PENDAHULUAN
Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman kelor
ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif dan gizi lengkap. Daun kelor
juga kaya vitamin A dan C, khususnya Betakaroten. Para ahli menganjurkan untuk mengkonsumsi
betakaroten sebanyak 15.000-25.000 IU per hari (Astawan, 2004).
Kandungan Vitamin C-nya setara dengan 6 kali vitamin C buah jeruk, sangat bermanfaat untuk
mencegah berbagai macam penyakit termasuk flu dan demam. Begitu dahsyatnya khasiat daun kelor
mengatasi aneka penyakit. Beberapa senyawa aktif dalam daun kelor adalah arginin, leusin, dan
metionin. Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu asupan
dari luar seperti daun kelor. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg (Anwar,
2007).
Teh kelor, saus kelor, sirup kelor, sereal dan biskuit kelor merupakan produk yang menggunakan daun
kelor sebagai bahan utama. Kecukupan konsumsi sayuran sangat diperlukan karena kandungan vitamin,
mineral dan enzim selaku senyawa bioaktif yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kecukupan antibodi juga
diperlukan untuk mempertahankan ketahanan tubuh. Daun kelor memiliki potensi yang sangat baik
untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam tubuh, sehingga orang yang mengonsumsi daun kelor akan
terbantu untuk meningkatkan energi dan ketahanan tubuh. Dalam bidang pangan, pengolahan makanan
semakin berkembang sehingga menghasilkan beragam produk olahan yang beredar di pasaran. Selain
itu, pola konsumsi masyarakat telah mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari kecenderungan mereka
dalam memilih makanan yang praktis, ekonomis dan cepat tersedia untuk dikonsumsi. Di daerah
perkotaan, makanan siap saji lebih diterima oleh masyarakat daripada kebiasaan pola makan sehat
(Suryana et al, 2008).
B. Rumusan Masalah
3. Apa Peranan daun kelor untuk kesehatan dan mengatasi masalah gizi ?
C. Tujuan
3. Mengetahui Apa Peranan daun kelor untuk kesehatan dan mengatasi masalah gizi ?
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) atau dikenal juga sebagai Moringa pterygosperma, merupakan
tanaman dari keluarga Moringaceae. Kelor adalah jenis tanaman yang mudah ditemukan di seluruh
daerah di tanah air. Ada beberapa sebutan (nama) lokal untuk tanaman ini. Selain Kelor yang menjadi
nama dalam bahasa Indonesia, sebutan tersebut juga digunakan oleh masyarakat di Jawa, Sunda, Bali
dan Lampung. Sedangkan sebutan lainnya antara lain adalah Marangghi (Madura), Moltong (Flores),
Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima), Hau fo (Timor).
Kelor adalah tanaman jenis perdu dengan ketinggian pohon berkisar antara 7 -11 meter. Batang
kayunya getas (mudah patah), bercabang jarang, tapi berakar kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu.
Daunnya berbentuk bulat telur berukuran kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Bunganya
berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar
sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang. Di Jawa
disebut kelentang. Berbentuk mirip kacang panjang berwarna hijau dan keras dengan ukuran panjang
sekitar 30 cm. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Kelor
dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di
atas permukaan laut.
Selain itu, dalam pendapat sebagian masyarakat, konon kelor mengandung kekuatan magis, batangnya
dapat dipakai untuk melunturkan kesaktian (black magic) seseorang. Adanya kandungan magis itu
menyebabkan batang pohon kelor sering diburu orang untuk dijadikan jimat, pemegang jimat ini bisa
kebal senjata tajam. Tanaman ini juga bisa dipakai mengobati orang kejang-kejang kesurupan. Biasanya
itu terjadi karena diganggu roh jahat. Cara mengobatinya dengan mengambil daun kelor, lalu diremas
dan dibalurkan di semua persendian sang pasien.
Di Jawa, secara tradisional, kelor kerap dibuat tanaman pagar, sedangkan daunnya dibuat sayur. Tapi,
banyak pula yang memanfaatkan bagian dari tanaman yang berasa pahit ini untuk bahan obat
tradisional.
Menurut Simbolan et al., (2007), kandungan kimia yang dimiliki daun kelor yakni asam amino yang
berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin,
venilalanin, triftopan, sistein dan methionin. Daun kelor juga mengandung makro elemen seperti
potasium, kalsium, magnesium, sodium, dan fosfor, serta mikro elemen seperti mangan, zinc, dan besi.
Daun kelor merupakan sumber provitamin A, vitamin B, Vitamin C, mineral terutama zat besi. Menurut
Fuglie (2001) menyebutkan kandungan kimia daun kelor per 100 g dapat dilihat pada Tabel 1. Akar,
batang dan kulit batang kelor mengandung saponin dan polifenol. Selain itu kelor juga mengandung
alkaloida, tannin, steroid, flavonoid, gula tereduksi dan minyak atsiri. Akar dan daun kelor juga
mengandung zat yang berasa pahit dan getir. Sementara biji kelor mengandung minyak dan lemak
(Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Hasil studi fitokimia daun kelor (Moringa oleifera) menyebutkan bahwa daun kelor mengandung
senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, phenols yang juga dapat menghambat aktivitas bakteri.
Komposisi dan konsentrasi senyawa fitokimia mengalami perubahan selama pertumbuhan tanaman.
Daun yang lebih muda mempunyai kandungan fitokimia paling tinggi (Nugraha, 2013).
Berkat kandungan gizi yang terdapat di dalamnya, selain sebagai obat, kelor juga bermanfaat sebagai
multivitamin. Terbukti bahwa kelor telah berhasil mencegah wabah kekurangan gizi di beberapa negara
di Afrika dan menyelamatkan banyak nyawa anak-anak dan ibu-ibu hamil.
(From Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics by Lowell Fuglie)
Dilihat dari nilai gizinya kelor adalah tanaman berkhasiat sejati (miracle tree), artinya tanaman ini bisa
dimanfaatkan dari akar, biji, batang, buah dan daun serta mengandung gizi tinggi. Kandungan gizi daun
kelor segar, setara dengan:
Kelor (Moringa oleifera) adalah salah satu tanaman yang banyak dijumpai di tanah air, hampir semua
orang Indonesia pernah mendengar kata “daun kelor”. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “dunia ini
tidak selebar daun kelor”. Pepatah ini sangat dikenal luas dalam kehidupan kita. Pepatah ini
mengandung makna bahwa kesuksesan dapat diperoleh di berbagai bidang kehidupan yang dapat
memberikan kesempatan kepada kita.
Kelor adalah tanaman jenis perdu dengan ketinggian pohon berkisar antara 7 -11 meter. Batang
kayunya getas (mudah patah), bercabang jarang, tapi berakar kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu.
Daunnya berbentuk bulat telur berukuran kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Bunganya
berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar
sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang. Di Jawa
disebut kelentang. Berbentuk mirip kacang panjang berwarna hijau dan keras dengan ukuran panjang
sekitar 30 cm. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Kelor
dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di
atas permukaan laut.
Di Indonesia, khususnya di kampung atau pedesaan, pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup,
ditanam di sepanjang tepi ladang atau sawah. Fungsi dari penanaman pohon kelor ini selain sebagai
tanaman penghijau juga sebagai tanda batas tanah atau ladang kepemilikan seseorang. Selama ini, daun
kelor muda banyak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran oleh sebagian besar penduduk kampung atau
desa di Indonesia, selain itu biji kelor pun bermanfaat sejak beberapa tahun silam.
Pemanfaatan biji kelor telah dikembangkan di Indonesia, antara lain melalui Program United Nations
Development Programme (UNDP) bekerjasama dengan ITB. Melalui program tersebut, biji kelor diolah
menjadi bahan pengendap/koagulator untuk penjernihan air secara cepat, murah dan aman. Karena
kandungan senyawa pada serbuk biji kelor memiliki sifat anti mikroba, khususnya terhadap bakteri,,
bakteri Coli yang terdapat di dalam air yang dijernihkan.
Menurut hasil pengujian oleh tim ahli dari UNDP, untuk pengolahan air minum di kawasan pantai atau
rawa tidak membutuhkan banyak biji kelor. Cukup 2-3 pohon dewasa selama setahun dengan keluarga
sebanyak 6-8 orang, dengan perhitungan kebutuhan air sekitar 20 liter/hari/ jiwa.
Di beberapa negara, pemanfaatan kelor juga mulai dikembangkan untuk bahan pembuatan kosmetik.
Sementara di beberapa negara di Benua Afrika, Kelor telah menjadi komoditas yang menjanjikan
peluang bisnis yang menggiurkan.
Dengan penelitian ilmiah, terungkap bahwa daun ini ternyata mengandung berbagai unsur nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Variasi dan kadar kandungan nutrisi
daun kelor berada di luar batas-batas kewajaran. Fenomena aneh ini diakui di dunia barat sekalipun
karena memang dasarnya adalah penelitian ilmiah. Tidak heran banyak media masa internasional
mempopulerkan pohon kelor sebagai “miracle tree” alias pohon ajaib, bahkan ada yang menyebutnya
sebagai "tree for life". Memang mengagumkan. Bayangkan saja, jika kita memiliki sebuah pohon di
halaman rumah yang bisa ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati meskipun diterpa kemarau
panjang, daunnya dapat dijadikan sayur untuk memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral dalam
tubuh, bisa digunakan sebagai obat, selain itu bijinya juga bisa untuk menjernihkan air yang minum.
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa tanaman kelor penting dalam mengatasi gizi buruk terutama
bagi bayi dan balita serta ibu menyusui. Daunnya dapat dikonsumsi segar, dimasak atau disimpan dalam
bentuk serbuk untuk persediaan beberapa bulan tanpa harus dimasukkan kedalam lemari pendingin
tanpa kehilangan kandungan nutrisi. Selain itu, ada beberapa senyawa aktif dalam daun kelor yang
cukup berguna bagi tubuh, beberapa senyawa aktif tersebut adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh
memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu perlu asupan dari luar seperti
kelor. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg, sedangkan pada daun kering, 1.325
mg. Menurut Dr. Mien Karmini, arginin meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Di samping itu,
arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk melawan
kanker, dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Sementara metionin yang kadarnya mencapai 117 mg pada daun segar dan 350 mg (kering) mampu
menyerap lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, metionin menjadi kunci kesehatan hati yang banyak
berhubungan dengan lemak. Kekurangan metionin menyebabkan beragam penyakit seperti rematik
kronis, sirosis, dan gangguan ginjal. Kadar valin dalam daun segar 374 mg atau 1.063 mg (kering)
berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan. Perannya antara lain membantu gangguan saraf otot,
gangguan mental, emosional, dan insomnia.
Tubuh juga memerlukan leusin karena tak mampu memproduksi sendiri. Daun kelor segar mengandung
492 mg leusin yang berperan dalam pembentukan protein otot dan fungsi sel normal. “Leusin sangat
penting untuk pertumbuhan sel sehingga anak-anak dan remaja mutlak memerlukannya. Ambang batas
kebutuhan leusin adalah 55 mg per g protein,” kata Mien Karmini.
Secara tradisional pemanfaatan akar, daun dan biji kelor sebagai obat, dianggap manjur untuk beberapa
jenis penyakit antara lain : Sakit kuning (Lever), Reumatik/encok/Pegal linu, Rabun ayam, Sakit mata,
Sukar buang air kecil, Alergi/biduren, Cacingan, Luka bernanah.
1. Sakit Kuning
Bahan: 3-7 gagang daun kelor, 1 sendok makan madu dan 1 gelas air kelapa hijau.
Cara Membuat: Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air kelapa dan disaring. Kemudian ditambah 1
sendok makan madu dan diaduk sampai merata.
Bahan: 2-3 gagang daun kelor, 1/2 sendok makan kapur sirih;
3. Rabun Ayam
Cara Membuat: Daun kelor ditumbuk halus, diseduh dengan 1 gelas air masak dan disaring. Kemudian
dicampur dengan madu dan diaduk sampai merata.Cara menggunakan: diminum sebelum tidur.
4. Sakit Mata
Bahan : 3 gagang daun kelor;
Cara Membuat : Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air dan diaduk sampai merata. Kemudian
didiamkan sejenak sampai ampasnya mengendap; Cara menggunakan : air ramuan tersebut digunakan
sebagai obat tetes mata.
Bahan: 1 sendok sari daun kelor dan sari buah ketimun atau wortel yang telah diparut dalam jumlah
yang sama;
Cara Membuat: Bahan-bahan tersebut dicampur dan ditambah dengan 1 gelas air, kemudian disaring.
6. Cacingan
Bahan: 3 gagang daun kelor, 1 gagang daun cabai, 1-2 batang meniran;
Cara Membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1
gelas, kemudian disaring; Cara menggunakan: diminum.
7. Biduren (alergi)
Bahan : 1-3 gagang daun kelor, 1 siung bawang merah dan adas pulasari secukupnya; Cara Membuat:
semua bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air
Cara menggunakan : ditempelkan pada bagian yang luka sebagai obat luar.
1. Spageti adalah salah satu olahan makanan yang barat yang kini tengah digemari oleh masyarakat
Indonesia. Makanan ini terbuat dari adonan tepung terigu tanpa ditambahan apapun. Namun sekarang
ini masyarakat sering berinovasi untuk membuat sesuatu yang baru sehingga lebih disukai masyarakat
seperti spageti sayuran sudah ada di mana-mana. Di tangan dingin pria yang berasal dari Probolinggo,
Jawa Timur, spageti pun bisa diolah dari daun kelor. Syaiful Hadi awalnya terinspirasi dari teman yang
mempunyai ide spageti sayuran hingga dia berpikir untuk membuat inovasi lebih baik lagi dengan
menggunakan daun kelor yang telah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO sebagai dianggap sebagai
tanaman ajaib karena bisa mengatasi gizi buruk dunia.
2. Roti kini semakin digemari oleh semua kalangan masyarakat. Jika dahulu masyarakat Indonesia
lebih banyak memilih mengkonsumsi nasi untuk sarapan, maka saat ini roti telah menjadi pilihan mereka
di pagi hari untuk sarapan maupun sebagai camilan, karena mudah dikonsumsi dan mudah didapat di
mana saja. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil survei yang dilakukan dibeberapa kota besar di
Indonesia, bahwa sebanyak 70% masyarakat memilih untuk mengkonsumsi roti pada pagi hari. Bila pada
umumnya roti tawar hanya memiliki varian rasa cokelat, pandan.
Defisiensi protein dalam diet merupakan masalah nutrisi yang paling serius dalam kasus gizi buruk, yang
sering dikenal dengan istilah Kurang Energi Protein (KEP). Anak-anak dan balita membutuhkan lebih
banyak protein untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih aktif. Dampak yang ditimbulkan
KEP pada balita menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal, menurunnya immunitas, dan tingkat
kecerdasan yang rendah. Pada stadium yang berat, KEP pada balita dapat menyebabkan kwarshiorkor
sampai kematian (Almatsier, dalam Hadi dan Kholis , 2010 : 144).
Kelor merupakan komoditas pangan yang penting sebagai sumber gizi alami daerah tropis . Banyaknya
kandungan gizi yang dimiliki oleh daun Moringa oleifera membuatnya baik untuk dijadikan makanan
pendamping bagi tumbuh kembang anak (Syariati , 2011 : 11) . Disamping itu tanaman kelor telah
berhasil digunakan untuk mengatasi malnutrisi pada anak yang terbukti dengan pertambahan berat
badan yang signifikan (Fuglie, dalam Zakaria dkk , 2012 : 46). Yayasan Mata Internasional (berbasis di
Maryland, USA) menganjurkan konsumsi Kelor untuk pencegahan kekurangan gizi pada anak dan
menyelamatkan penglihatannya yang rentan kebutaan karena defisiensi vitamin A. Telah dilaporkan dari
proyek penelitian WHO bahwa kelor mampu membantu mengatasi malnutrisi pada anak-anak di
beberapa Negara Afrika dengan pemanfaatan serbuk daun kelor. Kelebihan dari daun Kelor adalah
mudah diperoleh tanpa biaya tinggi dan mampu mengatasi malnutrisi lebih cepat dibandingkan nutrisi
modern seperti susu bubuk, minyak goreng dan gula (Luthfiyah , 2012 : 43) .
Hasil penelitian Luthfiyah ,Widjajajanto (2011: 135) membuktikan bahwa dengan pemberian serbuk
daun kelor dosis 180 mg , 360 mg dan 720 mg per hari dapat meningkatkan keadaan fisik kondisi KEP
(Kurang Energi Protein) pada keadaan fisik normal.
Fuglie , dalam Luthfiyah (2012 : 43) melaporkan bahwa konsumsi 8 gr serbuk daun kelor sehari dapat
memberikan kontribusi zat gizi kepada balita usia 1-3 tahun , yaitu 14% protein , 40% kalsium, 23% besi
dan hampir semua kebutuhan vitamin A . Sedangkan dalam 100 gr bubuk serbuk daun kelor, dapat
memberikan lebih dari sepertiga kebutuhan kalsium , besi , protein , tembaga , belerang dan vitamin B
pada wanita usia subur . Menurut hasil penelitiannya , daun Kelor ternyata mengandung vitamin A , C , B
, kemudian kalsium , kalium , besi , dan protein dalam jumlah tinggi serta mudah dicerna dan diasimilasi
oleh tubuh manusia.
Melihat dari sisi nutrisinya, daun kelor sangat potensial untuk mengatasi masalah gizi buruk di Indonesia
. Sedangkan dari sisi kandungan klorofilnya yang tinggi sangat mungkin dimanfaatkan sebagai pewarna
alami makanan seperti kue bolu .Dengan demikian kue bolu akan aman bagi kesehatan karena
ditambahkan dengan pewarna alami dan bukannya pewarna sintesis yang seringkali membahayakan
kesehatan .
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Kelor bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, di beberapa negara maju,
pemanfaatan kelor mulai dikembangkan untuk bahan pembuatan kosmetik. Salah seorang investor asal
Jepang beberapa tahun silam juga berniat membuka perkebunan kelor di Musi Banyuasin untuk bahan
baku industri di negara Sakura. Di samping itu, kelor telah menjadi komoditas yang menjanjikan peluang
bisnis yang menggiurkan khususnya di beberapa negara di Benua Afrika.
2. Kelor juga berguna dalam bidang kesehatan. Mulai dari akar, daun dan biji kelor semua bermanfaat
khususnya dalam bidang kesehatan. Secara tradisional pemanfaatan akar, daun dan biji kelor sebagai
obat dianggap manjur untuk beberapa jenis penyakit, antara lain : a) Sakit Kuning, b) Reumatik, Nyeri
dan Pegal Linu, c) Rabun Ayam, d) Sakit Mata, e) Sukar Buang Air Kecil, f) Cacingan, g) Biduren (alergi), h)
Luka bernanah.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/download/1077/667&v
ed=2ahUKEwi4h4rwt_7rAhUYfisKHYw1BRAQFjACegQICxAC&usg=AOvVaw1ebsuJqCBr5hs0cO1UDssS
(diakses 23 September 2020)
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/212855-pengaruh-
pemberian-ekstrak-daun-kelor-
te.pdf&ved=2ahUKEwi4h4rwt_7rAhUYfisKHYw1BRAQFjAAegQICRAC&usg=AOvVaw1srpV5w_SsD_ZhKn1
Ggmlm (diakses 23 September 2020)
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/4231
/3925&ved=2ahUKEwi4h4rwt_7rAhUYfisKHYw1BRAQFjAEegQIARAB&usg=AOvVaw3b_O7rao0T5NHIMiB
e0JlT (diakses 23 September 2020)
http://www.blogster.com/firsonigosa/kelor-tanaman-bermanfaat-untuk-berantas-gizi-buruk (diakses 23
September 2020)
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2012/02/27/733/Kelor-Tanaman-Sehat-
Berkhasiat (diakses 23 September 2020)