Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KIMIA AN ORGANIK

“GARAM MOHRN& PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT”

NAMA: FEFY GUSFADELA

KELAS : AK 1 A

NO BP : 1920014

DOSEN : RENNY FUTERI, S.SI, M.SI

POLITEKNIK NEGERI ATI PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Besi merupakan logam yang berasal dari bijih besi yang banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi memililiki simbol Fe dan
nomor atom 26. Besi dikenal sebagai logam transisi yang berada pada golongan VIII
B dan periode 4. Dalam pemanfaatannya, besi jarang dijumpai dalam keadaan unsur
bebas tetapi dalam bentuk persenyawaan unsur lain misalnya oksida besi magnetit
(Fe​3​O​4​) mengandung besi 65 %, hematite (Fe​2​O​3​) mengandung 60 – 75 % besi,
limonet (Fe​2​O​3​ . H​2​O) mengandung besi 20 % dan siderit (Fe​2​CO​3​).
Manfaat besi ternyata tidak terbatas sebagai bahan pembuatan perlengkapan
yang sangat membantu kehidupan manusia, tetapi besi juga memainkan peranan yang
istimewa dalam daur kehidupan organisme hidup. Besi merupakan salah satu
mikronutrien penting bagi makhluk hidup. Besi sebagian besar terikat dengan stabil
dalam logam protein (metalloprotein), karena besi dalam keadaan bebas dapat
menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang bersifat toksik pada sel.
Seiring dengan berkembangnya zaman, penggunaan logam besi semakin
dikembangkan lagi. Salah satunya adalah fungsinya dalam volumetri, yaitu sebagai
garam Mohr yang dapat digunakan untuk membuat larutan baku Fe​2+​. Bersama
dengan Kristal ammonium sulfat dan besi yang berada dalam bentuk besi (II) sulfat
saling direaksikan untuk membentuk garam Mohr. Proses ini disebut kristalisasi dan
rekristalisasi.

B. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam percobaan garam Mohr adalah untuk
mengetahui tentang teknik dan proses pembuatan garam rangkap atau garam Mohr.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dalam percobaan ini adalah dapat memahami
tentang teknik dan proses pembuatan garam rangkap atau garam Mohr.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada 1535​o​C. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida dan sulfida dari besi, serta
sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan
struktur besi. Besi dapat dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat
encer melarutkan besi. Pada Iana dihasilkan garam-garam besi(II) dan gas hydrogen.
Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida, FeO dalam
larutan. Garam-garam ini mengandung kation Fe​2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion
besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat
pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efeknya
dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan
ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk
waktu yang agajk lama.
Kristalisasi atau penghabluran ialah peristiwa pembentukan partikel-partikel
zat padat di dalam suatu fase homogeny. Kristalisasi daapt terjadi sebagai
pembentukan partikel padat di dalam uap, seperti dalam pembentukan salju; sebagai
pembekuan (​solidification​) di dalam lelehan cair. Kristalisasi juga merupakan proses
pemisahan ​solid-liquid​, karena pada kristalisasi terjadi perpindahan massa ​solute dari
larutan ​liquid ​ ke padatan murni pada fasa Kristal.
Dalam suatu larutan, apabila jumlah mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat
sama, dan masing – masing garam tesebut dilarutkan sampai jenuh dengan air panas,
sedangkan kedalam larutan besi (II) sulfat ditambahkan sedikit asam sulfat akhirnya
kedua larutan tersebut dicampurkan satu sama lain maka proses pendinginannya akan
terbentuk kristal monoklin yang berwarna hijau kebiru-biruan, garam ini adalah
garam besi (II) ammonium sulfat dengan rumus: (NH​4​)​2​Fe(SO​4​)​2​.6H​2​O. Senyawa ini
lazim disebut dengan garam mohr. Jika dibandingkan dengan garam besi (II) sulfat
atau besi (II) klorida, maka kristal garam Mohr lebih stabil diudara dan larutannya tak
mudah dioksidasi oleh oksigen di atmosfer.
Garam yang mengandung ion ferri akuo, [Fe(H​2​O)​6​]​3+ ​ seperti Fe(ClO​4​)​3​. ​10​H​2​O
adalah merah jambu pucat hampir putih, dan ion akuonya adalah merah lembayung
pucat. Kecuali bila larutan Fe​3+ cukup kuat keasamannya, terjadi hidrolisis dan
umumnya larutan menjadi kuning karena pembentukan spesies hidrokso yang
mempunyai pita perpindahan muatan dalam daerah ultraviolet dan berakhir ke daerah
tampak.

Pemisahan pasir besi dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menggunakan


mekanik separator, dengan cara ini dihasilkan konsentrasi pasir besi. Selanjutnya
dengan menambahkan bahan pengikat dan memanaskan kuat, konsentrasi pasir besi
dijadikan butiran besi (pellet). Pellet ini dapat dibentuk menjadi besi setengah jadi
(billet)

Pemisahan besi dilakukan dengan mereduksi besi oksida menggunakan kokas


dalam tanur. Besi yang diperoleh mengandung 95% Fe dan 3-4% O, serta sedikit
campuran besi kasar lantakan (pigiron). Besi tuang diperoleh dengan menuangkan
besi kasar dan rapuh dan hanya digunakan jika tidak menahan getaran mekanik atau
panas misalnya pada mesin dan rem.

Suatu bahan yang digunakan dalam proses peleburan besi yaitu biji besi, batu
kapur (CaCO​3​) dan kokas(C). Semua dimasukkan dari atas menara. Pada bagian
bawah dipompakan udara yang mengandung oksigen. Salah satu kereakitfan besi
yang merugikan secara ekonomi adalah korosi, penyebabnya adalah udara dan uap air
membentuk Fe​2​O​3​. Bilangan oksidasi besi adalah +2 dan +3, tetapi umumnya besi (II)
lebih mudah teroksidasi spontan menjadi besi (III). Oksidasi besi yang telah dikenal
adalah FeO, Fe​2​O​3​, dan Fe​3​O​4​. Oksidasi FeO sulit dibuat karena terdisproporsionasi
menjadi Fe dan Fe​2​O​3​.

Adapun sifat-sifat yang dimiliki dari unsur besi yaitu besi mudah berkarat
dalam udara lembab dengan terbentuknya karat (Fe​2​O​3​.nH​2​O), yang tidak melindungi
besinya dari perkaratan lebih lanjut, maka dari itu biasanya besi di tutup dengan
lapisan logam zat – zat lain seperti timah, nikel, seng dan lain – lain. Suatu besi jika
dalam keadaan pijar besi dapat menyusul O dan H​2​O (uap) dengan membentuk H​2
dan Fe​3​O​4​. Sedangkan jika di pijarkan di udara, besi akan membentuk Fe​2​O​3 (ferri
oksida) dan menggerisik, serta jika suatu besi tidak termakan oleh basa, besi dapat
larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida dengan membentuk H​2​, asam sulfat
pekat tidak memakan besi.

Garam-garam unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai hidrat.
Jika diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung pada tekanan parsial H​2​O,
hidrat dapat terjadi dalam warna-warna yang berbeda. Pada udara kering, air hidrat
lepas dan padatan berangsur-angsur berubah warna menjadi merah muda. Senyawa
besi (II) menghasilkan endapan biru turnbull, jika direaksikan dengan
heksasianoferrat (III) .

Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau
ferro) diturunkan dari besi (II) oksida , FeO. Dalam larutan, garam-garam ini
mengandung kation Fe​2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan
kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi (II) dapat mudah
dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin
kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini, dalam suasana netral atau basa
bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II)
harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama .
Garam Mohr (NH​4​)​2​SO​4​.[Fe(H​2​O)​6​]SO​4 cukup stabil terhadap udara dan
terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe​2+ bagi
analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik.
Sebaiknya FeSO​4​.7H​2​O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat
bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO​3​– atau SH​– kepada larutan akua Fe​2+
berturut-turut mengendapkan FeCO​3 dan FeS. Ion Fe​2+ teroksidasi dalam larutan asam
oleh udara menjadi Fe​3+​. Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata
dalam potensial bias terjadi, dan system Fe​II – Fe​III merupakan contoh yang baik
sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi .

Ion ferro [Fe(H​2​O)​6​]​2+ memberikan garam berkristal. Garam mohr (NH​4​)​2​SO​4​.


Fe(H​2​O)​6 SO​
​ 4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya

dipakai untuk membuat larutan baku Fe​2+ ​bagi analisis volumetri, dan sebagai zat
pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO​4​.7H​2​O secara lambat
melapuk dan berubah menjadi kuning cokelat bila dibiarkan dalam udara .

REAKSI-REAKSI ION BESI (II)


Dengan memakai garam Mohr (FeSO​4​.(NH​4​)​2​SO​4​.6H​2​O) dapat digunakan
untuk mempelajari reaksi-reaksi ion besi (II) :
a) Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
Terbentuk endapan putih besi (II) hidroksida (Fe(OH)​2​) bila tidak terdapat udara
sama sekali. Endapan ini tidak larut dalam reagensia berlebihan tetapi larut
dalam asam. Bila terkena udara, besi (II) hidroksida (Fe(OH)​2​) dengan ceapat
dioksidasikan, yang pada akhirnya menghasilkan besi (III) hidroksida
(Fe(OH)​3​) yang coklat kemerahan. Pada kondisi biasa, Fe(OH)​2 nampak
sebagai endapan hijau kotor; denga penambahan hidrogen peroksida, segera
dioksidasikan menjadi besi (III) hidroksida :
-​
​ 2OH​ ​→​ Fe(OH)​2
Fe​2+​ +
Fe(OH)​2​ + 2H​2​O + O​2​ ​→​ 4Fe(OH)​3
2Fe(OH)​2​ + H​2​O​2​ ​→​ 2Fe(OH)​3
b) Larutan Amonia
Terjadi pengendapan besi (II) hidroksida (Fe(OH)​2​). Tetapi jika ada amonium
dalam jumlah yang lebih banyak, disosiasi amonium hidoksida tertekan dan
konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah sehingga hasil kali
kelarutan besi (II) hidroksida (Fe(OH)​2​) tidak tercapai dan pengendapan tidak
terjadi.
c) Larutan Amonium Sulfida
Terjadi endapan hitam besi (II) sulfida (FeS) yang larut dengan mudah dalam
asam, dengan melepaskan hidrogen sulfida. Endapan yang basah akan
menjadi coklat setelah terkena udara., karena dioksidasikan menjadi besi (II)
sulfat basa (FeO(SO​4​)​2​).
2- ​
​ S​ ​→​ FeS
Fe​2+​ +
FeS + 2H​+ ​ ​→​ Fe​2+​ +
​ H​2​S

FeS + 9O​2​ ​ ​→​ 2Fe​2​O(SO​4​)​2

Garam mohr, besi ammonium sulfat, merupakan garam rangkap dari besi sulfat dan
ammonium sulfat dengan rumus molekul [NH​4​]​2​[Fe][SO​4​]​2​.6H​2​O. garam mohr lebih
disukai dari pada besi (II) sulfat untuk proses titrasi karena garam mohr tidak mudah
terpengaruh oleh oksigen bebas di udara atau tidak mudah teroksidasi oleh udara
bebas dibandingkan besi (II).

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunannya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara 3dimensi. Secara umum
zat cair membentuk Kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal,
hasilnya berupa Kristal tunggal, yang semua atom – atom padanyannya “terpasang”
pada kisi atau struktur Kristal yang sama, tapi secara umum, kebanyakan Kristal
terbentuk secara semiltan sehinggs menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya
kebanyakan logam yang kita temu ide sehari – hari merupakan poli Kristal mana yang
terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi kita
terjafi pengamadatan, dan tekanan ambient. Proses terbentuknya strukrutr krisnalin
dikenal sebagai kristalisasi.

JAWABAN PERTANYAAN

1.Buatlah reaksi pembuatan garam mohn (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O?

Jawaban:

Larutan A
Fe​(s) +
​ H​2​SO​4(l) ​ FeSO​4(aq)​ + H​2(g)
Larutan B
2NH​3 +
​ H​2​SO​4​ (NH​4​)​2​SO​4
Garam Mohr
FeSO​4 +
​ (NH​4​)​2​SO​4​ + 6H​2​O (NH​3​)​2​FeSO​4 .6H​
​ ​
2​O (​garam mohr)

2. Jelaskan apa itu logam besi!

Jawaban:

● Besi adalah unsur kimia dengan simbol Fe dan nomor atom 26. Merupakan
logam dalam deret transisi pertama. Ini adalah unsur paling umum di bumi
berdasarkan massa, membentuk sebagian besar bagian inti luar dan dalam
bumi. Besi adalah unsur keempat terbesar pada kerak bumi.

3. Apa kesulitan dari percobaan ini!

Jawaban:

● Kesulitan dalam percobaan ini adalah ketika mereaksikan asam sulfat pekat
kita harus hati-hati dalam melakukannya karena asam sulfat pekat sangat
berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 2011. ​Ilmu Kimia Analitik Dasar​. Erlangga. Jakarta.

Ismail. 2012. ​Proses Pembuatan Garam Mohr. ​Jakarta.

Pinalia A, 2011, Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem Pendingin


Terkontrol Untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat, ​Jurnal Teknologi
Dirgantara​,

Underwood, 2002, ​Analisis Kimia Kuantitatif​, Erlangga: Jakarta

Vogel, 1979, ​Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, ​PT Kalman Media
Pustaka, Jakarta
“PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT”

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam bidang kedokteran Natrium tiosulfat digunakan sebagai penangkal


keracunan sianida, tiosulfat bertindak sebagai donor sulfur untuk konvensi sianida
tiosianat (yang kemudian dapat aman dieksresikan dalam urin, dikatalisis oleh enzim
rhodanase Natrium tiosulfat juga digunakan untuk menurunkan kadar klorin dikolam
renang dan spa berikut klorinasi super, serta untuk menghilangkan noda yodium,
misalnya setelah ledakan triiode Nitrogen.

Natrium tiosulfat merupakan garam berhidrat dengan rumus kimia Na​2​S​2​O​3​,


5H​2​O, padatan kristal tak berwarna,larut dalam air, dan dapat berfungsi sebagai zat
pereduksi. Digunakan untuk pembuat larutan baku sekunder, v sebagai anti klor
(untuk mengganti sisa klor yang dapat merusak sisa tekstil), da ndalam fotografi/
penyeblonan larutan garam ini dikenal dengan hipo sebagai fiksir (untuk melarutkan
senyawa perak halida).

Natrium tiosulfat pentahidrat (Na​2​SO​2​O​3​.5H​2​O) disebut dengan hypo berbentuk


kristal yang sample benar dan kurang atau tidak berwarna. Titik beku 48​0​C mudah
larut dalam air dan larutannya digunakan untuk titrasi dalam analisis volumetri.
Natrium tiosulfat dalam induksi pemutihan untuk merusak Cl​2​ yang masuk, setelah
mereka masuk dalam kolom pemutihan, sama halnya natrium tiosulfat
kadang-kadang digunakan untuk memindahkan rasa dari minuman yang berklorinasi.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari perubahan garam natrium
tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.

C. Manfaat Praktikum

Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan dibidang


fotografi, dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak
bereaksi dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat dapat membentuk kompleks Ag (S​2​O​3​)​–​ dan
Ag(S​2​O​3​)​2​3-​. Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion lain.
Pembuatan garam natrium tiosulfat dari reaksi antara sulfur dengan natrium sulfit.
Struktur molekul sulfur ada dua jenis, yaitu berbentuk rombik dan monoklin. Pada
temperatur dibawah 96​o​ C stabil pada bentuk rombik dan diatas temperatur tersebut
stabil dalam bentuk monoklin.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1​ ​Natrium Tiosulfat (Na​2​S​2​O​3​)


Natrium tiosulfat berbentuk serbuk kristal atau granula, tidak berwarna atau
putih, tidak berbau, rumus molekul Na​2​S​2​O​3. Berat Molekul 158,1. pH 50 g/L pada
suhu 20​o​C 6,0-8,5. Titik Lebur 48​o​C (118,40​o​F). Titik Didih 100 o​C (212,00​o​F). Berat
(air = 1) 1,73 (atau 1, 66). Bersifat higroskopik (dapat menyerap kelembapan udara)
Kelarutalarut dalam air panas dan sebagian larut dalam air dingin (Hoffman, 2001).
Natrium tiosulfat pentahidrat tak berwarna hingga kristal putih. Bahaya
kereaktifan : reaksi dengan agen oksidasi (seperti halogen, nitrat, nitrit oksida) aktif
dan eksotermal. Sulfur dioksida diproduksi ketika reaksi dengan asam. Dekomposisi
pentahidrat ketika dipanaskan,termasuk produksi hidrogen sulfida, sulfur dioksida,
sulfur trioksida. Ledakan hebat terjadi jika dicampurkan dengan bubuk natrium nitrat
dan cukup panas menekan air pada proses kristalisasi (Young, 2002).

2.2​ ​Sulfur/Belerang (S)


Sulfur alami terdiri dari campuran isotop stabil dengan jumlah massa 32, 33,
34 dan 36, kandungan relatifnya dari yang 95,04%, 0,75%, 4,20% dan 0,015%,
masing-masing. Isotop sulfur biasa diterapkan dalam biologi, geologi, geokimia,
ekologi, agrochemistry, arkeologi dan obat-obatan. Sulfur heksafluorida digunakan
sebagai zat kerja dalam teknologi pemisahan sentrifugal belerang isotop. Parameter
teknologi pemisahan sentrifugal dan sifat dari SF​6 dapat
​ diketahui. Setelah
memperoleh SF​6​, senyawa ini diubah menjadi unsur belerang yang cocok untuk
penyimpanan dan penjualan. Proses ini seharusnya dilakukan dengan persyaratan
berikut: untuk meminimalkan kerugian, untuk menghilangkan pengenceran isotop
dan untuk menyediakan kemurnian kimia yang diperlukan. Diketahui bahwa belerang
memiliki banyak modifikasi ​allotropik dan bentuk kristal, pembentukannya
bergantung pada metode dan kondisi penyimpanan.

2.3​ ​Natrium Sulfit


Senyawa sulfit yang biasa digunakan berbentuk bubuk kering, misalnya
natrium atau kalium sulfit, natrium atau kalium bisulfit dan natrium atau kalium
metabisulfit. Ada dua tujuan yang diinginkan dari penggunaan sulfit, yaitu: (1) untuk
mengawetkan (sebagai senyawa anti mikroba), dan (2) untuk mencegah perubahan
warna bahan makanan menjadi kecoklatan. Umumnya senyawa sulfit efektif terhadap
mikroba jenis ​A. niger​, ​Aspergillus,​ ​Penicillium,​ dan efektif untuk mengawetkan
bahan makanan yang bersifat asam, serta tidak efektif untuk bahan makanan yang
bersifat netral atau alkalis. Sulfit juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang
dapat merusak atau membusukkan bahan makanan serta sebagai antioksidan yang
mampu mencegah ketengikan pada bahan makanan (Rianto dkk, 2008).

2.4​ ​Refluks
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan panas. Hal yang sangat
berpengaruh terhadap ekstraksi menggunakan refluks adalah adanya penambahan
pemanasan dan pelarut yang digunakan akan tetap dalam keadaan segar karena
adanya penguapan kembali pelarut yang terendam pada bahan. sedangkan pada
metode ekstraksi menggunakan refluks, adanya penambahan panas dapat membantu
meningkatkan proses ekstraksi karena suhu merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan ekstraksi (Susanti, dkk, 2015).

2.5​ ​Kristalisasi
Karakteristik kristal yang terbentuk selama proses kristalisasi sangat penting
terutama ukuran dan bentuknya hal ini karena akan mempengaruhi proses pemisahan,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil dan kualitas dari fraksi yang
dihasilkan. Karakteristik tersebut diatur oleh kondisi kristalisasi yang dilakukan.
Hasil kristalisasi yang cepat dalam pembentukan kristal yang tinggii akan
menghasilkan jumlah kristal dengan ukuran yang lebih kecil sedangkan kristalisasi
lambat menghasilkan kristal yang lebih besar dengan jumlah yang sedikit (Normah
dkk, 2013).
Ion tiosulfat dapat mereduksi yodium menjadi ion yodium
dalam analisis kuantitatif dimana yodium dititrasi dengan larutan S​2​O​3​. Selain
itu bisa juga membentuk kompleks stabil dengan ion logam tertentu, terutama
ion kompleks perak tiosulfat yang sangat stabil.
Ag​+​ + 2S​2​O​3​2-​ [Ag(S​2​O​3​)​2​]​3-

Larutan – larutan tiosulfat sangat melarutkan halida – halida perak


yang sulit larut. Serta digunakan sebagai zat pencampur dalam proses
fotografi.
Natrium tiosulfat monokristal dalam bentuk prisma yang besar – besar
dan transparan dengan lima molekul air. Metode yang terpenting untuk
membuat natrium tiosulfat yaitu dari natrium sulfit (Na​2​SO​3​) dan belerang
bebas (S) yang reaksinya :

8Na​2​SO​3​ + S​8​ → 8Na​2​S​2​O​3

Cara yang didapat kemudian dikristalisasi. Kristal yang terjadi


(Na​2​S​2​O​3​ . 5H​2​O) langsung dikemas untuk terjadinya off flouroscence.
Metode lainnya yaitu natrium sulfida. Sulfur dioksida direaksikan ke
dalam larutan natrium sulfida dan natrium karbonat berkonsentrasi rendah
(masing – masing tidak lebih dari 10%).
Reaksinya sebagai berikut :

Na​2​CO​3​ + 2Na​2​S + 4 SO​2​- 3 Na​2​S​2​O​3


(Cotton, 1992)
Natrium tiosulfat dapat diperoleh melalui proses evaporasi dan kristalisasi.
(Austin, 1996)
Asam tiosulfat kurang stabil pada temperatur kamar. Asam ini dapat.
Dipisahkanpada temperature 78°C dari persamaan reaksi :

SO​3​+H​2​S H​2​S​2​O​3
Atau dari reaksi
HO​3​SCl +H​2​S H​2​S​2​O​3 +
​ HCl

Molekul gas trioksida, SO3 memiliki struktur segitiga datar yang dapat
mengalami resonansi degan melibatkan ikatan Phi dari S-O.
Adanya ikatan Phi untuk ikatan dan orbital d kosong dari atom s
menyebabkan panjang ikatan S-O sangat pendek yaitu 1.43 A°. Ion tiosulfat
dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan ion
sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit sesuai dengan persamaan
reaksi :

S​8 ​+ 8SO​3​2-​ 8S​2​O​3​2- dan

2S​2​O​4​2-​ + H​2​O S​2​O​3​2-​+2HSO​3​-

Ion tiosulfat memiliki struktur [S-SO​3​], kedua atom sulfur tidak ekuivalen dengan
panjang ikatan S-S dan S-O masing-masing 1.99±0.034A° dan 1.48+0.06A°. Panjang
ikatan S-O menunjukan bahwa dalam ikatan s-s juga terlihat adanya ikatan Phi.
Penentuan kadar besi ini dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Dimana
dalam metode ini, besi terlebih dulu direduksi dari Fe3+ menjadi Fe2+ dengan
pereduksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) kemudian dikomplekskan dengan
4,7-difenil-1,10-fenantrolin (bathofenantrolin) dan ditambahkan larutan buffer asetat
atau buffer ammonium dengan variasi pH 2-10 kemudian ditentukan panjang
gelombang maksimum dari kompleks besi (II)-bathofenantrolin tersebut.
Analisa selanjutnya adalah dari variasi pH larutan buffer asetat dan buffer
ammonium akan ditentukan pH optimum buffer asetat dan ammonium. Sedangkan
dari variasi konsentrasi pereduksi natrium tiosulfat akan ditentukan konsentrasi
optimumnya dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dengan metode validasi
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Dari
penelitian diperoleh panjang gelombang maksimum kompleks besi
(II)-bathofenantrolin adalah 536 nm; pH optimum buffer asetat adalah pH 4 dan 6
dengan RSD 0,286 ppt dan 0,418 ppt sedangkan pH optimum buffer ammonium
adalah pH 9 dengan RSD 0,729 ppt. Sedangkan dari variasi konsentrasi natrium
tiosulfat diperoleh konsentrasi optimumnya dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+
adalah pada konsentrasi 12 ppm dengan tingkat keakurasian metode paling tinggi
yang ditunjukkan oleh harga %recovery 99,375% (Khamsatul 2006).
Keracunan nitrat merupakan masalah utama pada ternak ruminansia.
Keracunan disebabkan ternak mengkonsumsi hijauan yang mengandung nitrat tinggi
akibat pemupukan. Di dalam rumen, nitrat akan direduksi menjadi nitrit
yang toksik. Jika diabsorpsi darah, nitrit akan mengubah pembentukan Hb (Fe2+)
menjadi MetHb (Fe3+) dalam darah sehingga darah tidak mampu membawa oksigen.
Akibatnya jaringan kekurangan oksigen (​hypoxia​)​. B
​ ila kandunganMetHb dalam
darah mencapai 80−90% maka ternak akan mati. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perlu diketahui proses keracunan nitrat pada ternak dengan menganalisis kandungan
nitrat dalam pakan (hijauan) dan air minum. Perlu pula mendiagnosis keracunan nitrat
berdasarkan gejala yang timbul dan menganalisis kandungan nitrat dalam pakan.
Pengobatan keracunan nitrat pada ternak dilakukan dengan menginjeksikan larutan
methylene blue ​untuk mereduksi MetHb menjadi Hb. Pencegahan yang utama ialah
dengan memantau kandungan nitrat dalam hijauan sebelum diberikan pada ternak

III.JAWABAN PERTANYAAN
1.Kenapa belerang harus dijadikan dalam bentuk pasta?

Jawaban:

● Belerang harus dijadikan dalam bentuk pasta terlebih dahulu agar ikatan
antara S dengan S dalam belerang lebih mudah putus untuk bereaksi dengan
tiosulfat, karena yang dibutuhkan disini balerang tunggal, sedangkan belerang
yang tersedia dalam bentuk padat.

2.Buatlah reaksi titrasi natrium tiosulfat!

Jawaban:

● Secara langsung
IO3- + 2 e- 2 I-
2S2O32- S4O62- + 2 e-
IO3- + 2S2O32- S4O62- + 2 I-

Secara tidak langsung :


IO3- + 6H+ + 5 e- 2 I-
2S2O32- 5 I- 2 ½ I2 + 5 e-
IO3 + 6H+ + 5I- 3I2 + 3H2O

3.Jelaskan apa itu kelarutan,larutan jenuh,dan larutan lewat jenuh!

Jawaban:

● Kelarutan adalah banyak nya zat terlarut yang dapat larut dalam 1 liter pelarut.
● Larutan jenuh adalah larutan dimana jumlah zat pelarut tapat untuk
melarutkan seluruh zat terlarut tampak terbentuknya endapan atau keadaan
ketika suatu larutan telah mengadung suatu zat dengan konsentrasi
maksimum.
● Larutan lewat jenuh adalah larutan dimana zat pelarut yang tersedia tidak
mampu untuk melarutkan zat terlarut sehingga terbentuk endapan.

4. Jelaskan hubungan kelarutan natrium tiosulfat pada suhu 0​ °C , ​20​°C dan 1​ 00 ​°C!

Jawaban:

● Kelarutan natrium tiosulfat pada 0​ °C , ​20​°C dan 1​ 00 ​°C a​ dalah semakin


bertambah , jadi kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu.

5.Buatlah reaksi peguraian natrium tiosulfat karena pengaruh asam!

+
Jawaban: S2O3​2-​+2H​ H2S2O3

H​2​S​2​O​3 S​2​ + H​2​O + SO​3(g)


DAFTAR PUSTAKA

Cotton F., A., dan Wilkinson, G. 1989. ​Kimia Anorganik Dasar​. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Libertus Tintus., H. 2008. ​Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium
Nitrit Sebagai Antidot Keracunan Sainida Akut pada Mencit Jantan Galur Swiss.
​Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. ​Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. ​Ahli
​ rlangga. Jakarta.
Bahasa Suminar Ahmadi.​ E
Ratnawati devi. 2007. ​Kajian Variasi Kadar Gulkosa dan Drajat Kesamaan (Ph)
​ ol. 3(2).
pada Pembuatan Nata di Cetrus dari Jeruk Asam. Jurnal Gradian. V

Anda mungkin juga menyukai