Anda di halaman 1dari 17

Andalas Dental Journal P a g e | 153

LITERATURE REVIEW

ASPEK IMUNOPATOGENESIS PERIODONTITIS APIKALIS


Febrian1
1
Departemen of Dental Public Health Faculty of Dentistry Andalas University

Affiliasi penulis: 1Staff Pengajar Fakultas dan air liur yang bersifat lengket akan
Kedokteran Gigi Universitas Andalas
Korespondensi: Febrian melarutkan permukaan email gigi sehingga
email: drg_febrian@yahoo.com
membuat lubang. Lubang ini tidak
PENDAHULUAN
menimbulkan sakit sehingga akan terus
Infeksi pada jaringan periapikal gigi
membesar. Rasa nyeri akan terasa apabila
sering disebut juga periodontitis apikalis
kerusakan telah mencapai permukaan
yang pada umumnya berasal dari infeksi
dentin. Jika tidak rawat dan tambal, lobang
pulpa gigi yang merupakan kelanjutan dari
gigi akan merusak struktur pulpa gigi.
masuknya mikroorganisma kedalam kamar
Mikroorganisma yang paling
pulpa yang perforasi, gejala ini didahului
berperan dalam merusak permukaan gigi
dengan adanya reaksi inflamasi atau
adalah streptococcus mutans, hal ini
keradangan sebagai reaksi pertahanan tubuh
dikemukakan pertama kali oleh JK Clark
terhadap infeksi. Inflamasi ini dimulai
(1924) ketika mengisolasi sebuah
dengan dengan reaksi yang terjadi di dalam
mikroorganisma dari lobang gigi, Dari
kamar pulpa dan kemudian terus ke
beberapa penelitian terakhir diketahui
jaringan periapikal. (1)
bahwa streptococcus mutans bersifat
Masuknya mikroorganisma dalam
asidogenik dan aciduric serta menghasilkan
kamar pulpa gigi setelah melalui proses
polisakarida yang bersifat lengket dan
yang panjang, yang diawali oleh adanya
mendukung mikroorganisma lain menuju
interaksi mikroorganisma pathogen dengan
email gigi. (3)
zat yang kariogenik pada permukaan email
Mikroorganisma rongga mulut adalah
gigi sehingga menimbulkan karies gigi. Hal
salah satu yang paling beragam
ini disebabkan oleh adanya proses
ekologisnya, setidaknya terdapat 350
demineralisasi email gigi oleh asam hasil
spesies yang berbeda dan air Liur berisi
metabolisme zat kariogenik oleh
hingga 100 juta organisme per mililiter.
mikroorganisma (2)
Rongga mulut menyediakan beberapa
Plak yang merupakan gabungan
habitat yang unik bagi kolonisasi bakteri
antara asam, mikroorganisma, sisa makanan

142
Andalas Dental Journal P a g e | 143

antara lain permukaan gigi, permukaan sehingga menimbulkan infeksi pada pada
mukosa dan celah-celah gingiva. Kolonisasi jaringan periapikal.
micro organisma ini disebut sebagai flora
Struktur Jaringan Periodontal
normal. Flora normal memiliki hubungan Jaringan periodontal adalah jaringan
yang harmonis dengan host. Hubungan ini penyangga gigi yang terdiri dari jaringan
dapat terganggu apabila ada perubahan gusi (gingiva), tulang alveolar, ligamentum
pada habitatnya yang akan mempengaruhi periodontal dan cementum yang melekat
stabilitas mikroflora, misalnya xerostomia pada akar gigi. Jaringan periodontal ini
atau penggunaan antibiotik spektrum luas. mengelilingi dan mendukung gigi secara
Pada beberapa jenis mikroorganisma, anatomi dan semua jaringan periodontal
perubahan habitat ini dapat membuatnya menjadi bagian dari jaringan periapikal
menjadi mikroorganisma yang patogen kecuali gusi (gingiva). Gingiva merupakan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya suatu jaringan lunak yang terdapat di
infeksi pada mukosa, terjadinya karies gigi permukaan rongga mulut yang melekat
(4)
dan penyakit periodontal. pada sevikal gigi. Ligamen periodontal
Mikroorganisma yang patogen merupakan suatu jaringan yang
berperan sebagai imunogen yang akan mengelilingi akar gigi dan melekat erat
menimbulkan respon imun. Respon imun pada gigi dan tulang alveolar. Ligamen
adalah suatu interaksi seluler tubuh periodontal ini terutama terdiri atas serat
terhadap masuknya antigen yang kolagen yang tersusun secara teratur yang
merupakan upaya tubuh untuk menghubungkan antara gigi dan tulang
mempertahankan kondisi yang homeostatis. alveolar. Tulang alveolar merupakan
Mekanisme terjadinya keadaan yang jaringan keras yang memegang gigi.
patologis pada tubuh yang dilihat dari sudut Sementum adalah jaringan terkalsifikasi
imunologis dapat diartikan sebagai yang menutupi akar gigi dan melekat pada
(5)
imunopatologis. serat-serat ligamen periodontal gigi.
PEMBAHASAN Sementum dibentuk secara
STRUKTUR JARINGAN PERIAPIKAL berkesinambungan pada permukaan akar
Jaringan periapikal adalah jaringan gigi yang berkontak dengan ligamen
yang berada di ujung akar gigi. Jaringan ini periodontal. (6,7,8)
menghubungkan antara pulpa gigi dengan
jaringan periodontal, keduanya dapat
menjadi jalan masuknya mikroorganisma
Andalas Dental Journal P a g e | 144

Struktur Pulpa Gigi Dari penjelasan struktur Jaringan


Pulpa gigi adalah rongga yang berada periapikal dapat diketahui bahwa Jaringan
didalam gigi yang dibagi atas kamar pulpa pulpa gigi berhubungan erat dengan
yang dan saluran akar. Pulpa gigi kaya jaringan periodontal, baik secara anatomis
dengan Jaringan pembuluh darah, limfatik maupun fungsional. Hubungan secara
dan persarafan Dinding pulpa gigi yang anatomis berupa hubungan vaskular
terbentuk dari dentin. Unsur utama maupun tubular. Hubungan vaskular dapat
pembentuk dentin adalah sel odontoblas. berupa hubungan antara pembuluh darah
Selain odontoblas ada 3 sel yang terdapat kapiler, di jaringan pulpa dengan di
didalam dinding pulpa yaitu sel mesenchim, ligamen periodontal.
sel fibroblas dan sel fibrocyt. Sel
MANIFESTASI KLINIS DAN
mesenchim ini yang berdiferensiasi dan PATOLOGIS PERIODONTITIS
APIKALIS
berprolifersasi menjadi sel odontoblast
Penyebab utama dalam kelainan
sedangkan sel fibroblas menjadi unsur
jaringan periapikal / periodontitis apikalis
dalam pembentukan serat kolagen dan sel
adalah hilangnya struktur jaringan
fibrocyt bertugas dalam pemeliharaan serat
permukaan gigi yang menjadi jalan masuk
serat kolagen. (9,10)
mikroorganisma kedalam pulpa, ini bisa
Pembuluh darah arteriola yang
disebabkan oleh karies atau trauma(1).
merupakan percabangan dari pembuluh
Keadaan ini yang membedakan antara
darah arteri masuk ke dalam pulpa gigi
periodontitis apikalis dan periodontitis
melalui foramen apikal pada akar gigi.
marginalis. Pada periodontitis marginalis
Kapiler arteriola ini akan mensuplai zat gizi
penyebaran infeksi dimulai dari gingiva
yang dibutuhkan oleh sel odontoblas dan
sedangkan periodontitis apikalis berasal
sel lain yang ada dalam pulpa gigi.
dari pulpa gigi yang diawali oleh adanya
Kemudian darah berpindah ke venula dan
karies gigi di permukaan gigi dan kemudian
kemudian meninggalkan pulpa malalui
membuat lubang hingga menembus pulpa
foramen apikal menuju percabangan
gigi.
pembuluh darah vena. Selain pembuluh
Periodontitis apikalis dapat diklasifikasikan
darah juga ditemukan pembuluh kapiler
berdasarkan etiologinya, gejala dan
limfatik yang keluar dari foramen apikal
gambaran histopatologi. WHO dalam The
dan bergabung dengan pembuluh limfatik
Application Of The International
dari jaringan periodontal lainnya menuju
Clasification Of Desease To Dentistry And
pembuluh limfatik yang lebih besar (10,11)
Andalas Dental Journal P a g e | 145

Stomatology membagi periodontitis yang ada pada periodontitis marginalis


apikalis atas. (9,12) yaitu spesies prevotella, fusobacterium,
1. Acute apical Periodontitis lactobacilus, streptococcus, clostridium,
2. Chronic apikal Periodontitis (apical peptostreptococcus, candida,
granuloma) saccharomyces dan pada beberapa
3. Perapikal Abses With Sinus penelitian, species actinomyces dan
(dentoalveolar abses with enterococcus faecalis selalu ada pada
sinus/periodontal abses of pulpa periodontitis apikalis (6,8)
origin with sinus) Secara klinis klasifikasi periodontitis
4. Perapikal Abses With Sinus to apikalis sulit dibedakan, kadang kadang
maxila antrum antara pemeriksaan histologis dan
5. Perapikal Abses With Sinus to nasal pemeriksaan klinis sering tertukar. Oleh
cavity karena itu pada beberapa penulisan,
6. Perapikal Abses With Sinus to oral periodontitis apikalis ini hanya dibagi
cavity berdasarkan gejala yang ada yaitu
7. Perapikal Abses With Sinus to skin periodontitis apikalis asimtomatik sebagai
8. Perapikal Abses Without Sinus periodontitis apikalis kronis, periodontitis
(dental abses without symtomatik sebagai periodontitis apikalis
sinus/dentoalveolar abses without akut dan periapikal abses.
sinus, periodontal abses of pulpa
Periodontitis apikalis akut
origin without sinus) Permulaan awal dari periodontitis
9. Radikular Cyst (Apical Periodontal apikalis adalah terjadinya reaksi inflamasi
cyst/Periapikal Cyst) pada jaringan periodontal di ujung akar
10. Apikal dan lateral Cyst gigi, reaksi ini merupakan respon terhadap
11. Residual Cyst iritasi pada jaringan periodontal di ujung
12. Inflammatory paradental cyst akar akibat infeksi yang datang dari saluran
Keadaan patologis dari periodontitis akar gigi. Inflamasi ini sangat singkat, ini
apikalis ditandai dengan adanya invasi merupakan awal reaksi dari jaringan
bakteri kedalam saluran akar dan terus periodontal yang masih sehat terhadap
menuju ujung akar kemudian keluar melalui infeksi. Secara histologis ditandai dengan
foramen menuju jaringan periapikal. adanya sel netrophil dalam lesi dan secara
Kebanyakan bakteri yang ada dalam klinis ditandai dengan adanya rasa sakit
periodontitis apikalis hampir sama dengan
Andalas Dental Journal P a g e | 146

yang menyebar (diffuse), nyeri menguyah yang terkena. Ketika pus mencapai jaringan
dan nyeri saat di perkusi. (1,6,8,9,10) lunak dapat terjadi pembengkakan wajah.
Secara klinis terjadi peningkatan rasa sakit,
Periodontitis apikalis kronik
gigi terasa lebih panjang dari yang lain.
Periodontitis apikalis akut akan
berubah menjadi kronik apabila keadaan SISTEM IMUN RONGGA MULUT
bertambah memburuk yang ditandai Rongga mulut adalah ekosistem yang
dengan adanya jaringan granulasi dengan baik bagi mikroorganisma, diketahui sangat
munculnya sel limfosit, sel plasma dan banyak koloni mikroorganisma yang ada di
makrofag dalam lesi. Pemeriksaan secara rongga mulut, karena rongga mulut
radiografis menunjukkan adanya menyediakan habitat yang menguntungkan
radiolusensi yang diffuse didaerah bagi mikroorganisma tersebut, sisa
periapikal gigi. Gejala secara klinis sering makanan dan rongga yang tersembunyi
tidak dirasakan namun saat di perkusi tetap menjadi media dan tempat berkembangnya
menimbulkan rasa nyeri. (1,6,8,9,10) mikroorganisma tersebut. Kondisi ini
menjadi berbahaya apabila ekostemnya
Periapikal abses
berubah karena dapat menyebabkan
Merupakan kelanjutan proses
virulensi mikroorganisma tersebut.
periodontitis apikalis. Terjadinya reaksi
Virulensi mikroorganisma akan
inflamasi, menyebabkan sejumlah besar sel
menyebabkan mikroorganisma mampu
darah putih bergerak menuju daerah
menembus mukosa maupun jaringan keras
periapikal terinfeksi dan menyebabkan
gigi yang akan menghantarkan
nekrosis jaringan periodontal sekitarnya
mikroorganisma masuk kesistim sirkulasi
sehingga membentuk pus. Akumulasi pus
dan organ tubuh yang lainnya. (4,13)
didalam tulang sekitar apek gigi akan
Walaupun jumlah mikroorganisma
menumpuk dan memberikan tekanan
yang ada dipermukaan rongga mulut sangat
kedalam tulang sehingga membentuk
banyak, namun rongga mulut mempunyai
saluran pus dalam tulang alveolar yang
mekanisme pertahanan yang sangat kuat
disebut sebagai sinus. Pada awalnya pus
dan berlapis yaitu adanya mukosa mulut,
akan dialirkan ke gusi, sehingga gusi yang
adanya jaringan limfosit rongga mulut,
berada di dekat akar gigi tersebut
adanya saliva serta adanya cairan celah
membengkak. Pus bisa dialirkan ke mukosa
gingiva (gingival crevicular fluid).(4)
mulut, palatum, bawah lidah, kulit dan lain
sebagainya, tergantung kepada lokasi gigi
Andalas Dental Journal P a g e | 147

mulut. Ada empat kelompok jaringan


limfosit yang tersebar dirongga mulut yaitu
tonsil palatinal dan lingual, jaringan
limfosit kelenjar liur, jaringan limfosit
gingiva, sell limfosit yang tersebar di sub
mucosa. (4)
Gambar 1 : Lapisan Pertahanan Mukosa Mulut. Saliva merupakan komponen yang
(Bagg, 2006)
penting dalam sistem pertahanan rongga
Untuk dapat mencegah penetrasi
mulut, selain memberikan efek self
mikroorganisma kedalam mukosa mulut
cleansing yang merupakan proses mekanik
ada beberapa lapisan epitel yang
dalam membersihkan mikroorganisma pada
menghalanginya antara lain adanya lapisan
permukaan mucosa mulut, gigi, gingiva dan
keratin, lapisan granulasi serta lapisan basal
lidah, saliva juga mempunyai efek anti
yang sangat kaya dengan sel pembentuk
microba karena adanya komponen imun
kompleks imun tubuh dan sirkulasi
didalam saliva. Komponen itu antara lain Ig
pembuluh darah. Apabila mikroorganisma
A, Lysozim, Peroxidase, Lactoferin dan
mampu melewati lapisan diatas maka
leukosit. Ig A merupakan komponen yang
disinilah terjadi interaksi antigen dan
sangat penting dalam mencegah
komplek sistem imun tubuh. (4,14)
menempelnya mikroorganisma pada
Dalam rongga mulut terdapat 2
permukaan mukosa mulut, gigi, gingiva dan
jaringan limfosit, ada yang disebut sebagai
lidah. Ig A dalam saliva diproduksi oleh sel
extra jaringan limfosit dan intra jaringan
plasma yang ada dalam kelenjar liur.
limfosit. Ekstra jaringan limfosit ini
Lysozim dan peroxidase merupakan enzym
merupakan kapiler jaringan limfosit yang
yang bersifat bacterisidal sedangkan
berada pada permukaan superficial dari
laktoferin merupakan sebuah protein yang
mukosa mulut, gingiva dan dalam pulpa
bersifat bacteriostatik pada banyak
gigi. Apabila ada ada antigen yang mampu
mikroorganisma mulut. Saliva terdapat
melewati barrier maka antigen akan dibawa
banyak leukosit (99% sel PMN) yang
oleh sel makrofak yang ada didalam kapiler
keluar dari sirkulasi pembuluh darah
ini menuju kelenjar limfosit yang ada
menuju rongga mulut melalui celah gusi
didalam rongga mulut. (4)
(crevice gingiva). (4,7)
Intra jaringan limfosit adalah jaringan
limfosit yang tersebar yang ada dirongga
Andalas Dental Journal P a g e | 148

permukaan gigi. Karies gigi akan membuat


kavitas pada permukaan gigi dan masuk
lebih dalam sehingga mengiritasi pulpa dan
akhirnya menyebabkan peradangan pada
pulpa (2)
Respon Pulpa Tehadap Peradangan
Faktor etiologi utama untuk
Gambar 2 : Common Mucosal Immune System peradangan pulpa adalah masuk bakteri
And Salivary Immunity. (Russel, 1999)
atau imunogen yang dikeluarkan oleh
Cairan celah gingiva merupakan
bakteri ke dalam pulpa gigi. Bakteri dapat
cairan yang keluar melalui gingiva epitelial
masuk ke pulpa gigi apabila adanya karies
junction dan mengalir ke rongga mulut.
yang sudah sangat dalam, fraktur gigi
Cairan ini sering disebut Gingival
yang mencapai pulpa, anomali dentin, atau
Crevicular Fluid (GCF). Selain sel lekosit
perforasi pulpa akibat tindak prosedur
ternyata dalam gingival Crevicular Fluid
restorasi gigi. (15)
terdapat banyak komponen imun antara lain
Respon terhadap mikroorganisma
Ig M, Ig G, Ig A, Komplemen, Limfosit T
diawali pada saat bakteri menyerang email
Dan Limfosit B, Protein, Enzym (lysozim,
dan mulai masuk kedalam dentin, pada saat
protease and collagenase) dan Makrofak. (4)
itu terjadi perubahan dalam pulpa berupa
SISTEM IMUN PULPA GIGI DAN
timbulnya reaksi pada odontoblasts. Reaksi
JARINGAN PERIAPIKAL
Penyebab utama peradangan pulpa odontoblas ini merangsang pembentukan

adalah masuk bakteri atau imunogen yang dentin reaksioner/tertier. (2,9,10)

dikeluarkan bakteri ke dalam pulpa gigi. Respon pulpa terhadap bakteri sangat

Bakteri dapat masuk ke pulpa gigi apabila bervariasi ini semua tergantung pada proses

adanya karies yang sangat dalam, fraktur perkembangan karies, Karies dapat

gigi yang mencapai pulpa, anomali dentin, berkembang dengan cepat (karies akut),

atau perforasi pulpa akibat tindak prosedur dengan perlahan-lahan (karies kronis), atau

restorasi gigi. (8,15) berhenti (karies arrested), namun dalam

Karies gigi adalah penyakit yang perjalanannya, proses perkembangan karies

disebabkan oleh mikroorganisma yang ini sering berubah ubah, ada periode yang

mempengaruhi kalsifikasi lapisan gigi dan terkadang sangat aktif sekali dan ada

pulpa. Karies gigi muncul karena adanya terkadang periodenya sangat tenang.

bakteri spesifik yang menempel pada Trowbridge (2002) ada beberapa faktor
Andalas Dental Journal P a g e | 149

yang berpengaruh dalam menentukan proteolitik yang dapat menghancurkan


tingkat serangan karies yaitu : (10) email dan dentin. Produk ini disebut juga
1. Usia (kebiasaan makan dan sebagai bakteri endotoksin yang merupakan
kematangan kristal hidroxy apatit) imunogen. Imunogen yang ada pada dentin
2. Komposisi jumlah partikel fluor pada dapat menyebabkan keradangan pada pulpa.
gigi Bakteri imunogen ini menyebar dari lesi
3. Sifat dan jenis bakteri yang ada pada karies dentin ke pulpa melalui tubulus
lesi karies dentin kemudian ditangkap dan diproses
4. Jumlah aliran saliva ( pasien oleh APC (antigen Presenting cell) yang
xerostomia mudah terjadi rampan akan mengaktifkan sistem imun. Masuknya
karies) bakteri imunogen kedalam pulpa akan
5. Antibakteri yang ada dalam salifa menyebabkan inflamasi akut dan akhirnya
(IgA, Lisozym) terjadi infeksi dan nekrosis pada pulpa.
(8,9,10)
6. Kebersihan mulut
7. Komsumsi makanan yang cariogenik Respon awal pulpa terhadap masuknya
(carbohydrat refine) antigen kedalam tubulus dentin adalah
8. Faktor penghambat karies dalam terjadinya infiltrasi sel polymorphonuclear
makanan (calcium, phospat) neutrofil (PMNs) dan monocytes. Kuatnya
Perkembangan mikroorganisma infiltrasi sel tersebut kedalam pulpa
karies sangat tergantung kepada kondisi menyebabkan meningkatnya kondisi infeksi
lingkungannya dan ketersediaan makanan yang akan mengaktifkan respon imun
baginya, oleh sebab itu beberapa spesifik yaitu aktifnya sel T helper, T
mikroorganisma yang ada pada karies email sitotoksik dan sel B, Tahap selanjutnya, sel
berbeda dengan karies dentin contohnya plasma akan memproduksi antibodi.
spesies Lactobacilus hanya berkembang Apabila mekanisme ini tidak mampu untuk
pada rongga kavitas yang dalam dan pH menghilangkan infeksi maka jaringan lunak
rendah, oleh sebab itu spesies kemudian hancur dan mulai terbentuk
mikroorganisma ini disebut juga sebagai jaringan nekrotik dan pus dalam pulpa dan
organisma aciduric yang hanya dapat akhirnya mengakibatkan menjadi necrosis
berkembang pada karies dentin dan suasana pulpa secara keseluruhan. (8,9,10,14)
asam. (9,10) Respon pulpa terhadap inflamasi di
Produk metabolisme mikroorganisma identifikasi dengan cara imunohistokimia,
rongga mulut berupa asam dan enzim jumlah sel limfosit B dan Limfosit T di
Andalas Dental Journal P a g e | 150

jaringan pulpa gigi yang diduga sebagai Limfosit


pulpitis reversibel atau ireversibel akan Sel limfosit merupakan sel dari
meningkat sesuai dengan beratnya gejala sistem imun, yang mengenali antigen
(16).
klinis Jumlah sel limfosit T meningkat dengan cara yang spesifik. Limfosit secara
pada karies dentin dangkal namun sel umum dibagi menjadi dua kelompok besar,
Limfosit B akan meningkat pada karies yaitu, Limfosit B dan Limfosit T. Limfosit
dentin yang dalam. Pada pulpitis B menghasilkan antibodi terhadap antigen
irreversible ditemukan adanya sel limfosit tertentu hasil dari proliferasi dan maturasi
(17,18)
T CD8 citotoksik . sel plasma. Limfosit T dapat dibagi menjadi
sel T helper CD4 dan sel T sitotoksik CD8.
Aktivasi Limfosit T CD4 memainkan peran
penting dalam respon imun karena adanya
ikatan antigen dengan T sel reseptor (TCR).
Pada saat aktivasi tersebut, mereka
mengeluarkan beberapa sitokin, yang
merupakan sekelompok molekul biologis
aktif yang mengatur intensitas atau lama
Gambar 3 : Proses Inflamasi Pulpa Gigi (Orstavik,
2008) respon imun dengan cara merangsang atau
Sel-Sel Dalam Sistem Imun Pulpa menghambat aksi dari berbagai sel target.
Jaringan dalam pulpa gigi mirip Berdasarkan sitokin yang dihasilkannya, T
dengan jaringan ikat, sel sel yang helper CD4 dibagi atas sel Th0,Th1,Th2
ditemukan pada pulpa gigi pada dasarnya dan Th3. Sel Th1 menghasilkan interleukin
sama dengan jaringan ikat dan mempunyai (IL2) dan interferon gamma (IFNy) yang
imunokompeten tehadap rangsangan berperan dalam aktivasi makrofag,
berbahaya, termasuk bakteri. Sebagai sedangkan sel Th2 memproduksi sitokin
contoh pada pulpa normal ditemukannya seperti IL-4, IL-5, dan IL-6 yang
APC sel dendritik, adanya sel makrofag, merangsang proliferasi dan diferensiasi
sejumlah kecil sel limfosit T, terutama di Limfosit B. (19,20)
pembuluh darah, sebaliknya sel limfosit B Pulpa yang tidak mengalami
(10)
dan sel plasma tidak terdeteksi dalam inflamasi tidak terdapat sel limfosit ,
pulpa.(14) namun dalam beberapa penelitian terakhir
menyatakan bahwa sel limfosit merupakan
sel yang selalu ada pada pulpa normal.
Andalas Dental Journal P a g e | 151

Dengan cara immunohistochemistri dengan didasarkan kepada karakteristik makrofak


menggunakan monoclonal antibodi, untuk apa yang dibutuhkan oleh lingkungan
pertama kalinya mendeteksi sel CD4 dan tersebut. Sel dendrit tidak dianggap sebagai
(14,16).
CD8 limfosit T pada pulpa normal Mononuklear Phagocyte System (MPS)
Dengan menggunakan Cytometry analisis karena mempunyai aktivitas fagositik
terhadap sel dari pulpa normal ditemukan lemah. Rangsangan inflamasi akan
sel CD4 dan CD8 namun jumlah CD4 lebih menyebabkan aktivasi dan diferensiasi dari
(21)
banyak pada CD8 , bahkan juga sel makrofak. (22,23,24)
ditemukan adanya sel T CD45RO pada Makrofak banyak terdapat pada
pulpa nomal manusia.(18) jaringan ikat sekitar pembuluh darah, pada
Berbeda dengan sel T, Sel Limfosit B paru yang dinamakan sebagai sel makrofag
pada beberapa penelitian gagal ditemukan alveolar, pada kulit yang dinamakan
dengan cara imunohistokimia menggunakan sebagai sel langerhans, pada hati yang
antiserum terhadap immunoglobulin pada dinamakan sel Kupffer, pada ginjal yang
pulpa normal begitu juga dengan dinamakan sebagai sel mesangial, pada otal
menggunakan monoklonal antibodi yang dinamakan sebagai sel glia, pada
melawan sel B limfosit. (14,17,21) tulang yang dinamakan sebagai sel
Makrofag osteoklas dan juga terdapat limfonodus dan
Sel Makrofag merupakan sel fagosit sel limfa. (19)
mononuklear yang berarti sel fagosit yang Makrofak merupakan sel fagosit
berinti satu dengan prekusor sel monosit. utama yang akan menelan benda asing,
Sel monosit ini berasal dari sel premonosit antigen, sel yang sudah mati dan rusak.
di sumsum tulang. Sel ini hanya 5 sampai Makrofak juga menghasilkan beberapa zat
10 % yang dilepas ke sirkulasi pembuluh aktif biologis antara lain microbicidal
darah dan apabila sel ini keluar dari enzym dan reaktive oxigen spesies,
sirkulasi ia akan berubah menjadi makrofak beberapa cytokin yaitu IL 1, IL 6 dan TNF,
dan dapat menetap sampai berbulan bulan beberapa growth faktor bagi sel sel
di jaringan. (19) fibroblas dan sel endothelial yang berguna
Bermacam macam jenis makrofag bagi penyembuhan luka. Selain itu
ditemukan dijaringan. Sel makrofak ini makrofag juga berfungsi mengaktifkan sel
dibedakan berdasarkan morfologi, fenotip limfosit T dimana makrofag bertindak
dan sifat fungsional fagositiknya. Setiap sebagai antigen processing sel (APC) yang
jaringan yang ditempati oleh makrofak akan memproses setiap antigen yang masuk
Andalas Dental Journal P a g e | 152

menjadi peptida peptida, kemudian menjadi fragmen peptida. Berdasarkan


berikatan dengan MHC klas II. Ikatan lokasinya sel ini dibagi atas 1. sel dendrit
peptida dan MHC Klas II ini akan non organ limfoid yang banyak terdapat di
dipresentasikan ke permukaan sel makrofak jaringan ikat, 2. sel dendrit di organ limfoid
yang kemudian akan dikenali oleh T sel yang terdapat di kelenjar limfoid dan limpa,
reseptor Limfosit (14,19). 3. sel dendrit dalam sirkulasi pembuluh
Makrofak terdapat juga pada pulpa darah dan pembuluh limfa. (14,19)
normal manusia, keberadaannya telah Setelah mengambil antigen, sel
diamati melalui microskop elektron. Sel dendrit non organ limfoid akan bermigrasi
makrofag ini terlihat dengan bentuk yang ke jaringan limfoid. Selama bermigrasi
berbeda beda, ada yang terlihat bulat, oval, terjadi sintesa molekul MHC klas II dan
lonjong atau dendrit. (9,10,25) proses degradasi protein antigen menjadi
Penelitian Imunohistokimia terakhir fragmen peptida. Pada saat sampai di
mengungkapkan adanya molekul Jaringan limfoid fragmen peptida ini akan
permukaan dari makrofak dalam pulpa gigi. berikatan dengan molekul MHC klas II
Molekul permukaannya merupakan MHC kemudian akan di presentasikan ke
klas II dan mempunyai karakteristik yang permukaan sel dendrit untuk dikenali oleh
(19)
sama dengan yang ada pada sel dendrit. TCR limfosit T . Sel dendrit ini sangat
Pada beberapa penelitian terdapat berbagai banyak terlibat dalam respon imun primer
macam kombinasi marker permukaan yang yang menstimulasi Th 0 limfosit T CD4 (
dikenali dengan dengan menggunakan Limfosit T Naive).(10,14)
monoklonal antibodi antara lain CD 14, CD Dengan bentuk khas dendritik, pada
11c, CD68, HLA-DQ, HLA-DR, dan faktor pulpa gigi, sel dendrit banyak
XIIIa (14). terkonsentrasi di pinggir pulpa gigi dan
a. Sel dendrit terlihat di bawah lapisan sel odontoblas.
Sel Dendrit adalah sel yang berasal Lokasi ini merupakan lokasi strategis,
hematopoietic dengan ciri morfologi sangat dimana dilokasi inilah terdapat kesempatan
dendritik, berfungsi sebagai sel APC terbesar untuk bertemu antigen, karena
dengan ekspresi molekul permukaan MHC antigen yang masuk kedalam pulpa melalui
klas II. Sel dendrit juga merupakan tubulus dentin dan turun menuju lapisan sel
fagositik yang lemah namun sangat efektif odontoblas.(8,9,10,14)
dalam mendeteksi dan menangkap protein Sel dendrit pada pulpa menunjukkan
antigen dan kemudian mengolahnya heterogenitas, pada beberapa penelitian
Andalas Dental Journal P a g e | 153

dengan menggunakan monoklonal antibodi Respon imun pada area periapikal


menunjukkan ada berbagai kombinasi dipandang sebagai garis pertahanan kedua,
marker yang sama dengan yang ada pada respon awal dari sistem pertahanan di
makrofak (14) jaringan periapikal adalah infiltrasi sel
PMN dan diikuti dengan meningkatnya
Respon Jaringan Periapikal Terhadap
Peradangan jumlah sel osteoklas. Secara klinis adanya
Pemaparan mikroorganisma dan rasa sakit saat menggigit atau rasa sakit saat
produk yang dihasilkannya kedalam pulpa gigi di perkusi dan secara radiografis
akan memicu respon inflamasi pada pulpa. terlihat periapikal radiolusent (9,10)
Reaksi inflamasi akibat karies kedalam
Elemen yang ada pada area inflamasi
pulpa biasanya didiagnosis sebagai pulpitis
di daerah periapikal adalah sel PMN,
dengan tanda nyeri hebat yang datang dari
makrofag, Limfosit T dan limfosit B, sel
dalam pulpa akibat besarnya migrasi sel sel
mast, osteoklas, osteoblas, fibroblas, sel
radang kedalam pulpa. Perkembangan
epitel rest dan adanya kemokin yang
inflamasi pulpa gigi yang meluas kedaerah
mengatur terjadinya reaksi inflamasi
periapikal yang didiagnosis sebagai
tersebut. Jumlah Sel PMN paling banyak,
periodontitis apikalis ditandai dengan
sel makrofag dan sel limfosit meningkat
hancurnya tulang alveolar sekitar jaringan
jumlahnya dari normal, sel limfosit
meradang dan meningkatnya sel radang di
jumlahnya lebih banyak dari sel B, dan
kawasan periapikal gigi sebagai akibat
pada infeksi kronis limfosit T supressor
adanya respon imun dan terjadi resorbsi
lebih banyak dari pada T helper. (8,9,10,14,26)
tulang alveolar, resorbsi sementum, resorbsi
Keluarnya kemokin ini distimulasi
dentin yang berada sekitar daerah yang
oleh mikroorganisma dan protein dentin
inflamasi yang berakibat berkurangnya
spesifik terhadap sel yang berperan dalam
stabilitas gigi. (9,10,26)
sistem imun seperti makrofak, sel
osteoklas, sel neutrofil, sel fibroblas.
Kemokin ini berfungsi mengaktifkan proses
kemotaksis sel PMN, diferensiasi dan
proliferasi sel osteoklas, demineralisisi
(26)
tulang alveolar, dentin dan sementum.
Penelitian terhadap MIP-3 / CCL20
Gambar 4 : Proses Inflamasi Jaringan Periapikal
Gigi (Orstavik, 2008) yang didistribusikan oleh makrofak dan
reseptor CCR6 pada sel T limfosit yang
Andalas Dental Journal P a g e | 154

mengikat CCL20 banyak terdapat pada akibat sel sel radang yang diselubungi oleh
daerah lesi yang meradang, keduanya kapsul fibrosa, dan dapat berkembang
(CCL20 dan CCR6) jarang terdeteksi pada menjadi kista periapikal dengan
pulpa normal. (26,27) karakreristik adanya lapisan epitel
Pada beberapa penelitian terbukti berongga. Berdasarkan penelitian secara
bahwa MCP1 berperan penting dalam imunohistochemistry menunjukkan adanya
migrasi sel PMN ke lokasi inflamasi kemokin IL8, MIP1, IP10,MCP1, Rantes
(29)
periapikal dan protein spesifik dentin dan reseptor CCR3, CCR5 CXCR3 pada
(30) (33)
mampu menstimulasi migrasi neutrofil . periapikal granuloma dan menunjukkan
Infeksi mikroorganisma Porphimonas peningkatan IP10, MCP1, Rantes dan
endodotalis, P gingivalis, P intermedia reseptor CCR3, CCR5, CXCR1, CXCR3
mampu mendorong fibroblas dan osteoblast pada periapikal kista. (34)
menghasilkan kemokin IL8/CXCL8 dan Beberapa penelitian terhadap lesi
mendorong neurofil menghasilkan periapikal, terdapat sel imunoglobulin
(31)
MP1/CCL3 dan MP1/CCL4 , didalamnya, Ig G paling banyak (70%), IgA
mendorong makrofag menghasilkan (14%), IgE (10%), IgM (4%). Antibodi
KC/CXCL1. (32) yang diproduksi ini reaktif terhadap
Selain kemokin, Prostaglandin (PG) mikroorganisma Prevotella intermedia, P
merupakan bagian dari enzim endodontalis, P gingivalis, P mikro,
cylooxigenase hasil metabolisme dari Actinomyces israelii, Staphylococcus
asam arakhidonat serta Nitric Oxide (NO) intermedius, dan Fusobacterium nucleatum.
yang merupakan gas yang dihasilkan oleh Dan disimpulkan bahwa antigen yang
interaksi (oxygen Reactive) berbagai masuk ke saluran akar mampu merangsang
molekul dan spesies diduga berpengaruh respons antibodi sistemik. (8)
dalam mempercepat proses inflamasi. Pada beberapa penelitian terdapat juga
Beberapa penelitian dengan tikus sitokin anti inflamasi yang menghambat
membuktikan adanya hubungan PG dengan kerja dari citokin pro inflamasi. IL 10
meningkatnya akvitas inflamasi periapikal merupakan tipe citokin anti inflamasi. Pada
gigi.(8) penelitian dengan tikus menunjukkan IL10
Periodontitis apikalis kronis sering dapat menghambat kerja citokin pro
disebut sebagai periapikal granuloma inflamasi ketika IL 10 di induksikan
karena terdapatnya jaringan inflamasi kedalam jaringan periapikal yang
ganulomatosa di perapikal gigi sebagai mengalami inflamasi. (8)
Andalas Dental Journal P a g e | 155

MEDIATOR DALAM INFLAMASI kemokin yang terdapat pada sel PMN,


JARINGAN PULPA DAN
Makrofag, Sel osteoklast, Sel Limfosit T,
PERIAPIKAL
sel limfosit B. Beberapa kemokin yang
Inflamasi periapikal ditandai oleh
telah diketahui penyebab migrasi sel PMN
migrasi sel polymorphonuclear leukosit,
ke lokasi inflamasi, Interleukin (IL), Tumor
monosit, limfosit, plasma dan sel mast, dan
Necrosis Faktor (TNF), Bakteri
osteoblast dan osteoklas, untuk
lipopolisaccharida (LPS). (9,10,26)
mengaktivasi sel tersebut bermigrasi ke
daerah inflamasi diperlukan mediator. Kemokin merupakan protein
(9,10,26)
superfamili yang mempunyai rantai asam
Mediator ini adalah kemokin. Sinyal amino (sistein) yang berpasangan dengan
dari kemokin diterjemahkan oleh reseptor dua rantai sulfida. Penamaan kemokin
spesifik yang ada pada sel sel imun untuk berdasarkan susunan sisteinnya dan
memulai aktivitas sehingga menimbulkan diklasifikasikan menjadi 4 yaitu kemokin a
respon selular, antara lain kemotaksis dan (CXC) seperti IL8 yang bereaksi terutama
aktivasi sel inflamasi dan sel-sel tulang. dengan netrofil, kemokin b (CC) seperti
Selain itu sinyal kemokin juga Monosit Chemoactractan Protein1 (MCP1),
menyebabkan proses biologis lainnya Macrophage Inflammatory Protein1
seperti angiogenesis, proliferasi sel, (MIP1), Regulated and normal T expressed
apoptosis, tumor metastatis. (19) and secreted (Rantes) bereaksi dengan
dengan monosit, limfosit sel leukosit
kecuali netrofil, Kemokin g (C) seperti
Limfolaktin dan kemokin sistein CX3C.
Reseptor kemokin penamaannya
didasarkan tatanama kemokinnya (19,26)
Beberapa reseptor kemokin yang
telah diketahui untuk penyakit dalam
rongga mulut seperti yang terdapat pada
Gambar 5 : Kemokin reseptor di jaringan lunak makrofag yaitu CCR1, CCR2 dan CCR5
rongga mulut ( Silva, 2007)
menerima kemokin yang dihasilkan oleh sel
Kemokin di produksi oleh berbagai
fibroblast, sel endotel, sel makrofag, sel
macam sel seperti sel fibroblast, sel endotel,
mast dan sel osteoblast seperti MIP1
sel mast, sel osteoblas, sel makrofag. Sinyal
(CCL3), RANTES (CCL5), MCP1 (CCL2).
dari kemokin akan ditangkap oleh reseptor
Reseptor kemokin pada osteoklas adalah
Andalas Dental Journal P a g e | 156

CCR1, reseptor kemokin Th1 limfosit T


adalah CCR1, CCR2, CCR5 dan CXCR3,
reseptor kemokin Th2 limfosit T adalah
CCR4, CCR8, reseptor kemokin netrofil
CXCR1 dan CXCR2, reseptor kemokin sel
B adalah CXCR5 (26,35,34,36,33)
Selain reseptor kemokin yang
terdapat pada tulang, untuk menjaga
keseimbangan integritas jaringan tulang
Gambar 6 : Kemokin reseptor di jaringan tulang
antara reposisi oleh osteoklas dan deposisi (Silva, 2007)
Pada beberapa penelitian menyatakan
oleh osteoklas, terdapat juga mekanisma
IL8 (CXCL1) dapat mengaktivasi dan
lain yang mendorong tejadinya reposisi dan
mendorong prekursor osteoklas untuk
deposisi pada tulang yaitu TNF receptor,
berdiferensiasi melalui reseptor CXCR1
Reseptor aktivator of nuklear factor
pada osteoklas demikian juga SDF1
(RANK), Osteoprotegerin (OPG), Ligan
(CXCL12) berinteraksi dengan CXCR4
RANK (RANKL). RANK terdapat pada
dan MIP1(CCL3) berinteraksi dengan
prekursor osteoklas dan osteoklas mature,
CCR1 dan CCR5 serta MCP berinteraksi
sementara RANKL terdapat pada
dengan CCR2. Aktivitas RANKL pada
osteoblast. Interaksi antara RANK dan
osteoklas mature dapat mengiduksi MCP1
RANKL diperlukan untuk diferensiasi dan
dan Rantes sehingga terjadi autokrin dan
aktivasi osteoklas yang diatur oleh OPG.
parakrin sinyal osteoklas untuk membuat
Umpan balik dari RANKL akan
prekursor oskeoklas berdiferensiasi. (13,28)
menghambat resorpsi tulang.
Ketidakseimbangan integritas jaringan
tulang lebih disebabkan oleh aktivitas
berlebihan dari resorbsi tulang seperti yang
terjadi pada penyakit periodontitis apikalis
dan marginalis. (8,28,37)

Gambar 7 : Kemokin Reseptor Di Jaringan Pulpa


Gigi (Silva, 2007)
Pada osteoblas juga ditemukan reseptor
kemokin CCR1, CCR3, CCR4, CCR5,
Andalas Dental Journal P a g e | 157

CXCR1,CXCR3, CXCR4, CXCR5. 10. Selzer. Samuel , Bender I B. Dental Pulp. 3rd
edition. Quintessence Publisher co. 2002
Kemokin SDF1(CXCL12), 11. Harty S. Endodontics In Clinical Practice, 5th
Edition, Wright Edinburgh.2004
BCA1(CXCL13) dan Rantes(CCL5) 12. WHO. Application Of The International
Classification Of Diseases To Dentistry And
melalui reseptor diatas akan mengaktivasi Stomatognaty ICD-DA. 3rd Edition. WHO Library
Cataloque Publication Data. 1995
proliferasi prekursor osteoblas menjadi
13. Walker D M. Oral Mucosa Immunology : An
osteoblas mature. Ada juga kemokin yang Overview. An Acad Med Singapore. 2004. 33
suppl. p27-30.
berasal dari osteoblast yaitu MCP1 dan 14. Jontell M, Okiji, Dahlgren, Bergenholtz. Immune
Defense Mechanisms Of The Dental Pulp, Critical
SDF1 menyebabkan terjadinya crosstalk Review In Oral Biology And Medicine.1998.
p179-199.
antar sel tulang setelah sel osteoblast
15. Tronstad Leif. Clinical Endodontic, 2nd Revised
tersebut di induksi oleh produk microba, Edition, Thieme,2003
16. Hahn CL, Falkler WA Jr, Siegel MA. A Study Of T
mediator inflamasi dan protein dentin And B Cell In Pulpa Pathosis. J Endodontic. 1989.
15 p 20-26
dimana terjadi perubahan sel osteoblas 17. Sakamoto M, Sanjo D. An Immunohistochemical
menjadi osteoklas dan sebaliknya kemokin Study On Human Dental Pulp In Different Depth
Of Carious Lession. Jpn J Concerv Dent. 1992. 35
Rantes menyebabkan crosstalk sel osteoklas p 828-835
18. Izumi T, Kobayashi I, Okamura K, Sakai H.
menjadi osteoblast.(28) Immunohistochemical Study On The
Immunocompetent Cells Of The Pulp In Human
KEPUSTAKAAN Non Carious And Carious Teeth. ArchOral Biol.
1995. 40 p 609-614.
1. Cawson R.A, Odell E.W. Oral Pathologi And Oral
19. Darwin Eryati. Imunologi dan Infeksi. Andalas
Medicine.10th Edition Churchill Livingstone
University. 2006
Edinburgh. 2008. p 60-76
20. Mosmann TR, Coffman RL. TH 1 And TH2 Cells:
2. Fejerskov Ole, Kidd Edwina. Dental Caries The
Different Patterns Of Lymphokine Secretion Lead
Desease And Its Clinical Managemen. 2nd
To Different Functional Properties. Ann Rev
Edition. Blackwell Munksgaard. 2008. p 3-6
Immunol. 1989. 7 p 145-173.
3. Ryan, J., Kenneth. Sherris Medical Microbiologi
21. Mangkornkarn C, Steiner JC, Bohman R,
An Introduction To Infections Deseases, Appleton
Lindemann RA. Flow Cytometric Analysis Of
& Lange, Norwalk Connecticut. 1994. p 835-843
Human Dental Pulp Tissue. J Endodont. 1991. 17
4. Bagg, Jeremy; Macfarlane, T. Wallace; Poxton,
p 49-53.
Ian R.; Smith, Andrew J.; Bagg, Simon. 2006,
22. Sorg C. Heterogeneity In Subpopulations Of
Essentials Of Microbiology For Dental Students,
Macrophages. Molec Immunol. 1982. 19 p 1275-
2nd Edition, Oxford University Press. 2006.
1280.
5. Mooduto Latief. Immunopatogenitas Dan
23. Adams DO, Hamilton TA. The Cell Biology Of
Perawatan Abses Periapikal Karena Infeksi
Macrophage Activation. Ann Rev Immunol. 1984.
Saluran Akar, Majalah Kedokteran Gigi Dental
2 p 283-318.
Journal, Kedokteran Gigi Unair. 2008. p 71-77
24. Dijkstra CD, Damoiseaux IG. Macrophage
6. Slootweg.J.Pieter. Dental Pathology Apractical
heterogeneity established by
Introduction. Springer Berlin. 2007 immunocytochemistry. Prog Histochem Cytochem.
7. Avery.K.James. Oral Development and Histologi. 1993. 27 p 1-65.
3rd edition. Thieme Stuttgard. 2002 25. Ingle Jl, Langeland K. Etiology And Prevention Of
8. Orstavik Dag, Ford Pit Thomas. Essential Pulpal Inflammation, Necrosis And Dystrophy In
Endodontology Prevention And Treatment Of Endodontics. Ingle JI, Taintor IF, editors.
Apical Periodontitis. 2nd Edition. Blackwell Philadelphia: Lea and Febiger, pp. 1985. p 304-
Munksgaard. 2008. 388.
9. Cohen Stephen, Hargreaves M Kennneth. 26. Silva TA, Garlet JS, Fukada SY, Silva JS, Cunha
Pathways Of The Pulp, 9th Edition, Mosby FQ. Chemokines in Oral Inflammatory Diseases:
Elsevier. 2006
Andalas Dental Journal P a g e | 158

Apical Periodontitis and Periodontal Disease. J


DENT RES. 2007. 86 p 306-319
27. Nakanishi T, Takahashi K, Hosokawa Y, Adachi
T, Nakae H, Matsuo T. Expression Of
Macrophage Inflammatory Protein 3 Alpha In
Human Inflamed Dental Pulp Tissue. J Endod.
2005. 31 p 84-87.
28. Nair PN. Pathogenesis Of Apical Periodontitis
And The Causes Of Endodontic Failures. Crit Rev
Oral Biol Med. 2004. 15 p 348-381.
29. Chae P, Im M, Gibson F, Jiang Y, Graves DT.
Mice lacking monocyte chemoattractant protein 1
have enhanced susceptibility to an interstitial
polymicrobial infection due to impaired monocyte
recruitment. Infect Immun. 2002. 70 p 3164-3169.
30. Silva TA, Lara VS, Silva JS, Garlet GP, Butler
WT, Cunha FQ. Dentin sialoprotein and
phosphoprotein induce neutrophil recruitment: a
mechanism dependent on IL-1beta, TNF-beta, and
CXC chemokines. Calcif Tissue Int. 2004. 74 p
532-541.
31. Yang LC, Huang FM, Lin CS, Liu CM, Lai CC,
Chang YC. Induction of interleukin-8 gene
expression by black-pigmented Bacteroides in
human pulp fibroblasts and osteoblasts. Int Endod
J. 2003. 36 p 774-779.
32. Murakami Y, Hanazawa S, Tanaka S, Iwahashi H,
Yamamoto Y, Fujisawa S. A possible mechanism
of maxillofacial abscess formation: involvement of
Porphyromonas endodontalis lipopolysaccharide
via the expression of inflammatory cytokines. Oral
Microbiol Immunol. 2001. 16 p 321-325.
33. Kabashima H, Yoneda M, Nagata K, Hirofuji T,
Maeda K. The Presence Of Chemokine And
Chemokine Receptor In Inflamed Human Gingival
Tissues. 2002. 20 p 70-77.
34. Zlotnik A, Yoshie O. Chemokines: A New
Classification System And Their Role In
Immunity.2000. 12 p 121-127.
35. Rossi D, Zlotnik A. The Biology Of Chemokines
And Their Receptors. Annu Rev Immunol.200. 18
p 217-242.
36. Gemmell E, Carter CL, Seymour GJ. Chemokines
In Human Periodontal Disease Tissues. Clin Exp
Immunol. 2001. 125 p 134-141.
37. Boyle WJ, Simonet WS, Lacey DL. Osteoclast
differentiation and activation. Nature. 2003. 423 p
337-342.

Anda mungkin juga menyukai