2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
(Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki
tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–
laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada
1
volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah
yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan
menyebabkan tekanan darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok,
dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan
tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi
pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien
dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar
dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).
2
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah
sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80
mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-129 <80
Hipertensi stage I 130-139 80-89
Hipertensi stage II ≥140 ≥90
(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 :
Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of
High Blood Pressure In Adults 2013)
4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
3
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, (2002).
4
Pathway Hipertensi
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
adanya DM.
5
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
Obat-obat antihipertensi dapat di pakai sebagai obat tunggal atau dicampur
dengan obat lain, obat-obat ini diklasifikasikan kedalam 5 kategori yaitu
1) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering di resepkan untuk
mengobati hipertensi ringan
2) Menekan simpatetik (simpatolitik)
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor
otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung
saraf perifer seperti reserpin dan guanetidine.
3) Vasodilatator arteriol yang bekerja langsung
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari
vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah
doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium
nitroprusid.
4) Antagonis angiotensin (ACE inhibitor)
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang
bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan
tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang
menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan.
6
5) Penghambat saluran kalsium
Antagonis kalsium bekerja dngan cara mengurangi jumlah kalsium
yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta
mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini
mengakibatkan tekanan darah turun. Efek samping adalah sakit kepala,
muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki. Golongan obat ini
seperti nifedipine, diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan
nikardipin. ( Arif mutaqin, 2009)
b. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan medis pada pasien hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg.
c. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi
darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan
meningkatkan keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih
nyenyak dan sebagai pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
7
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian tengkuk,
mata berkunang-kunang, susah tidur serta pemeriksaan fisik di peroleh
tekanan darah lebih dari normal.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji lamanya menderita hipertensi dan penyakit penyerta yang dapat
menyebabkan hipertensi
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji Riwayat garis keluarga tentang hipertensi dan penggunaan obat
yang memicu hipertensi.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat
Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
2) Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik dan Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan).
3) Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
4) Nyeri atau ketidak nyamanan :
Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
Nyeri hilang timbul pada tungkai.
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
Nyeri abdomen.
8
e. Pengkajian Persistem :
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
Episode palpitasi,perspirasi.
2) Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3) Neurosensori
Keluhan pusing.
Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok
f. Pengkajian Fungsional Klien
1) KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa
dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan , pengarahan atau bantuan
dari orang lain di antaranya yaitu makan, kontinensia (BAK,BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi, pasien
tidak menggunakan alat bantu berjalan.
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali sehari.
Jumlah: secangkir kecil
Jenis: air putih, dan susu
3 Berpindah dari satu tempat 15 Mandiri
ketempat lain
4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi: 3x
menyisir rambut, gosok gigi).
9
5 Keluar masuk toilet 5 Frekuensi: 2-3 kali
( mencuci pakaian, menyeka
tubuh, meyiram)
6 Mandi 15 2x sehari pada pagi hari dan
sore hari sebelum Ashar.
7 Jalan dipermukaan datar 10 Setiap ingin melakukan sesuatu
misalnya mengambil minum
atau ke kamar mandi.
8 Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-pelan
9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi
10 Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi: 1x sehari
Konsistensi: padat
11 Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi: 6x sehari
Warna: kuning
12 Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti senam yang
diadakan PSTW saat pagi hari
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 10 Jenis: rekreasi keluar 1 tahun
luang sekali dari bpstw/hanya duduk
saja kadang mengobrol dengan
teman.
Keterangan:
a. 130 : mandiri
b. 65-125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori mandiri
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
10
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
11
taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa
mengambil kertas, melipat jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai perintah. klien dapat
menulis satu kalimat.
Total
Nilai
12
Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan :
Keterangan :
Paisien dengan total nilai :
a. <16 mempunyai risiko terkena dekubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi
Kesimpulan :
13
5) Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg
a) Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypotensi
Reach Test (FR test) Hasil
Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran dalam tiga
posisi yaitu: posisi pada sebagai berikut:
a. Tidur a. Tidur : mmHg
b. Duduk b. Duduk : mmHg
c. Berdiri c. Berdiri : mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran
kurang lebih 5 – 10 menit.
KESIMPULAN
14
Analisa Data
15
2. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Nyeri akut Setelah di berikan intervensi NIC:Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
dengan Agen diharapkan pasien mampu - Mempertahankan tirah baring selama - Meminimalkan stimulasi/
pencedera menunnjukkan: fase akut. meningkatkan relaksasi
fisiologis NOC: Tingkat Nyeri - Berikan tindakan nonfarmakologi - Tindakan yang menurunkan tekanan
(peningkatan - Dipertahankan pada: untuk menghilangkan sakit kepala, vaskuler serebral dan yang
tekanan vascular - Ditingkatkan pada: mis : kompres dingin pada dahi, pijat memperlambat/memblok respons
Cerebral) 1= Berat punggung dan leher, tenang, redupkan simpatis efektif dalam menghilangkan
2= Cukup Berat lampu kamar. sakit kepala dan komplikasinya.
3= Sedang - Minimalkan aktivitas vasokonstriksi - Aktivitas yang meningkatkan
4= Ringan yang dapat meningkatkan sakit kepala, vasokonstriksi menyebabkan sakit
5= Tidak Ada mis : mengejan saat bab, batuk panjang, kepala karena adanya peningkatan
Dengan Kriteria hasil: membungkuk. tekanan vaskular serebral
- Nyeri berkurang - Bantu pasien dalam ambulasi sesuai - Pusing dan penglihatan kabur sering
- Panjangnya episode nyeri kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala.
berkurang Kolaborasi:
- Dapat mengenali kapan nyeri - Berikan obat sesuai indikasi Analgesik - Menurukan/mengontrol nyeri dan
terjadi menurunkan rangsang sistem saraf
- Ttv dalam batas normal - Antiansietas,mis lorazepam, diazepam simpatis.
- Tidak mengalami gangguan tidur - Dapat mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stres.
Penurunan Setelah di berikan intervensi NIC: Perawatan Jantung : Akut
16
curah jantung keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
berhubungan diharapkan pasien mampu - Pantau tekanan darah, ukur pada kedua - Perbandingan dari tekanan
dengan menunnjukkan: tangan untuk evaluasi awal. memberikan gambaran yang lebih
peningkatan NOC: Keefektivan pompa jantung lengkat tentang penyakit vaskuler.
afterload - Dipertahankan pada: - Catat keberadaan, kualitas denyutan - Denyutan karotis,jugularis, radialis,
- Ditingkatkan pada: sentral dan perifer. dan femoralis mungkin teramati/
1= Berat terpalpasi. Denyut pada tungkai
2= Cukup Berat mungkin menurun, mencerminkan
3= Sedang efek dari vasokontriksi dan kongesti
4= Ringan vena.
5= Tidak Ada - Amati warna kulit, kelembaban,suhu, - Adanya pucat, dingin kulit lembab
Dengan Kriteria hasil: masa pengisian kapiler. dan masa pengisian kapiler lambat
- Distensi vena leher mungkin berkaitan dengan
- Disritmia vasokontriksi atau mencerminkan
- Suara jantung abnormal dekompensasi/penurunan curah
- Angina jantung.
- Edema perifer - Berikan lingkungan tenang, nyaman, - Membantu untuk menurunkan
- Edema paru kurangi aktivitas/keributan lingkungan. rangsang simpatis, meningkatkan
- Mual relaksasi.
- Kelelahan - Anjurkan teknik relaksasi - Dapat menurukan rangsangan yang
- Dyspnea pada saat istirahat menimbulkan stres, membuat efek
- Peningkatan berat badan tenang, sehingga dapat menurukan
- Pucat Kolaborasi tekanan darah
- Asites - Pantau renspons terhadap obat untuk - Respons terhadap terapi obat
- Sianosis mengontrol tekanan darah tergantung pada individu dan efek
- Wajah kemerahan sinergis obat.
17
aktivitas keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
berhubungan diharapkan pasien mampu - Identifikasi makna attivitas rutin - mempermudah menyusun kegiatan
dengan menunnjukkan: yang dapat dilakukan
kelemahan NOC: Toleransi Aktivitas - Kaji respons pasien terhadap aktivitas, - Menyebutkan parameter membantu
- Dipertahankan pada: perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 dalam mengkaji respons fisiologis
- Ditingkatkan pada: kali permenit di atas frekuensi istirahat, terhadap stres aktivitas
1= Meningkat kaji dispnea, nyeri dada, keletihan dan
2= Cukup Meningkat kelemahan yang berlebihan.
3= Sedang - Instruksikan pasien tentang teknik - Teknik menghemat energi
4= Cukup Menurun penghematan energi, mis menggunakan mengurangi penggunaan energi. Juga
5= Menurun kursi saat mandi, duduk saat menyisir membantu keseimbangan antara
Dengan Kriteria hasil: rambut atau menyikat gigi, melakukan suplai dan kebutuhan oksigen.
- Keluhan lelah aktivitas dengan perlahan.
- Dyspnea saat aktivitas - Berikan dorongan untuk melakukan - Kemajuan aktivitas bertahap
- Perasaan lemah aktivitas/perawatan diri bertahap jika mencegah peningkatan kerja jantung
- Aritmia saat aktivitas dapat ditoleransi. tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
- Aritmia setelah aktivitas sebatas kebutuhan mendorong
- Sianosis kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan. - Berbagai tingkat bantuan mungkin
perlu direnacanakan yang di dasarkan
atas kebutuhan yang bersifat
individual.
- anjurkan tirah baring - Mencegah komplikasi yang lebih
parah
- monitor respon fisik, emosi, sosial dan - Respon ini yang mempengaruhi
spritual dalam melakukan aktivitas
18
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Baradero, Marry. 2005. Seri asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskuler.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.