskeletal. Penambahan busa dan duduk.
bantal pada kursi pengemudi juga dapat menjadikan Sikap kerja duduk memiliki beberapa
salah satu alternatif untuk menciptakan ergonomi keuntungan antara lain yaitu pengurangan terhadap
pada stasiun kerja dan juga dapat lebih memberikan pembebanan pusat berat tubuh terhadap kaki dan
perasaan nyaman bagi pengemudi. pengurangan pemakaian energi. Sikap kerja duduk
Jarak jangkauan maksimum dan jangkauan juga sesuai untuk pekerjaan yang membutuhkan
normal pada stasiun kerja pengemudi bus malam konsentrasi tinggi, pekerjaan yang membutuhkan
jarak jauh juga sesuai dengan standar area kerja ketelitian dan kontrol pada kaki, serta pekerjaan
sehingga pengemudi tidak memerlukan perubahan yang dilakukan dalam waktu yang lama (Tarwaka
posisi tubuh ketika menjangkau peralatan maupun dkk, 2004).
piranti lainnya pada panel kemudi (dashboard). Hal Beberapa titik otot yang sangat sering atau
ini sangatlah penting untuk memudahkan pekerja hampir selalu dikeluhkan oleh para pengemudi bus
dalam bekerja (Wignjosoebroto, 2008). malam jarak jauh PO. Restu Mulya yang mengalami
Keluhan muskuloskeletal yang dirasakan oleh keluhan sakit antara lain adalah pantat, bokong,
pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya pinggang, betis kanan dan leher. Hasil penelitian
walaupun hanya bersifat ringan dan sementara, ini sesuai dengan penelitian lainnya yaitu penelitian
namun terdapat beberapa titik otot yang sangat oleh Aditya (2010), yang mendapatkan hasil sebesar
sering atau bahkan hampir selalu dikeluhkan oleh 72,9% pengemudi bus jarak jauh mengalami
para pengemudi mengalami keluhan sakit. Beberapa gangguan pinggang.
Rahmadi, Gambaran Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal… 175

Hal ini dapat disebabkan oleh karena kondisi pedal gas dan pedal rem. Sehingga beban kerja kaki
duduk dalam waktu yang sangat lama atau kanan lebih tinggi daripada beban kerja kaki kiri dan
melebihi batas waktu kerja optimum dari seorang kaki kanan akan lebih berpotensi mengalami keluhan
pekerja yaitu antara 10–12 jam pada setiap muskuloskeletal.
perjalanan merupakan suatu keadaan monoton
yang menyebabkan pembebanan statis bagi otot
SIMPULAN
pinggang, pantat, dan bokong. Mengemudi dalam
waktu yang sangat lama juga akan meningkatkan Kelelahan yang dialami oleh pengemudi bus
risiko timbulnya nyeri pada otot pantat dan bokong malam jarak jauh PO. Restu Mulya merupakan
sebesar 3 kali lipat sehingga titik tersebut akan kelelahan tingkat sedang dan berat dengan keluhan
sangat sering mengalami gangguan berupa keluhan berupa pelemahan kegiatan dan kelelahan fisik.
muskuloskeletal (Nurmianto, 2004). Gejala kelelahan yang dirasakan antara lain adalah
Berbeda dengan sikap kerja berdiri yang perasaan berat dan sakit di kepala, lelah pada seluruh
memiliki titik pembebanan berat tubuh pada kaki, badan, menguap, perasaan mengantuk, spasme dan
sikap kerja duduk memiliki titik pembebanan berat terasa beban di mata, perasaan ingin berbaring,
tubuh yang terletak pada bagian pantat dan bokong nyeri dan terasa kaku di bagian punggung dan
karena menopang ruas tulang belakang sehingga bagian bahu. Penyebab kelelahan pada pengemudi
bagian bokong dan pantat akan lebih berisiko bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya antara
mengalami gangguan kesehatan (Tarwaka dkk, lain adalah tingginya beban kerja mental dan fisik
2004). Sikap kerja duduk juga dapat menyebabkan seperti pekerjaan yang dilakukan pada malam hari
melembeknya otot perut dan melengkungnya dan besarnya tanggung jawab pengemudi terhadap
tulang belakang sehingga tubuh pekerja dengan kenyamanan dan keselamatan penumpang.
sikap kerja duduk akan cenderung membungkuk Pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu
dan berpengaruh terhadap kesehatan pinggang dan Mulya merasakan keluhan muskuloskeletal agak
punggung. sakit dengan titik keluhan yang paling banyak
Posisi sandaran duduk dari pengemudi bus muncul yaitu pada bokong (buttock), pantat,
malam jarak jauh selama bekerja mengemudikan pinggang, punggung, leher, dan betis kanan.
bus juga berpengaruh terhadap timbulnya keluhan Penyebab dari keluhan muskuloskeletal ini antara
muskuloskeletal pada pinggang, pantat, dan bokong. lain adalah monotoni sikap kerja duduk secara statis
Dengan posisi sandaran yang membentuk sudut dalam waktu yang sangat lama.
> 90° akan mengurangi pembebanan berat tubuh
pada pantat, pinggan dan bokong sebesar 10–20%.
DAFTAR PUSTAKA
Posisi sandaran duduk yang semakin tegak (≤ 90°)
akan meningkatkan risiko keluhan muskuloskeletal Aditya, Reza. 2010. Beberapa Faktor yang
pada pinggang, pantat dan bokong karena Berhubungan dengan Gangguan Nyeri Punggung
pembebanan tubuh akan meningkat hingga1 40% Bawah pada Pengemudi Bus (Studi kasus
(Siswanto, 2006). pengemudi bus di Perum DAMRI Ponorogo).
Selama mengemudi, pandangan pengemudi akan Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
terfokus ke depan dengan konsentrasi, ketelitian, dan Fahmi, Rahmadi. 2015. Faktor yang Berhubungan
kewaspadaan tinggi sehingga hal ini berpengaruh dengan Kelelahan dan Keluhan Muskuloskeletal
terhadap ketegangan otot bagian leher sehingga pada Pengemudi Bus Malam PO. Restu Mulya
berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal. Bagian Jurusan Surabaya–Denpasar. Skripsi. Surabaya:
otot lainnya yang berisiko mengalami keluhan sakit Universitas Airlangga.
adalah pada betis kanan. Hakim, Fahmi. 2011. Gambaran Tingkat Kelelahan
Hal ini dikarenakan pekerjaan mengemudi pada Petugas Tower Control ATC di Bandara
adalah pekerjaan yang mengkoordinasikan Internasional Juanda Surabaya. Skripsi. Surabaya:
kemampuan otak, mata, tangan, dan kaki, serta Universitas Airlangga.
membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi Namira, Sangadji W., Nurhayati. 2014. Hipertensi
pada kaki. Terlebih lagi adalah pada kaki kanan pada Pramudi Bus Transjakarta di PT. Bianglala
pengemudi bus malam jarak jauh, pada pekerjaan Metropolitan Tahun 2013. Indonesian Public Health
mengemudi kaki kanan memainkan peranan untuk Student Journal Volume 2 No. 2/Januari–Juni
laju kendaraan dengan digunakan untuk menginjak 2014. Hal. 1–10.
176 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 167–176

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Umyati, Ani., Yayan Harry Yadi., Eka Setia Norma
Aplikasinya. Jakarta: Guna Widya. Sandi. 2015. Pengukuran Kelelahan Kerja
Setyawati, L. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Pengemudi Bis dengan Aspek Fisiologis Kerja dan
Yogyakarta: Amara Books. Metode Industrial Fatique Research Committee
Siswanto, A. 2006. Low Back Pain. Buku Ajar. (IFRC). Seminar Nasional IENACO – 2015 ISSN
Surabaya: Universitas Airlangga. 2337–4349. Hal. 163–171. Banten: Universitas
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Sultan Ageng Tirtayasa.
Kerja. Jakarta: CV Sagung Seto. Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan
Tarwaka., Solikhul HA., Bakri, Sudiajeng L. 2004. Waktu. Jakarta: PT. Guna Widya.
Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja, Yogisutanti, Gurdani., Kusnanto, Hari., Setyawati,
dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press. Lientje., Otsuka, Yasumasa.2013. Kebiasaan
Tarwaka. 2010. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Makan Pagi, Lama Tidur dan Kelelahan Kerja
dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan (Fatigue) Pada Dosen. Jurnal Kesehatan
Press Solo. Masyarakat. KEMAS 9 (1) (2013) 53–57.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai