Oleh :
Della Futvy Sekarningrum
19312130
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa. Atas limpahan rahmat dan taufikNya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini di tulis untuk memenuhi tugas
makalah dengan judul Kedudukan Wakil Presiden dalam Sistem Pemerintahan Presidensial di
Indonesia yang diampu oleh Bapak Drs. Sunarto, M.Si.
Atas terselesaikannya Makalah ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
Dengan kerendahan hati kami menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Happy Susanto, M.A : selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2. Bapak Ardhana Januar Mahardhani, M.KP; selaku Dekan FKIP Unoversitas
Muhammadiyah Ponorogo
3. Bapak Hadi Cahyono, M.Pd : selaku Kaprodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
4. Bapak Drs. Sunarto, M.Si, selaku Dosen Sistem Pemerintahan Indonesia.
Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang besifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga karya sederhana ini bermanfat bagi
kita semua.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kekuasaan Dalam Negara ............................................................................................ 3
B. Sistem Pemerintahan Presidensial ................................................................................. 4
C. Kekuasaan Presisden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial .................................... 6
D. Kedudukan Wakil Presiden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial .......................... 10
E. Hubungan KewenanganWakil Presiden Dengan Presiden ............................................. 13
G. Data Daftar Nama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia............................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUHAN
A. Latar Belakang
1
B. Rmusan Masalah
C. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bisa dikatakan kekuasaan bisa menjadi hal yang lebih condong ke hal negative
apabila jatuh pada orang yang salah atau jatuh kepada sesorang yang haus akan kekuasaan.
Kesimpulannya kekuasaan adalah kemampuan sesorang atau golongan untuk merubah
sikap dari kekuasaan orang lain. Dilihat dari sejarah kekuasaan tertinggi adalah milik tuhan
semesta alam atau ada pada tuhan (Agustinus dan Thomas Aquines) yang disebut teori
kedaulatan tuhan dari abad ke V sampai abad ke XV hal ini yang menyebabkan munculnya
agama-agama baru di era itu. Kekuasaan dapat digolongan dari raja, sultan, kekaisaran,
kekuasaan pejabat Negara, presiden, perdana mentri, seseorang yang mempunyai power
lebih di suatu komunitas atau kelompok masyarakat. Manusia berlaku sebagai subjek
sekaligus objek dari kekuasaan. Presiden ia membuat UU (subjek kekuasaan) tetapi harus
tunduk pada undang-undang (objek dari kekuasaan).
Dalam Konstitusi dengan jelas menegaskan ciri-ciri sistem presidensial yang dianut
oleh Indonesia adalah system pemerintahan presidensial. Namun, kondisi pemerintahan
Indonesia saat ini memunculkan pertanyaan mengenai sistem pemerintahan yang dianut
oleh Indonesia. Biarpun banyak sistem yang dikembangkan berdasarkan sistem presidensial,
misalnya pemilihan umum. Indonesia juga masih menganut beberapa corak parlementer,
seperti sistem multipartai. Jika dilihat secara keseluruhan system pemerintahan. Sistem
presidensil erat berhubungan dengan trias politica (legislatif, eksekutif, yudikatif). menurut
S.L. Witman dan J.J Wuest ciri-ciri dari sistem presidensial adalah sebagai berikut :
Dari uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa ciri-ciri sistem pemerintahan
presidensial, yaitu: Presiden sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan,
Presiden tidak dipilih oleh badan perwakilan tetapi oleh dewan pemilih dan
belakangan peranan dewan pemilih tidak tampak lagi sehingga dipilih oleh rakyat,
Presiden berkedudukan sama dengan legislative, Kabinet dibentuk oleh Presiden,
sehingga kabinet bertanggungjawab kepada presiden,Presiden tidak dapat dijatuhkan
oleh badan legislatif, begitupun sebaliknya Presiden tidak dapat membubarkan
legislative.
4
Pola hubungan yang terpisah dalam sistem pemerintahan presidensial yaitu:
pertama dengan dipilih secara langsung, kekuasaan Presiden menjadi lebih
legitimate karena mendapat mandat langsung (direct mandate) pemilih. kedua;
pemisahan antara lembaga-lembaga negara terutama antara pemegang kekuasaan
eksekutif dengan pemegang kekuasaan legislatif. Dengan pemisahan itu, setiap
lembaga negara dapat melakukan pengawasan terhadap lembaga negara lainnya
untuk mencega terjadinya penumpukan dan penyalahgunaan kekuasaan. ketiga;
dengan posisi sentral dalam jajaran eksekutif, Presiden dapat mengambil kebijakan
strategis yang amat menentukan secara cepat (speed and decisiveness).
Keempat;dengan masa jabtan yang tetap, posisi Presiden jauh lebih stabil
dibandingkan dengan Perdana Menteri yang bisa diganti setiap waktuAda empat ciri
Unsur-unsur dalam sistem presidensial
Kelebihan kekurangan
stabilitas eksekutif, didasarkan pada masa masalah kemandegan atau konflik eksekutif-
jabatan presiden. Stabilitas eksekutif ini legislatif, yang bisa berubah menjadi “jalan
berlawanan dengan instabilitas eksekutif yang buntu” dan “kelumpuhan” adalah akibat dari
mungkin melahirkan suatu sistem parlementer ko-eksistensi dari dua badan independen yang
dari penggunaan kekuasaan legislatif untuk diciptakan oleh pemerintahan presidensial dan
membentuk kabinet melalui mosi tidak yang mungkin bertentangan.tidak seperti
percaya atau sebagai akibat dari hilangnya faktor mosi legislatif yang menjaga legislator
dukungan mayoritas terhadap kabinet di dan eksekutif tetap sejalan dalam sistem
parlemen parlementer.
pemilihan kepala pemerintahan oleh rakyat kekurangan sistem pemerintahan presidensial
dapat dipandang lebih demokratis dari adalah kekakuan temporal. Lijphart dengan
pemilihan tak langsung. Demokrasi tidak mengutip pendapat Linz, bahwa masa jabatan
menuntut pemilihan semua pejabat presiden yang pasti menguraikan periode-
pemerintahan oleh rakyat, tetapi argumen periode yang dibatasi secara kaku dan tidak
bahwa kepala pemerintahan, yang merupakan berkelanjutan, sehingga tidak memberikan
pemegang jabatan yang paling penting dan kesempatan untuk melakukan berbagai
berkuasa di dalam pemerintahan demokrasi, penyesuaian yang dikehendaki oleh keadaan.
harus dipilih secara langsung oleh rakyat
mengandung validitas yang tinggi.
kekuarangan dari pemerintahan presidensial
adalah bahwa sistem ini berjalan atas dasar
pemisahan kekuasaan, pemerintahan yang aturan “pemenang menguasai semuanya”
dibatasi – perlindungan kebebasan atas tirani yang cenderung membuat politik demokrasi
pemerintahan. sebagai sebuah permainan dengan semua
potensi konflik. Dalam pemilihan Presiden,
hanya seorang calon dan satu partai yang
bakal menang, dan orang lain akan kalah.
5
C. Kekuasaan Presiden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial
Kekuasaan Presiden dalam system pemerintahan presidensial adalah sebagai kepala
pemerintahan dan kepala Negara. Afan Gaffar mengemukakan bahwa Presiden memiliki
sumber daya kekuasaan yang sangat besar, Sumber daya kekuasaan tersebut diantaranya:
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1) yang berisi “ Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.
Maksud dari kekuasaan pemerintahan menurut ketentuan tersebut adalah kekuasaan
eksekutif. Dengan demikian, Presiden memegang dua kekuasaan sekaligus yaitu
kekuasaan kepala negara sekaligus kekuasaan kepala pemerintahan.
6
konstitusionalisme, kekuasaan kepala negara mengalami pembatasan-
pembatasan guna menghindari terjadinya tindakan otoriter.
b) Presiden Memegang Kekuasaan Asli
Kedudukan kuat Presiden dalam sistem pemerintahan Presidensial salah satu
faktornya adalah karena Presiden berkedudukan sebagai kepala negara.
Presiden sebagai kepala negara memegang kekuasaan yang tidak dimiliki
oleh lembaga negara lain, meskipun lembaga tersebut juga mendapat mandat
langsung dari rakyat, semisal Parlemen
b. Presiden Sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata (Chief of Army)
Kemudian diperjelas dalam Pasal 14 UU No. 3 Tahun 2002 yang secara eksplisit
ditegaskan kewenangan Presiden sebagai panglima tertinggi TNI, di mana Presiden
satu-satunya yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengerahan kekuatan TNI,
meskipun dalam menghadapi ancaman bersenjata diperlukan persetujuan DPR,
disebutkan demikian:
7
3) Dalam keadaan memaksa untuk menghadapi ancaman bersenjata, Presiden
dapat langsung mengerahkan kekuatan Tentara Nasional Indonesia.
4) Pengerahan langsung kekuatan Tentara Nasional Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam ayat(3), Presiden dalam waktu paling lambat 2 X 24 (dua
kali dua puluh empat) jam harus mengajukan persetujuan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
5) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui pengerahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Presiden menghentikan pengerahan
operasi militer.
a. Presiden Memiliki Kekuasaan Memberikan Pengampunan
Mahkamah Agung.
2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
9
Kemudian ditambahkan dengan ketentuan dalam Pasal 13 UUD NRI Tahun 1945 yang
berisi:
1) Presiden mengangkat Duta dan Konsul
2) Dalam hal mengangkat Duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
3) Presiden menerima penempatan Duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Sebelum dilakukan perubahan terhadap UUD 1945, kedudukan Wakil Presiden ini
dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal
9 UUD 1945. Selain itu, kedudukan Wakil Presiden juga dapat dijumpai dalam Tap MPR
No.VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden Republik Indonesia
Berhalangan, yakni, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 ayat (2). Kemudian dijumpai pula
dalam Tap MPR No.VI/MPR/1973 junto Tap MPR No.III/MPR/1978 tentang Kedudukan
dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga- Lembaga
Tinggi Negara, yakni, Pasal 6, dan Pasal 8 ayat (1) dan (2). Di dalam UUD 1945 Pasal 4
ayat (2) disebutkan bahwa, Presiden dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang
Wakil Presiden. Pengertian kata “dibantu” dalam pasal tersebut tidak ada penjelasan
otentiknya lebih lanjut, yaitu apakah kata “dibantu” itu mempunyai arti membantu Presiden
dalam seluruh jabatan yang dipegang Presiden, ataukah kata “dibantu” itu mempunyai arti
yang sempit , artinya membantu Presiden dalam kedudukan Presiden sebagai kepala negara
saja.
10
Presiden, maka perkataan “dibantu” dalam hubungannya dengan kedudukan Wakil
Presiden, maka dapat ditafsirkan Wakil Presiden membantu Presiden dalam melaksanakan
kewajibannya, baik sebagai kepala pemerintahan maupun sebagai kepala negara (Pasal 4
ayat (2), Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 7 UUD 1945). Berbeda dengan Wakil Presiden, maka
para Menteri adalah Pembantu Kepala Pemerintahan, bukan pembantu Kepala Negara
(Pasal 17 UUD 1945). Wakil Presiden membantu Presiden secara umum, sedangkan
Menteri membantu Presiden. Menurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A, Presiden dan
Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres). Sebelumnya, Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelumnya. Pilpres pertama
kali di Indonesia diselenggarakan pada tahun 2004. Berdasarkan pasal 4 ayat (2) yang
menetapkan bahwa : “Dalam menjalankan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
Wakil Presiden”. Berdasarkan pasal ini, kemungkinan 5 posisi Wakil Presiden terhadap
Presiden yaitu:
Tetapi dalam menjalankan tugasnya untuk membantu Presisen berbeda dengan menteri.
Salah satunya Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan Wakil Presiden
bersama Presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam satu pasangan. Wakil Presiden dalam
menjalankan jabatannya, pertanggungjawaban Wakil Presiden tidak diatur secara jelas dan
tegas baik dalam Undang-undang Dasar tahun 1945 maupun Ketetapan-ketetapan MPR.
Tetapi dari penjelasan diatas dapat ditafsirkan, bahwa Presiden bertanggungjawab kepada
MPR (dalam arti luas) dan bertanggungjawab kepada Presiden (dalam arti sempit)
11
E. Hubungan Kewenangan Wakil Presiden Dengan Presiden
Hal itu disebutkan secara tegas pada Pasal 8 ketetapan MPR No III/MPR/1978
menyebutkan bahwa;
Menyangkut dengan kewenangan Wakil Presiden, itu tidak disebutkan dengan rinci dalam
UUD 1945 sebelum perubahan maupun sesudah perubahan. Hal inilah yang mengakibatkan
Wakil Presiden dalam menjalankan kewenangannya sangat tergantung pada Presiden.
Dilihat dari kewenangan Wakil Presiden sebagai Wakil Kepala Negara;
12
c) Pertibangan Otonomi dan Sumber Daya Daerah, serta Pengelolaan Perbatasan.
Wakil Presiden sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi dan Sumber Daya
Daerah, serta Pengelolaan Perbatasan merupakan tugas dan kewenangan
memberikan pertimbangan komprehensif tuntutan pemekaran wilayah, pengelolaan
sumber daya daerah serta pengelolaan perbatasan.
d) Pertimbangan Gelar Kehormatan dan Tanda Jasa. Wakil Presiden sebagai Ketua
Pertimbangan Gelar Kehormatan dan Tanda Jasa merupakan kewenangan
membentuk tim yang melakukan seleksi dan pengkajan atas usul penganugrahan
gelar kehormatan dan tanda jasa termasuk pengankatan pahlawan.
e) Pertimbangan Jabatan Publik. Wakil Presiden sebagai Ketua Dewan Pertimbangan
Jabatan Publik merupakan kewenangan membentuk tim seleksi dan pengkajian atas
usul pengisian jabatan publik, seperti jabatan Hakim Agung, Hakim Konstitusi,
Hakim Komisi Yudisial, Panglima TNI, Kapolri dengan melibatkan komisi yang
terkait. Bahkan pengisian jabatan duta besar, konselir.
Sedangkan dilihat dari kewenangan Wakil Presiden sebagai Wakil Kepala Pemerintahan
sebagai berikut;
13
F. Data Daftar Nama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Agus Surono. Hubungan Presiden dan Wakil Presiden. Cetakan Pertama. Takarta:
FH Al-Azhar Indonesia, 2008.
Partanto, A Pius. dan M Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola,
2001. R.M.A.B.Kusuma, Sistem Pemerintahan Sebelum dan Sesudah Amandemen, Jurnal
Konstitusi, Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Volume 1 Nomor 1,
November 2010.
16