BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi
asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang
semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik,
fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis. Tujuan pembuatan GTL adalah :
Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentulous.
Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geligi, maka prosessus alveolaris akan
mengalami penyusutan yang disebut residual ridge. Penyusutan alveolaris biasanya
berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan
mencegah pengerutan ( atropi processus )
Alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan
turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Selama
berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga
dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik.
Mandibula menjadi protusif dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula
joint.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identitas pasien
1. Nama penderita
Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya di
samping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara lain
berhubungan dengan penyusunan gigi depan, contohnya: orang eropa (kas kaukakus)
mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia (ras Mongoloid)cembung.
2.Alamat
Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu
yang tak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali
penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu kita
mengetahui latar belakanglingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula
diketahui status sosialnya.
3.Pekerjaan
Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena factor jenis pekerjaan.
Dengan memahami pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat diketahui.
Pada umumnya lebih tinggi kedudukan sosial seseorang lebih besar tuntutannya terhadap
faktor estetik.
4.Jenis kelamin
Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk pria dan
wanita. Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada
umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibanding pria. Sebaliknya pria
membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab merekan menunjukkan kekuatan mastikasi
yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, di samping faktor
fungsional geligi tiruan yang dipakainya.
Selanjutnya bentuk gigi wanita relatif lebih banyak lengkungan/bulatannya dibanding
gigi pria yang memberi kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan penderita
wanita dalam masa menopouse membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada periode ini,
mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar.
5. Usia
Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan
pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut,
koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi serta panjang mahkota klinis. Usia
juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.
Pada lanjut usia, lebih sering pula dijumpai pelbagai penyakit seperti hipertensi, jantung
dan diabetes melitus.Bila pada orang usia muda lebih sering dijumpai karies dentis, maka
pada kelompok usia lanjut penyakit periodontalah yang lebih sering dijumpai.
Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi
dibanding penderita usia lanjut. Pada usia di atas empat puluh tahun, adapatasi biasanya
mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.
2.2 Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan pada
ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental.
(Lusiana K.B., 1995)
Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada auto
anamnesis, cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien. Disamping
itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien
yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperi ini dijumpai
umpamanya pada paien bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan
atau pada anak-anak kecil. Cara in9i disebut allo anamnesis. (Lusiana K.B., 1995)
Dai segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana pasien
sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya, pada
anamnesis aktif penderita perlu dbantu pertanyaan-pertanyaan dalam menyampaikan
ceritanya. (Lusiana K.B., 1995)
Pada saat anamnesis biasanya ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
1. Nama penderita. Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang penderita
dari yang lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan rasnya. Hal terakhir ini
penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya,
orang eropan(ras kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang asia (ras
mongoloid) cembung.
2. Alamat. Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila
terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat.
Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga
membantu mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat
pula diketahui status sosialnya.
3. Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya juga
dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar
tuntutannya terhadap factor estetik.
4. Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang
berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya
diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan factor estetik
disbanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka
menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa
enak/nyaman, disamping factor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.
Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lengkungan/bulatannya, disbanding
ria yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan penderita wanita
dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada periode ini, mulut
biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar.
5. Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi
bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut,
koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang mahkota klinis. Usia
juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.Kemampuan adaptasi
penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia
lanjut. Pada penderita usia lebih dari empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai
berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.
6. Pencabtan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir
perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal
sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan
terakhir dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil
perawatan.
7. Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah memakai
geligi tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi tiruan
baru akan lebih mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur pembuatannya.
Sebaliknya, penderita semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa barunya
dengan yang pernah dipakai sebelumnya.Mereka yang belum pernah memakai geligi
tiruan, biasanya membutuhkan masa adatasi lebih panjang karena kesulitannya
menyesuaikan diri. Kelompok ini belum berpengalaman dalam prsedur pembuatan
protesa; seperti pada waktu pencetakan, penentuan gigitan, maupun pada saat awal
pemakaian, yang sering kali menimbulkan rasa sakit. Itulah sebabnya penerangan yang
diberikan kepada penderita sebelum pembuatan geligi tiruan dilaksanakan menjadi
penting sekali.
8. Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan
pembuatan geligi tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan factor estetik
atau fungsional. Biasanya konstruksi disesuaikan dengan kebutuhan penderita.
9. Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk
dsb. Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang
intensif. (Lusiana K.B., 1995)
2.3 Pemeriksaan Intra Oral
Merupakan pemeriksaan yang di lakukan , untuk mengetahui keadaan rongga mulut
apakah terdapat kelainan atau tidak yang nantinya di gunakan untuk membantu
menegakkan diagnose. Pemeriksaan intra oral dapat meliputi, pemeriksaan jaringan keras
dan lunak rongga mulut.
a. Pemeriksaan Status Umum (riwayat kesehatan)
Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada
dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang
diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat
mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes
mellitus, penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol,
dsb. (Lusiana K.B., 1995)
Hubungan Dengan Penyakit Sistemik:
I. Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan
mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada
dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses
periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus,
merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis
ini terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria,
haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat
badan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan
menyehatkan kembali jaringan mulut.
Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat
dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan
pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang
bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah
dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat
memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila dibutuhkan,
rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat. Tekankan
kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan
kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari
itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).
II. Penyakit Kardiovaskular
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini
dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, dkk., 1991 : 110).
III. Tuberkulosis dan Lues
Terjadinya gangguan metabolism pada penderita Tuberkulosis dan Lues,
menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar.
Dalam merawat penderita-penderita ini, perlindungan terhadap dokter gigi serta
penderita lain merupakan pertimbangan yang sangat penting; umpamanya jangan
memasukkan jari telanjang ke dalam mulut seorang penderita Lues. Lakukan
pemeriksaan dengan menggunakan Longue Blader; sedangkan penggunaan sarung tangan
karet sangat dianjurkan.
Cucilah tangan dengan sabun dan air panas, segera sesudah kita merawat
penderita tersebut. Dalam hal ini, menyikat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan
abrasi kecil. Sebagai tambahan, baik sekali untuk mencuci wajah secara hati-hati, karena
mungkin saja setetes darah/ saliva memercik mengenai muka atau sepotong kecil
kalkulus terpental mengnai wajah dapat menyebabkan erosi kulit sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi. Penderita Lues aktif dan tidak dirawat sebaiknya hanya menerima
perawatan darurat saja, sedangkan semua pekerjaan lainnya harus ditunda sampai
penyakitnya sembuh(Gunadi, dkk., 1991 : 110-111).
IV. Anemia
Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat.
Untuk kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp)
(Gunadi, dkk., 1991 : 111).
V. Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang
mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan
berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya
ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.
Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak
secara realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih
muda/ remaja serta mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan
pada protesa yang akan dibuat (Gunadi, dkk., 1991 : 111).
VI. Alkoholisme
Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol biasanya
mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alcohol,
tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah, gugup, dan kurus.
Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut
pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya
serta kerja sama dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita
penuhi. Sebaliknya, bila hal ini gagal, bisa membawa akibat yang buruk.
Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai
kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk
jangka waktu cukup panjang. Di samping semua problem di atas, seorang penderita
alkoholik cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena
jatuh atau kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, dkk., 1991 :
111-112).
b. Jaringan Lunak Rongga Mulut
Fungsi pemeriksaan antara lain untuk mengetahui adanya kelainan, iritasi atau keadaan
patologis pada jaringan mukosa rongga mulut. Sebagai rencana awal perawatan
pendahuluan. Pemeriksaan yang di lakukan dapat membantu mengidentifikasi inflamasi
periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari pada
mukosa rongga mulut, atau menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung
gagang kaca mulut.
c.
d. Status Lokalis
e. Foto Rongent
Tujuan menggunakan foto ini dalam pembuatan protesa sebagian lepasan adalah untuk:
1. Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung tulang yang
padat akan member dukungan yang baik
2. Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi.
3. Melihat kelainan bentuk pada, “residual ridge”, umpamanya bila terdapat suatu
tonjolan pada prosesus alveolaris.
4. Melihatadanyasisaakargigi
5. Menelitikeadaanvitalitasgigi
6. Memeriksanadanyakelainanperiapikal
f. Oklusi
Hubungan gigi –gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutronklusi atau distoklusi. Hubungan
gigi 6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol mesiobukal gigi 6
atas terletak pada ”groove” bukal gigi 6 bawah. Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang
normal ( neutroklusi ) dicapai bila tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak
dengan lereng distal dari tonjol gigi 3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4
bawah.
Hubungan gigi - gigi depan dapat berupa :
a) dalam arah horisontal : normal edge to edge atau cross bite
b) dalamarah vertical : open bite, deep bite atau steep bite.
g. Vestibulum
Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak. Vestibulum diukur dari
dasar fornix hingga hingga puncak ridge.
1. Cara pemeriksaan
Diperiksa menggunakan kaca mulut (nomor 3). Pemeriksaan dilakuka pada regio
posterior dan anterior terutama pada bagian yang tak bergigi, dimulai dari fornix sampai
puncak ridge. Sedangkan pada daerah yang masih ada giginya, dari dasar fornix sampai
ke tepi gingival.
a. Vestibulum dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengah diameter
b. Vestibulum dangkal : Bila kacamulut yang terbenam kurang dari setengah
diameter kacamulut.
2. Fungsi
Untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan. Vestibulum yang lebih dalam lebih retentive
daripada yang dangkal.
BAB III
PEMBAHASAN
Tahapan yaitu :
1. Membuat Bentuk Landasan
Landasan dibuat dengan shelac base plate yang telah dilunakan dan ditekan pada model.
Kemudian malam ditekan sedemikian rupa lalu dipotong sesuai keadaan anatomi model.
Potongan tersebut tepat pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak.
2. Membuat Tanggul Malam
Cara membuat tanggul ada 2, yaitu :
a. Dengan wax rims former
Potongan malam dicairkan lalu dituangkan pada wax rims former dan dikeluarkan ketika
malam sudah mengeras.
b. Dengan lembaran malam yang digulung
Pertama kita lunakan selembar malam di atas lampu spiritus pada sebelah sisi, kemudian
sisi ini kita gulung (dalam gulungan ada malam cair, untuk penyatu). Lembaran malam
dipanasi lagi, lalu digulung lagi sampai membentuk sebuah silinder. Harus diperhatikan
bahwa setiap digulung malam tersebut harus melekat satu dengan yang lainnya.
Gulungan malam yang berbentuk silinder dibentuk bentuk tapal kuda dengan tebal 10-12
mm.
Mengurangi model atas harus hati-hati karena dapat menembus palatum terutama yang
mempunyai palatum bentuk tinggi.
a. Goreskan garis median pada bagian atas model bawah.
b. Persiapkan artikulator sesuai dengan kasusnya. Untuk geligi tiruan lengkap harus
menggunakan artikulator yang dapat menirukan segala gerakan rahang dan keadaan
lainnya dalam mulut secara umum seperti “free plane articulator”.
c. Pertama pasang model kerja berikut tanggul gigitan atas pada meja/mounted table
artikulator dengan pedoman :
- Garis tengah model kerja dan tanggul gigitan atas berhimpit dengan garis tengah
meja artikulator dan garis tengaj artikulator.
- Bidang orientasi tanggul gigitan atas berhimpit (tidak boleh ada celah) dengan meja
artikulator.
- Garis median anterior tanggul malam menyentuh titik perpotingan garis median dan
garis insisal meja artikulator.
- Petunjuk jarum insisal horisontal harus menyentuh titik perpotongan garis tengah
dan garis insisal meja artikulator. Kegunaannya ialah supaya mengikuti segitiga Bonwill
yang dibentuk oleh kedua kondilus kiri dan kanan dan titik perpotongan tadi. Segitiga
Bonwill merupakan segitiga sama sisi yang menentukan jarak rahang atas terhadap
kondilus secara umum.
- Petunjuk insisal vertikal harus menyentuh meja insisivus untuk mempertahankan
dimensi vertikal yang telah didapat dari pasien (banyak kemungkinan berubah saat
menyusun gigi).
d. Setelah kelima pedoman terpenuhi maka model kerja berikut tanggul gigitan malam
atas kita cekatkan dengan malam pada meja artikulator.
e. Lalu bagian atas model kerja kita fiksir dengan gips pada bagian atas artikulator.
f. Setelah gips mengeras, meja artikulator kita lepas.
g. Model kerja berikut tanggul gigitan malam bawah disatukan dengan yang atas
dengan bantuan 4 kunci bentuk segiempat tadi yang telah diberi nomor 1, 2, 3, dan 4.
h. Artikulator kita balik, lalu bagian bawah mode kerja rahan bawah kita fiksir dengan
gips pada bagian bawah artikulator.
Prosedur Kerja
Setelah uji coba geligi tiruan malam dalam mulut pasien, kedua geligi tiruan atas
dan bawah ditempatkan kembali pada model dalam artikolator, lalu kita bentuk kontur
permukaan luar geligi tiruan (wax countouring) sedemikian rupa untuk memenuhi tujuan
estetik, retensi dan fonetik serta kebituhan kesehatan.
Ada 2 cara membentuk kontur gusi / wax countouring yaitu :
A.CARA LANGSUNG
Membentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam mulut pasien pada saat
dilakukan uji coba geligi tiruan malam.
1. Ketebalan sayap dikurangi dan diganti dengan malam lunak lalu tempatkan kembali
dalam mulut pasien.
2.Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-erutkan bibirnya dan pipinya kita
gerakan.
3.Untuk bagian lingual : pasien diminta menggerakkan lidahnya ke semua arah.
4.Dengan demikian malam lunak akan mengikuti bentuk otot saat berfungsi dan
ketebalannnya sesuai dengan ruangan vestibulum dalam keadaan berfungsi.
8. Setelah stone mengeras, rendamlah flask dan press dalam air berdidih selama 5
menit, yang akan melunakkan malam dari geligi tiruan sehingga malam mudah diangkat
dari mold waktu flask dibuka. Setelah 5 menit, keluarkan flask dari air mendidih dan
buka perlahan-lahan dengan memasukkan suatu alat pada slot antara bagian atas dan
bagian bawah flask, kemudian putar perlahan-lahan sehingga terpisah.
9. Buang semua malam dari geligi tiruan , semua gigi-gigi tinggal di mold bagian
flask atas, kemudian siram dengan air mendidih sampai tak ada lagi sisa –sisa malam ,
ddemikian pula pada flask bagian bawah. Kalau masih ada residu malam, siram dengan
air detergen panas, kemudian bials dengan air mendidih kembali sehingga tak ada lagi
detergen yang tertinggal. Kalau ada gigi-gigi yang lepas, kembalikan lagi pada tempatnya
yang tepat.
10. Sambil menunggu flask dingin, operator hendaknya mempersiapkan posterior palatal
seal ( untuk retensi) dan daerah-daerah akan di relief ( untuk mengurangi daya pada
daerah-daerah tertentu) pada model atas.
11. Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, ulasilah mold dengan
cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan tinfoil akan kering dan segera
melekat pada stone. Pelapisan pertama dibiarkan kering dudlu, baru dilakukan pelapisan
kedua dengan cara yang sama sampai kering. Prosedur ini harus menghasilkan
permukaann yang halus dan mengkilap.
3.3.8 Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.
Prosedur kerja packing:
a. Bubuk polimer warna ditaruh pada permukaan fasial dari mold
b. Lalu monomer dituangkan ke polimer dengan kuas sampai polimernya menyatu
c. Tambahkan polimer dadu muda keputih-putihan ke mold geligi tiruan pada daerah
tonjolan cuspid dan tonjolan-tonjolan permukaan fasial lainnya, warna dadu keputih-
putihan ini member warna yang biasa terlihat pada jaringan-jaringan diatas tonjolan-
tonjolan.
d. Tambahkan monomer ke polimer dengan kuas sampai bubuknya menyatu
e. Tambahkan selapis polimer dadu muda kira-kira setebal 1 mm ke mold untuk
membentuk 1/3 bagian sayap dekat pinggiran landasan geligi tiruan. Sambil membentuk
pinggiran landasan geligi tiruan bagian jarinagn alveolar,campurkanlah beberapa serat-
serat nilon merah ke bubuk lapsan pinggiran untuk meniru pembuluh darah yang disusun
secara tidak teratur,untuk meniru pembuluh-pembuluh darah pada jaringan yang hidup.
Kemudian tambahkan sedikit polimer dadu muda dilapisan yang mengandung serat-serat
nilon.
f. Bila pasien mempunyai warna tua pada jaringan di ruang nterdenta dan pinggiran,
berikanlah polimer dadu tua di bagian tersebut.
g. Tambahkan selapis polimer dadu tua setebal 1 mm pada bagian 1/3 sayap dekat
pinggiran di atas pewarna dadu muda yang terdahulu, campurkan beberapa serat nilon
merah pada lapisan polimer dan monomer ini, kemudian tambahkan sedikit lebih polimer
dadu tua. Gunakan polimer dadu muda untuk mencampur warna pinggiran ke warna
bagian leher gigi-gigi dan ruang interdental dengan tidak ada batas perbedaan warna. Bila
bubuk polimer pewarna dan serat-serat nilon diberikan dengan hati-hati sebelum terjadi
gumpalan resin akrilik waktu packing, warna landasan geligi tiruan akan mirip dengan
jaringan hidup.
h. Pencampuran resin akrilik yang benar antar polimer dan monomer sanagt penting
dan rasio yang dianjurkan pabrik yang harus digunakan yaitu 3 bagian polimer dan 1
bagian monomer dalam volume. Biasanya 10 cc monomer dan 30 cc polimer cukup untuk
packing satu geligi tiruan. Cara pencampuran ialah monomer dituangkan dalam mixing
jar prselen ynag bersih dan masukkan polimer sampai semua caira terserap oleh bubuk.
Aduklah dengan spatula stainless steel samapai monomer dan polimer tercampur dengan
baik. Pasang tutupnya mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat
polimerisasi. Adonan didiamkan kira-kira selama waktu yang dianjurkan pabrik. Jar
dibuka dan bahan dites dengan spatula. Jika adonan sudah lunak tetapi tidak lengket,
tidak menempel pada dinding mixing jar, berarti sudah dough stage dan siap dimasukkan
komold. Jika waktunya monomer melunakkan polimer (sebelum resin akilik dipacking)
terlalu singkat maka permukaan halus dari geligi tiruan akan berlubang-lubang halus.
i. Packing resin akrilik yang sudah dough stage ke dalam mold ke daerah sekitar gigi
–gigi dengan jari telunjuk yang terbungkus cellophane demek tetapi kering. Adonan
dipacking satu arah untuk menghindari terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan
mold. Gunakan bahan yang cukup untuk menjamin mold harus dipacking lebih pada
penutupan flask pertama.mixing jar ditutup saat prosedur packing percobaan agar
monomer tidak menguap dari resin akrilik. Letakkan cellophane demek tak berair diatas
resin akrilik dan flask bagian bawah diletakkan, tekan dengan tangan lalu kedua bagian
flask tersebut ditaruh dibawah bench press dan flask ditutup perlahan –lahan untuk
member cukup waktu pada resin akrilik untuk mengalir.
j. Flask dikeluarkan dari press,bagiannya dibuka hati-hati dan cellophane
disingkirkan. Kelebihan esin akrilik pada pinggiran mold dibuang dengan lecron tajam.
Tmbahkan sedikit esin pada landasan geligi tiruan di 3 atau 4 tempat,taruh cellophane
demek lagi (baru) di atas resin akrilik dan flask bagian bawah diletakkan, tekan dengan
tanagan lalu press dengan bench press. Flask dibuka lagi, cellophane disingkirkan dan
kelebihan resin dibuang lagi. Teruskan trial closure ini sampai mold terisi padat,sema
kelebihan resin dibuang dan bagian-bagian flask berkontak metal lawan metal.
k. Sebelum final closure dari flask, tinfoil dipasang dan ulasi tinfoil cair pada
permukaan model di flask bagian bawah. Tunggu coating pertama kering lalu lakukan
coating kedua, karema cellophane tidak digunakan pada final closure.
l. Penambahan tulisan identitas dengan menggunakan kertas karbon agar kelihatan
nyata. Basahi kertas tersebut dengan air, dengan hati-hati letakan pada resin akrilik yang
lunak dengan hurufnya menghadap keatas dan atur seperti tulisan tersebut terlihat pada
geligi tiruan yang sudah jadi.
m. Flask ditutup perlahan-lahan dan taruh flask dalam suatu pengapit untuk processing.
Ketika processing deposit/endapan karbon ditransfer dari kertas rokok ke resin akrilk
lunak dengan tekanan. Setelah processing/curing resin akrilik, kertas rokok tersebut
dibuang dari landasan geligi tiruan dengan digosok-gosok perlahan-lahan, meninggalkan
tulisan pada geligi tiruan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi
asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang
semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik,
fungsi estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis, dalam hal membuat gigi tiruan
dibutuhkan retensi dan stabilisasi yang baik agar meningkatkan kenyamanan bagi
pemakai gigi tiruan, retensi dan stabilisasi yang baik akan tercapai jika operator
melakukan pemeriksaan yang lengkap, diagnosa yang tepat dan perawatan yang akurat,
hingga retensi dan stabilisasi dicapai dengan baik, tak luput pula dalam hal pencetakan
karena dengan mencetak batas-batas anatomis gigi akan didapatkan sebagai retensi dan
stabilisasi
DAFTAR PUSTAKA
http://ysagobras.blogspot.com/2009/04/gigi-tiruan-lengkap-
akrilik.html
http://www.scribd.com/doc/26051588/GTL-asih