Disusun Oleh :
1. Fatma Laili Nugraheni P07120114013
2. Fina Siti Fatimah P07120114014
3. Nurmala Wulandari P07120114042
4. Firsta Putri Al Fadl P07120113051
Disusun Oleh :
D III KEPERAWATAN
Oleh :
Mengetahui,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis,
dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah
dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998)..
Penyalahgunaan Narkoba tahun anggaran 2014, jumlah penyalahguna narkoba
diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang yang pernah memakai
narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59 tahun di
tahun 2014 di Indonesia. Jadi, ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang berusia 10-59
tahun masih atau pernah pakai narkoba pada tahun 2014. Angka tersebut terus
meningkat dengan merujuk hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional
(BNN) dengan Puslitkes UI dan diperkirakan pengguna narkoba jumlah pengguna
narkoba mencapai 5,8 juta jiwa pada tahun 2015.Jenis narkoba yang paling banyak
disalahgunakan adalah ganja, shabu dan ekstasi.
Tindakan bagi penyalahgunaan NAPZA sudah diatur dalam Pasal 103 UU No.
35 Tahun 2009 yang berisi (1) Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika
dapat : Memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika pecandu narkotika tersebut terbukti
bersalah melakukan tidak pidana narkotika; atauMenetapkan untuk memerintahkan
yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika
pecandu Narkotika tesebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidan Narkotika.
(2) Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi Pecandu Narkotika
sebagaimna dimaksud pada ayat (1) huru a diperhitungkan sebagai masa menjalanani
hukuman.
Tujuan dari rehabilitasi adalah pemulihan dan pengembangan pasien baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA
dapat mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi, mampu
menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA dan pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa
rendah dirinya.
Maka dari itu kami membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyalahgunaan NAPZA. Dalam hal ini kami dalam melakukan asuhan keperawatan
ini di tempat rehabilitasi NAPZA yaitu di Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan NAPZA?
C. Tujuan
Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan Penyalahgunaan NAPZA.
BAB II
DASAR TEORI
B. Definisi
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis,
dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf pusat
dandigunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran.
Psikotropikaadalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan
perilaku, biasanya digunakanuntuk pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan adiktif
adalah bahan yang apabila digunakandapat menimbulkan kecanduan atau
ketergantungan. Pemakai dapat merasa tenang, merasasegar, bersemangat,
menimbulkan efek halusinasi, dan memengaruhi suasana perasaanpemakai. Efek
inilah yang sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa kurang percaya diri,khawatir
tidak diakui sebagai kawan, melarikan diri dari permasalahan, atau bahkan
hanyauntuk sekedar rekreasi (bersenang-senang).
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah
dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998).
Eksperimental
Kondisi pengguna taraf awal yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai
kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, klien biasanya ingin mencari
pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba.
Rekresional
Pengguna zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada
waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini
mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temanya.
Situasional
Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya
sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau
mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat
sedang mempunyai masalah stres atau frustasi.
Penyalahgunaan
Pengguna zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin,
minimal 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam
peran di lingkungan sosial, pendidikan dan pekerjaan.
Ketergantungan
Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma
putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif
secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau
berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan
macam zat yang digunakan. Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari
individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencari tujuan
yang biasa diinginkan.
D. Jenis-jenis NAPZA
1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami maupun sintetis yang dapat
menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang
rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungan
akan zat tersebut secara terus menerus. Contoh : ganja, heroin, kokain,
morfin, amfetamin dll.
Narkotika menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau obat
berbahaya yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan maupun perubahan
keasadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Golongan narkotika:
a. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh :
heroin/putauw, kokain, ganja).
b. Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
c. Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).
2. Psikotropika
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002 bahwa
psikotropika adalah zat atau obat, baik sintetis maupun semisintetis yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat yang tergolong dalam psikotropika yaitu stimulan yang membuat
saraf pusat menjadi sangat aktif karena merangsang saraf simpatis. Termasuk
dalam golongan ini adalah amphetamine, ektasy (metamfetamin) dan
fenfluramin. Amphetamin sering disebut juga speed, shabu-shabu, whiz dan
sulp. Golongan stimulan lainnya adalah halusinogen yang dapat mengubah
perasaan dan pikiran sehingga dapat terganggu. Sedative dan hipnotika
seperti barbiturat dan benzodiazepine merupakan golongan depresan yang
dapat mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran, ketergantungan
secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama.
3. Zat Adiktif
Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia dan biologi dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan
hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai sifat
karsinogenis, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.
Zat adiktif : minuman keras (alkohol) yang meliputi golongan A (kadar
ethanol 1% sampai 5%) seperti bir, gren sand; minuman kerasa golongan B
(kadar ethanol > 5% sampai 20%) seperti anggur dan minuman malaga keras
golongan C (kadar ethanol > 20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky.
E. Faktor Predisposisi
1. Faktor biologis
a. Genetic: tendensi keluarga
b. Infeksi pada organ otak
c. Penyakit kronis
2. Faktor psikologis
a. Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%)
b. Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi.
c. Disfungsi keluarga
d. Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman
e. Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang
menyimpang
f. Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan
homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat untuk menyatakan
kejantanannya.
g. Rasa bermusuhan dengan orang tua
3. Faktor sosial kultural
a. Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan
zatadiktif: ganja, alkohol
b. Norma kebudayaan
c. Adiktif untuk upacara adat
d. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak
pengedar (mudah didapat: resiko relatif 80 %)
e. Persepsi masyarakat terhadap pengunaan zat
f. Remaja yang lari dari rumah
g. Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini
h. Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
seseorang menjadi pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian tim
UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta pada tahun
1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota
keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu :
1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu
(misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik
dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak,
maupun antar saudara.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang
tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti
apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau
demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi
kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut
anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus
dicapai dalam banyak hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan
dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu
cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi
seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih
banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan
bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada
keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian
mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis. .
c. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut
sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah
menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini
mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melaporkan bahwa para
penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah,
termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba drugs
akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan
dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena
disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena
ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu faktor
tertentu.
1. Intoksikasi
2. Putus zat
Sedatif-
Opiat Ganja Alkohol Amfetamine
Hipnotik
Nyeri Jarang Cemas Cemas Cemas
Mata dan ditemukan Tangan Depresi Depresi
hidung berair gemetar Muka merah Kelelahan
Perasaan Perubahan Mudah marah Energi
panas dingin persepsi Tangan berkurang
Diare Gangguan gemetar Kebutuhan
Gelisah daya ingat Mual muntah tidur
Tidak bisa Tidak bisa Tidak bisa meningkat
tidur tidur tidur
H. Penanggulangan
1. Pencegahan
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA
b. Deteksi dini perubahan perilaku
c. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak
pada narkoba”
2. Pengobatan
a. Detoksifikasi tanpa substansi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan
gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus
zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan subsitusi
Putau dan heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedaptif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi
dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik,
misalnya obat penghilang nyeri, rasa mual dan obat tidur atau sesuai
denga gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
3. Rehabilitasi
Tujuan : pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
I. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:
1. Denial dari masalah
2. proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
3. Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
J. Pohon Masalah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 23 Mei 2016
Jam : 10.00 WIB
Oleh :
1. Fatma Laili Nugraheni
2. Fina Siti Fatimah
3. Nurmala Wulandari
4. Firsta Putri Alfadl
Metode : Wawancara
Sumber Data : Klien dan status klien
1. Informasi Umum
Inisial klien : Nn. An
Usia : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa Tionghoa
Bahasa dominan : Indonesia
Status perkawinan : Janda
Alamat : Babarsari
Tanggal masuk : 17 Maret 2016
Tanggal pengkajian : 23 Mei 2016
Ruang rawat : Isolasi
No. RM : 756/BRSPP/III/2016
Diagnosa medis :
Riwayat alergi : Tidak ada
2. Uraian Kasus
a. Biografi
Klien bernama Nn. An adalah seorang perempuan berumur 24 tahun. Klien
mengatakan bahwa awal penyebab dirinya terjerumus ke dalam narkoba adalah
karena keluarganya yang broken home. Klien sejak lahir tidak pernah mengenal ayah
kandungnya. Klien hanya tahu bahwa ayahnya pergi setelah adik terakhirnya lahir.
Kemudian, ibunya menikah kembali saat klien masih SD, dengan pria yang usianya
terpaut jauh dengan ibu kandung klien. Klien diajak ikut dengan ibunya namun klien
menolak karena tidak suka dengan ibunya karena menikah kembali dengan pria yang
lebih muda. Sejak saat itu ibu kandung klien memilih untuk meninggalkan klien dan
kedua adiknya di Jogja, sedangkan dia tinggal di Sumatera. Klien tinggal di Jogja
bersama dengan nenek dari ibunya dan kedua adiknya. Karena tidak ada yang
memberikan uang untuk biaya hidup, maka klien bekerja selama SMA sebagai SPG
rokok. Klien mengatakan saat kelas 2 SMA dia menikah karena hamil terlebih
dahulu dengan kakak kelasnya. Setelah lulus SMA klien kuliah di salah satu
perguruan tinggi swasta hingga semester 3 jurusan bahasa asing (bahasa Inggris).
Namun kuliahnya berhenti karena tidak ada biaya dan klien memutuskan untuk
bekerja di sebuah Cafe sebagai pelayan di salah satu Cafe di Bali. Saat bekerja di
Bali, klien memiliki teman yang rata-rata mereka menggunakan narkoba, karena
memang budaya di sana menggunakan narkoba adalah hal yang wajar. Mulai saat
itulah klien menggunakan narkoba.
3. Keluhan Utama
Klien kadang-kadang merasa sedih karena merasa berbeda dari yang lain. Merasa
malu jika ada yang tahu dirinya pernah menjadi pengguna NAPZA.
4. Penampilan Umum dan Perilaku Motor
a. Fisik
Berat Badan : 50 kg
Tinggi badan : 158 cm
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 MmHg
RR : 24 kali/ menit
Nadi : 88 kali/ menit
Suhu : 36o C
Riwayat pengobatan fisik : -
Riwayat Penyakit : Hipotensi sejak SMP dan maag sejak SMA.
Hasil Pemeriksaan laboratorium/visum/dll : -
b. Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas : Ringan
Perilaku yang ditunjukkan : Tenang, ramah, kooperatif
5. Keluarga
a. Genogram
Keterangan Gambar :
: Perempuan
: Laki-laki
: Cerai/putus hubungan
: meninggal
: orang yang tinggal serumah
: orang yang terdekat
: klien
Keterangan Genogram :
Klien tinggal serumah dengan kakak kandungnya. Orang tua klien sudah
bercerai sejak klien kelas 1 SD. Ibu klien menikah kembali dengan orang
Padang dan memiliki 1 anak. Klien menikah pada kelas 2 SMA dan cerai pada
tahun 2009. Klien memiliki 1 anak perempuan.
b. Tipe Keluarga : Single parent family
c. Pengambilan keputusan : Bersama-sama
d. Hubungan klien dengan kepala keluarga : Anak
e. Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga : Pasien mengatakan jarang
bertemu keluarga, ibunya acuh terhadap dirinya dan adik-adiknya. Tidak pernah
bertemu dengan ayah, ayah pergi tidak jelas pergi kemana.
f. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
6. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan bahwa dia adalah seorang perempuan yang tidak memiliki
kelainan fisik dan memiliki anggota tubuh lengkap.
b. Identitas Diri
Klien bernama An usia 24 tahun, berasal dari Jogja, saat ini klien tinggal bersama
kakak klien yang berada di daerah Jogja. Klien adalah anak kedua dari 4
bersaudara. Klien menyatakan orang tuanya sudah bercerai, ayahnya dan ibunya
masih hidup, saat ini klien tidak mengetahui ayah klien tinggal dimana sedangkan
ibu klien tinggal di Sumatra bersama suaminya. Klien menyatakan sebelum
direhab, klien bekerja di salah satu Cafe yang berada di Bali.
c. Peran Diri
Klien merupakan tulang punggung keluarga.
d. Ideal Diri
Klien berharap setelah keluar dari BRSPP bisa diterima di masyarakat dan tempat
klien bekerja.
e. Harga Diri
Selama di rehabilitasi orang-orang di sekitar rumah klien tidak mengetahui.
Karena klien merasa dirinya malu jika orang-orang tahu kalau dirinya berada di
rehabiltasi narkoba. Selain itu klien takut jika nantinya akan dijauhi bahkan
dikucilkan dimasyarakat.
8. Riwayat Sosial
a. Pola sosial
1) Teman/orang terdekat
Klien mengatakan mempunyai beberapa teman yang benar-benar dekat
dengan klien di Jogja dan Bali. Namun saat klien bekerja di sebuah cafe di
Bali, ia ikut menggunakan narkoba karena teman-temannya.
Saat di BRSPP klien mengatakan ada 1 teman dekatnya, yaitu Sdr. K yang
sudah dianggap klien seperti kakak kandung sendiri.
2) Peran serta dalam kelompok
Aktif dalam kelompok terapi.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada, pasien mampu berinteraksi dengan perawat dan residen lain.
Namun, terkadang klien merasa enggan berbicara pada beberapa orang
yang tidak terlalu dekat dengan pasien.
b. Obat-obatan yang dikonsumsi
1) Adakah obat herbal/obat lain yang dikonsumsi di luar resep
Tidak ada obat herbal/obat lain yang dikonsumsi di luar resep.
2) Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
Tidak ada obat-obatan yang dikonsumsi oleh klien.
3) Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi
masalahnya
Iya. Klien mengatakan saat dia mengalami konflik dengan ibu, adik, dan
putus dengan pacarnya, dia selalu mengkonsumsi shabu-shabu dan extasi.
Klien mengkonsumsi 2-3 sedot shabu-shabu dalam sekali pemakaian. Efek
yang dirasakan berupa euforia, badan terasa ringan, dan mata susah untuk
terbuka. Sedangkan ekstasi klien mengkonsumsi ¼ gram dalam sekali
pemakaian. Efek yang dirasakan berupa kepala terasa ringan dan beban
pikiran terasa hilang. Selain itu klien juga terkadang mengkonsumsi wine
atau bir, tetapi tidak pernah mengkonsumsi alkohol karena bau nya yang
dianggap tidak enak.
Namun saat di BRSPP sekarang, klien mengatakan tidak mengkonsumsi
obat-obatan atau alkohol dalam bentuk apapun.
B. Analisa Data
Penyebab
No. Data (Symptom) Masalah (Problem)
(Etiologi)
1. DS : Koping Keluarga tidak
efektif
Klien mengatakan bahwa
keluarganya mengalami broken
home
Klien mengatakan bahwa selama
di balai rehabilitasi tidak ada
keluarga yang menjenguknya
Klien mengatakan ibunya
bersikap acuh terhadap klien dan
saudara-saudaranya
DO :
Pada saat menceritakan ibunya,
klien terlihat tidak antusias
2. DS : Koping Individu tidak
efektif
Klien mengatakan kurang dalam
menjalankan ibadah, hanya
melaksanakan ibadah pada saat
ada masalah
Klien mengatakan saat klien
memiliki masalah klien merasa
bingung harus bercerita dengan
siapa
Klien mengatakan apabila dia
tidak bisa menyelesaikan
masalahnya dia akan mencari
teman yang mengajaknya
menggunakan narkoba dan ikut
memakai narkoba
Klien mengatakan belum bisa
mendapatkan koping yang efektif
dalam menghadapi masalahnya
DO :
Pasien nampak belum mengerti
dengan strategi tentang koping
dalam menghadapi masalahnya
C. Diagnosa Keperawatan
1. Koping keluarga tidak efektif ditandai dengan
DS: klien mengatakan bahwa keluarganya mengalami broken home, klien mengatakan
bahwa selama di balai rehabilitasi tidak ada keluarga yang menjenguknya, klien
mengatakan ibunya bersikap acuh terhadap klien dan saudara-saudaranya.
DO: Pada saat menceritakan ibunya, klien terlihat tidak antusias
2. Koping individu tidak efektif ditandai dengan
DS: klien mengatakan kurang dalam menjalankan ibadah, hanya melaksanakan ibadah
pada saat ada masalah, klien mengatakan saat klien memiliki masalah klien merasa
bingung harus bercerita dengan siapa, Klien mengatakan apabila dia tidak bisa
menyelesaikan masalahnya dia akan mencari teman yang mengajanya menggunakan
narkoba dan ikut memakai narkoba
DO: Pasien nampak belum mengerti dengan strategi tentang koping dalam menghadapi
masalahnya
D. Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Hari/Tanggal: Senin, Hari/Tanggal: Senin, 23 Hari/Tanggal: Senin, 23 Mei 2016
23 Mei 2016 Mei 2016
Pukul: 10.30 WIB
Pukul: 10.30 WIB Pukul: 10.30 WIB
Coping Enhancement
Koping keluarga tidak Setelah dilakukan
1. Dukungan pemberi asuhan kepada 1. Menyediaakan informasi
efektif tindakan keperawatan
klien yang penting, advokasi,
selama 1 x interaksiklien
dan dukungan yang
mampu :
dibutuhkan untuk
Caregiver stressor memfasilitasi perawatan
Family coping, primer pasien selain dari
disable profesi kesehatan
Patenting, Impaired 2. membantu pasien
2. Peningkatan koping
Parental role, conflict beradaptasi dengan
presepsi stressor,
Therapeutic regimen
perubahan, atau ancaman
Management,
yang mengganggu
Ineffective
pemenuhan tuntutan dan
Kriteria Hasil:
peran hidup.
g. Keluarga tidak 3. Dukungan emosi 3. memberi penenangan,
mengalami penurunan penerimaan, dan dorongan
koping keluarga 4. Promosi keterlibatan keluarga selama periode stress
4. memfasilitasi partisipasi
h. Hubungan pasien keluarga dalam perawatan
pemberi kesehatan 5. Mobilitas keluarga emosi dan fisik pasien
adekuat 5. penggunaan kekuatan
i. Kesejahteraan emosi keluarga untuk
pemberi asuhan mempengaruhi kesehatan
kesehatan keluarga 6. Pemeliharaan proses keluarga pasien kearah yang positif
j. Koping keluarga 6. meminimalkan dampak
gangguan proses keluarga
meningkat 7. Dukungan keluarga
7. meningkatkan nilai, minat
k. Normalisasi keluarga
dan tujuan keluarga
yang memuaskan 8. Panduan sistem kesehatan
8. memfasilitasi lokal pasien
l. Perfoma yang baik dan penggunaan
pemberi asuhan pelayanan kesehatan yang
langsung dan tidak 9. Fasilitas pembelajaran sesuai
langsung 9. meningkatkan
kemampuan untuk
10. Dilakukan tindakan Rawat rehat memproses dan
Nurmala memahami informasi
10. memberikan perawatan
Nurmala
jangka pendek
Nurmala
Hari/Tanggal: Senin, Hari/Tanggal: Senin, 23 Hari/Tanggal: Senin, 23 Mei 2016
23 Mei 2016 Mei 2016
Pukul: 10.30 WIB
Pukul: 10.30 WIB Pukul: 10.30 WIB
Decision Making
Koping individu tidak Setelah dilakukan
1. Menginformasikan pasien 1. Mengetahui mekanisme
efektif tindakan keperawatan
alternatif atau solusi lain adaptif untuk menentukan
selama 1 x interaksiklien
penanganan intervensi mengubah pola
mampu :
koping
Decision making 2. Memfasilitasi pasien untuk 2. Memberi kesempatan
Role inhasment klien untuk mandiri dalam
membuat keputusan
Sosial support pengambilan keputusan
Kriteria hasil : 3. Pengenalan terhadap
3. Bantu pasien mengidentifikasi
stressor merupakan
f. Mengidentifikasi pola keuntungan, kerugian dari keadaan langkah utama dalam
koping yang efektif mengubah respon klien
g. Mengungkapkan Role Inhancement terhadap stressor
secara verbal tentang 4. Menfasilitasi klien dalam
koping yang efektif 4. Bantu pasien untuk identifikasi mengetahui berbagai
h. Mengatakan bermacam-macam nilai kehidupan macam nilai kehidupan
penurunan stress dalam meningkatkan
i. Klien mengatakan 5. Bantu pasien identifikasi strategi koping dan mengurangi
telah menerima positif untuk mengatur pola nilai stress
keadaan nya yang dimiliki 5. Memfasilitasi klien dalam
j. Mampu Coping Enhancement mengatur koping yang
mengidentifikasi efektif
6. Anjurkan pasien untuk
strategi tentang
mengidentifikasi gambaran 6. Membantu klien dalam
koping
perubahan peran yang realistis mendapatkan informasi
dalam meningkatkan
7. Gunakan pendekatan tenang dan koping
meyakinkan 7. Agar pasien meraskan
kenyamanan serta perawat
Firsta mengetahui kebutuhan
dasar yang di inginkan
atau yang harus di
perhatikan pasien, agar
8. Hindari pengambilan keputusan mengembalikan energi
semangat pasien
pada saat pasien berada dalam
8. Pengambilan keputusan
stress berat
pada saat stress tidak
dapat memaksimalkan
solusi penyelesaian
9. Berikan informasi aktual yang masalah
terkait dengan diagnosis, terapi dan 9. Menginformasikan kepada
prognosis klien agar mau mematuhi
peraturan minum obat dan
Firsta dengan mendiskusikan
manfaat minum obat dapat
merangsang keinginan
klien untuk patuh terhasap
terapi dan tindakan yang
akan dilakukan
Firsta
Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan
IMPLEMENTASI
DIAGNOSIS TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN
Hari/Tanggal: Jumat, 27 Hari/Tanggal: Jumat, 27 Mei Hari/Tanggal: Jumat, 27 Mei
Mei 2016 2016 2016
Pukul: 11.30 WIB Pukul: 11.30 WIB Pukul: 11.30 WIB
Koping Individu tidak Decision Making
1. Menginformasikan
efektif S:
pasien alternatif atau
solusi lain penanganan klien mengatakan bahwa
untuk kedepannya tidak
2. Memfasilitasi pasien
Fatma dan Fina untuk membuat tahu, apakah akan berlanjut
keputusan
untuk menggunakan shabu
3. Bantu pasien atau tidak.
mengidentifikasi
keuntungan, kerugian Klien mengatakan bahwa
dari keadaan dia tahu akibat dari
pengunaan narkoba
O:
Fatma dan Fina
Klien tampak bingung
Klien kooperatif
A: Masalah belum tercapai
P: Anjurkan klien mengingat
anak dan neneknya jika timbul
keinginan untuk menggunakan
shabu kembali.
A. Kesimpulan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis,
dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA.
Dari proses asuhan keperawatan (pengkajian )yang sudah dilakukan dengan
klien penyalahgunaan NAPZA, maka dapat dirumuskan ada 2 diagnosa. Diagnosanya
yaitu koping keluarga tidak efektif dan koping individu tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Anonim. 2010. Buku Pedoman Praktis Mengenai Penyalahgunaan Napza Bagi Petugas.
Diunduh dari https://agus34drajat.files.wordpress.com pada tanggal 24 Mei 2016.
Farizka Alfi Nur Rochma. 2013. Laporan Pendahuluan Gangguan Penggunaan Napza.
Diunduh dari https://www.scribd.com/ pada tanggal 24 Mei 2016.
Marlindawani Purba, Jenny. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah
Psikososial Dan Gangguan Jiwa. Diunduh dari http://usupress.usu.ac.id pada tanggal
24 Mei 2016.
Phadli. 2015. Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia. Diunduh dari
http://www.kompasiana.com pada tanggal 25 Mei 2016.