Nim : 1805112982
Pertemuan ke-3
Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan
cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis
karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang
termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis perbandingan, analisis
tren (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor.
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan
membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang
sama pada tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang
satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode
vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos
laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang
termasuk pada klasifikasi metode ini adalah teknik analisis persentase per komponen
(common size), analisis ratio, dan analisis impas.
1) Laporan Komparatif
Tiga informasi penting diperoleh dari komparasi laporan penghasilan adalah Laba
Kotor, Laba Operasi dan Laba Bersih. Perubahan atau peningkatan dalam
profitabilitas bisnis dicari tahu selama periode waktu tertentu. Jika perubahan atau
peningkatan tidak memuaskan, manajemen dapat mengetahui alasannya dan beberapa
tindakan korektif dapat diambil.
3) Neraca Komparatif
Kondisi keuangan dari operasional bisnis dapat diketahui dengan menyiapkan neraca
komparatif. Berbagai item Neraca untuk dua periode yang berbeda digunakan. Aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar dan aset tetap untuk perbandingan. Demikian
juga, liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, liabilitas jangka
panjang, dan kekayaan bersih pemegang saham. Kekayaan bersih istilah pemegang
saham termasuk Modal Saham Ekuitas, Modal Saham Preferensi, Cadangan dan
Surplus atau sejenisnya.
4) Analisis Common-size
5) Analisis Tren
Rasio ini adalah untuk menghitung item yang berbeda untuk berbagai periode dapat
diketahui dan kemudian dibandingkan dalam analisis keuangan ini. Analisis rasio
selama beberapa tahun memberikan gambaran apakah keseluruahan bisnis cenderung
naik atau turun. Analisis ini disebut Metode Piramida.
6) Analisis Rata-Rata
Setelah Anda menghitung analisis tren untuk mengetahui masalah bisnis, rasio
tersebut dibandingkan dengan analisis rata-rata industri. Kedua tren ini dapat
disajikan pada kertas grafik juga dalam bentuk kurva. Presentasi fakta dalam bentuk
gambar ini membuat analisis dan perbandingan lebih komprehensif dan
mengesankan.
Analisis aliran dana berkaitan dengan sumber terperinci dan penerapan dana dari
urusan bisnis untuk periode tertentu. Ini menunjukkan dari mana dana berasal dan
bagaimana mereka digunakan selama periode yang ditinjau. Ini menyoroti perubahan
dalam struktur keuangan perusahaan.
Analisis arus kas didasarkan pada pergerakan kas dan saldo bank. Dengan kata lain,
pergerakan uang tunai dan bukannya pergerakan modal kerja akan dipertimbangkan
dalam analisis arus kas. Ada dua jenis arus kas. Mereka adalah arus kas aktual dan
arus kas nosional.
Analisis rasio adalah upaya mengembangkan hubungan yang bermakna antara item-
item individual (atau kelompok item) dalam neraca atau akun laba rugi. Analisis rasio
tidak hanya berguna bagi pihak internal yang menjadi perhatian bisnis tetapi juga
berguna bagi pihak eksternal. Analisis rasio menyoroti likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, dan capital gain.
Analisis ini mengungkapkan hubungan yang berlaku antara penjualan, biaya, dan
laba. Biaya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Ada hubungan
yang konstan antara penjualan dan biaya variabel. Analisis biaya memungkinkan
manajemen untuk perencanaan laba yang lebih baik.
a. Pendekatan Horizontal
Analisis horizontal dilakukan dengan cara jumlah setiap akun laporan keuangan tahun
berjalan dibandingkan dengan akun yang sama pada periode sebelumnya untuk mengetahui
kenaikan atau penurunan yang terjadi pada akun tersebut. Kenaikan atau penurunan
tersebutdibagi dengan akun periode sebelumnya dan dikali dengan seratus persen untuk
mengetahui persentase kenaikan atau penurunan pada akun tersebut dan kenaikan atau
penurunan jumlah pos dihitung sebagai persentase kenaikan atau penurunan. Pada analisis ini
ditunjukkan perubahan setiap akun dalam laporan keuangan, baik berbasis dari tahun ke
tahun maupun berbasis multi tahun. Analisis komparatif meliputi dua pendekatan, yaitu:
Analisis ini merupakan analisis dengan periode jangka pendek biasanya analisis dua
sampai tiga tahun. Analisis perubahan ini meliputi perubahan secara absolut dan
persentase.
Analisis vertikal menitikberatkan pada hubungan financial antar pos-pos laporan keuangan
satu periode. Dalam analisis vertikal terhadap neraca, masing-masing pos aktiva dinyatakan
sebagai persen dari total aktiva. Masing-masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik
dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis vertikal
terhadap laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan sebagai persen dari total
pendapatan atau penghasilan.
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-
langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo (2000) adalah:
Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman
tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh
perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis
merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan
perusahaan.
Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap
perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup
informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi,
perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti
perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan
yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.
Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka dengan
menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan
keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai dengan
rekomendasi).
Laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas. Informasi dalam pernyataan ini dianalisis dan ditafsirkan untuk
memudahkan pengambilan keputusan. Perbedaan utama antara analisis dan interpretasi
laporan keuangan adalah bahwa analisis adalah proses meninjau dan menganalisis laporan
keuangan perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik sedangkan
Interpretasi laporan keuangan mengacu pada pemahaman apa yang ditunjukkan oleh laporan
keuangan. Interpretasi laporan keuangan dilakukan melalui analisis rasio.
Analisis laporan keuangan adalah proses meninjau dan menyelidiki laporan keuangan
perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik. Di sini, informasi laporan
keuangan perusahaan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan perusahaan
sejenis lainnya. Interpretasi laporan keuangan mengacu pada pemahaman apa yang
ditunjukkan laporan keuangan. Ini sangat penting untuk mengambil tindakan di masa depan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa kesehatan keuangan perusahaan tetap pada tingkat
yang diinginkan. Interpretasi rasio keuangan dilakukan melalui analisis rasio.
Perbedaan utama antara analisis dan interpretasi laporan keuangan tergantung pada di mana
informasi keuangan digunakan untuk membandingkan hasil dengan periode sebelumnya
(analisis) atau apakah akan menggunakannya untuk pengambilan keputusan di masa depan
dengan memahami apa yang ditunjukkan oleh hasil (interpretasi). Kedua analisis dan
interpretasi laporan keuangan memakan waktu. Meskipun bermanfaat, kelemahan utama dari
kedua latihan ini adalah bahwa mereka terlalu fokus pada hasil di masa lalu yang tidak dapat
diubah. Sebagian besar pemangku kepentingan lebih peduli dengan kinerja masa depan,
sehingga mungkin tidak melihat nilai signifikan dalam menganalisis dan menafsirkan laporan
keuangan.
Pertemuan ke-4
Analisa Trend adalah analisis rasio perusahaan untuk beberapa periode. Membandingkan
rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (rasio historis) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang pada perusahaan
yang sama. Analisis trend dapat melihat apakah prestasi perusahaan itu meningkat atau
menurun selama periode tertentu, mengestimasi kemungkinan terjadi peningkatan atau
penurunan pada kondisi keuangan tertentu. Analisa trend menunjukkan kemajuan keuangan
perusahaan yang dinyatakan dalam persentase. Analisis trend juga suatu metode atau teknik
analisis untuk mengetahui kecenderunagn keuangan perusahaan naik atau turun, dengan
demikian akan diketahui perubahan mana yang cukup penting untuk dianalisis lebih lanjut.
Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan analisia tren :
a. Menentukan tahun dasar. Penentuan tahun dasar bisa berdasarkan tahun pendirian, tahun
perubahan struktur organisasi, tahun proyek, atau tahun-tahun dalam momen tertentu. Pos
laporan keuangan tahun dasar nantinya dicatat sebagai indeks 100.
b. Menghitung angka indeks tahun lainnya menggunakan angka pos laporan keuangan tahun
dasar sebagai penyebut.
Analisia common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening
dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-
rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca). Analisia laporan keuangan ukuran sama (Common
Size) merupakan laporan untuk membandingkan periode berjalan dengan periode sebelumya,
antar sebuah perusahaan, atau antar sebuah perusahaan dengan persentase industri. Analisa
ini dilakukan dengan cara mengubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan laba
rugi menjadi persentase berdasarkan angka tertentu. Untuk angka-angka yang berada di
neraca, yang menjadi common base (angka dasarnya) adalah total aktiva. Dalam hal ini total
aktiva dianggap memiliki angka dasar 100 %. Untuk laporan laba rugi, penjualan digunakan
sebagai angka dasar yang bernilai 100 %. Penyajian dalam bentuk common size akan
mempermudah perubhan-perubahan yang terjadi dalam neraca dan laporan laba rugi. Di
laporan ukuran sama (common size statement) seluruh pos dinyatakan dalam persentase.
Data industri seringkali tersedia dari asosiasi dagang dan jasa informasi keuangan. Suatu
neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement) dapat
memberikan informasi sebagai berikut:
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya dua
tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik
komposisi investasi maupun struktur modal.
Contoh laporan keuangan – laba rugi ukuran sama komparatif untuk dua perusahaan:
Pertemuan ke-5
Pertemuan ke-6
Rasio solvabilitas membandingkan beban utang perusahaan secara keseluruhan terhadap aset
atau ekuitasnya. Rasio ini memaparkan jumlah aset perusahaan yang dimiliki oleh pemegang
saham dibandingkan dengan aset yang dimiliki oleh kreditor (pemberi utang).
Jika aset perusahaan lebih banyak dimiliki oleh pemegang, maka perusahaan tersebut kurang
leverage. Jika kreditur atau pemberi utang, biasanya bank, memiliki aset secara dominan, maka
perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang tinggi.
Jenis-Jenis Rasio Leverage/Solvabilitas
1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset (DAR – Total Debt to Total
Assets Ratio)
Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2012:79) menjelaskan defenisi Total Debt to Total
Assets Ratio sebagai rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
total hutang yang dimiliki dengan total aktiva perusahaan. Oleh beliau kemudian
menyebutkan rumus rasio solvabilitas ini:
Masih berdasarkan defenisi pakar yang sama, yaitu Mamduh M Hanafi. Beli menjelaskan
pengertian debt to equity ratio adalah sebagai rasio untuk membandingkan antara utang
dengan ekuitas emiten.
Adapun rumusnya:
DER = Total Utang / Total Ekuitas
Oleh beliau juga disebutkan bahwa rasio ini menyatakan bahwa semakin tinggi angka
yang ditampilkan maka berarti modal sendiri yang disertakan dalam perusahaan semakin
sedikit, dibanding dengan kewajibannya.
Dan mengenai berapa nilai rasio DER yang baik, silahkan miliki kalkulator saham yang
telah dipublikasikan di blog ini. Lihat di sidebar atau ke halaman ini: Kalkulator Saham
Excel.
Menurut Mamduh lagi (2012:80), Time Interest Earned Ratio atau yang disingkat dengan
(TIE) adalah:
Rasio yang menilai kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang dari laba
sebelum bunga pajak yang dimilik.
Secara tegas, rasio ini khusus untuk menghitung besaran laba sebelum bunga dan pajak
yang tersedia (atau yang sering disebut dengan EBIT) untuk membayar beban tetap
bunga.”
Adapun formula dari rasio TIE adalah:
TIE = EBIT / Bunga
Untuk perusahaan yang menggunakan sistem keuangan syariah, maka interest diganti
dengan margin.
Mengenai nilai yang baik, buruk dan standar untuk analisis rasio leverage yang satu ini
sudah tercantum dalam kalkulator saham excel yang sudah saya sebut di atas. Silahkan
miliki tools-nya.
4. Rasio EBIT dan Biaya Sewa Terhadap Bunga (FCC – Fixed Charge
Coverage)
Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim juga menerangkan mengenai defenisi dari Fix
Charge Coverage ini, yaitu:
Rasio yang menghitung kemampuan suatu perusahaan dalam membayar beban tetap total
yang dimiliki, termasuk biaya sewanya.
Adapun secara matematis, atau rumusnya :
FCC = (EBIT) + Biaya Sewa / (Bunga + Biaya Sewa)
Atau dalam bahasa Inggris, Investopedia membuat persamaan matematisnya juga:
(EBIT + lease payments) / (lease payments + interest)
Sederhananya, dengan menghitung rasio ini maka seorang trader saham atau pun analis
akan tau seberapa baikkah pendapatan suatu emiten dalam membayar beban fixed
charges-nya, atau bunga ditambah dengan biaya sewanya.
5. Rasio Ekuitas terhadap Total Aset (EAR – Equity to Total Assets Ratio)
Equity to Total Assets Ratio adalah merupakan indikator finansial yang menilai
keterikatan pemilik usaha atas kelangsungan usahanya.
Karena perbandingan ini bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk mengetahui seberapa
besar pemilik usaha dirugikan jika bisnisnya mengalami kebangkrutan, maka rasio ini
juga dimasukkan dalam analisis rasio solvabilitas / leverage.
Jadi, sederhananya, rasio ini dipakai untuk tau berapa banyak modal sendiri yang
tergabung dalam seluruh aktiva perusahaan.
Jika ternyata nilai rasio EAR ini tinggi, maka itu artinya pemilik punya keterikatan yang
kuat dengan usahanya.
Dibanding, jika nilai rasio EAR ini rendah, maka simpelnya bisa kita katakan kalau sang
pemilik tidak memiliki peranan yang dominan pada usahanya, terutama dalam hal aset
usahanya.
Dari sini bisa kita nilai kalau keseriusan, profesionalisme, dan lainnya bisa sangat
dipengaruhi oleh porsi modal yang besar terhadap aset.
Rumusnya adalah:
EAR = Total Ekuitas / Total Aset
Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan Cash Flow Coverage. Ini dikhususkan untuk
mengukur kemampuan perusahan untuk memenuhi kewajiban kasnya.
Oleh accountingtools.com, rumusnya adalah sebagai berikut:
CCR = Cash & Cash Equivalents / Current Liabilities
Alasan liabilitas digunakan sebagai pembaginya karena itulah bagian aset yang dapat
langsung dikonversikan menjadi kas.
Cash Flow Coverage = (Aliran Kas Masuk + Depresiasi) / (Beban Tetap + Dividen)
Dividen yang dihitung di atas adalah Dividen saham preferen / (1 – Pajak).
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan segala sumber daya yang
dimiliki.
Dalam analisis ini, aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu mengakibatkan semakin
besarnya dana lebih yang tertanam pada aktiva.
Dana lebih ini yang dimana dampak dari aktivitas rendah menjadi lebih baik jika ditanamkan
pada aktivitas yang lebih produktif.
Perputaran piutang digunakan untuk mengukur kualitas dan efisiensi tingkat perputaran piutang
perusahaan dalam satu periode dengan membandingkan penjualan dengan rata-rata piutang.
Semakin tinggi rasionya, maka semakin baik kualitas dan efisiensi perputaran piutang
perusahaan. Berikut rumusnya
Digunakan untuk mengukur tingkat kualitas dan efisiensi perputaran persediaan perusahaan
terhadap penjualan dalam satu periode tertentu.
Semakin tinggi rasionya, maka pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh perusahaan semakin
efisien. Berikut rumusnya
Rasio ini berguna untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva tetap secara efisien dalam rangka meningkatkan penjualan.
Sama seperti sebelumnya, semakin besar berarti semakin efektif perusahaan dalam mengelola
aktiva tetapnya. Rumusnya sebagai berikut
Rasio ini juga melibatkan aktiva lancar dan aktiva tetap. Di mana semakin besar rasionya, maka
semakin efektif perusahaan bisa memanfaatkan seluruh aktivanya terhadap konversi penjualan.
Berikut rumusnya
Mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar terhadap penjualan dalam satu periode.
Analisis utama yang digunakan dalam menilai profitabilitas antara lain mencakup:
Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba (BEP) = EBIT : Total Aset
Rasio akuntansi “bottom line” adalah pengembalian atas ekuitas biasa (return on common
equity – ROE), dan bila ditulisakan dalam sebuah formula sebagai berikut :
ROE = Laba Bersih : Ekuitas Biasa
Ukuran ini biasanya juga dilaporkan dalam laporan laba rugi pada laporan tahunan
perusahaan.
Jika sebuah perusahaan hanya menerbitkan satu kelas saham, laba per saham dihitung dengan
cara membagi laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Jika terdapat saham preferen dan saham biasa yang beredar, laba bersih dikurangkan terlebih
dahulu dengan jumlah dividen yang diperlukan untuk saham preferen.
Fungsi rasio profitabilitas harga terhadap laba merupakan indikator bagi prospek pendapatan
perusahaan di masa mendatang.
Yang dihitung dengan cara membagi harga pasar per lembar saham biasa pada tanggal
tertentu dengan laba per saham tahunan.
Hasil dividen dihitung dengan cara membagi dividen per saham tahunan yang dibayarkan
dengan harga pasar per lembar saham pada tanggal tertentu.
Pertemuan ke-7
Perubahan elemen neraca antara dua saat efeknya memperbesar kas disebut sumber-sumber dana
Berkurangnya aktiva lancar selain kas
a) Berkurangnya barang (inventory) terjadi karena terjualnya barang tersebut dan hasil
penjualan itu merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan.
b) Berkurangnya piutang berarti piutang telah dibayar dan penerimaan piutang
merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.
c) Berkurangnya surat-surat berharga (efek) berarti efek itu terjual dan hasil penjualan
tersebut merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan
Berkurangnya aktiva tetap
- Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti sebagian aktiva tetap harus dijual dan
hasil penjualannya merupakan sumber dana
- Berkurangnya aktiva tetap neto berarti adanya depresiasi dalam tahun yang
bersangkutan
Bertambahnya setiap jenis hutang
Bertambahnya hutang (hutang lancar, hutang jangka panjang) berarti terjadi penambahan
dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan
1) Bertambahnya modal
Bertambahnya modal disebabkan adanya emisi saham baru dan hasil penjualan saham
baru tersebut merupakan sumber dana
2) Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada
tambahan dan bagi perusahaan yang bersangkutan. Mengenai perubahan-perubahan yang
efeknya memperkecil dana/ kas, antara lain :
a. Bertambahnya aktiva lancar selain kas
Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang dan pembelian
barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva lancar merupakan
penggunaan dana.
b. Bertambahnya aktiva tetap
Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap
dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana
c. Berkurangnya hutang
Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang dapat
terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur hutangnya. Pembayaran
kembali hutang berarti penggunaan dana
d. Berkurangnya modal
Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali
atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan. Berkurangnya modal
berarti berkurangnya dana. Ini berarti bahwa penggunaan modal itu merupakan
penggunaan dana. Dalam P.I. pembelian kembali sahampun merupakan penggunaan
dana
e. Pembayaran cash deviden
Pembayaran cash deviden merupakan penggunaan dana. Cash deviden dibayarkan
dari keuntungan neto sesudah pajak
Selama tahun 1981, Perusahaan PT. Rahayu mendapatkan keuntungan netto sesudah pajak
sebesar Rp. 1.500.000 dan dibayarkan sebagai cash deviden sebesar Rp. 700.000
Sumber-Sumber Penggunaan
Dana berasal dari operasi :
Keuntungan neto Rp. 1.500 Cash deviden Rp. 700
Depresiasi Rp. 500 Bertambahnya mesin Rp. 1.000
Berkurangnya efek Rp. 200 Bertambahnya tanah Rp. 1.400
Bekurangnya piutang Rp. 200 Bertambahnya barang Rp. 400
Bertambahnya hutang wesel Rp. 200 Berkurangnya hut. perniagaan Rp. 500
Bertambahnya obligasi Rp. 1.500 Bertambahnya kas Rp. 100
Rp. 4.100 Rp. 4.100
Dari laporan penggunaan dana tersebut diatas, nampak bahwa penggunaan dana yang menonjol
adalah untuk penambahan mesin, penambahan tanah dan pembayaran cash deviden.
- Bertambahnya mesin, berarti perusahaan telah mengadakan perluasan usahanya.
- Bertambahnya mesin, berarti perusahaan telah mengadakan perluasan usaha
- Pembelian tanah, berarti persiapan ekspansi lebih lanjut
Dari analisa sumber-sumber dan penggunaan dana PT. Rahayu dapat disimpulkan bahwa
perusahaan menggunakan dananya dalam tahun 1981 sebagian besar untuk ekspansi dalam
bentuk pembelian mesin dan tanah.
- Pembelian mesin dibelanjai terutama dengan hutang jangka panjang dan depresiasi.
Kebijaksanaan tersebut dapat dibenarkan ditinjau dari sudut likuiditas.
- Pembelian tanah dibelanjai sebagian dengan modal sendiri dan sebagian dari hutang jangka
panjang. Kebijaksanaan pembiayaan tanah dengan hutang tidak dibenarkan ditinjau dari
sudut likuiditas
5.2 Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana (Dalam Artian Modal Kerja)
Dalam kenyataannya selain membuat laporan sumber dan penggunaan dana atas dasar kas,
perusahaan juga membuat laporan sumber dan penggunaan dana atas dasar modal kerja
(statements of sources and uses of working capital).
Pengertian modal kerja
Modal kerja dapat diartikan beberapa Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar diatas
hutang lancar.
Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tidak dicantumkan penggunaan dana
yang berasal dari modal sendiri karena tidak akan mengakibatkan perubahan modal kerja
(netto).
Contoh
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp. 100.000 Hutang perniagaan Rp. 200.000
Piutang Rp. 200.000 Hutang wesel Rp. 100.000
Inventory Rp. 300.000
Modal kerja Rp. 300.000
Jumlah aktiva Rp. 600.000 Jumlah hut. & mod. Rp. 600.000
Selanjutnya terjadi berbagai transaksi yang mengakibatkan perubahan unsur aktiva lancar
dan hutang lancar, yaitu :
a. Perubahan ke – 1
Pembelian barang (inventory) secara kredit sebesar Rp. 50.000.
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp. 100.000 Hutang perniagaan Rp. 250.000
Piutang Rp. 200.000 Hutang wesel Rp. 100.000
Inventory Rp. 350.000
Modal kerja Rp. 300.000
Jumlah aktiva Rp. 650.000 Jumlah hut. & mod. Rp. 650.000
b. Perubahan ke – 2
Pembayaran hutang perniagaan sebesar Rp. 100.000 dengan kas
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp. - Hutang perniagaan Rp. 150.000
Piutang Rp. 200.000 Hutang wesel Rp. 100.000
Inventory Rp. 350.000
Modal kerja Rp. 300.000
Jumlah aktiva Rp. 550.000 Jumlah hut. & mod. Rp. 550.000
Dari contoh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah modal kerja harga akn berubah
jika ada perubahan dalam non current account (aktiva tetap, hutang jangka panjang dan
modal sendiri). Perubahan unsur non current account yang memperbesar modal kerja disebut
dengan sumber modal kerja atau sources of work capital. Sedangkan yang memperkecil
modal kerja disebut dengan penggunaan modal kerja.
Jika penggunaan modal kerja lebih kecil dibandingkan dengan sumber modal kerja maka hal
ini akan mempunyai efek neto yang positif. Sedangkan jika penggunaan modal kerjanya
lebih besar maka efek netonya akan memperkecil modal kerja.
Sumber-sumber modal kerja, antara lain :
a. Berkurangnya aktiva tetap
b. Bertambahnya hutang jangka panjang
c. Bertambahnya modal
d. Keuntungan dan operasi perusahaan
Penggunaan modal kerja
a. Bertambahnya aktiva tetap
b. Berkurangnya hutang jangka panjang
c. Berkurangnya modal
d. Pembayaran cash deviden
e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan
Bagan perubahan non current account yang mempunyai efek memperbesar modal kerja
(sumber-sumber modal)
Current Accounts
(-)
Aktiva Tetap Hutang Jangka Panjang
Current Accounts
(+)
Aktiva Tetap Hutang Jangka Panjang
Hutang Lancar
Hutang perniagaan Rp. 1.500 Rp. 1.000 Rp. 500 Rp. -
Hutang wesel Rp. 1.000 Rp. 1.200 Rp. - Rp. 200
Jumlah hutang lancar Rp. 2.500 Rp. 2.200
Dari tabel diatas, nampak besarnya modal kerja pada akhir tahun 1981 (31/12/1981) lebih
besar daripada jumlah modal kerja pada saat sebelumnya (31/12/1980), berarti ada tambahan
modal kerja. Kenaikan modal kerja ini disebabkan sumbernya lebih besar daripada
penggunaannya (sources > uses)
Sumber-Sumber Penggunaan
Dana dari operasi :
Keuntungan neto Rp. 1.500 Cash deviden Rp. 700
Depresiasi Rp. 500 Bertambahnya mesin Rp. 1.000
Bertambahnya hutang Rp. 1.500 Bertambahnya tanah Rp. 1.400
jangka panjang
Bertambahnya modal kerja Rp. 400
Rp. 3.500 Rp. 3.500
Sumber: Bambang Riyanto: Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan
Pertemuan ke-8
Diketahui : Didalam laporan laba ditahan selama tahun 2000 mendapatkan laba sesudah pajak
sebesar Rp 1.500 Juta dan dibayarkan sebagai cash dividen sebesar Rp 700 Juta.
4.100 4.100