Anda di halaman 1dari 16

ADSORPSI PADA LARUTAN

I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan percobaan mengenai proses adsorpsi asam asetat ke dalam karbon
aktif.
2. Membuat grafik berdasarkan hasil percobaan.
3. Menentukan besarnya tetapan adsorpsi isotherm Freundlich berdasarkan
percobaan.
4. Mempraktekkan konsep mol dalam menghitung zat yang teradsorpsi.

II. Dasar Teori


Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat yang
diserap disebut fase terserap (adsorbat) sedang yang menyerap disebut adsorben.
Misalnya zat padat akan menarik molekul – molekul gas atau zat cair pada
permukaanny. Hal ini disebabkan karena zat padat yang terdiri dari molekul –
molekul tidak menarik dengan gaya van Der Walls. Jika ditinjau dari satu molekul,
maka molekul ini akan dikelilingi molekul yang lain yang tidak mempunyai gaya
tarik seimbang. Karena salah satu arah tidak ada molekul lain yang menarik,
akibatnya pada permukaan itu akan menarik molekul disektarnya.
Ada dua jenis adsorpsi, yaitu adsorpsi fisika dan absorpsi kimia. Adsorpsi fisika ini
disebabkan oleh gaya Van der Walls yang ada pada permukaan adsorben. Panas
adsorpsi fisika biasanya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben
biasanya lebih dari satu molekul, contoh : zat warna (adsorbat) oleh arang aktif
(adsorben). Sedangkan pada adsorspi kimia yaitu terjadinya reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorbennya contoh: hidrogen pada platinum. Lapisan molekul yang
terjadi pada permukaan adsorbennya hanya satu dan panas adsorpsinya tinggi.
Adsorpsi dipengaruhi oleh :
 Jenis adsorben
 Jenis zat yang diadsorpsi
 Konsentrasi
 Luas permukaan adsorben
 Temperatur
Pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi dapat dinyatakan oleh persamaan
Freundlich :

m = konsentrasi zat dalam larutan


x = jumlah zat yang teradsorpsi oleh m gram adsorben
k&n = tetapan adsorpsi

Jika ditulis dalam logaritma :

Untuk menentukan harga n & k dibuat grafik log x/m fungsi dari log c, yang mana
slope adalah harga n dan intersepnya harga k.

III. Alat dan Bahan


No. Alat Bahan
1. 1 buah buret 50 mL Larutan NaOH 0,5 N
Larutan Asam Asetat 1 N ; 0,8 N ;
2. 8 buah labu erlenmeyer 250 mL
0,6 N ; 0,4 N
3. 1 buah corong gelas Karbon aktif 2 gram
4. 1 buah pipet ukur 25 mL Aquades
5. 1 buah gelas ukur 25 mL Larutan Indikator Phenophtalein
6. 1 buah labu takar 100 mL
7. 1 buah botol semprot
8. 2 buah gelas kimia 50 mL
9. 4 buah kertas saring
10. 1 buah spatula
IV. Skema Kerja
a. Penentuan konsentrasi awal asam asetat

25 ml 25 ml 25 ml 25 ml

Asam asetat Asam asetat Asam asetat Asam asetat

Labu
Erlenmeyer

+ 3 tetes indikator

phenophtalein

Titrasi dengan larutan


NaOH 1,0 N

Larutan berwarna
merah muda

Catat volume NaOH


yang diperlukan
b. Penentuan Konsentrasi akhir asam asetat dan adsorpsi isoterm
0.5 gram carbon aktif

25 ml asam asetat

1,0 N ; 0,8 N ; 0,6 N ; 0,4 N

Erlenmeyer

Aduk selama ± 30 menit

Diamkan selama ± 5 menit

Saring larutan dengan kertas


saring

Erlenmeyer

+ 3 tetes indikator fenolftalein

Titrasi dengan larutan NaOH 1,0 N

Larutan berwarna merah muda


Catat volume NaOH
c. Penentuan konsentrasi larutan NaOH yang sebenarnya (standarisasi NaOH)

Timbang 0,63 gram kristal


asam oksalat

Larutkan dengan
aquades

Labu takar 100 ml

Pipet 25 ml asam
oksalat

Labu Erlenmeyer

+ 3 tetes indicator

phenophtalein

Titrasi dengan
larutan NaOH

Catat Volume NaOH yang


diperlukan
V. Data Pengamatan
a. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
Berat kristal asam oksalat = 0,63 gram
Volume labu takar = 100 ml
Volume larutan NaOH yang diperlukan = 2,9 ml ; 2,9 ml (rata-rata 2,9 ml)
b. Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Asetat Mula-mula
Kons. Asam asetat (N) Volume NaOH (ml)
1,0 27,5
0,8 20,5
0,6 15,3
0,4 10,8
c. Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Asetat Setelah Terjadi Kesetimbangan
(Setelah Adsorpsi)
Kons. Asam asetat (N) Vol.as.Asetat (ml) Volume NaOH (ml)
1,0 20 21,5
0,8 22,5 17
0,6 20 10,2
0,4 23 9,4

VI. Pengolahan Data


a. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
Mr oksalat (C2H2O4.2H2O) = 126
Mr oksalat 126
BE Oksalat = 2
ekivalen /mol   63
2
Berat oksalat 1000
Normalitas oksalat = X
BE V labu

0,63 1000
= x  0,100 N
63 100
VNaOH x NNaOH = Voksalat x Noksalat
2,9 ml x NNaOH = 25 ml x 0,100 N
NNaOH = 25 ml x 0,100 N
2,9 ml
NNaOH = 0,86 N

b. Penentuan Konsentrasi Larutan Asetat


 Nasetat mula-mula :
1. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH
25 ml x Nasetat = 27,5 ml x 0,86 N
Nasetat = 27,5 ml x 0,86 N
25 ml
Nasetat = 0,946 N

2. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH


25 ml x Nasetat = 20,5 ml x 0,86 N
Nasetat = 20,5 ml x 0,86 N
25 ml
Nasetat = 0,705 N

3. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH


25 ml x Nasetat = 15,3 ml x 0,86 N
Nasetat = 15,3 ml x 0,86 N
25 ml
Nasetat = 0,526 N

4. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH


25 ml x Nasetat = 20,8 ml x 0,86 N
Nasetat = 10,8 ml x 0,86 N
25 ml
Nasetat = 0,372 N

 Nasetat setelah adsorpsi :


1. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH
20 ml x Nasetat = 21,5 ml x 0,86 N
Nasetat = 21,5 ml x 0,86 N
20 ml
Nasetat = 0,925 N

2. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH


22,5 ml x Nasetat = 17 ml x 0,86 N
Nasetat = 17 ml x 0,86 N
22,5 ml
Nasetat = 0,650 N

3. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH


20 ml x Nasetat = 10,2 ml x 0,86 N
Nasetat = 10,2 ml x 0,86 N
20 ml
Nasetat = 0,439 N

4. Vasetat x Nasetat = VNaOH x NNaOH


23 ml x Nasetat = 9,4 ml x 0,86 N
Nasetat = 9,4 ml x 0,86 N
23 ml
Nasetat = 0,351 N

c. Penentuan Jumlah Zat yang Teradsorpsi


 Jumlah zat mula-mula :
ml asetat
a. 1,0 N = x N asetat mula  mula x 60
1000
25
= X 0,946 X 60  1,419 gr
1000
ml asetat
b. 0,8 N = x N asetat mula  mula x 60
1000
25
= X 0,705 X 60  1,058 gr
1000
ml asetat
c. 0,6 N = x N asetat mula  mula x 60
1000
25
= X 0,526 X 60  0,789 gr
1000
ml asetat
d. 0,4 N = x N asetat mula  mula x 60
1000
25
= X 0,372 X 60  0,558 gr
1000

 Jumlah zat sisa :


ml asetat
a. 1,0 N = x N asetat sisa x 60
1000
20
= X 0,925 X 60  1,110 gr
1000
ml asetat
b. 0,8 N = x N asetat sisa x 60
1000
22,5
= X 0,650 X 60  0,878 gr
1000
ml asetat
c. 0,6 N = x N asetat sisa x 60
1000
20
= X 0,439 X 60  0,527 gr
1000
ml asetat
d. 0,4 N = x N asetat sisa x 60
1000
23
= X 0,351 X 60  0,484 gr
1000
Tabel Pengolahan Data
a. Sebelum adsorpsi
Kons. asetat (N) Vol. NaOH (ml) Nasetat Berat asetat (gr)
1,0 27,5 0,946 1,419
0,8 20,5 0,705 1,058
0,6 15,3 0,526 0,789
0,4 10,8 0,372 0,558

b. Setelah adsorpsi
Kons.asetat (N) Vol. NaOH (ml) Nasetat sisa Berat asetat sisa (g)
20 21,5 0,925 1,110
22,5 17 0,650 0,878
20 10,2 0,439 0,527
23 9,4 0,351 0,484

c. Persamaan Isoterm Freundlich

x x
x (gram) m (gram) Log c Log c
m m
0,309 0,5 0,618 -0,209 0,925 -0,034
0,180 0,5 0,360 -0,444 0,650 -0,187
0,262 0,5 0,524 -0,281 0,439 -0,357
0,074 0,5 0,148 -0,830 0,351 -0,455

VII. Pembahasan
PEMBAHASAN OLEH SAHARA TULAINI (131411025)

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan untuk menentukan tetapan adsorpsi pada
persamaan Isotherm Freundlich. Percobaan yang dilakukan adalah dengan menggunakan
asam asetat dengan konsentrasi yang berbeda sebagai adsorbat (zat yang diserap) dan
menggunakan arang (karbon) aktif sebagai adsorben (zat yang menyerap). Kosentrasi
asam asetat yang digunakan adalah 1,0; 0,8; 0,6; 0,4, sedangkan arang aktif yang
digunakan sebanyak 0,5 gram pada masing-masing larutan asam asetat.
Pada konsentrasi tersebut, karbon aktif memiliki struktur berpori dan luas
permukaan yang besar sehingga efektif untuk melakukan penyerapan. Jika dihubungkan
dengan luas permukaan karbon aktifnya, maka semakin banyak substansi asam asetat
yang melekat dipermukaan karbon aktifnya tersebut.
Karbon aktif yang digunakan dalam bentuk serbuk memiliki luas permukan lebih
besar daripada bongkahan atau batangan, tetapi jika ditinjau dari jenis adsorbat asam
asetat memiliki polaritas yang rendah sehingga kemampuan adsorpsi molekulnya lebih
rendah dibandingkan dengan larutan asam asetat dengan berbagai konsentrasi seperti
yang disebutkan diatas pada labu Erlenmeyer, selanjutnya diaduk selama 30 menit. Hal
ini bertujuan agar terjadi reaksi antara arang (karbon) dengan zat terlarut asam asetat.
Reaksi yang terjadi adanya gaya tarik menarik molekul. Dimana molekul-molekul asam
asetat yang ada disekitar akan ditarik oleh molekul-molekul karbon tersebut pada
permukaan. Hal ini terbukti pada saat dilakukan penyaringan, volume asam asetat, yang
awalnya 25 ml. Setelah dilakukan penyaringan volumenya menjadi kurang dari 25 ml.
Hal tersebut terjadi karena adanya molekul-molekul zat terlarut asam asetat yang terserap
oleh molekul karbon.
Setelah dilakukan penyaringan dan telah diukur volume larutan setelah terjadi
adsorpsi. Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH 1,0 N. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui asam asetat yang teradsorpsi. Sebelum dilakukan titrasi, dimasukkan 3 tetes
indikator phenopthalein (PP). Dari proses tersebut, didapat volume NaOH yang
digunakan pada masing-masing larutan asam asetat yang berbeda konsentrasi tersebut.
Setelah data diperoleh, selanjutnya dengan menggunakan konsep mol dapat dicari
variabel-variabel yang terdapat pada persamaan Isotherm Freundlich, sehingga didapat
tetapan adsorpsi.
PEMBAHASAN OLEH R.A. FEBY LAILANI BELLADINA (131411023)

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya harga tetapan adsorpsi


isotherm menurut freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang. Percobaan ini
dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung volume larutan asetat mula-
mula sebelum ditambah karbon aktif dibandingkan dengan volume larutan asetat setelah
ditambah karbon aktif, seperti yang tercantum di hasil percobaan. Dalam percobaan ini
digunakan karbon aktif sebagai adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi
sebagai adsorbat serta larutan NaOH 1,0 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat
yang telah dibuat dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan dikocok selama
30 menit. Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah
arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga
mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan
pada partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan
yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.
Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat
lebih mudah teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya mampu
mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat diketahui
dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan standar NaOH
1,0 N. Dengan memasukkan tiga tetes PP lalu titrasi dengan NaOH 1,0 N hingga
berwarna pink. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi yang
digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH yang
digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara molekulnya
semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen pada saat proses titrasi.
Dalam percobaan isoterm adsorpsi arang aktif digunakan larutan asam asetat
dalam berbagai variasi konsentrasi, yaitu 0,4 N ; 0,6 N ; 0,8 N ; 1,0 N dengan volume
masing-masing 25 ml. Dan dimasukkan 0,5 gram arang aktif pada masing- masing
konsentrasi asam asetat.
Dalam percobaan ini, larutan asam asetat mendapat dua perlakuan yang berbeda.
Pertama, asam asetat yang murni, tidak mendapat perlakuan apa-apa, sedangkan yang
kedua ditambah dengan arang dan disaring. Kedua perlakuan ini dilakukan untuk
membandingkan konsentrasi asam asetat yang dicampur arang dan asam asetat yang tidak
diberikan perlakuan khusus yang nantinya akan sama-sama dititrasi dengan larutan baku
NaOH 1,0 N dengan indikator phenolphtalein. Indikator PP sangat peka terhadap gugus
OH-yang terdapat pada larutan NaOH.
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isotherm
Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH terhadap arang. Variabel yang terukur pada
percobaan adalah volume larutan NaOH 1,0 N yang digunakan untuk menitrasi
CH3COOH. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH yang
teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi
akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH yang teradsorbsi. Setelah itu dapat dicari
harga tetapannya dengan menggunakan persamaan Log (x/m) = log k + 1/n log c.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi asam asetat sebelum
adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah diadsorpsi
oleh arang aktif. 
PEMBAHASAN OLEH RIKA MUSTIKA (131411024)

Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan bertujuan untuk mencari nilai
konstanta adsorpsi berdasarkan persamaan isotherm Freundlich. Percobaan dilakukan
dengan menghitung massa larutan asam asetat sebelum dan setelah terjadinya adsorpsi
oleh arang aktif. Banyaknya arang aktif yang digunakan untuk mengadsorpsi dalam
percobaan ini adalah sebanyak 0,5 gram. Adapun larutan asam asetat yang digunakan
perlu distandarisasi dengan larutan NaOH (yang sebelumnya telah distandarisasi dengan
larutan asam oksalat).
Dalam standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat, diperlukan 0,63
gram kristal oksalat yang dilarutkan dalam 100 ml. Setelah dilakukan perhitungan,
diperoleh normalitas asam oksalat sebesar 0,1 N. Adapun volume NaOH yang diperlukan
yaitu sebanyak 2,9 ml, sehingga diperoleh normalitas NaOH sebesar 0,86 N.
Larutan asam asetat (1,0 N; 0,8 N; 0,6 N; 0,4 N) yang masing-masing volumenya
25 ml kemudian distandarisasi menggunakan larutan NaOH 0,86 N dan memerlukan
NaOH sebanyak 27,5 ml; 20,5 ml; 15,3 ml; dan 10,8 ml sehingga diperoleh normalitas
larutan asam asetat (sebelum adsorpsi) sebesar 0,946 N; 0,705 N; 0,526 N; dan 0,372 N.
Dengan data normalitas tersebut, dapat dihitung massa asam asetat sehingga diperoleh
1,419 gram; 1,058 gram; 0,789 gram; dan 0,558 gram.
Larutan asam asetat yang telah ditambahkan arang aktif sebanyak 0,5 gram
kemudian diaduk selama 30 menit. Setelah 30 menit, volume larutan asam asetat
berkurang karena adanya adsorpsi oleh arang aktif (diperoleh volume filtrat asetat).
Larutan asam asetat yang semula masing-masing 25 ml menjadi 20 ml; 22,5 ml; 20 ml;
dan 23 ml. Normalitas asam asetat setelah adsorpsi adalah 0,925 N; 0,650 N; 0,439 N;
dan 0,351 N. Dengan data normalitas tersebut, dapat dihitung massa asam asetat sehingga
diperoleh 1,110 gram; 0,878 gram; 0,527 gram; dan 0,484 gram.
x
Setelah diperoleh semua data, dibuat grafik dengan mengalurkan Log
m
terhadap log c, dengan x adalah massa larutan asam asetat yang teradsorpsi, m adalah
massa arang aktif yang digunakan, dan c adalah konsentrasi asam asetat setelah adsorpsi.
Setelah dibuat grafik, ternyata grafik tidak sesuai dengan teoritis. Seharusnya grafik yang
diperoleh berupa garis linear, tapi berdasarkan percobaan, grafik yang diperoleh
mengalami kenaikan kemudian turun lagi (zig zag) dikarenakan massa larutan asam asetat
yang teradsorpsi juga tidak sebanding dengan kenaikan konsentrasi. Berdasarkan teori,
seharusnya semakin besar konsentrasi zat, massa yang teradsorpsinya juga semakin besar.
Ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan teori dikarenakan kurang telitinya saat
penimbangan arang aktif (tidak tepat 0,5 gram) sehingga larutan asam asetat yang
teradsorpsinya menjadi berbeda, penimbangan kristal asam oksalat (tidak tepat 0,63
gram), dan alat-alat yang digunakan kurang bersih.
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai n yaitu 0,571 dan nilai k yaitu 0,69016.
PEMBAHASAN OLEH NURISYA’BAN AZIEZAH (131411021)

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya tetapan Adsorpsi dari suatu
adsorben yang berupa karbon aktif, adapun adsorbannya berupa asam asetat. Dalam
pengolahan data praktikum digunakan persamaan Freundlich sehingga
dalam pengolahan data diperoleh besarnya n dan k. Percobaan ini dilakukan dalam dua
tahap, antara lain tahapan sebelum adsorpsi dilakukan untuk mencari konsentrasi awal
larutan asetat (CH3COOH) dan konsentrasi akhir larutan asetat (CH3COOH).
Dalam percobaan pertama untuk mengetahui konsentrasi awal dilakukan dengan
cara titrasi asam asetat dengan Larutan NaOH 0,1 N. Asam asetat yang digunakan
memilki normalitas berbeda yaitu 1,0 N, 0,8 N, 0,6 N dan 0,4 N. Melalui titrasi ini
didapat volume NaOH, sehingga dapat ditentukan konsentrasi awal CH3COOH.Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh N asam asetat yaitu 0,946 N; 0,705 N; 0,526
N; dan 0,372 N (konsentrasi asam asetat mula-mula) melalui perhitungan.
  Dalam Percobaan kedua dilakukan dengan penambahan adsorben berupa karbon
aktif sebanyak 0,5 gram kedalam masing-masing larutan asam asetat 25 ml yang memiliki
normalitas berbeda yaitu 1,0 N, 0,8 N, 0,6 N dan 0,4 N . Setelah itu, dilakukan
pengadukan agar adsorpsi merata. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan
filtratnya dari proses adsorpsi tersebut. Untuk menentukan konsentrasi akhirnya, filtrat
tersebut dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Dari percobaan yang dilakukan , diperoleh
normalitas asam asetat sebesar : 0,925 N; 0,650 N; 0,439 N; dan 0,351 N.
Berdasarkan dari pengolahan data, diketahui Pengurangan konsentrasi CH3COOH
dari keadaan awal mengindikasikan adanya konsentrasi CH3COOH yang teradsorpsi ke
dalam karbon aktif. Percobaan ini juga mencari nilai tetapan adsorpsi yang didapat
melalui proses perhitungan. Dari pengolahan data yang dilakukan, diperoleh n sebesar
0,571 dan k sebesar 0,69016.
Dalam percobaan kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan antara lain alat yang
kurang bersih sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal dan lain-lain.
VIII. Kesimpulan
 Volume NaOH yang diperlukan dalam standarisasi adalah 2,9 ml sehingga
diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,86 N.
 Konsentrasi larutan asam asetat sebelum adsorpsi adalah 0,946 N; 0,705 N;
0,526 N; dan 0,372 N.
 Massa larutan asam asetat sebelum adsorpsi adalah 1,419 gram; 1,058 gram;
0,789 gram; dan 0,558 gram.
 Konsentrasi larutan asam asetat setelah adsorpsi adalah 0,925 N; 0,650 N; 0,439
N; dan 0,351 N.
 Massa larutan asam asetat setelah adsorpsi adalah 1,110 gram; 0,878 gram; 0,527
gram; dan 0,484 gram.
 Berdasarkan grafik, diperoleh nilai tetapan adsorpsi yaitu n=0,571 dan nilai
k=0,69016.
 Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori dikarenakan kurang telitinya saat
penimbangan arang aktif (tidak tepat 0,5 gram) sehingga larutan asam asetat
yang teradsorpsinya menjadi berbeda, penimbangan kristal asam oksalat (tidak
tepat 0,63 gram), dan alat-alat yang digunakan kurang bersih.

IX. Daftar Pustaka


1. Yahya, utoro dkk, (1982), Petunjuk Praktikum Kimia Fisika, Laboratorium
Kimia Fisika FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Bird, Tony (1987), Penuntun Praktikum Kimia Fisik Untuk Universitas, PT
Gramedia, Jakarta.
3. Bassett, Jet all, (1987), Textbook of Quantitative Inorganic Analysis, 4 th
edition, John Wiley & Sons, New York.
4. Hulupi, Mentik dkk, (1996), Petunjuk Praktikum Kimia Fisika, Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai