Siklus sel dapat dibedakan secara morfologi dan biokimiawi.
jika dilihat secara biokimiawi
maka siklus sel menggambarkan jangka waktu antara dua waktu yang berurutan pada pembelahan sel yang terdiri dari empat fase regulasi yaitu gap 1 [G1) untuk pertumbuhan sel, sintesis DNA (Sl untuk duplikasi bahan baku pada proses genetik, gap 2 (G2) untuk perbaikan pada saat pembelahan sel dimana fase G1, S dan G2 secara bersamaan disebut interfase sedangkan fase mitosis (M) untuk pelaksanaan pembelahan sel, yaitu pembelahan inti dan sitoplasma (Sukardja, 2000; Weber,2007).Sedangkan pada fase gap 0 (G0) disebut fase istirahat dimana sel yang tidak bergerak dan tidak mengalami pertumbuhan. Selama masa interfase, sel menghasilkan nutrisi dan adanya duplikasi dari kromatid dimana kromatid ini berhubungan langsung dengan sentromer dan mempunyai lengan panjang dan pendek (Andreeff, et a1.,2000). Waktu yang diperlukan untuk satu siklus masing-masing sel amat bervariasi tergantung spesies serta jenis jaringannya, berkisar antara16-24 jam. Fase gap 1 [Gt) merupakan tahap peftama fase interfase yang berlangsung diantara fase mitosis dan sebelum fase sintesis. Pada fase ini sel dipersiapkan untuksintesis DNA terjadi biosintesis RNA dan protein serta menghasilkan enzimenzim yang dibutuhkan pada fase S, terutama yang dibutuhkan pada replikasi DNA. Lama fase G1 sangatbervariasi bahkan untukspesies yang sama. Fase akhir G1 siklus sel merupakan fase sel-sel membuat kesepakatan untuk sel yaitu akan terus mengadakan pembelahan sehingga menuju fase berikutnya atau siklus sel berhenti sementara (Growth arrest) yang akan keluar siklus sel dan masuk ke fase G0 untuk memperbaiki DNA yang mengalami kerusakan DNA (DN,4 damage). Sedangkan kemungkinan lainnya terjadi proses penuaan sel atau senescense fGrandef, 1998) dan selanjutnyajika kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki lagi akibat stimulasi mutagen yang terus menerus tersebut maka sel akan keluar dari siklus sel dan terjadi apoptosis atau program kematian sel (King & Cidlowsky, 1998J. Selanjutnya apabila sel yang mengalami kerusakan DNA tersebut tetap tinggal di dalam siklus sel dan dapat merusak pengendali sinyal ekstrasel atau bahkan dapat melakukan program otonom yaitu sel akan menghasilkan faktor pertumbuhannya sendiri sehingga menyebabkan proliferasi sel makin tidak terkendali yang diketahui sebagai penyebab kanker [Shera 2000). Fase selanjutnya adalah fase S. Selama fase S dimulai kecepatan dari proses transkripsi RNA dan proses sintesis protein sangat rendah tetapi sintesis histon sangat besar pada fase ini. Selain itu juga pada fase S terjadi replikasi DNA, sehingga pada akhir fase ini isi DNA sudah kembar dan kromosom siap mengalami pemisahan. Fase gap 2 (G2) terjadi setelah fase S dan sebelum fase M. Pada fase G2 sel siap untuk membelah, proses replikasi DNA dan berbagai protein serta biosintesis disempurnakan. Tahap selanjutnya nukleus dan sitoplasma terpisah sebagai 2 anak sel pada fase M (Asikin, 2003; Weber,2007)' Diferensiasi sel adalah proses sel mengalami perubahan secara struktural dan fungsinya. Terdapat minimal 250 tipe sel pada suatu embrio.