DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan pengumpulan data?
2. Apa sajakah jenis-jenis teknik pengumpulan data
Tes adalah pengukuran kemampuan siswa dalam pembelajaran. Tes terdapat 3 jenis
bagian yaitu tes tulis, tes lisan dan tes praktek. Jenis tes tulis berupa tes objektif seperti
pilihan ganda, isian singkat, penjodohan. Tes subjektif yaitu essay atau soal uraian.
Pembuatan tes :
1. Tes mengacu pada kompetensi dasar dan indicator yang dirumuskan dalam RPP
2. Menentukan tingkat kesulitan tes, untuk tingkatan rendah C1, C2 dan C3, serta tingkat
tinggi C4. C5, dan C6.
3. Menentukan alokasi waktu dan sesuaikan dengan jumlah soal yang akan diberikan
4. Membuat kisi-kisi soal untuk memudahkan pemetaan indicator dan soal yang disajikan.
Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu
bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).
a. Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Secara ontology tes esai adalah salah
satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-
masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melui uraian-uraian kata
yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut Sukardi (2008:
96), untuk meningkatkan mutu pertanyaan esai sebagai alat pengukur hasil belajar yang
kompleks, memerlukan dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator. Kedua
hal penting tersebut, yaitu:
Bagaimana mengkonstruksi pertanyaan esai yang mengukur perilaku yang
direncanakan
Bagaimana menskor jawaban yang diperoleh dari siswa.
Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian
atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai dengan sepuluh butir.
Pada buku evaluasi pembelajaran karya Asrul dkk observasi terbagi atas beberapa bagian
yaitu sebagai berikut.
Observasi partisipatif. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data,
dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang nampak.
Observasi terus terang atau tersamar. Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir
tentang aktivivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus
terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
Observasi tak berstruktur. Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak
berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang
selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti
dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan
menggunakan pedoman observasi. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan
karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti tidak menggunakan instrurnen yang telah baku, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan.
Observasi terfokus. Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu
suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi
ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis
taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.
Observasi terseleksi. Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang
ditemukan sehingga datanya lebih rinei. Dengan melakukan analisis komponensial
terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-
kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu
kategori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat
menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis. Menurut Spradley, observasi
terseleksi ini masih dinamakan mini tour observation.
Pada buku Metode penelitian karya Hardani dkk Adapun jenis-jenis observasi sebagai
berikut.
Observasi partisipasi (participant observation) ialah jika observer telibat langsung
secara aktif dalam objek yang teliti atau ikut ambil bagian dalam kehidupan orang
yang dobservasi. Keadaan yang sebaliknya disebut nonobservasi partisipasi karena
observer tidak berperan serta ikut ambil bagian kehidupan observasi. Yang perlu
diperhatikan di dalam observasi partisipasi ini adalah jangan sampai observasi tahu
bahwa pengamat yang sedang berada di tengah-tengah mereka sedang
memperhatikan gerak-gerik mereka. Agar observasi partisipan memperoleh data
yang valid, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dirumuskan gejala apa saja yang akan diobservasi.
2. Bersikaplah sedemikian rupa agar tidak menampakkan bahwa kita melakukan
pengamatan.
3. Upayakan cara pencatatan yang baik, sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan.
4. Ciptakan dan pelihara hubungan baik dengan observee.
5. Membatasi intensitas partisipasi (partisipasi sebagian dan atau partisipasi
penuh).
6. Menjaga agar situasi dan iklim psichologis stabil dan tetap wajar saja.
Observasi sistematis atau observasi berkerangka (structured observation) ialah
observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka itu memuat
faktor-faktor yang akan diobservasi menurut kategorinya. Sedangkan observasi non
sistematik merupakan observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan. Yang menjadi ciri utama jenis pengamatan ini
adalah mempunyai kerangka atau struktur yang jelas, dimana di dalamnya berisikan
faktor-faktor yang akan diobservasi, dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-
kategori. Dengan demikian maka materi observasi mempunyai cakupan yang lebih
spesifik dan terbatas, sehingga pengamatan lebih terarah.
Observasi eksperimental ialah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang
disiapakan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan. Pengamatan ini
dilakukan dengan cara observee dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi
tertentu. Kondisi dan situasi itu diciptakan oleh peneliti sedemikian rupa sehingga
gejala yang akan dicari/diamati akan timbul. Faktor-faktor dan semua kondisi dapat
diatur dan dikendalikan peneliti. Pengamatan dilakukan dengan amat teliti, karena
pada umumnya gejala-gejala sosial itu sulit untuk ditimbulkan lagi meskipun dalam
situasi dan kondisi yang sama.
b. Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Maksud mengadakan wawancara
seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1988), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Sementara
Nazir (1999) memberikan pengertian wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara). Macam-macam Interview/wawancara Esterberg (2002)
mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan
tidak terstruktur.
Alat-alat wawancara Supaya hasil wawancara dapat terekam dangan baik dan peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan
bantuan alat-alat sebagai berikut.
1. Buku cacatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
Sekarang sudah banyak komputer yang keeil, notebook yang dapat digunakan untuk
membantu mencatat data hasil wawancara
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang
sudah ada. Metode ini lebih mudah dibandingkan dengan metode pengumpulan data yang
lain. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang
dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara cenderung merupakan data primer
atau data yang langsung didapat dari pihak pertama. Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan rnisalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya rnisalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-
lain. Basil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibell dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja,
di masyarakat, dan autobiografi.
d. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sarna.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokurnentasi
untuk surnber data yang sarna secara serernpak. Dalam hal triangulasi, Susan Stainback
(1988) menyatakan bahwa tujuan dari trianggulasi bukan untuk rnencari kebenaran
tentang beberapa fenornena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap
apa yang telah ditemukan. Selanjutnya nilai dari teknik pengumpulan data dengan
trianggulasi adalah untuk rnengetahui data yang diperoleh convergent (rneluas), tidak
konsisten atau kontrakdiksi. Oleh karena itu dengan rnenggunakan teknik triangulasi
dalam pengurnpulan data, rnaka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan
pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan
dengan satu pendekatan
Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-
beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut.
e. Skala nilai/Rating scale
Pengertian Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, yang
disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk
rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Skala rating merupakan alat ukur
keterampilan yang masih juga tergolong alat ukur non tes. Seperti alat ukur daftar cek lis,
alat ukur ini juga sudah lama digunakan di bidang evaluasi pendidikan.
Adapun jenis-jenis skala nilai yaitu sebagai berikut :
Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang
melalui pernyataan perilaku individu pada suatu kategori yang bermakna nilai. Titik
atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Rentangan bisa dalam bentuk huruf, angka, kategori seperti; tinggi, sedang, baik,
kurang, dsb.
Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan
netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang.
Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang pada
dirinya. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai
tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori,
yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan sikap, di samping
kategori positif dan negatif, harus pula mencerminkan dimensi sikap, yakni kognisi,
afeksi, dan konasi.
Skala sikap terbagi atas beberapa bagian sebagai berikut.
a) Skala Likert ialah skala yang dapat di pergunakan untuk mengukur
sikap,pendapat,dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
gejala atau fenomena pendidikan. Skala ini memuat item yang diperkirakan
sama dalam sikap atau beban nilainya, subjek merespon dengan berbagai
tingkat intensitas berdasarkan rentang skala antara dua sudut yang berlawanan
misalnya suka-tidak suka, setuju-tidak setuju dan lain sebagainya.
b) Skala guttman yaitu skala yang mengiginkan tipe jawan tegas, seperti
jawaban: - benar salah, ya – tidak, - pernah – tidak pernah, - positif- negatif, -
tinggi –rendah.
c) Semantik Differensial yaitu skala untuk mengukur sikap,tetapi bentuknya
bukan pilihan ganda atau checklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis,dan
jawaban negatif disebelah kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh
melalui pengukuran dengan skala mantik differensial adalah data interval.
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang
dimiliki seseorang. Sebagai contoh penggunaan skala semantik differensial
ialah menilai gaya kepemimpinan kepala sekolah
d) Rating Scale Data-data skala yang diperoleh melaui tiga macam skala diatas
adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating
scale, data yang diperoleh adalh data kuanitatif(angka) yakng kemudian
ditafsirkan dalm pengertian kualitatif. Skala ini lebih fleksibel, tidak saja
untuk mengukur sikap tetapi juga digunakan untuk mengukur persepsi
responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur
status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.
e) Skala thurstone ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang
berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut,
kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala thurstone dibuat
dalam bentuk sejumlah (40-50) pertanyaan yang relevan dengan variabel
yang hendak diukurkemudian sejumlah ahli (20-40) orang yang menilai
relevansi pertanyaan itu dengan konten atau konstruk variabel yang hendak
diukur. Nilai 1 pada skala diatas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan
nilai 11 menyatakan sangat relevan.
Pada jurnal Pengembangan Instrumen Tes Dan Non Tes Dalam Rangka Menyiapkan
Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 Di Smp/Mts Muhammadiyah Se-Kabupaten Bantu
Kegiatan pengabdian berupa pelatihan dan pendampingan yang dilakukan dengan guru-guru di
SMP/MTs se-Kabupaten Bantul Penggunaan instrumen non tes seperti angket, pedoman
observasi, dan pedoman wawancara dalam kegiatan penelitian pendidikan matematika, saat ini
semakin banyak digunakan baik oleh mahasiswa jurusan pendidikan matematika, guru
matematika, dosen, maupun praktisi pendidikan matematika. Hal ini terutama apabila penelitian
yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif seperti penelitian deskriptif, survey, dan
khususnya penelitian tindakan kelas yang akhir-akhir ini banyak dilakukan peneliti di bidang
pendidikan matematika.Dalam penelitian pendidikan matematika, pada dasarnya terdapat dua
macam bentuk instrumen yang dapat digunakan yakni tes dan non tes. Instrumen yang berbentuk
tes biasanya untuk mengukur prestasi, seperti prestasi belajar. Sedangkan instrumen non tes pada
umumnya digunakan untuk mengukur sikap. Instrumen berbentuk non tes biasanya dilakukan
tanpa “menguji” objek penelitian melainkan dilakukan dengan cara tertentu terutama untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan kondisi objek penelitian. Dalam penelitian
pendidikan matematika, instrumen non tes yang sering digunakan adalah pedoman bservasi,
pedoman wawancara, dan kuesioner (angket).
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang
menggunakan instrumen non tes yakni pedoman observasi. Pedoman observasi ini dipergunakan
untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan
sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat
perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang juga
menggunakan instrumen non tes yakni berupa pedoman wawancara. Pedoman wawancara
dipergunakan sebagai panduan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden
dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara
responden hanya bertugas sebagai penjawab.
Bentuk lain instrumen non tes yang dapat digunakan dalam penelitian pendidikan
matematika adalah kuisioner (angket). Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner
tertutup dan terbuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah disediakan alternatif
jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan keadaan dirinya.
Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang jawabannya belum disediakan sehingga
responden bebas menuliskan apa yang dia rasakan. Kurikulum 2013 juga mengamanatkan
penilaian hasil belajar peserta didik harus dilaksanankan secara autentik. Penilaian autentik
menuntut guru agar dapat mengamati perkembangan peserta didik pada semua aspek
perkembangan. Oleh karena mengikuti perkembangan dunia pendidikan, kemampuan peserta
didik yang perlu diketahui oleh pendidik tidak hanya terkait kognitif tetapi juga afektif dan
psikomotor.
Menilai dan mengevaluasi merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang guru
untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta didik setelah
melakukan proses pembelajaran. Selain itu, kegiatan penilaian dan evaluasi juga dapat dijadikan
sebagai tolok ukur keberhasilan guru dalam menyelenggarakan kegiatan penilaian dan evaluasi
pembelajaran perlu untuk memperoleh perhatian dalam perencanaan dan proses
pelaksanaannya.Jenis instrumen penilaian yang disampaikan ada dua yaitu instrumen penilaian
tes dan instrumen penilaian non tes. Instrumen penilaian tes digunakan untuk mengukur kogniti
peserta didik sedangkan instrumen penilaian non tes digunakan untuk mengukur afektif dan
psikomotorik peserta didik.
Setelah diberikan materi pengantar guru-guru melakukan praktik dengan menyusun
instrumen penilaian tes untuk masing-masing mata pelajaran yang diampu, berupa soal pilihan
ganda dan soal berbentuk uraian kemudian dibahas secara klasikal. Instrumen penilaian non tes
yang disampaikan yaitu instrumen untuk menilai afektif untuk peserta didik. Ada empat tipe
karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai, akan tetapi dalam
pelatihan ini yang disampaikan hanya tentang sikap saja. Peserta pelatihan dibimbing untuk
membuat instrumen penilaian sikap dan kemudian dibahas secara klasikal.
A. KESIMPULAN
Pengertian teknik pengumpulan data yang dikutip dari berbagai sumber seperti buku-
buku, jurnal-jurnal bahkan sumber lain yang disajikan dalam makalah ini, maka kesimpulan
dari pembahasan makalah, yaitu: alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel
penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen
digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai
hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan U hasil belajar,
keberhasilan proses belajar mengajar dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai
cara. Adapun teknik pengumpulan data yaitu ada pengumpulan data tes yang terdiri dari
bentuk uraian (essai), bentuk objektif (benar-salah) dan tes tindakan. Pada pengumpulan data
non-tes terdiri dari observasi, wawancara, daftar cek, dikumentasi, rating scale, dan triagulasi.
B. Saran
Sebaiknya peneliti memperhatikan cara-cara dalam mengumpulkan data baik untuk tes
maupun non tes dalam melakukan suatu penelitian. Sehingga penelitian tersebut mencapai hasil
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Asrul., Ananda, R., & Rosnita. (2015). Evaluasi Pembelajaran.Bandung: Citapustaka Media
Irawati,Hani.,dkk. 2017. Pengembangan instrument tes dan non tes dalam rangka menyiapakan
bantul.Jurnal Pemberdayaan.1(2):503-506
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta