Anda di halaman 1dari 32

Nama : Okta Misro’i

Nim : 1805112982

Matkul : Analisis Lamporan Keuangan Koperasi

Pertemuan ke-3

3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan


Untuk memperoleh ukuran-ukuran, hubungan, ataupun informasi lainnya yang dapat
digunakan untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan membantu proses pengambilan
keputusan maka perlu melakukan analisa laporan keuangan. Menurut Prastowo (2002),
secara umum metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua
klasifikasi, yaitu:
1) Metode analisis horizontal (dinamis)

Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan
cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis
karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang
termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis perbandingan, analisis
tren (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor.

2) Metode analisis vertikal (statis)

Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan
membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang
sama pada tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang
satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode
vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos
laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang
termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis persentase per komponen
(common size), analisis ratio, dan analisis impas.

Teknik Analisis Laporan Keuangan :

1) Laporan Komparatif

Laporan komparatif membahas perbandingan item-item berbeda dari Akun Laba-


Rugi dan Neraca dalam dua periode atau lebih. Laporan komparatif terpisah disiapkan
untuk Akun Laba Rugi sebagai Laporan Penghasilan Komparatif dan untuk Neraca.
Sebagai aturan, setiap laporan keuangan dapat disajikan dalam bentuk laporan
komparatif seperti neraca komparatif, laporan laba rugi komparatif, biaya komparatif
laporan produksi, laporan komparatif modal kerja dan sejenisnya.

2) Komparasi Laporan Penghasilan

Tiga informasi penting diperoleh dari komparasi laporan penghasilan adalah Laba
Kotor, Laba Operasi dan Laba Bersih. Perubahan atau peningkatan dalam
profitabilitas bisnis dicari tahu selama periode waktu tertentu. Jika perubahan atau
peningkatan tidak memuaskan, manajemen dapat mengetahui alasannya dan beberapa
tindakan korektif dapat diambil.

3) Neraca Komparatif

Kondisi keuangan dari operasional bisnis dapat diketahui dengan menyiapkan neraca
komparatif. Berbagai item Neraca untuk dua periode yang berbeda digunakan. Aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar dan aset tetap untuk perbandingan. Demikian
juga, liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, liabilitas jangka
panjang, dan kekayaan bersih pemegang saham. Kekayaan bersih istilah pemegang
saham termasuk Modal Saham Ekuitas, Modal Saham Preferensi, Cadangan dan
Surplus atau sejenisnya.

4) Analisis Common-size

Analisis vertikal dalam informasi keuangan diikuti untuk menyiapkan Analisis


Common-Size (Persentase Per-Komponen). Selain itu, nilai uang dari isi laporan
keuangan tidak dipertimbangkan. Namun, hanya persentase yang dipertimbangkan
untuk menyiapkan pernyataan persentase per-komponen. Total aset atau total
liabilitas atau penjualan diambil 100 dan item-item saldo dibandingkan dengan total
aset, total liabilitas, atau penjualan dalam bentuk persentase. Dengan demikian,
analisis common-size menunjukkan hubungan masing-masing komponen dengan
keseluruhan. Analisis Common-Size yang terpisah disusun untuk akun laba rugi
disebut sebagai Common Size Income Statement dan untuk neraca disebut sebagai
Common Size Balance Sheet.

5) Analisis Tren

Rasio ini adalah untuk menghitung item yang berbeda untuk berbagai periode dapat
diketahui dan kemudian dibandingkan dalam analisis keuangan ini. Analisis rasio
selama beberapa tahun memberikan gambaran apakah keseluruahan bisnis cenderung
naik atau turun. Analisis ini disebut Metode Piramida.

6) Analisis Rata-Rata

Setelah Anda menghitung analisis tren untuk mengetahui masalah bisnis, rasio
tersebut dibandingkan dengan analisis rata-rata industri. Kedua tren ini dapat
disajikan pada kertas grafik juga dalam bentuk kurva. Presentasi fakta dalam bentuk
gambar ini membuat analisis dan perbandingan lebih komprehensif dan
mengesankan.

7) Pernyataan Perubahan Modal Kerja

Tingkat kenaikan atau penurunan modal kerja diidentifikasi dengan menyiapkan


laporan perubahan modal kerja. Jumlah modal kerja bersih dihitung dengan
mengurangi jumlah kewajiban lancar dari jumlah aset lancar. Analisisi ini akan
merinci alasan untuk perubahan modal kerja.

8) Analisis Aliran Dana

Analisis aliran dana berkaitan dengan sumber terperinci dan penerapan dana dari
urusan bisnis untuk periode tertentu. Ini menunjukkan dari mana dana berasal dan
bagaimana mereka digunakan selama periode yang ditinjau. Ini menyoroti perubahan
dalam struktur keuangan perusahaan.

9) Analisis Arus Kas

Analisis arus kas didasarkan pada pergerakan kas dan saldo bank. Dengan kata lain,
pergerakan uang tunai dan bukannya pergerakan modal kerja akan dipertimbangkan
dalam analisis arus kas. Ada dua jenis arus kas. Mereka adalah arus kas aktual dan
arus kas nosional.

10) Analisis Rasio

Analisis rasio adalah upaya mengembangkan hubungan yang bermakna antara item-
item individual (atau kelompok item) dalam neraca atau akun laba rugi. Analisis rasio
tidak hanya berguna bagi pihak internal yang menjadi perhatian bisnis tetapi juga
berguna bagi pihak eksternal. Analisis rasio menyoroti likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, dan capital gain.

11) Analisis Cost Volume Profit

Analisis ini mengungkapkan hubungan yang berlaku antara penjualan, biaya, dan
laba. Biaya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Ada hubungan
yang konstan antara penjualan dan biaya variabel. Analisis biaya memungkinkan
manajemen untuk perencanaan laba yang lebih baik.

3.1 Pendekatan yang Dipakai dalam Analisis

a. Pendekatan Horizontal

Analisis horizontal dilakukan dengan cara jumlah setiap akun laporan keuangan tahun
berjalan dibandingkan dengan akun yang sama pada periode sebelumnya untuk mengetahui
kenaikan atau penurunan yang terjadi pada akun tersebut. Kenaikan atau penurunan
tersebutdibagi dengan akun periode sebelumnya dan dikali dengan seratus persen untuk
mengetahui persentase kenaikan atau penurunan pada akun tersebut dan kenaikan atau
penurunan jumlah pos dihitung sebagai persentase kenaikan atau penurunan. Pada analisis ini
ditunjukkan perubahan setiap akun dalam laporan keuangan, baik berbasis dari tahun ke
tahun maupun berbasis multi tahun. Analisis komparatif meliputi dua pendekatan, yaitu:

a) Analisis perubahan tahun ke tahun

Analisis ini merupakan analisis dengan periode jangka pendek biasanya analisis dua
sampai tiga tahun. Analisis perubahan ini meliputi perubahan secara absolut dan
persentase.

b) Analisis tren angka indeks


Penggunaan analisis perubahan tahun ke tahun untuk membandingkan laporan keuangan
yang mencakup lebih dari dua atau tiga period kadang-kadang sulit digunakan. Alat yang
dapat digunakan untuk perbandingan tren jangka panjang adalah analisis tren angka
indeks. Untuk menganalisis data dengan menggunakan angka indeks membutuhkan
pemilihan tahun dasar bagi seluruh akun dalam laporan keuangan.
b. Pendekatan Vertikal

Analisis vertikal menitikberatkan pada hubungan financial antar pos-pos laporan keuangan
satu periode. Dalam analisis vertikal terhadap neraca, masing-masing pos aktiva dinyatakan
sebagai persen dari total aktiva. Masing-masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik
dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis vertikal
terhadap laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan sebagai persen dari total
pendapatan atau penghasilan.

3.2 Langkah-Langkah dan Prosedur Sebelum Analisa Laporan Keuangan

Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-
langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo (2000) adalah:

1) Memahami latar belakang data keuangan perusahaan

Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman
tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh
perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis
merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan
perusahaan.

2) Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan

Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap
perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup
informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi,
perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti
perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan
yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.

3) Mempelajari dan mereview laporan keuangan

Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil)


perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap
laporan keuangan secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa
laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan

4) Menganalisis laporan keuangan

Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka dengan
menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan
keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai dengan
rekomendasi).

3.3 Analisa Perbandingan Laporan Keuangan dan Interpretasinya

Laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas. Informasi dalam pernyataan ini dianalisis dan ditafsirkan untuk
memudahkan pengambilan keputusan. Perbedaan utama antara analisis dan interpretasi
laporan keuangan adalah bahwa analisis adalah proses meninjau dan menganalisis laporan
keuangan perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik sedangkan
Interpretasi laporan keuangan mengacu pada pemahaman apa yang ditunjukkan oleh laporan
keuangan. Interpretasi laporan keuangan dilakukan melalui analisis rasio.

Analisis laporan keuangan adalah proses meninjau dan menyelidiki laporan keuangan
perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik. Di sini, informasi laporan
keuangan perusahaan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan perusahaan
sejenis lainnya. Interpretasi laporan keuangan mengacu pada pemahaman apa yang
ditunjukkan laporan keuangan. Ini sangat penting untuk mengambil tindakan di masa depan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa kesehatan keuangan perusahaan tetap pada tingkat
yang diinginkan. Interpretasi rasio keuangan dilakukan melalui analisis rasio.

Perbedaan utama antara analisis dan interpretasi laporan keuangan tergantung pada di mana
informasi keuangan digunakan untuk membandingkan hasil dengan periode sebelumnya
(analisis) atau apakah akan menggunakannya untuk pengambilan keputusan di masa depan
dengan memahami apa yang ditunjukkan oleh hasil (interpretasi). Kedua analisis dan
interpretasi laporan keuangan memakan waktu. Meskipun bermanfaat, kelemahan utama dari
kedua latihan ini adalah bahwa mereka terlalu fokus pada hasil di masa lalu yang tidak dapat
diubah. Sebagian besar pemangku kepentingan lebih peduli dengan kinerja masa depan,
sehingga mungkin tidak melihat nilai signifikan dalam menganalisis dan menafsirkan laporan
keuangan.

Pertemuan ke-4

3.4 Analisa Trend Laporan Keuangan dan Interpretasinya

Analisa Trend adalah analisis rasio perusahaan untuk beberapa periode. Membandingkan
rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (rasio historis) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang pada perusahaan
yang sama. Analisis trend dapat melihat apakah prestasi perusahaan itu meningkat atau
menurun selama periode tertentu, mengestimasi kemungkinan terjadi peningkatan atau
penurunan pada kondisi keuangan tertentu. Analisa trend menunjukkan kemajuan keuangan
perusahaan yang dinyatakan dalam persentase. Analisis trend juga suatu metode atau teknik
analisis untuk mengetahui kecenderunagn keuangan perusahaan naik atau turun, dengan
demikian akan diketahui perubahan mana yang cukup penting untuk dianalisis lebih lanjut.

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan analisia tren :

a. Menentukan tahun dasar. Penentuan tahun dasar bisa berdasarkan tahun pendirian, tahun
perubahan struktur organisasi, tahun proyek, atau tahun-tahun dalam momen tertentu. Pos
laporan keuangan tahun dasar nantinya dicatat sebagai indeks 100.

b. Menghitung angka indeks tahun lainnya menggunakan angka pos laporan keuangan tahun
dasar sebagai penyebut.

c. Memprediksi arah dan kecenderungan historis pos laporan keuangan. Terakhir,


memberikan keputusan atas analisis tersebut.

3.5 Analisa Common Size Statement

Analisia common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening
dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-
rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca). Analisia laporan keuangan ukuran sama (Common
Size) merupakan laporan untuk membandingkan periode berjalan dengan periode sebelumya,
antar sebuah perusahaan, atau antar sebuah perusahaan dengan persentase industri. Analisa
ini dilakukan dengan cara mengubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan laba
rugi menjadi persentase berdasarkan angka tertentu. Untuk angka-angka yang berada di
neraca, yang menjadi common base (angka dasarnya) adalah total aktiva. Dalam hal ini total
aktiva dianggap memiliki angka dasar 100 %. Untuk laporan laba rugi, penjualan digunakan
sebagai angka dasar yang bernilai 100 %. Penyajian dalam bentuk common size akan
mempermudah perubhan-perubahan yang terjadi dalam neraca dan laporan laba rugi. Di
laporan ukuran sama (common size statement) seluruh pos dinyatakan dalam persentase.
Data industri seringkali tersedia dari asosiasi dagang dan jasa informasi keuangan. Suatu
neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement) dapat
memberikan informasi sebagai berikut:

- Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang


posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar
- Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi
relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri

Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya dua
tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik
komposisi investasi maupun struktur modal.

Contoh laporan keuangan – laba rugi ukuran sama komparatif untuk dua perusahaan:

Laporan Laba Rugi – Teknik Analisa Laporan Keuangan Common

Pertemuan ke-5

4. Analisis ratio laporan keuangan


Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang
digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data
perbandingan masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan
Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu.
4.1 Pengertian dan arti pentingnya analisis ratio…
Jawab:
Rasio keuangan merupakan teknis analisa di bidang manajemen keuangan. Analisis rasio
keuangan dimanfaatkan sebagai alat ukur yang ada pada keuangan suatu perusahaan di
masa periode tertentu. Cara tersebut dilakukan dengan melakukan perbandingan dua
variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan. Dan diletakkan pada kolom
neraca atau pun laba rugi laporan perusahaan yang ada.
4.2 Menetukan standar ratio…
Jawab:
1) Pilih & Pahami Latar Belakang
ika Anda sudah memilih perusahaan yang akan Anda analisis, selanjutnya pahami
latar belakang perusahaan tersebut. Minimal Anda memiliki pemahaman terkait
bidang usaha yang ditekuni perusahaan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang
diterapkan perusahaan.
2) Perhatikan Faktor-faktor yang Berpengaruh
Faktor-faktor atau kondisi yang perlu Anda perhatikan dan pahami yaitu berkaitan
dengan informasi trend dan kemajuan industri.
3) Review Laporan Keuangan
Untuk menganalisis rasio keuangan, pastikan bahwa laporan keuangan perusahaan
yang dipilih jelas.
4) Analisis Rasio Keuangan
Setelah melakukan 3 langkah sebelumnya, selanjutnya pada langkah ke empat ini
dapat melakukan analisis rasio keuangan. Anda dapat melakukan analisis rasio
keuangan dengan menggunakan berbagai metode atau teknik analisis yang ada.
5) Membuat Kesimpulan
Setelah menghitung dan melakukan analisis rasio keuangan, langkah terakhir yakni
membuat kesimpulan. Buatlah kesimpulan sesuai dengan hasil analisis atau
perhitungan.
4.3 Jenis analisis ratio…
Jawab:

1) Rasio Rentabilitas Atau Probabilitas


Rasio rentabilitas atau probabilitas adalah rasio yang mewujudkan skill
perusahaan dalam menciptakan laba pada periode tertentu serta memberikan
gambaran tentang tingkat efisiensi dan efektifitas manajemen perusahaan dalam
melakukan kegiatan operasional.
2) Rasio Likuiditas
Kemampuan sebuah perusahaan membayar kewajiban finansial jangka pendek
merupakan analisis rasio keuangan bersifat likuiditas. Likuiditas tidak hanya
tentang keadaan keuangan perusahaan saja namun tentang keahliannya merubah
aktiva lancar jadi uang kas.
3) Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio
Solvabilitas atau leverage ratio merupakan keahlian sebuah perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangan dalam waktu jangka pendek serta jangka panjang
jika terjadi likuidasi atau pembubaran perusahaan. Sedangkan jika perusahaan
terjadi solvable maka perusahaan tersebut memiliki aktiva atau kekayaan yang
mencakup pembayaran semua hutang, begitu sebaliknya jika perusahaan tak
mampu membayar hutangnya artinya terjadi insolvable.
4) Rasio Aktivitas
Untuk mengukur kegunaan dari seluruh sumber daya yang ada maka digunakan
rasio aktivitas, dengan analisa keuangan yang efektif. Perbandingan bertahap
pada penjualan dan investasi dari jenis rasio yang dilibatkan pada aktiva
keuangan. Selain itu adanya persediaan aktiva tetap serta yang lain merupakan
tolak ukur adanya rasio aktivitas ini.

4.4 Analisis ratio likuiditas…


Jawab:
Yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutang
jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Pada dasarnya, Rasio Likuiditas
ini merupakan hasil pembagian kas dan dan aset lancar lainnya dengan pinjaman jangka
pendek dan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan berapa kali kewajiban hutang jangka
pendek dapat ditutupi oleh kas dan aset lancar lainnya. Jika nilainya lebih dari 1 maka
berarti kewajiban jangka pendek dapat ditutup sepenuhnya.

Pertemuan ke-6

4.5 Analisa Ratio Solva-bilitas (leverage)


Pengertian rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melunasi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
dengan jaminan aktiva atau kekayaan yang dimiliki perusahaan hingga perusahaan tutup atau
dilikuidasi.

Rasio solvabilitas membandingkan beban utang perusahaan secara keseluruhan terhadap aset
atau ekuitasnya. Rasio ini memaparkan jumlah aset perusahaan yang dimiliki oleh pemegang
saham dibandingkan dengan aset yang dimiliki oleh kreditor (pemberi utang). 

Jika aset perusahaan lebih banyak dimiliki oleh pemegang, maka perusahaan tersebut kurang
leverage. Jika kreditur atau pemberi utang, biasanya bank, memiliki aset secara dominan, maka
perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang tinggi.
Jenis-Jenis Rasio Leverage/Solvabilitas

Di bawah ini adalah jenis-jenis rasio solvabilitas berdasarkan pendapat Mamduh M


Hanafi dan Abdul Halim (2012:79):

1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset  (DAR – Total Debt to Total
Assets Ratio)

Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2012:79) menjelaskan defenisi Total Debt to Total
Assets Ratio sebagai rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
total hutang yang dimiliki dengan total aktiva perusahaan. Oleh beliau kemudian
menyebutkan rumus rasio solvabilitas ini:

DAR = Total Utang / Total Aset


Dapat juga dikatakan bahwa rasio ini untuk menilai jumlah aktiva perusahaan yang
bercampur dengan hutang.
Lebih lengkapnya mengenai nilai rasio DAR yang baik, silahkan kunjungi tautan dari
judul sub bab ini.

2. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (DER – Total Debt to Equity Ratio)

Masih berdasarkan defenisi pakar yang sama, yaitu Mamduh M Hanafi. Beli menjelaskan
pengertian debt to equity ratio adalah sebagai rasio untuk membandingkan antara utang
dengan ekuitas emiten.
Adapun rumusnya:
DER = Total Utang / Total Ekuitas
Oleh beliau juga disebutkan bahwa rasio ini menyatakan bahwa semakin tinggi angka
yang ditampilkan maka berarti modal sendiri yang disertakan dalam perusahaan semakin
sedikit, dibanding dengan kewajibannya.
Dan mengenai berapa nilai rasio DER yang baik, silahkan miliki kalkulator saham yang
telah dipublikasikan di blog ini. Lihat di sidebar atau ke halaman ini:  Kalkulator Saham
Excel.

3. Rasio EBIT terhadap Bunga (TIE – Times Interest Earned Ratio)

Menurut Mamduh lagi (2012:80), Time Interest Earned Ratio atau yang disingkat dengan
(TIE) adalah:
Rasio yang menilai kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang dari laba
sebelum bunga pajak yang dimilik.
Secara tegas, rasio ini khusus untuk menghitung besaran laba sebelum bunga dan pajak
yang tersedia (atau yang sering disebut dengan EBIT) untuk membayar beban tetap
bunga.”
Adapun formula dari rasio TIE adalah:
TIE = EBIT / Bunga
Untuk perusahaan yang menggunakan sistem keuangan syariah, maka interest diganti
dengan margin.
Mengenai nilai yang baik, buruk dan standar untuk analisis rasio leverage yang satu ini
sudah tercantum dalam kalkulator saham excel yang sudah saya sebut di atas. Silahkan
miliki tools-nya.

4. Rasio EBIT dan Biaya Sewa Terhadap Bunga (FCC – Fixed Charge
Coverage)

Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim juga menerangkan mengenai defenisi dari Fix
Charge Coverage ini, yaitu:
Rasio yang menghitung kemampuan suatu perusahaan dalam membayar beban tetap total
yang dimiliki, termasuk biaya sewanya.
Adapun secara matematis, atau rumusnya :
FCC = (EBIT) + Biaya Sewa / (Bunga + Biaya Sewa)
Atau dalam bahasa Inggris, Investopedia membuat persamaan matematisnya juga:
(EBIT + lease payments) / (lease payments + interest) 
Sederhananya, dengan menghitung rasio ini maka seorang trader saham atau pun analis
akan tau seberapa baikkah pendapatan suatu emiten dalam membayar beban fixed
charges-nya, atau bunga ditambah dengan biaya sewanya.

5. Rasio Ekuitas terhadap Total Aset (EAR – Equity to Total Assets Ratio)

Equity  to  Total  Assets  Ratio adalah merupakan indikator finansial yang menilai
keterikatan pemilik usaha atas kelangsungan usahanya.
Karena perbandingan ini bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk mengetahui seberapa
besar pemilik usaha dirugikan jika bisnisnya mengalami kebangkrutan, maka rasio ini
juga dimasukkan dalam analisis rasio solvabilitas / leverage.
Jadi, sederhananya, rasio ini dipakai untuk tau berapa banyak modal sendiri yang
tergabung dalam seluruh aktiva perusahaan.
Jika ternyata nilai rasio EAR ini tinggi, maka itu artinya pemilik punya keterikatan yang
kuat dengan usahanya.
Dibanding, jika nilai rasio EAR ini rendah, maka simpelnya bisa kita katakan kalau sang
pemilik tidak memiliki peranan yang dominan pada usahanya, terutama dalam hal aset
usahanya.
Dari sini bisa kita nilai kalau keseriusan, profesionalisme, dan lainnya bisa sangat
dipengaruhi oleh porsi modal yang besar terhadap aset.
Rumusnya adalah:
EAR = Total Ekuitas / Total Aset

6. Rasio Penutupan Kas (CCR – Cash Coverage Ratio)

Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan Cash Flow Coverage. Ini dikhususkan untuk
mengukur kemampuan perusahan untuk memenuhi kewajiban kasnya.
Oleh accountingtools.com, rumusnya adalah sebagai berikut:
CCR = Cash & Cash Equivalents / Current Liabilities
Alasan liabilitas digunakan sebagai pembaginya karena itulah bagian aset yang dapat
langsung dikonversikan menjadi kas.
Cash Flow Coverage = (Aliran Kas Masuk + Depresiasi) / (Beban Tetap + Dividen)
Dividen yang dihitung di atas adalah Dividen saham preferen / (1 – Pajak).

4.5 Analisa Ratio Aktifi-tas

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan segala sumber daya yang
dimiliki.
Dalam analisis ini, aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu mengakibatkan semakin
besarnya dana lebih yang tertanam pada aktiva.

Dana lebih ini yang dimana dampak dari aktivitas rendah menjadi lebih baik jika ditanamkan
pada aktivitas yang lebih produktif.

Perputaran piutang (receivable turnover)

Perputaran piutang digunakan untuk mengukur kualitas dan efisiensi tingkat perputaran piutang
perusahaan dalam satu periode dengan membandingkan penjualan dengan rata-rata piutang.

Semakin tinggi rasionya, maka semakin baik kualitas dan efisiensi perputaran piutang
perusahaan. Berikut rumusnya

= penjualan / piutang rata-rata x 100%

Perputaran persediaan (inventory turnover)

Digunakan untuk mengukur tingkat kualitas dan efisiensi perputaran persediaan perusahaan
terhadap penjualan dalam satu periode tertentu.

Semakin tinggi rasionya, maka pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh perusahaan semakin
efisien. Berikut rumusnya

= penjualan / persediaan x 100%

Perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover)

Rasio ini berguna untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva tetap secara efisien dalam rangka meningkatkan penjualan.

Sama seperti sebelumnya, semakin besar berarti semakin efektif perusahaan dalam mengelola
aktiva tetapnya. Rumusnya sebagai berikut

= penjualan / aktiva tetap x 100%

Perputaran aktiva total (total asset turnover)

Rasio ini juga melibatkan aktiva lancar dan aktiva tetap. Di mana semakin besar rasionya, maka
semakin efektif perusahaan bisa memanfaatkan seluruh aktivanya terhadap konversi penjualan. 

Berikut rumusnya

= penjualan / total aktiva x 100%

Perputaran rerata tagihan (average collection turnover)


Rasio ini mengukur seberapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menerima tagihan
dari konsumen dalam satu tahun.

Rumusnya sebagai berikut

= piutang x 365 / penjualan x 100%

Perputaran modal kerja (working capital turnover)

Mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar terhadap penjualan dalam satu periode.

Rumusnya sebagai berikut

= penjualan / (aktiva lancar – hutang lancar) x 100%.

4.7 Analisa Ratio Profita-bilitas


Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam
suatu periode tertentu. Pengertian yang semakna dengan ini dikemukakan oleh Husnan (2001)
bahwa profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
(profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Sedangkan Menurut Michelle &
Megawati (2005) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang
akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.

Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan


menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Pada gilirannya, profitabilitas suatu perusahaan akan
mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna
memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan
sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut

Analisis utama yang digunakan dalam menilai profitabilitas antara lain mencakup:

 Margin Laba atas Penjualan


Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) adalah rasio yang dihitung dengan
membagi laba bersih dengan penjualan.
Bila dituliskan dalam sebuah formula adalah sebagai berikut:
 Pengembalian atas Total Aset
Pengembalian atas Total Aset atau Return on Total Assets (ROA) adalah rasio Laba Bersih
terhadap Total Aset.
Bila dituliskan dalam sebuah rumus, adalah seperti berikut ini :

ROA = Laba Bersih : Total Aset

 Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba


Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba (Basic Earning Power) adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi.
Cara menghitung rasio profitabilitas ini adalah dengan membagi jumlah laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan total aset. Dan bila dituliskan dalam sebuah rumus, maka akan
seperti berikut ini :

Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba (BEP) = EBIT : Total Aset

 Pengembalian Ekuitas Biasa


Pengembalian Ekuitas Biasa atau ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa;
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.

Rasio akuntansi “bottom line” adalah pengembalian atas ekuitas biasa (return on common
equity – ROE), dan bila ditulisakan dalam sebuah formula sebagai berikut :
ROE = Laba Bersih : Ekuitas Biasa

 Laba Per Saham Biasa


Salah satu indikator rasio profitabilitas yang seringkali dinyatakan oleh media keuangan
adalah laba per saham biasa (LPS) atau earning per share (EPS) on common stock.
Rasio laba per saham digunakan untuk menilai profitabilitas investasi yang dilakukan oleh
pemegang saham biasa.
Bila dituliskan dalam sebuah persamaan matematika, adalah sebagai berikut:

Ukuran ini biasanya juga dilaporkan dalam laporan laba rugi pada laporan tahunan
perusahaan.

Jika sebuah perusahaan hanya menerbitkan satu kelas saham, laba per saham dihitung dengan
cara membagi laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar.

Jika terdapat saham preferen dan saham biasa yang beredar, laba bersih dikurangkan terlebih
dahulu dengan jumlah dividen yang diperlukan untuk saham preferen.

 Rasio Harga Terhadap Laba


Ukuran profitabilitas lain yang dikutip oleh media keuangan adalah rasio harga terhadap laba
(price earning ratio – P/E).
Dan bila dituliskan dalam sebuah persamaan matematika adalah:

Fungsi rasio profitabilitas harga terhadap laba merupakan indikator bagi prospek pendapatan
perusahaan di masa mendatang.

Yang dihitung dengan cara membagi harga pasar per lembar saham biasa pada tanggal
tertentu dengan laba per saham tahunan.

 Dividen Pada Saham


Dasar utama untuk pembagian dividen adalah laba, oleh karena itu dividen per saham dan
laba per saham biasa umumnya digunakan oleh investor dalam menilai pilihan investasi
saham.
Rasio ini untuk menunjukkan sejauh mana laba dibagikan kepada pemegang saham biasa.
Untuk menghitung rasio ini digunakan rasio persamaan matematika sebagai berikut:
 Hasil Dividen
Hasil dividen (dividend yield) terhadap saham biasa merupakan ukuran profitabilitas yang
menunjukkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham biasa dalam bentuk dividen
tunai.
Hal ini penting bagi investor yang tujuan investasi utamanya adalah untuk menerima
pengembalian (dividen) saat ini dari investasi, dan bukannya kenaikan dalam harga pasar
investasi.

Hasil dividen dihitung dengan cara membagi dividen per saham tahunan yang dibayarkan
dengan harga pasar per lembar saham pada tanggal tertentu.

Dan dituliskan dalam persamaan matematika adalah sebagai berikut:

Pertemuan ke-7

5. ANALISA ALIRAN DANA


5.1 Arti Pentingnya Analisa Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana
Pengertian ananlisa sumber-sumber dan penggunaan dana (analisa aliran dana)
Analisa sumber-sumber dan penggunaan dana (analisa aliran dana) adalah alat analisa
finansiil yang sangat penting bagi financial manager disamping alat-alat finasiil lainnya.
Tujuan analisa sumber-sumber dan penggunaan dana adalah untuk mengetahui bagaiman
dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai. Dengan kata lain,
analisa aliran dana akan dapat diketahui dari mana datangnya dana dan untuk apa dana itu
digunakan.
Pengertian laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana adalah suatu laporan yang
menggambarkan dari mana datangnya dan untuk apa dana itu digunakan.
Manfaat laporan sumber-sumber dan penggunaan dana bagi bank
Laporan ini sangat penting bagi bank dalam menilai permintaan kredit yang diajukan
kepadanya. Dengan menganalisa laporan itu maka dapat diketahui bagaimana peruahaaan
itu menggunakan dana yang dimilikinya.

Langkah-langkah dalam menganalisa sumber-sumber dan penggunaan dana


1) Penyusunan laporan perubahan neraca (statement of balance sheets changes)
Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen neraca antara
kedua titik waktu itu dan setiap perubahan elemen tersebut mencerminkan adanya
sumber atau penggunaan dana.
2) Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
Laporan ini berasal dari gabungan antara laporan perubahan neraca dan laporan laba
ditahan. Pengertian dana yang digunakan dalam analisa sumber-sumber dan
penggunaan dana disebut kas (arti sempit) atau modal kerja (arti luas).

5.1 Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana (Dalam Artian Kas)


Langkah-langkah menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
1) Menyusun laporan perubahan neraca, yang menggambarkan perubahan masing-
masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau
tahunan)
2) Mengelompokkan perubahan-perubahan dalam golongan perubahan yang
memperbesar / memperkecil kas
3) Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan rugi dan laba (laporan laba ditahan)
ke dalam golongan yang memperbesar/ memperkecil kas
4) Mengadakan konsolidasi dari semua informasi ke dalam laporan sumber-sumber dan
penggunaan dana

Perubahan elemen neraca antara dua saat efeknya memperbesar kas disebut sumber-sumber dana
 Berkurangnya aktiva lancar selain kas
a) Berkurangnya barang (inventory) terjadi karena terjualnya barang tersebut dan hasil
penjualan itu merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan.
b) Berkurangnya piutang berarti piutang telah dibayar dan penerimaan piutang
merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.
c) Berkurangnya surat-surat berharga (efek) berarti efek itu terjual dan hasil penjualan
tersebut merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan
 Berkurangnya aktiva tetap
- Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti sebagian aktiva tetap harus dijual dan
hasil penjualannya merupakan sumber dana
- Berkurangnya aktiva tetap neto berarti adanya depresiasi dalam tahun yang
bersangkutan
 Bertambahnya setiap jenis hutang
Bertambahnya hutang (hutang lancar, hutang jangka panjang) berarti terjadi penambahan
dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan
1) Bertambahnya modal
Bertambahnya modal disebabkan adanya emisi saham baru dan hasil penjualan saham
baru tersebut merupakan sumber dana
2) Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada
tambahan dan bagi perusahaan yang bersangkutan. Mengenai perubahan-perubahan yang
efeknya memperkecil dana/ kas, antara lain :
a. Bertambahnya aktiva lancar selain kas
Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang dan pembelian
barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva lancar merupakan
penggunaan dana.
b. Bertambahnya aktiva tetap
Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap
dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana
c. Berkurangnya hutang
Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang dapat
terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur hutangnya. Pembayaran
kembali hutang berarti penggunaan dana
d. Berkurangnya modal
Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali
atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan. Berkurangnya modal
berarti berkurangnya dana. Ini berarti bahwa penggunaan modal itu merupakan
penggunaan dana. Dalam P.I. pembelian kembali sahampun merupakan penggunaan
dana
e. Pembayaran cash deviden
Pembayaran cash deviden merupakan penggunaan dana. Cash deviden dibayarkan
dari keuntungan neto sesudah pajak

3) Kerugian operasi perusahaan


Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat disertai dengan berkurangnya aktiva
atau bertambahnya hutang. Sebenarnya bertambahnya hutang merupakan sumber dana
tetapi dengan adanya kerugian. Dengan demikian, maka adanya kerugian merupakan
penggunaan dana.

c. Contoh laporan sumber-sumber dan penggunaan dana

PERUSAHAAN PT. RAHAYU


LAPORAN PERUBAHAN NERACA 31 DES 1980 – 31 DES 1981
(DALAM RIBUAN RUPIAH)

31/12/1980 31/12/1981 Perubahan


Debet Kredit
AKTIVA
Kas Rp. 600 Rp. 700 Rp. 100 Rp. -
Efek Rp. 700 Rp. 500 Rp. - Rp. 200
Piutang Rp. 1.200 Rp. 1.000 Rp. - Rp. 200
Barang Rp. 2.200 Rp. 2.600 Rp. 400 Rp. -
Mesin Rp. 4.000 Rp. 5.000 Rp. 1.000 Rp. -
Akum. depresiasi mesin Rp. (400) Rp. (600) Rp. - Rp. 200
Bangunan Rp. 4.000 Rp. 4.000 Rp. - Rp. -
Akum. depresiasi Rp. (600) Rp. (900) Rp. - Rp. 300
bangunan
Tanah Rp. 2.300 Rp. 3.700 Rp. 1.400 Rp. -
Jumlah Aktiva Rp. 14.000 Rp. 16.000

HUTANG & MODAL


Hutang perniagaan Rp. 1.500 Rp. 1.000 Rp. 500 Rp. -
Hutang wesel Rp. 1.000 Rp. 1.200 Rp. - Rp. 200
10 % obligasi Rp. 4.500 Rp. 6.000 Rp. - Rp. 1.500
Modal saham Rp. 5.000 Rp. 5.000 Rp. - Rp. -
Surplus modal Rp. 1.000 Rp. 1.000 Rp. - Rp. -
Laba ditahan Rp. 1.000 Rp. 1.800 Rp. - Rp. 800
Jumlah Hutang & Modal Rp. 14.000 Rp. 16.000
Jumlah Rp. 3.400 Rp. 3.400

Selama tahun 1981, Perusahaan PT. Rahayu mendapatkan keuntungan netto sesudah pajak
sebesar Rp. 1.500.000 dan dibayarkan sebagai cash deviden sebesar Rp. 700.000

PERUSAHAAN PT. RAHAYU


LAPORAN SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
31 DESEMBER 1980 – 31 DESEMBER 1981
(DALAM RIBUAN RUPIAH)

Sumber-Sumber Penggunaan
Dana berasal dari operasi :
Keuntungan neto Rp. 1.500 Cash deviden Rp. 700
Depresiasi Rp. 500 Bertambahnya mesin Rp. 1.000
Berkurangnya efek Rp. 200 Bertambahnya tanah Rp. 1.400
Bekurangnya piutang Rp. 200 Bertambahnya barang Rp. 400
Bertambahnya hutang wesel Rp. 200 Berkurangnya hut. perniagaan Rp. 500
Bertambahnya obligasi Rp. 1.500 Bertambahnya kas Rp. 100
Rp. 4.100 Rp. 4.100

Dari laporan penggunaan dana tersebut diatas, nampak bahwa penggunaan dana yang menonjol
adalah untuk penambahan mesin, penambahan tanah dan pembayaran cash deviden.
- Bertambahnya mesin, berarti perusahaan telah mengadakan perluasan usahanya.
- Bertambahnya mesin, berarti perusahaan telah mengadakan perluasan usaha
- Pembelian tanah, berarti persiapan ekspansi lebih lanjut

Bagaimana penambahan mesin dan tanah itu dibelanjai ?


Kita harus meneliti sektor sumber-sumber dananya. Sumber-sumber dana yang menonjol adalah
dana yang berasal dari keuntungan neto dan depresiasi (internal sources) dan hutang jangka
panjang (obligasi).
- Dari keuntungan neto dibayarkan sebagai cash deviden sebesar Rp. 700.000 (47%) dan masih
ada sisa keuntungan neto sebesar Rp. 800.000 (Rp. 1.500.000 – Rp. 700.000). Sisa
keuntungan tersebut merupakan modal sendiri. Dana yang paling tepat untuk membiayai
pembelian tanah tetapi ternyata dananya tidak cukup karena tambahan tanah meliputi jumlah
Rp. 1.400.000. Dengan demikian kekurangannya sebesar Rp. 600.000 dibelanjai dengan
hutang jangka panjang
- Hutang jangka panjang sebagian digunakan untuk menutup kekurangan dana untuk membeli
tanah dan sisa hutang jangka panjang yang tersedia untuk pembelian mesin (1.500.000 – Rp.
600.000), tinggal sisanya sebesar Rp. 900.000
- Tambahan mesin meliputi Rp. 1.000.000 dan dapat dibelanjai dengan hutang jangka panjang
dan depresiasi

Dari analisa sumber-sumber dan penggunaan dana PT. Rahayu dapat disimpulkan bahwa
perusahaan menggunakan dananya dalam tahun 1981 sebagian besar untuk ekspansi dalam
bentuk pembelian mesin dan tanah.
- Pembelian mesin dibelanjai terutama dengan hutang jangka panjang dan depresiasi.
Kebijaksanaan tersebut dapat dibenarkan ditinjau dari sudut likuiditas.
- Pembelian tanah dibelanjai sebagian dengan modal sendiri dan sebagian dari hutang jangka
panjang. Kebijaksanaan pembiayaan tanah dengan hutang tidak dibenarkan ditinjau dari
sudut likuiditas

5.2 Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana (Dalam Artian Modal Kerja)
Dalam kenyataannya selain membuat laporan sumber dan penggunaan dana atas dasar kas,
perusahaan juga membuat laporan sumber dan penggunaan dana atas dasar modal kerja
(statements of sources and uses of working capital).
 Pengertian modal kerja
Modal kerja dapat diartikan beberapa Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar diatas
hutang lancar.
Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tidak dicantumkan penggunaan dana
yang berasal dari modal sendiri karena tidak akan mengakibatkan perubahan modal kerja
(netto).
Contoh
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp. 100.000 Hutang perniagaan Rp. 200.000
Piutang Rp. 200.000 Hutang wesel Rp. 100.000
Inventory Rp. 300.000
Modal kerja Rp. 300.000
Jumlah aktiva Rp. 600.000 Jumlah hut. & mod. Rp. 600.000

Selanjutnya terjadi berbagai transaksi yang mengakibatkan perubahan unsur aktiva lancar
dan hutang lancar, yaitu :
a. Perubahan ke – 1
Pembelian barang (inventory) secara kredit sebesar Rp. 50.000.
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp. 100.000 Hutang perniagaan Rp. 250.000
Piutang Rp. 200.000 Hutang wesel Rp. 100.000
Inventory Rp. 350.000
Modal kerja Rp. 300.000
Jumlah aktiva Rp. 650.000 Jumlah hut. & mod. Rp. 650.000

b. Perubahan ke – 2
Pembayaran hutang perniagaan sebesar Rp. 100.000 dengan kas
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp. - Hutang perniagaan Rp. 150.000
Piutang Rp. 200.000 Hutang wesel Rp. 100.000
Inventory Rp. 350.000
Modal kerja Rp. 300.000
Jumlah aktiva Rp. 550.000 Jumlah hut. & mod. Rp. 550.000
Dari contoh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah modal kerja harga akn berubah
jika ada perubahan dalam non current account (aktiva tetap, hutang jangka panjang dan
modal sendiri). Perubahan unsur non current account yang memperbesar modal kerja disebut
dengan sumber modal kerja atau sources of work capital. Sedangkan yang memperkecil
modal kerja disebut dengan penggunaan modal kerja.
Jika penggunaan modal kerja lebih kecil dibandingkan dengan sumber modal kerja maka hal
ini akan mempunyai efek neto yang positif. Sedangkan jika penggunaan modal kerjanya
lebih besar maka efek netonya akan memperkecil modal kerja.
Sumber-sumber modal kerja, antara lain :
a. Berkurangnya aktiva tetap
b. Bertambahnya hutang jangka panjang
c. Bertambahnya modal
d. Keuntungan dan operasi perusahaan
Penggunaan modal kerja
a. Bertambahnya aktiva tetap
b. Berkurangnya hutang jangka panjang
c. Berkurangnya modal
d. Pembayaran cash deviden
e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan

Bagan perubahan non current account yang mempunyai efek memperbesar modal kerja
(sumber-sumber modal)

Current Accounts

Aktiva Lancar Hutang Lancar

(+) Modal Kerja


(AL – HL)
(+) (+) (+)
Non Current Accounts

(-)
Aktiva Tetap Hutang Jangka Panjang

Modal Modal (+)


Laba Ditahan
Sendiri
(+)
Sumber: Bambang Riyanto: Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan
Bagan perubahan unsur non current accounts yang mempunyai efek memperkecil modal kerja
(penggunaan modal kerja)

Current Accounts

Aktiva Lancar Hutang Lancar

(-) Modal Kerja


(AL – HL)
(-) (-) (-)
Non Current Accounts

(+)
Aktiva Tetap Hutang Jangka Panjang

Modal Modal (+)


Laba Ditahan
Sendiri
(+)
Sumber: Bambang Riyanto: Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan

Langkah-langkah penyusunan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja


a. Menyusun laporan perubahan modal kerja
Untuk mengetahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja beserta besarnya
perubahan modal kerja
b. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current account ke dalam
golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang
mempunyai efek memperkecil modal kerja
c. Mengelompokkan unsure-unsur dalam laporan laba ditahan ke dalam golongan yang
mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang perubahannya
mempunyai efek memperkecil modal kerja
d. Menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja
Contoh Laporan perubahan modal kerja dan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal
kerja
Unsur-unsur modal 31/12/1980 31/12/1981 Perubahan Modal Kerja
Bertambah Berkurang
kerja
Aktiva Lancar
Kas Rp. 600 Rp. 700 Rp. 100 Rp. -
Efek Rp. 700 Rp. 500 Rp. - Rp. 200
Piutang Rp. 1.200 Rp. 1.000 Rp. - Rp. 200
Barang Rp. 2.200 Rp. 2.600 Rp. 400 Rp. -
Jumlah aktiva lancar Rp. 4.700 Rp. 4.800

Hutang Lancar
Hutang perniagaan Rp. 1.500 Rp. 1.000 Rp. 500 Rp. -
Hutang wesel Rp. 1.000 Rp. 1.200 Rp. - Rp. 200
Jumlah hutang lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200

Modal Kerja Rp. 2.200 Rp. 2.600


Rp. 1.000 Rp. 600
Tambah modal kerja Rp. - Rp. 400
Jumlah Rp. 1.000 Rp. 1.000
Sumber: Bambang Riyanto: Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan

Dari tabel diatas, nampak besarnya modal kerja pada akhir tahun 1981 (31/12/1981) lebih
besar daripada jumlah modal kerja pada saat sebelumnya (31/12/1980), berarti ada tambahan
modal kerja. Kenaikan modal kerja ini disebabkan sumbernya lebih besar daripada
penggunaannya (sources > uses)

Contoh laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja


PERUSAHAAN PT. RAHAYU
LAPORAN SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
31 DESEMBER 1980 – 31 DESEMBER 1981
(DALAM RIBUAN RUPIAH)

Sumber-Sumber Penggunaan
Dana dari operasi :
Keuntungan neto Rp. 1.500 Cash deviden Rp. 700
Depresiasi Rp. 500 Bertambahnya mesin Rp. 1.000
Bertambahnya hutang Rp. 1.500 Bertambahnya tanah Rp. 1.400
jangka panjang
Bertambahnya modal kerja Rp. 400
Rp. 3.500 Rp. 3.500
Sumber: Bambang Riyanto: Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan

Pertemuan ke-8

1. Analisis sumber dan penggunaan dana kas…


Jawab:
Analisis sumber dan penggunaan dana dimaksudkan untuk mengetahui dari mana asalnya
sumber dana dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Untuk mengerjakan analisis
sumber dan penggunaan dana maka langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Menggunakan atau berdasarkan data dari 2 neraca.
2) Dari 2 data neraca tersebut dapat disusun laporan perubahan neraca yang
menunjukan perubahan-perubahan elemen-elemen neraca antara 2 titik waktu
(periode). Setiap perubahan elemen mencerminknan adanya sumber ataupun
penggunan dana.
3) Berdasarkan laporan perubahan neraca dan dibantu laporan laba ditahan atau rugi
laba kemudian dapat disusun laporan sumber dan penggunaan dana.
Ada 2 pengertian tentang dana untuk sumber dan penggunaan dana yaitu :
1) Dana dalam arti sempit yaitu dinyatakan sebagai Kas.
2) Dana dalam arti luas yaitu dinyatakan sebagai Modal Kerja.
2. Penyusunan laporan sumber dan pengguna kas…
Jawab:

1. Menyusun laporan sumber dan penggunaan kas.


1.1. Menyusun laporan perubahan neraca :

Laporan Perubahan Neraca 31/12/1999 s/d 31/12/2000


(Dalam Jutaan Rupiah)
Perubahan
Keterangan 31/12/1999 31/12/2000
Debet ( -) Kredit (+)
Aktiva:
Kas 600 700 100 -
Efek 700 500 - 200
Piutang 1.200 1.000 - 200
Persediaan 2.200 2.600 400 -
Mesin 4.000 5.000 1.000 -
Akumulasi defresiasi (400) (600) - 200
Bangunan 4.000 4.000 - -
Akumulasi defresiasi (600) (900) - 300
Tanah 2.300 3.700 1.400 -
Jumlah Aktiva 14.000 16.000
Hutang Dan Modal Sendiri :
Hutang Dagang 1.500 1.000
500 -
Hutang Wesel 1.000 1.200
- 200
Obligasi (10%) 4.500 6.000
- 1.500
Modal saham 5.000 5.000
- -
Surplus modal (Agio Saham) 1.000 1.000
- -
Laba ditahan 1.000 1.800
Jumlah hutang dan Modal Sendiri 14.000 16.000 - 800
Jumlah 3.400 3.400

Diketahui : Didalam laporan laba ditahan selama tahun 2000 mendapatkan laba sesudah pajak
sebesar Rp 1.500 Juta dan dibayarkan sebagai cash dividen sebesar Rp 700 Juta.

1.2. Membuat laporan sumber dan penggunaan dana :

Laporan Perubahan Neraca 31/12/1999 s/d 31/12/2000


(Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber Dana Jumlah Penggunaan Dana Jumlah
Berkurangnya Efek 200 Bertambahnya persediaan 400
Berkurangnya piutang 200 Bertambahnya mesin 1.000
Penyusutan (mesin + bangunan) 500 Bertambahnya tanah 1.400
Bertambahnya hutang wesel 200 Berkurangnya hutang dagang 500
Bertambahnya obligasi 1.500 Pembayaran tunai dividen 700
Laba usaha 1.500 Bertambahnya kas 100

4.100 4.100

Cara menilai laporan sumber dan penggunaan kas :


a. Dari laporan tersebut terlihat bahwa penggunaan dana (kas) yang besar adalah untuk
penambahan mesin dan tanah serta pembayaran cash dividen. Hal ini mengindikasikan
perusahaan telah mengadakan perluasan usahanya yaitu dengan membeli mesin dan
persiapan ekspansi lebih lanjut dengan membeli tanah.
b. Keuntungan yang diperoleh Rp 1.500 Juta dan dibayarkan untuk cash dividen sebesar Rp
700 Juta sehingga sisanya Rp 800 Juta sebagai modal sendiri. Kemudian perusahaan
membeli tanah Rp 1.400 Juta yang sumbernya (didanai) berasal dari modal sendiri Rp
800 juta berarti kekurangan dana Rp 600 Juta. Kekurangannya Rp 600 Juta tersebut
ditutup/diambil dari hutang jangka panjang Rp 1.500 Juta sehingga sisa HJP Rp 900 Juta
ditambah penyusutan Rp 500 Juta menjadi Rp 1.400 Juta. Dana Rp 1.400 Juta tersebut
untuk membeli mesin Rp 1.000 dan sisanya Rp 400 Juta mungkin untuk kepentingan
kegiatan perusahaan yang produktif (menambah barang dagangan dan lain sebagainya)
Kesimpulan :
a. Penggunaan dana sebagian besar untuk perluasan usaha (ekspansi) dalam bentuk
pembelian mesin dan tanah.
b. Pembelian mesin sumbernya berasal dari hutang jangka panjang yang dibenarkan ditinjau
dari sudut likuiditas sedangkan pembelian tanah sumbernya dari modal sendiri dan hutang
jangka panjang yang tidak dibenarkan ditinjau dari sudut likuiditas karena dana yang
tertanam dalam tanah tidak produktif (tidak cepat menghasilkan kas) sedangakn HJP
tersebut perusahaan harus membayar bunga dan pokok cicilan setiap periode tertentu.

Anda mungkin juga menyukai