DISUSUN OLEH:
BUDIANTO
2014901006
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011)
B. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper
C. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang
belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi). (Smeltzer & Bare. 2010)
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria). (Marilyn E, Doenges, 2010)
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Patrick Davay, 2009).
Pathway Anemia
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
F. PENATALAKSANAAN
Tindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darahmerah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2010. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
2. Etiologi
a. Kekurangan nutrisi
1) Efek dari pengobatan
2) Mual / muntah
3) Gangguan intake makanan
4) Radiasi / kemoterapi
5) Penyakit kronis
6) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker
7) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
8) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa
9) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi
1) Kelebihan intake
2) Gaya hidup
3) Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
4) Penurunan laju metabolik
5) Latihan/ aktivitas yang tidak adekuat
8
3. Patofisiologi dan Pathway
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan
menunjukkan banyak patologi yang dapat mempengaruhi sistem organ lain:
perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital,
inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah ditemukan pada setiap
bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal.
Bagian dari penyakit organik dimana saluran gastrointestinal
dicurigai, terdapat banyak faktor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress
dan ansietas sering menjadi keluhan utama berupa indigesti, anoreksia /
gangguan motorik usus, kadang-kadang menimbulkan konstipasi / diare.
Selain itu status kesehatan mental, faktor fisik: seperti kelelahan dan
ketidakseimbangan / perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat
mempengaruhi saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan
nutrisi.
Pathway
Kekosongan lambung
Produksi HCL
Reflek muntah
Kekurangan nutrisi
9
4. Manifestasi Klinik
a. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
b. Merasakan ketidak mampuan
c. Melaporkan perubahan sensasi rasa
d. Melaporkan kurangnya makan
e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
f. Tidak tertarik untuk makan
g. Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
h. Nafsu makan menurun
i. Tonus otot menurun
j. Kesalahan informasi
k. Perut terasa kembung
l. Sukar menelan
m. Mual muntah
n. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap
cita rasa manis, asin, asam, dan pahit
o. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
p. Gerakan usus atau gerak peristaltik hiperaktif dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
q. Kurang makanan
r. Sariawan rongga mulut
s. Kelemahan otot penyunyah
5. Penatalaksanaan
a. Medis (Farmakologi)
1) Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system
pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total
(TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan makanan atau
mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport
makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan lewat enteral
10
diberikan melalui slang nasogastrik dan slang pemberian makan
berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi.
2) Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral
total (TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika
saluran gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan
dalam kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti
melalui kateter vena sentral ke vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein,
elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua
kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik
larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi,
tempat larutan dilarutkan oleh darah klien.
(Kozier, 2011)
b. Keperawatan (Non-Farmakologi)
3) Menstimulasi nafsu makan
a) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien
yang disesuaikan dengan kondisi klien
b) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien
yang anoreksik
c) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau setelah makan
d) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan
dan bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai,
set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah
dipakai dapat memberikan pengaruh negative pada nafsu makan
e) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum
waktu makan; istirahat bila mengalami keletihan
f) Kurangi stress psikologi
11
g) Berikan oral hygiene sebelum makan
4) Membantu klien makan
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan
kondisi
(Kozier, 2011)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya
perubahan nutrisi adalah sebagai berikut :
a. Kadar total limfosit
b. Albumin serum
c. Zat besi
d. Transferin serum
e. Kreatinin
f. Hemoglobin
g. Hematokrit
h. Keseimbangan nitrogen
i. Tes antigen kulit
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status
nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan
nilai limfosit, penurunan albumin serum < 3.5 gr/dl, dan peningkatan/
penurunan kadar kolesterol (Mubarak, 2008).
7. Komplikasi
a. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
b. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam pengguanaan kalori.
12
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
d. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat,
obesitas, dan lain-lain.
e. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
f. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Komponen pengkajian nutrisi:
Data skrining Data tambahan
Antropometri Tinggi badan Lipatan trisep
Berat badan LILA
Berat badan ideal Lingkar otot lengan tengah
Indeks massa tubuh Lingkar lengan tengah
Biokimia Hemoglobin Kadar transferin serum
Albumin serum Nitrogen urea kemih
Hitung limfosit total Ekskresi kreatinin kemih
Clinical Kulit Analisis rambut
Rambut dan kuku Neurologi
Membran mukosa
Diet Porsi makan dalam 24 jam Riwayat diet
13
Frekuensi makan
Environment Lingkungan
Fatique Tingkat aktivitas Penyakit tertentu yang
berhubungan dengan
aktivitas
b. Riwayat keperawatan
1) Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas
2) Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
3) Perubahan nafsu makan
4) Perubahan berat badan
5) Ketidakmampuan fisik
6) Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam pemilihan
makanan
7) Status kesehatan umum dan kondisi medis
8) Riwayat pengobatan
c. Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi secara
cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga meliputi
tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan setiap pemeriksaan
fisik yang rutin.
14
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang
Otot Lemah, mengecil
Sistem Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,
gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa
terbakar, kesemutan di tangan dan kaki, iritabilitas
d. Riwayat diet
Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang biasa;
pilihan makanan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis, dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi; dan factor social, ekonomi, etnis atau agama
yang mempengaruhi nutrisi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.:
Kesulitan untuk mencerna makanan
Kesulitan untuk menelan makanan
Anoreksia, muntah
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
Depresi, stress, isolasi social
Peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk penyembuhan luka
dan penurunan asupan sekunder akibat: pembedahan, medikasi ( mis.
kemoterapi), terapi radiasi, rekontruksi bedah mulut, kawat rahang
Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, akibat : terapi
radiasi, kemoterapi, tonsilektomi
b. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d.:
Perubahan pola kepuasan makan
Penurunan indera pengecapan dan penciuman
Obat-obatan (kortikosteroid, antihistamin, estrogen)
Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic
Kurang pengetahuan terhadap nutrisi dasar
Pola makan disfungsional
15
Peningkatan nafsu makan
Pemilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari
16
3. Perencanaan Keperatawatan
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Perubahan Setelah dilakukan Adanya Mandiri :
nutrisi kurang tindakan peningkatan berat Timbang BB setiap hari
dari kebutuhan keperawatan, badan sesuai Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
tubuh Pasien dapat dengan tujuan. Berikan kondisi yang relaks saat menyajikan makanan
menunjukkan Berat badan ideal Ajarkan atau bantu individu untuk beristirahat sebelum
peningkatan sesuai dengan makan
pemenuhan tinggi badan . Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan
kebutuhan nutrisi. Mampu sesudah makan
mengidentifikasi Berikan makan dalam porsi kecil namun sering
kebutuhan nutrisi. Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu
Tidak ada tanda- makan untuk :
tanda malnutrisi. Makan makanan kering (crakers) saat bangun tidur
Menunjukan Makan makanan asin bila tidak ada pantangan
peningkatan fungsi Hindari makanan yang terlalu manis
pengecapan dari Makan kapan saja bila dapat ditoleransi
menelan.
Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan
Tidak terjadi saat makan dan hindari mengonsumsi cairan satu jam
penurunan BB sebelum dan sesudah makan.
yang berarti.
11
Kolaborasi :
Konsulkan kebutuhan kalori harian yang realistis dan
adekuat pada ahli gizi
Berikan suplemen makanan
Beri makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Enteral. Pemberian makanan melalui selang nasogastrik
(NGT)
Nutrisi parenteral total (TPN), menggunakan larutan
hiperosmolar.
Kolaborasi :
Diskusikan dengan ahli gizi, program penurunan BB yang
meliputi pengelolaan diet dan pengeluaran energi
13
4. Evaluasi
a. Menunjukkan peningkatan Berat Badan
b. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
Berat Badan
c. Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
20
DAFTAR PUSTAKA
21