Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL


DI INDONESIA
Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan
Dosen Penggampu : Drs. Sunarto, M.Si

Oleh :
Della Futvy Sekarningrum
19312130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANMEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa. Atas limpahan rahmat dan taufikNya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini di tulis untuk memenuhi tugas
makalah dengan judul Kedudukan Wakil Presiden dalam Sistem Pemerintahan Presidensial di
Indonesia yang diampu oleh Bapak Drs. Sunarto, M.Si.

Atas terselesaikannya Makalah ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
Dengan kerendahan hati kami menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Happy Susanto, M.A : selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2. Bapak Ardhana Januar Mahardhani, M.KP; selaku Dekan FKIP Unoversitas
Muhammadiyah Ponorogo
3. Bapak Hadi Cahyono, M.Pd : selaku Kaprodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
4. Bapak Drs. Sunarto, M.Si, selaku Dosen Sistem Pemerintahan Indonesia.

Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang besifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga karya sederhana ini bermanfat bagi
kita semua.

Sidoarjo 24 Oktober 2020

Della Futvy Sekarningrum

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kekuasaan Dalam Negara ............................................................................................ 3
B. Sistem Pemerintahan Presidensial ................................................................................. 4
C. Kekuasaan Presisden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial .................................... 6
D. Kedudukan Wakil Presiden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial .......................... 10
E. Hubungan KewenanganWakil Presiden Dengan Presiden ............................................. 13
G. Data Daftar Nama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia............................................ 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang

Secara konstitusional, peran dan kedudukan Wakil Presiden dalam sistem


Pemerintahan Presidensial di indonesia, baik sebelum maupun sesudah amandemen UUD
1945, belum mendapatkan kejelasan mendalam tentang tugas dan wewenang yang bisa
dibuat jabatan wakil presiden di system pemerinthan persidensial di Indonesia saat ini. Yang
menyebabkan tidak jelasnya peran dan kedudukan Wakil Presiden, kedudukan Wakil
Presiden adalah sebagai Pembantu Presiden,Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada
Presiden, dan dalam tradisi dan system pemerintahan presidensial belum pernah ada Wakil
Presiden yang menyampaikan pertanggung jawaban kepada MPR atau kepada rakyat. Pasal
8 ayat UUD 1945 hanya menyatakn bahwa Jika presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh wakil
presiden sampai habis masa jabatannya.
Presiden Indonesia telah menjadi penguasa yang otoriter (soekarno, soeharto)
karena besarnya kekuasaan yang dimiliki serta tidak adanya kekuatan penyeimbang (checks
and balances).Wakil presiden semata-mata hanya diposisikan sebagai pembantu presiden,
karena UUD 1945 tidak memberikan kejelasaan yang tegas apa yang harus
dikerjakan/wewenang/tugas wakil presiden, sehingga tugas Wakil Presiden hanya
digantungkan pada pemberian Presiden.. Jabatan Wakil Presiden sejak pembahasan oleh
BPUPKI tentang hukum dasar negara, sudah terjadi perdebatan di dalamnya. Muhammad
Yamin mengajukan opininya tentang jabatan Wakil Presiden pada sidang BPUPKI.
Pada tanggal 11 Juli 1945 dalam acara Persiapan Penyusunan Rancangan Undang-
Undang Dasar dan Pembentukan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar Hal inilah yang
merangsang keingin tahuan penulis untuk melembuat makalah yang lebih mendalam untuk
memahami kedudukan Wakil Presiden di Indonesia. Dengan mengangkat judul Kedudukan
Wakil Presiden dalam Sistem Pemerintahan Presidensial Di Indonesia .

1
B. Rmusan Masalah

1. Bagaimana kedudukan Wakil Presiden dalam sistem pemerintahan presidensial di


Indonesia?
2. Bagaimana hubungan kewenangan Wakil Presiden dengan Presiden di Indonesia ?

C. Manfaat

1. Untuk mengetahui kedudukan Wakil Presiden dalam sistem pemerintahan presidensial


yang di Indonesia
2. Untuk mengetahui hubungan kewenangan antara Wakil Presiden dengan Presiden di
Indonesia
3. Menambah pengetahuan pembaca

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kekuasaan Dalam Negara

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak dalam suatu hubungan sosial,


melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apapun dasar
kemampuan ini (Max Weber). Kekuasaan disini dimaksudkan suatu tindakan atau kebijakan
yang menguasai dan berpengaruh dalam hubungan sosial masyarakatnya walaupun
mengalami pertentangan atau penolakan dari suatu kelompok masyarakat. Menurut Harol D
Laswell dan Abraham Kaplan, kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau
sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan
dari pihak pertama.

Bisa dikatakan kekuasaan bisa menjadi hal yang lebih condong ke hal negative
apabila jatuh pada orang yang salah atau jatuh kepada sesorang yang haus akan kekuasaan.
Kesimpulannya kekuasaan adalah kemampuan sesorang atau golongan untuk merubah
sikap dari kekuasaan orang lain. Dilihat dari sejarah kekuasaan tertinggi adalah milik tuhan
semesta alam atau ada pada tuhan (Agustinus dan Thomas Aquines) yang disebut teori
kedaulatan tuhan dari abad ke V sampai abad ke XV hal ini yang menyebabkan munculnya
agama-agama baru di era itu. Kekuasaan dapat digolongan dari raja, sultan, kekaisaran,
kekuasaan pejabat Negara, presiden, perdana mentri, seseorang yang mempunyai power
lebih di suatu komunitas atau kelompok masyarakat. Manusia berlaku sebagai subjek
sekaligus objek dari kekuasaan. Presiden ia membuat UU (subjek kekuasaan) tetapi harus
tunduk pada undang-undang (objek dari kekuasaan).

Indonesia merupakan Negara yang demokratis dalam menerapkan kekuasaan


tertinggi pada rakyat. Ya walaupun rakyat sering di bohongi oleh pemimpinnya. Macam-
macam kekuasaan negara di Indonesia diatur oleh UUD 1945 sebagai sumber dari segala
sumber hukum. Dan setelah konstitusi pelaksanaannya mengalami beberapa perubahan,
termasuk dalam pemerintahan orde lama dan orde baru, maka kini diatur dalam UUD 1945
hasil amandemen yang dilakukan terakhir tahun 2004. Kekuasaan negara di Indonesia
dibagi menjadi 2, kekuasaan horizontal dan kekuasaan vertical. kekuasaan horizontal adalah
pembagian kekuasaan yang sesuai dengan hukum Trias Politica, yaitu pembagian kekuasaan
secara terpisah dan mandiri. Pembagian kekuasaan horizontal ini berupa lembaga-lembaga
negara. Di mana tiap lembaga negara mempunyai hubungan kerja sama dengan lembaga
lain, namun kedudukannya sama. Berdasarkan UUD 1945, kekuasaan Indonesia dibagi
3
menjadi 3 lembaga yaitu eksekutif, legislative, dan yudikatif. Kekuasaan negara secara
vertikal berarti kekuasaan yang berjenjang dari atas ke bawah, di mana di tingkat atas
mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada di bawahnya. Dalam pemerintahan di
Indonesia, hal tersebut dilaksanakan antara hubungan pemerintahan pusat dan pemerintah
daerah. Pelaksanaannya, sesuai dengan yang tertulis di UUD 1945 bahwa Indonesia adalah
negara kesatuan, maka menggunakan prinsip-prinsip otonomi daerah.

B. Sistem Pemerintahan Presidensial

Dalam Konstitusi dengan jelas menegaskan ciri-ciri sistem presidensial yang dianut
oleh Indonesia adalah system pemerintahan presidensial. Namun, kondisi pemerintahan
Indonesia saat ini memunculkan pertanyaan mengenai sistem pemerintahan yang dianut
oleh Indonesia. Biarpun banyak sistem yang dikembangkan berdasarkan sistem presidensial,
misalnya pemilihan umum. Indonesia juga masih menganut beberapa corak parlementer,
seperti sistem multipartai. Jika dilihat secara keseluruhan system pemerintahan. Sistem
presidensil erat berhubungan dengan trias politica (legislatif, eksekutif, yudikatif). menurut
S.L. Witman dan J.J Wuest ciri-ciri dari sistem presidensial adalah sebagai berikut :

1) Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan


2) Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk membubarkan parlemen juga
tidak perlu berhenti sewaktu kehilangan dukungan dari mayoritas anggota
parlemen.
3) Dalam hal ini tidak ada tanggungjawab yang berbalasan antara presiden dan
kabinetnya, karena pada akhirnya seluruh tanggung jawab sama sekali tertuju
pada presiden (sebagai kepala pemerintahan).
4) Presiden dipilih langsung oleh para pemilih.

Dari uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa ciri-ciri sistem pemerintahan
presidensial, yaitu: Presiden sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan,
Presiden tidak dipilih oleh badan perwakilan tetapi oleh dewan pemilih dan
belakangan peranan dewan pemilih tidak tampak lagi sehingga dipilih oleh rakyat,
Presiden berkedudukan sama dengan legislative, Kabinet dibentuk oleh Presiden,
sehingga kabinet bertanggungjawab kepada presiden,Presiden tidak dapat dijatuhkan
oleh badan legislatif, begitupun sebaliknya Presiden tidak dapat membubarkan
legislative.

4
Pola hubungan yang terpisah dalam sistem pemerintahan presidensial yaitu:
pertama dengan dipilih secara langsung, kekuasaan Presiden menjadi lebih
legitimate karena mendapat mandat langsung (direct mandate) pemilih. kedua;
pemisahan antara lembaga-lembaga negara terutama antara pemegang kekuasaan
eksekutif dengan pemegang kekuasaan legislatif. Dengan pemisahan itu, setiap
lembaga negara dapat melakukan pengawasan terhadap lembaga negara lainnya
untuk mencega terjadinya penumpukan dan penyalahgunaan kekuasaan. ketiga;
dengan posisi sentral dalam jajaran eksekutif, Presiden dapat mengambil kebijakan
strategis yang amat menentukan secara cepat (speed and decisiveness).
Keempat;dengan masa jabtan yang tetap, posisi Presiden jauh lebih stabil
dibandingkan dengan Perdana Menteri yang bisa diganti setiap waktuAda empat ciri
Unsur-unsur dalam sistem presidensial

a. Kelebihan dan Kekurangan system Presidensial

Kelebihan kekurangan
stabilitas eksekutif, didasarkan pada masa masalah kemandegan atau konflik eksekutif-
jabatan presiden. Stabilitas eksekutif ini legislatif, yang bisa berubah menjadi “jalan
berlawanan dengan instabilitas eksekutif yang buntu” dan “kelumpuhan” adalah akibat dari
mungkin melahirkan suatu sistem parlementer ko-eksistensi dari dua badan independen yang
dari penggunaan kekuasaan legislatif untuk diciptakan oleh pemerintahan presidensial dan
membentuk kabinet melalui mosi tidak yang mungkin bertentangan.tidak seperti
percaya atau sebagai akibat dari hilangnya faktor mosi legislatif yang menjaga legislator
dukungan mayoritas terhadap kabinet di dan eksekutif tetap sejalan dalam sistem
parlemen parlementer.
pemilihan kepala pemerintahan oleh rakyat kekurangan sistem pemerintahan presidensial
dapat dipandang lebih demokratis dari adalah kekakuan temporal. Lijphart dengan
pemilihan tak langsung. Demokrasi tidak mengutip pendapat Linz, bahwa masa jabatan
menuntut pemilihan semua pejabat presiden yang pasti menguraikan periode-
pemerintahan oleh rakyat, tetapi argumen periode yang dibatasi secara kaku dan tidak
bahwa kepala pemerintahan, yang merupakan berkelanjutan, sehingga tidak memberikan
pemegang jabatan yang paling penting dan kesempatan untuk melakukan berbagai
berkuasa di dalam pemerintahan demokrasi, penyesuaian yang dikehendaki oleh keadaan.
harus dipilih secara langsung oleh rakyat
mengandung validitas yang tinggi.
kekuarangan dari pemerintahan presidensial
adalah bahwa sistem ini berjalan atas dasar
pemisahan kekuasaan, pemerintahan yang aturan “pemenang menguasai semuanya”
dibatasi – perlindungan kebebasan atas tirani yang cenderung membuat politik demokrasi
pemerintahan. sebagai sebuah permainan dengan semua
potensi konflik. Dalam pemilihan Presiden,
hanya seorang calon dan satu partai yang
bakal menang, dan orang lain akan kalah.

5
C. Kekuasaan Presiden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial
Kekuasaan Presiden dalam system pemerintahan presidensial adalah sebagai kepala
pemerintahan dan kepala Negara. Afan Gaffar mengemukakan bahwa Presiden memiliki
sumber daya kekuasaan yang sangat besar, Sumber daya kekuasaan tersebut diantaranya:

a. Presiden mengontrol rekrutmen politik.


b. Presiden memiliki sumber keuangan yang sangat besar.

c. Presiden memiliki beberapa personal otoritas.


d. Presiden merupakan panglima tertinggi ABRI.
Maksud dari pendapat Afan Gaffar adalah Presiden mengontrol rekrutmen lembaga negara.
Sekalipun Presiden, yang menurut UUD mempunyai kedudukan yang sama dengan
beberapa lembaga tinggi negara separti, DPR, DPA, BPK, dan MA, tetapi dalam
kenyataannya Presiden merupakan primus inter parus, atau yang mempunyai posisi yang
lebih menguntungkan, bahkan lebih penting ketimbang lembaga tinggi negara lain. Secara
positif, mekanisme rekrutmen tersebut dapat menciptakan suatu pemerintahan yang kompak
sehingga konflik antara lembaga-lembaga yang setingkat dapat dihindari, dan juga Presiden
merupakan figur yang paling tahu kriteria apa yang dibutuhkan untuk memilih sejumlah staf
yang mampu untuk menjalankan kepercayaannya. Hal ini, Afan Gaffar merujuk pada
Presiden Soeharto, yang memiliki sejumlah personal autoritas yaitu, sebagai pengemban
Supersemar, bapak pembagunan, dan mandataris MPR. Inilah yang membedakan dengan
Presiden sebelumya. Presiden merupakan panglima tertinggi ABRI.

Kedudukan Presiden Berdasarkan Undang-Undang Dasar NRI 1945.

a. Kedudukan PresidenSebagai Kepala Negara Sekaligus Kepala Pemerintahan.

Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1) yang berisi “ Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.
Maksud dari kekuasaan pemerintahan menurut ketentuan tersebut adalah kekuasaan
eksekutif. Dengan demikian, Presiden memegang dua kekuasaan sekaligus yaitu
kekuasaan kepala negara sekaligus kekuasaan kepala pemerintahan.

a) Presiden Sebagai Kepala Negara.


Pada awalnya seluruh kekuasaan negara berada di tangan seorang kepala
negara, yaitu Presiden, Raja, Sultan, atau Amir. Seiring perkembangan ajaran

6
konstitusionalisme, kekuasaan kepala negara mengalami pembatasan-
pembatasan guna menghindari terjadinya tindakan otoriter.
b) Presiden Memegang Kekuasaan Asli
Kedudukan kuat Presiden dalam sistem pemerintahan Presidensial salah satu
faktornya adalah karena Presiden berkedudukan sebagai kepala negara.
Presiden sebagai kepala negara memegang kekuasaan yang tidak dimiliki
oleh lembaga negara lain, meskipun lembaga tersebut juga mendapat mandat
langsung dari rakyat, semisal Parlemen
b. Presiden Sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata (Chief of Army)

Kekuasaan tertinggi Presiden atas tiga angkatan bersenjata yaitu angkatan


darat, angkat laut, dan angkatan udara, di dasarkan pada Pasal 10 UUD NRI Tahun
1945 yang menyatakan “Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara”. Kekuasaan tertinggi
Presiden atas angkatan bersenjata bermakna pula Presiden berkedudukan sebagai
panglima tertinggi angkatan bersenjata Hal ini terkait dengan tugas TNI yang
disebutkan sebagai berikut: Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan
kebijakan pertahanan negara untuk:

a) Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah


b) Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa
c) Menjalankan Operasi Militer selain Perang
d) Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional.

Kemudian diperjelas dalam Pasal 14 UU No. 3 Tahun 2002 yang secara eksplisit
ditegaskan kewenangan Presiden sebagai panglima tertinggi TNI, di mana Presiden
satu-satunya yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengerahan kekuatan TNI,
meskipun dalam menghadapi ancaman bersenjata diperlukan persetujuan DPR,
disebutkan demikian:

1) Presiden berwenang dan bertanggung jawab atas pengerahan kekuatan


Tentara Nasional Indonesia.
2) Dalam hal pengerahan kekuatan Tentara Nasional Indonesia untuk
menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan Presiden sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.

7
3) Dalam keadaan memaksa untuk menghadapi ancaman bersenjata, Presiden
dapat langsung mengerahkan kekuatan Tentara Nasional Indonesia.
4) Pengerahan langsung kekuatan Tentara Nasional Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam ayat(3), Presiden dalam waktu paling lambat 2 X 24 (dua
kali dua puluh empat) jam harus mengajukan persetujuan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
5) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui pengerahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Presiden menghentikan pengerahan
operasi militer.
a. Presiden Memiliki Kekuasaan Memberikan Pengampunan

Ketentuan kewenangan Presiden memberikan empat jenis pengampunan tersebut


dapat ditemui dalam pasal 14 UUD NRI Tahun 1945 yang merbunyi:

1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan

Mahkamah Agung.
2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan

Dewan Perwakilan Rakyat.

Grasi adalah kewenangan Presiden memberi pengampunan dengan cara meniadakan


atau mengubah atau mengurangi pidana bagi seorang yang dijatuhi pidana dan telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.Rehabilitasi adalah pengembalian pada kedudukan
atau keadaan semula sebelum atau sesudah seseorang dijatuhi pidana atau dikenai
pidana. Amnesti adalah kewenangan Presiden meniadakan sifat pidana atas perbuatan
seseorang atau kelompok orang, sedangkan abolisi adalah kewenangan Presiden
meniadakan penuntutan. Pemberian pengampunan oleh Presiden sebagaimana ketentuan
Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945 oleh sebagian pihak dipandang sebagai kekuasaan
yudikatif, sehingga dipandang pula Presiden memegang kekuasaan yudikatif. Pemberian
grasi, rehabilitasi oleh Presiden mengharuskan adanya pertimbangan Mahkamah Agung,
sedangkan pemberian Amnesti dan Abolisi mengharuskan adanya pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. Adanya keharusan mendapat pertimbangan MA atau DPR tidak
bersifat dapat membatalkan hak Presiden untuk memberikan pengampunan

b. Kewenangan Membuat Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.


disebutkan secara ekplisit dalam Pasal 7 Undang-Undang No 12 Tahun 2011
tentang Pembuatan Peraturan Perundang-undangan, mengenai jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan,28kemudian dipertegas dengan ketentuan
8
berikutnya yaituPasal 12 yang berisi “materi muatan peraturan pemerintah berisi
materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya”.

c. Kewenangan Mengangkat dan Memberhentikan Menteri-Menteri (Kabinet)


Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan:
(1)Presiden dibantu oleh Menteri-menteri negara.
(2)Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3)Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Sistem pemerintahan presidensial yang dibangun hendaklah di dasarkan atas pemikiran
bahwa Presiden berhak untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara untuk
mendukung efektifitas kinerja pemerintahannya guna melayani sebanyak-banyaknya
kepentingan rakyat. Penyusun kabinet tidak boleh di dasarkan atas logika sistem
parlementer yang dibangun atas dasar koalisi antar partai-partai politik pendukung
Presiden dan Wakil Presiden. Dengan demikian, seorang dipilih dan diangkat oleh
Presiden untuk menduduki jabatan menteri harus di dasarkan atas kriteria kecakapan
bekerja, bukan karena pertimbangan jasa politiknya ataupun imbalan terhadap dukungan
kelompok atau partai politik terhadap Presiden
d. Kekuasaan Penyelenggara Administrasi Negara (Administration Power)
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan:
(1)Presiden dibantu oleh Menteri-menteri negara.
(2)Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3)Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
e. Kekuasaan Penyelenggara Hubungan Luar Negeri (Diplomatic Power)
Kekuasaan ini berdasarkan pada ketentuan Pasal 11 UUD NRI Tahun 1945 yang
menyatakan:
1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-
undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-
undang.

9
Kemudian ditambahkan dengan ketentuan dalam Pasal 13 UUD NRI Tahun 1945 yang
berisi:
1) Presiden mengangkat Duta dan Konsul
2) Dalam hal mengangkat Duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
3) Presiden menerima penempatan Duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

D. Kedudukan Wakil Presiden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial

Sebelum dilakukan perubahan terhadap UUD 1945, kedudukan Wakil Presiden ini
dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal
9 UUD 1945. Selain itu, kedudukan Wakil Presiden juga dapat dijumpai dalam Tap MPR
No.VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden Republik Indonesia
Berhalangan, yakni, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 ayat (2). Kemudian dijumpai pula
dalam Tap MPR No.VI/MPR/1973 junto Tap MPR No.III/MPR/1978 tentang Kedudukan
dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga- Lembaga
Tinggi Negara, yakni, Pasal 6, dan Pasal 8 ayat (1) dan (2). Di dalam UUD 1945 Pasal 4
ayat (2) disebutkan bahwa, Presiden dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang
Wakil Presiden. Pengertian kata “dibantu” dalam pasal tersebut tidak ada penjelasan
otentiknya lebih lanjut, yaitu apakah kata “dibantu” itu mempunyai arti membantu Presiden
dalam seluruh jabatan yang dipegang Presiden, ataukah kata “dibantu” itu mempunyai arti
yang sempit , artinya membantu Presiden dalam kedudukan Presiden sebagai kepala negara
saja.

Hal ini menurut Simorangkir, bahwa perkataan “dibantu” tersebut memerlukan


kesepakatan pendapat di antara para anggota MPR yang memilih Presiden maupun Wakil
Presiden. Selain Pasal 4 ayat (2), Istilah “dibantu” ini juga dipergunakan pada Pasal 17 ayat
(1) UUD 1945, yakni, Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara. formulasi dalam Pasal
4 ayat (2) dan Pasal 17 ayat (1) hampir tidak ada perbedaan. Dalam pada itu, menurut
Nimatul Huda, ada tiga perbedaan yang muncul, antara lain: dalam hal pengangkatannya,
Wakil Presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR, Presiden tidak dapat
memberhentikan Wakil Presiden. Sedangkan Menteri-menteri Negara diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden, sehingga kedudukannya sangat tergantung pada Presiden.
karena tidak ada penjelasan lebih lanjut dalam UUD 1945 tentang kedudukan Wakil

10
Presiden, maka perkataan “dibantu” dalam hubungannya dengan kedudukan Wakil
Presiden, maka dapat ditafsirkan Wakil Presiden membantu Presiden dalam melaksanakan
kewajibannya, baik sebagai kepala pemerintahan maupun sebagai kepala negara (Pasal 4
ayat (2), Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 7 UUD 1945). Berbeda dengan Wakil Presiden, maka
para Menteri adalah Pembantu Kepala Pemerintahan, bukan pembantu Kepala Negara

(Pasal 17 UUD 1945). Wakil Presiden membantu Presiden secara umum, sedangkan
Menteri membantu Presiden. Menurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A, Presiden dan
Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres). Sebelumnya, Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelumnya. Pilpres pertama
kali di Indonesia diselenggarakan pada tahun 2004. Berdasarkan pasal 4 ayat (2) yang
menetapkan bahwa : “Dalam menjalankan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
Wakil Presiden”. Berdasarkan pasal ini, kemungkinan 5 posisi Wakil Presiden terhadap
Presiden yaitu:

a) Sebagai wakil yang mewakili Presiden.


b) Sebagai pengganti yang menggantikan Presiden.
c) Sebagai pembantu yang membantu Presiden.
d) Sebagai pendamping yang mendampingi Presiden-Sebagai wakil Presiden yang
bersifat mandiri.

Tetapi dalam menjalankan tugasnya untuk membantu Presisen berbeda dengan menteri.
Salah satunya Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan Wakil Presiden
bersama Presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam satu pasangan. Wakil Presiden dalam
menjalankan jabatannya, pertanggungjawaban Wakil Presiden tidak diatur secara jelas dan
tegas baik dalam Undang-undang Dasar tahun 1945 maupun Ketetapan-ketetapan MPR.
Tetapi dari penjelasan diatas dapat ditafsirkan, bahwa Presiden bertanggungjawab kepada
MPR (dalam arti luas) dan bertanggungjawab kepada Presiden (dalam arti sempit)

11
E. Hubungan Kewenangan Wakil Presiden Dengan Presiden

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, telah mencatat bahwa kewenangan Presiden


dan Wakil Presiden hampir tidak dapat dibedakan antara keduanya. Hal itu terbukti dari
Wakil Presiden Moh.Hatta yang begitu aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan,
Moh.Hatta mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden No X, yang dengan Maklumat tersebut
memberikan kekuasaan legislatif kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), pada hal
fungsi dan kewenangan KNIP ini semata-mata sebagai pembantu Presiden sebelum MPR,
DPR dan DPA terbentuk, sebagaimana diatur pada Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945.
Lembaga Kepresidenan Indonesia secara konstitusional dijalankan oleh dua pejabat yaitu
Presiden dan Wakil Presiden. Sebutan “wakil” pada Wakil Presiden dapat dimaknai bahwa,
kedudukan Wakil Presiden berada disamping Presiden. Hal tersebut dapat dilihat pada UUD
1945 (sebelum Perubahan) maupun UUD 1945 (pasca perubahan),247 maka dari itu,
kemungkinan kedudukan Wakil Presiden sejajar dengan Wakil Presiden dan tidak berada di
bawah Presiden.

Hal itu disebutkan secara tegas pada Pasal 8 ketetapan MPR No III/MPR/1978
menyebutkan bahwa;

1) Presiden ialah penyelenggara kekuasaan pemerintahan negara tertinggi di bawah


majelis, yang dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh Wakil Presiden.
2) Hubungan kerja antara Presiden dan Wakil Presiden diatur dan ditentukan oleh
Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.

Menyangkut dengan kewenangan Wakil Presiden, itu tidak disebutkan dengan rinci dalam
UUD 1945 sebelum perubahan maupun sesudah perubahan. Hal inilah yang mengakibatkan
Wakil Presiden dalam menjalankan kewenangannya sangat tergantung pada Presiden.
Dilihat dari kewenangan Wakil Presiden sebagai Wakil Kepala Negara;

a) Dewan Pertimbangan Presiden. Tugas dan kewenangan Wakil Presiden sebagai


Ketua Dewan Pertimbangan Presiden di bawah presiden. Karena dalam satu
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pertimbangan Wakil Presiden sebagai
Kepala Dewan Pertimbangan lebih efektif menjadi rujukan utama untuk
dilaksanakan oleh Presiden.
b) Perncanaan Pembangunan Nasional. Wakil Presiden sebagai Pembina Pelaksanaan
Pembangunan Nasional meliputi koordinasi perancangan antar kementerian dan
lembaga lembaga pemerintahan sehingga terumuskan pembangunan yang sistemik.

12
c) Pertibangan Otonomi dan Sumber Daya Daerah, serta Pengelolaan Perbatasan.
Wakil Presiden sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi dan Sumber Daya
Daerah, serta Pengelolaan Perbatasan merupakan tugas dan kewenangan
memberikan pertimbangan komprehensif tuntutan pemekaran wilayah, pengelolaan
sumber daya daerah serta pengelolaan perbatasan.
d) Pertimbangan Gelar Kehormatan dan Tanda Jasa. Wakil Presiden sebagai Ketua
Pertimbangan Gelar Kehormatan dan Tanda Jasa merupakan kewenangan
membentuk tim yang melakukan seleksi dan pengkajan atas usul penganugrahan
gelar kehormatan dan tanda jasa termasuk pengankatan pahlawan.
e) Pertimbangan Jabatan Publik. Wakil Presiden sebagai Ketua Dewan Pertimbangan
Jabatan Publik merupakan kewenangan membentuk tim seleksi dan pengkajian atas
usul pengisian jabatan publik, seperti jabatan Hakim Agung, Hakim Konstitusi,
Hakim Komisi Yudisial, Panglima TNI, Kapolri dengan melibatkan komisi yang
terkait. Bahkan pengisian jabatan duta besar, konselir.

Sedangkan dilihat dari kewenangan Wakil Presiden sebagai Wakil Kepala Pemerintahan
sebagai berikut;

A. Pengawasan Aparatur Pemerintahan. Wakil Presiden berwenang melakukan


pengawasan aparatur pemerintahan dengan melibatkan aparat penegak hukum terkait,
tanpa mengurangi kewenangan yang ada pada masing-masing penegak hukum.
B. Pengawasaan Penyelenggaraan Pemerintahan. Wakil Presiden berwenang melakukan
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan sekaligus menjadi katalisator pemahaman
atar kementerian penyelenggaraan pemerintahan.
C. Kordinasi Perumusan dan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan. Dalam
kaitanya dengan lembaga pembentuk undang-undang, Wakil Presiden dapat
melakukan koordinasi perumusan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
D. Penangan Sengketa Antar Kementerian. Wakil Presiden dapat menjadi katalisator bagi
sengketa antar kementrian mengingat kompleksitas kepentingan kementerian yang
dapat menghambat pemerintahan.
E. Pemantauan Kebijakan Pemerintahan di Daerah. Wakil Presiden mampu mengawasi
dan memantau kebijakan pemerintah di daerah serta merumuskan penyelesaian
kongkrit atas konflik substansial antara kebijakan pusat dan kebijakan daerah.

13
F. Data Daftar Nama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia

Mulai Menjabat Selesai Menjabat Presiden Wakil Presiden


18 Agustus 1945 19 Desember 1948 Soekarno Mohammad Hatta
19 Desember 1948 13 Juli 1949 Syafruddin Prawiranegara (tidak ada)
13 Juli 1949 27 Desember 1949 Soekarno Mohammad Hatta
Soekarno (tidak ada)
27 Desember 1949 15 Agustus 1950
Assaat (tidak ada)
15 Agustus 1950 1 Desember 1956 Soekarno Mohammad Hatta
1 Desember 1956 12 Maret 1967 Soekarno (tidak ada)
12 Maret 1967 27 Maret 1968 Soeharto (tidak ada)
27 Maret 1968 24 Maret 1973 Soeharto (tidak ada)
Sri Sultan Hamengkubowana
24 Maret 1973 23 Maret 1978 Soeharto
IX
23 Maret 1978 11 Maret 1983 Soeharto Adam Malik
11 Maret 1983 11 Maret 1988 Soeharto Umar Wirahadikusumah
11 Maret 1988 11 Maret 1993 Soeharto Soedharmono
11 Maret 1993 10 Maret 1998 Soeharto Try Sutrisno
10 Maret 1998 21 Mei 1998 Soeharto Bacharuddin Jusuf Habibie
21 Mei 1998 20 Oktober 1999 Bacharuddin Jusuf Habibie (tidak ada)
20 Oktober 1999 23 Juli 2001 Abdurrahman Wahid Megawati Soekarnoputri
23 Juli 2001 20 Oktober 2004 Megawati Soekarnoputri Hamzah Haz
20 Oktober 2004 20 Oktober 2009 Susilo Bambang Yudhoyono Muhammad Jusuf Kalla
20 Oktober 2009 20 Oktober 2014 Susilo Bambang Yudhoyono Boediono
20 Oktober 2014 20 Oktober 2019 Joko Widodo Muhammad Jusuf Kalla
20 Oktober 2019 Sedang Menjabat Joko Widodo Ma'ruf Amin

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedudukan Wakil Presiden dalam sistem pemerintahan presidensial di Indonesia,


terdapat dua kemungkinan. Pertama, bahwa kedudukan Wakil Presiden sederajat dengan
Presiden, tidak terdapat hirarkhi sebagai atasan terhadap bawahan. Kemungkinan Kedua,
bahwa kedudukan Wakil Presiden berada di bawah Presiden (tidak sederajat). UUD 1945
sebelum perubahan dan UUD 1945 sesudah perubahan, tidak ada perbedaan sama sekali
bahkan dapat dikatakan bahwa ketidakjelasan kedudukan Wakil Presiden ini tetap
dipertahankan dalam UUD 1945 (sesudah perubahan) oleh para perumus yakni MPR. Selain
itu, dari pembahasan perubahan UUD 1945 dari yang pertama tahun 1999 sampai perubahan
ketiga tahun 2001, tidak ada tujuan dari para anggota perumus UUD ini yang mau
memberikan kekuasaan bagi Wakil Presiden. Hal itu dikarenakan Wakil Presiden hanya
dianggap sebagai pembantu Presiden dalam mejalankan kewajibannya.
Sementara itu, kalau dilihat secara yuridis konstitusional maka hubungan tata karja
Presiden dan Wakil Presiden itu tidak diatur secara jelas dalam konstitusi, maupun dalam
ketetapan MPR atau dalam peraturan organik lain. Hal ini tidak dapat dilaksanakan karena
pada waktu itu lembaga negara dalam hal ini Majelis Permusyawaratan Rakyat belum
terbentuk, sehingga pola hubungan tata kerja Presiden dan Wakil Presiden tidak didasarkan
pada ketentuan tetapi lebih ditekankan pada besarnya inisiatif dari Presiden dalam
melimpahkan kewenangannya pada Wakil Presiden.

B. Saran

Berdasararkan uraian dari kesimpulan di atas, penulis menyarankan bahwa,


kedudukan Wakil Presiden dalam sistem pemerintahan presidensial di Indonesia, ini harus
diperjelas dalam peraturan perundang- undangan yakni pada UUD maupun UU, sehingga
Wakil Presiden dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya tidak bertentangan dengan
Presiden atau dengan para Menteri, yang hal ini akan menimbulkan kegaduhan dalam
penyelenggaraan pemerintahan

15
DAFTAR PUSTAKA

Wikipeda.2019. kekuasaan. Artikel. https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan

Nani.2018. 8 Macam Kekuasaan Di Indonesia. Artikel.


https://guruppkn.com/macam-macam-kekuasaan-negara.

Sudirman. KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN


PRESIDENSIAL (Telaah Terhadap Kedudukan dan Hubungan Presiden dengan Lembaga
Negara yang Lain dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945). Jurnal.
file:///C:/Users/User/Downloads/garuda188227.pdf

Dhanang Alim Maksum.2015. TUGAS DAN FUNGSI WAKIL PRESIDEN DI


INDONESIA.Jurnal. https://media.neliti.com/media/publications/3227-ID-tugas-dan-fungsi-
wakil-presiden-di-indonesia.pdf

Berbagi Sumber.2015. Daftar Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Artikel.


informasipedia.com/pemerintahan/presiden-dan-wakil-presiden-indonesia/121-daftar-
presiden-dan-wakil-presiden-indonesia.html

Agus Surono. Hubungan Presiden dan Wakil Presiden. Cetakan Pertama. Takarta:
FH Al-Azhar Indonesia, 2008.

R.M.A.B.Kusuma, Sistem Pemerintahan Sebelum dan Sesudah Amandemen, Jurnal


Konstitusi, Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Volume 1 Nomor 1,
November 2010.

MUH. SAHDAM HUSEN.2017. KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM


PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT. Tesis.
https://dspace.uii.ac.id

Partanto, A Pius. dan M Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola,
2001. R.M.A.B.Kusuma, Sistem Pemerintahan Sebelum dan Sesudah Amandemen, Jurnal
Konstitusi, Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Volume 1 Nomor 1,
November 2010.

Sulardi. Menuju Sistem Pemerintahan Presidensiil Murni. Malang: Setara Press,


2012.

16

Anda mungkin juga menyukai