Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan tentang hasil studi kasus dan pembahasan

mengenai Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Gangguan Persepsi

Sensori: Halusinasi Penglihatan di Ruang Yakut RSUD Dr. H. Moch. Ansari

Saleh Banjarmasin. Penyajian data dilakukan menggunakan deskriptif dan narasi

dengan format yang telah ditentukan (format asuhan keperawatan jiwa).

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H Moch Ansari

Saleh adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah Provinsi

Kalimantan Selatan (Kalsel). RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh di Jalan

Brigjen H Hasan Basri Nomor 1 Banjarmasin.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Surat

Keputusan Nomor 372/MENKES/IV 2008 pada tanggal 15 April

2008, dengan visi "Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima dan

Unggul yang Terintegrasi dengan Pendidikan dan Penelitian”. Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Menyelenggarakan

pelayanan dengan menyediakan fasilitas terdepan yang terjangkau

44
45

bagi masyarakat menengah ke bawah dan mengutamakan kenyamanan

dan keselamatan Klien melalui keramahan pelayanan, kecepatan/

kelancaran serta kebersihan sarana dan prasarana di lingkungan

Rumah Sakit. RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh berdiri di atas lahan

seluas 87.675 meter persegi dengan luas bangunan 12.161 meter

persegi.

RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh memiliki 39 tempat tidur

berkelas VIP, 60 Kelas I, 68 Kelas II, 148 Kelas III, 3 tempat tidur

ICU, 1 tempat tidur PICU, 15 tempat tidur bayi baru lahir, 3 ICCU, 28

tempat tidur IGD, 5 di ruang operasi dan 8 di ruang operasi.

Ada 62 dokter yang bertugas di RSUD Dr. H Moch Ansari

Saleh terdiri dari dokter umum dan dokter Spesialis serta 2 dokter

gigi. Selain itu ners yang bertugas di RSUD Dr. H Moch Ansari

sebanyak 67 orang ditambah dengan 272 orang perawat lainnya.

Saat ini RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh dipimpin oleh

Direktur Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar Sp. OT berlokasi di Jalan

Brigjen. H. Hasan Basri Nomor 1, Alalak Utara, Banjarmasin Utara,

Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70125.

Sebagai rumah sakit kelas B, RSUD Dr. H. Moch. Ansari

Saleh juga menyelenggarakan praktik belajar lapangan bagi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum maupun Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan, Akademi Keperawatan, serta Akademi Kebidanan negeri

maupun swasta.
46

Lokasi dalam pengambilan data studi kasus ini adalah ruang

Yakut RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh. Ruang Yakut adalah ruang

rawat inap jiwa laki-laki yang terletak di instalasi rawat inap jiwa.

Tenaga kesehatan yang bertugas di Ruang Yakut ini terdiri atas

Kepala Ruangan sebanyak 1 orang, Dokter Spesialis Jiwa sebanyak 3

orang. Perawat Ruangan sebanyak 10 orang, Ahli Gizi Ruangan

sebanyak 1 orang, Tenaga Administrasi Ruangan sebanyak 1 orang

dan Tenaga Kebersihan sebanyak 2 orang. Ruang Yakut merupakan

ruang rawat inap jiwa bagi Klien kelas I, II, dan III.

a. Visi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima Dan Unggul

Yang Terintegrasi Dengan Pendidikan Dan Penelitian

b. Misi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

1) Menyelenggarakan Pelayanan kesehatan yang bermutu dan

berorientasi pada kepuasan pelanggan

2) Menyelenggarakan Pengembangan Pusat Rujukan Pelayanan

Kesehatan dengan unggulan penyakit syaraf dan penyakit

Infeksi di Provinsi Kalimantan Selatan

3) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian untuk tenaga

Dokter dan Tenaga Kesehatan lainnya

4) Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang Efisien,

Efektif dan Akuntabel.


47

c. Moto RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Keselamatan Klien Kami Utamakan

Berikut adalah Kapasitas Tempat Tidur di RSUD Dr. H. Moch.

Ansari Saleh dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Data Kapasitas Tempat Tidur di RSUD Dr. H. Moch.


Ansari Saleh Tahun 2019
No. Nama Gedung Ruang Rawat Ket Jumlah
Inap TT
1. IRNA 1 Lt.1 EMERALD 2 VIP 19
2. IRNA 1 Lt.2 EMERALD 3 VIP 20
3. IRNA 2 Lt.1 ALEXANDRI Rg. Anak 35
4. IRNA 2 Lt.2 NILAM Rg. Penyakit 33
Dalam
5. IRNA 2 Lt.3 SAFIR Rg. Penyakit 30
Dalam
6. IRNA 3 Lt.1 MUTIARA Rg. Nifas 20
7. IRNA 3 Lt.2 MUTIARA Rg. Nifas 20
8. IRNA 3 Lt.3 BERLIAN Rg. Saraf 20
9. IRNA 3 Lt.4 RUBY Rg. Kelas 3 15
10. IRNA BEDAH KUMALA Rg. Bedah 15
Lt.1
11. IRNA BEDAH KUMALA Rg. Bedah 15
Lt.2
12. IBS Lt.1
13. IBS Lt.2 MERAH Rg. vk 15
DELIMA Bersalin
14. IBS Lt.3 ICU ICU / PICU 7
15. IBS Lt.4 OK
16. IRNA BEDAH KUMALA 30
17. GEDUNG YAKUT 25
JIWA
18. GEDUNG GIOK 22
JIWA
19. GEDUNG JAMRUD 19
PARU
Jumlah 330 TT
Sumber: http://rsas.kalselprov.go.id/statis-10-rawatinap.html
48

2. Pengkajian Keperawatan

Pada studi kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap

klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan. Isi

dari pengkajian ini yaitu identitas klien, hasil pemeriksaan fisik,

keluhan utama, dan riwayat penyakit (sekarang, dahulu dan keluarga),

perubahan pola kesehatan, dan genogram.

RUANGAN RAWAT: Yakut TANGGAL DIRAWAT: 23/12/2019

a. Identitas Klien

Inisial : Tn. D (L)

Tanggal Pengkajian : 13/01/2020

Umur : 35 tahun

RM No. : 0558XX

Informan : Rekam Medik, Keluarga Klien,

Klien, Perawat ruangan Yakut

b. Alasan Masuk

Klien sering berbicara sendiri, gelisah, klien juga

mengatakan sering melihat bayangan putih besar dan terlihat

menakutkan.

c. Faktor Predisposisi

Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan sudah berulang

kali masuk rumah sakit jiwa, sebelumnya klien di rawat di ruang

Yakut RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh ±2 bulan yang lalu,

namun karena pengobatannya kurang berhasil sehingga


49

gangguan jiwa klien kambuh kembali. Klien pernah mengalami

aniaya fisik sebagai korban pada usia 11 tahun, yaitu sering

dipukul dan dicubit oleh ibu klien. Klien tidak pernah melakukan

tindakan kriminal seperti mencuri tetapi klien pernah

menggunakan zat adiktif sejak sekitar usai ±20 tahun. Klien

pernah mengamuk dan membuat berantakan rumahnya serta

memecahkan kaca rumahnya karena melihat bayangan putih pada

kaca. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa. Klien mengatakan pernah mengalami kegagalan dalam

pekerjaan, hubungan asmaranya dan kehilangan Ibunya yang

meninggal karena sakit.

Masalah Keperawatan : - Regimen Terapeutik Tidak Efektif

- Risiko Perilaku Kekerasan

- Koping individu tidak efektif

d. Fisik

1) Tanda vital : TD : 100/80 mmHg N : 90 x/menit

S : 36,6 oC P : 22 x/menit

2) Ukur : TB : 168 cm BB : 52,5 kg

Saat pengkajian fisik tidak ditemukan keluhan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Psikososial

1) Genogram
50

Klien tinggal serumah bersama Ayah klien, ibu klien

telah meninggal dunia dan klien adalah anak tunggal, klien

belum pernah menikah. Komunikasi klien dan keluarga

terjalin dengan baik, pengambilan keputusan dalam

keluarga di lakukan oleh ayah klien, untuk pola asuh klien

diasuh oleh kedua orang tuanya sejak klien kecil sampai

sekarang dengan cukup baik. Untuk lebih jelasnya dapat di

lihat pada gambar genogram di bawah:

Gambar 4.1 Genogram


51

Keterangan :

: Laki laki -

: Perempuan

: Klien
: Meninggal
X
: Hubungan dengan
keluarga
: Nikah
: Tinggal serumah

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2) Konsep diri

a) Gambaran diri

Klien mengatakan suka dengan semua anggota

tubuhnya

b) Identitas

Klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak tunggal

dan merasa puas dilahirkan sebagai laki-laki

c) Peran

Klien mengatakan tidak bekerja, ketika di rumah

aktivitasnya adalah bersantai di rumah dan terkadang

mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu.

d) Ideal diri
52

Klien ingin memiliki pekerjaan yang tetap seperti

memiliki bekerja disebuah perusahaan sehingga dapat

memiliki penghasilan yang banyak untuk mencukupi

keluarganya dan membahagiakan ayahnya.

e) Harga diri

Klien mengatakan kadang merasa malu ketika

halusinasinya kambuh lagi, kemudian menjadi bahan

pembicaraan tetangga. Serta menurut perawat yang

berjaga, saat setelah halusinasi klien kambuh, terkadang

klien hanya duduk diam dan menundukkan kepala serta

berkata merasa malu pada klien yang lain.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3) Hubungan Sosial

a) Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibu dan

ayahnya, karena kedua orang tuanya lah yang paling

perhatian kepadanya.

b) Klien berperan aktif dan kooperatif selalu mengikuti

kegiatan yang diadakan mahasiswa seperti TAK.

c) Klien tidak ada hambatan berhubungan dengan orang

lain.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4) Spiritual
53

a) Klien beragama Islam

b) Klien mengatakan aktif beribadah, dapat menjalankan

Shalat serta rutin berdoa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

f. Status Mental

1) Penampilan

Penampilan klien bersih, sesuai keadaan dan rapi.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2) Pembicaraan

Klien berbicara dengan lancar dan selalu menjawab dengan

sesuai jika ditanya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3) Aktivitas Motorik

Aktivitas motorik klien tampak normal, tidak ada tremor,

agitasi, gerakan kompulsif, namun tampak sedikit gelisah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4) Alam perasaan

Alam perasaan klien tampak normal dan stabil. Sesuai

dengan situasi klien.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5) Afek
54

Klien tampak normal dan sesuai

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6) interaksi selama wawancara

Klien bersikap kooperatif dan mau menjawab pertanyaan

yang diberikan dengan baik .

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7) Persepsi

Penglihatan, isi: berupa bayangan putih, waktu: disaat

malam dan jika tidak ada teman untuk diajak bicara,

frekuensi: kadang-kadang, situasi: pada saat sepi, respons:

takut dan khawatir.

Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori:

Halusinasi Penglihatan

8) Proses Pikir

Klien menjawab dengan sesuai saat ditanya dengan

perawat.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9) Isi Pikir

Klien tidak mengalami gangguan seperti fobia maupun

waham.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10) Tingkat Kesadaran


55

Tingkat kesadarannya baik, klien mampu berorientasi

dengan waktu, tempat, dan orang lain.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11) Memori

Tidak ada gangguan daya ingat

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12) Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Konsentrasi baik dan mampu berhitung dengan benar.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13) Kemampuan Penilaian

Kemampuan penilaian klien baik, klien dapat menentukan

dengan benar ketika ditanya seperti lebih dulu wudhu atau

sholat.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14) Daya tilik diri

Klien mengatakan bahwa klien menyadari bahwa dia

dirawat di rumah sakit dan mengerti tentang penyakitnya

saat ini.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

g. Kebutuhan Persiapan Pulang

1) Makan 3x sehari secara mandiri, tidak ada pantangan dan

cara makan perlahan.

2) BAB 1x sehari dan BAK ±4x sehari secara mandiri.


56

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

1) Mandi 2x sehari secara mandiri, keramas 2 hari sekali, dan

menggosok gigi setiap mandi.

2) Klien mampu berpakaian/berhias secara mandiri dengan

benar

3) Istirahat dan tidur

a) Tidur siang

(1) Di Rumah dari pukul 14.00 s/d 15.00 WITA

(2) Di RS dari pukul 13.00 s/d 14.00 WITA

b) Tidur malam

(1) Di Rumah dari pukul 22.00 s/d 06.00 WITA

(2) Di RS dari pukul 20.00 s/d 06.00 WITA

c) Sebelum tidur biasanya klien mencuci muka dan gosok

gigi terlebih dahulu.

4) Klien memerlukan bantuan orang lain secara minimal untuk

mengingatkan klien minum obat sesuai jadwal.

5) Pemeliharaan Kesehatan

a) Perawatan lanjutan dilakukan melalui rawat jalan setiap

sebulan sekali di poliklinik jiwa.

b) Sistem pendukung yang dimiliki klien adalah keluarga

klien.

6) Kegiatan di dalam rumah


57

Makanan dipersiapkan oleh ayah klien, untuk pakaian

sehari-hari dicuci oleh klien sendiri dan pengaturan

keuangan klien di bantu oleh Ayah.

7) Kegiatan di luar rumah

Kegiatan di luar rumah biasanya pergi ke masjid untuk

mengikuti kegiatan rohani.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

h. Mekanisme Koping

Klien mau berbicara dengan orang lain, mampu melakukan

teknik relaksasi dengan benar, setiap pagi melakukan kegiatan

senam akan tetapi ketika klien ada masalah klien memilih untuk

menghindar dan menyendiri. Serta Menurut perawat yang

berjaga, saat setelah halusinasi klien kambuh, terkadang klien

hanya duduk diam sendiri.

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

i. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

1) Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik :

Tidak ada masalah dengan dukungan kelompok, klien

biasanya mengikuti kegiatan rohani di mesjid dekat

rumahnya

2) Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik :

Hubungan klien dengan lingkungan sekitar berjalan baik

3) Masalah dengan pendidikan, spesifik :


58

Tidak ada masalah dengan pendidikan pendidikan terakhir

klien adalah SMA.

4) Masalah dengan pekerjaan, spesifik :

Sebelumnya klien bekerja sebagai staf pengelola mesjid

5) Masalah dengan perumahan, spesifik :

Tidak ada masalah dengan perumahan

6) Masalah ekonomi, spesifik :

Kondisi ekonomi keluarga klien dalam keadaan yang stabil.

7) Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik :

Tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

j. Pengetahuan Kurang Tentang

Klien mengatakan kurang mengetahui mekanisme koping yang

baik dan tentang penyakit yang dideritanya saat ini.

Masalah Keperawatan : Kurang Pengetahuan

k. Aspek Medik

Diagnosa Medik : F.20.0 (Schizophrenia Paranoid)

Terapi Medik :

Tabel 4.2 Terapi Medik


No. Nama Obat Dosis Manfaat
1 Haloperidol 3 x 1 mg Haloperidol adalah obat
golongan antipsikotik yang
bermanfaat untuk mengatasi
gejala psikosis pada gangguan
mental, seperti skizofrenia.
2 Chlopromazine 3 x 100 mg Chlorpromazine adalah obat
59

untuk mengatasi gangguan


psikosis, seperti skizofrenia
atau mania-depresi dan
masalah perilaku yang parah.
3 Risperidone 2 x 1 mg Risperidone adalah obat untuk
mengatasi gangguan
mental/mood tertentu, seperti
schizophrenia, gangguan
bipolar, dan iritabilitas yang
berhubungan dengan gangguan
autis. Pengobatan ini dapat
membantu Anda untuk
berpikir jernih dan beraktivitas
normal dalam kehidupan
sehari-hari.
4 Trihexyphenidyl 2 x 1 mg Trihexyphenidyl digunakan
untuk meminimalisir efek
samping dari obat psikiatri
antipsikotik

5 Stelosi Stelosi adalah obat yang


digunakan untuk mengobati
skizofrenia, gangguan psikotik
(gangguan mental/mood).
Stelosi mengurangi perilaku
agresif dan keinginan untuk
melukai diri sendiri/orang lain.
Stelosi juga membantu
mengurangi halusinasi
(mendengar/melihat benda
yang sebenarnya tidak ada).

l. Daftar Masalah Keperawatan


60

1) Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan

2) Regimen Terapeutik Tidak Efektif

3) Risiko Perilaku Kekerasan

4) Koping individu tidak efektif

5) Harga Diri Rendah

m. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan


terhadap diri sendiri & orang
lain
(Akibat)

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi Pengelihatan
(Masalah utama)

Harga Diri Rendah


(Penyebab)
Regimen Terapiutik
Tidak efektif
(Penyebab)
Koping Individu tidak efektif
(Penyebab)
Gamba

r 4.2 Pohon Masalah


61

3. Analisa Data

Tabel 4.3 Analisa Data


MASALAH /
No. DATA
DIAGNOSA KEP.
1. DS: Gangguan Persepsi
62
Klien mengatakan sering melihat bayangan putih Sensori: Halusinasi
besar dan terlihat menakutkan Penglihatan

DO:
- Klien tampak Gelisah
- Pandangan Klien kadang tampak kosong
- Klien tampak sering melamun
- Koping maladaptif, klien suka menyendiri atau
menghindar jika ada masalah
2. DS: Risiko Perilaku
Ayah klien mengatakan bahwa klien pernah Kekerasan
mengamuk dan membuat berantakan rumahnya
serta memecahkan kaca rumah.

DO:
- Klien memiliki riwayat amuk
- Klien tampak gelisah
- Klien mengalami gangguan persepsi sensori
halusinasi penglihatan
- Klien memiliki riwayat putus obat
3. DS : Regimen
- Ayah klien mengatakan bahwa obat klien Terapeutik Tidak
terkadang habis saat ia sedang bekerja jauh Efektif
keluar kota sehingga klien tidak kontrol dan
berobat sesuai jadwal.

DO:
- Klien memiliki riwayat putus obat
- Klien memiliki riwayat di rawat berulang kali
- Klien hanya tinggal berdua bersama ayahnya
- Ayah klien adalah pekerja swasta sehingga
sering keluar kota

4. DS : Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan kadang merasa malu ketika
halusinasinya kambuh lagi, kemudian menjadi
bahan pembicaraan tetangga.

DO:
- Menurut perawat yang berjaga, saat setelah
halusinasi klien kambuh, terkadang klien hanya
duduk diam dan menundukkan kepala serta
berkata merasa malu pada klien yang lain.

5. DS : Koping Individu
- Klien mau berbicara dengan orang lain, mampu
melakukan teknik relaksasi dengan benar, setiap Tidak Efektif
pagi melakukan kegiatan senam akan tetapi
ketika klien ada masalah klien memilih untuk
menghindar dan menyendiri.
63

4. Diagnosa Keperawatan

1) Regimen Terapeutik Tidak Efektif

(Penyebab)

2) Koping Individu Tidak Efektif

(Penyebab)

3) Harga Diri Rendah

(Penyebab)

4) Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan

(Masalah Utama/ Diagnosa Utama)

5) Risiko Perilaku Kekerasan terhadap diri sendiri & orang lain

(Akibat)
64

5. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan (Wibowo dan Widodo, 2014)


Dx Perencanaan
Keperawata Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
n
Gangguan TUM :
persepsi Klien dapat
sensori: mengontrol atau
halusinasi. mengendalikan
halusinasi yang
dialaminya

TUK : 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling


1. K bersahabat percaya dengan
lien dapat menunjukkan mengungkapkan prinsip
membina rasa senang ada komunikasi terapeutik.
hubungan kontak mata. a. Sapa klien dengan
saling Mau berjabat ramah baik verbal
percaya tangan, mau maupun non verbal
menyebutkan b. Perkenalkan diri
nama, mau dengan sopan
menjawab c. Tanyakan nama
salam, klien lengkap klien dan
mau duduk nama panggilan yang
berdampingan disukai klien
dengan perawat, d. Jelaskan tujuan
mau pertemuan
mengungkapkan e. Jujur dan menepati
masalah yang janji
dihadapi. f. Tunjukan sikap
simpati dan
menerima apa adanya
g. Beri perhatian pada
kebutuhan dasar
klien

2. Klien 1. Kl 1. Adakan
dapat mengenal ien dapat kontak sering dan
halusinasinya menyebutk singkat secara
an waktu, bertahap
isi, 2. Observasi
frekuensi tingkah laku klien
dan situasi terkait dengan
yang halusinasinya; bicara
menimbulk dan tertawa tanpa
an stimulus memandang
halusinasi ke kiri/ke kanan/ ke
2. Kl depan seolah-olah ada
ien dapat teman bicara
mengungka 3. Bantu klien
pkan mengenal
65

perasaan halusinasinya :
terhadap a. Jika menemukan
halusinasin klien yang sedang
ya halusinasi,
 Tanyakan
apakah ada
dilihat
 Jika klien
menjawab ada,
lanjutkan : apa
yang dilihat
 Katakan bahwa
perawat percaya
klien melihat
bayangan itu,
namun perawat
sendiri tidak
melihatnya
(dengan nada
bersahabat
tanpa menuduh
atau
menghakimi)
 Katakan bahwa
klien lain juga
ada seperti klien
 Katakan bahwa
perawat akan
membantu
klien.
b. Jika Klien tidak
sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi.
4. Diskusikan
dengan klien :
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan
halusinasi (jika
sendiri, jengkel /
sedih)
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang sore, dan
malam atau sering
dan kadang-kadang)
5. Diskusikan
dengan klien
bagaimana
perasaannya jika
terjadi halusinasi
(marah/takut, sedih,
senang) dan beri
66

kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien 1. Kl 1. Identifikasi
dapat mengontrol ien dapat bersama klien cara
halusinasinya menyebutk atau tindakan yang
an tindakan dilakukan jika terjadi
yang halusinasi (tidur,
biasanya marah, menyibukkan
dilakukan diri dll.)
untuk 2. Diskusikan
mengendali manfaat dan cara yang
-kan digunakan klien, jika
halusinasin bermanfaat beri pujian
ya 3. Diskusikan
2. Kl cara baru untuk
ien dapat memutus/ mengontrol
menyebutk timbulnya halusinasi :
an cara a. Katakan : “saya tidak
baru mau dengar/lihat
3. Kl kamu” (pada saat
ien dapat halusinasi terjadi)
memilih b. Menemui orang lain
cara (perawat/teman/angg
mengatasi ota keluarga) untuk
halusinasi bercakap cakap atau
seperti mengatakan
yang telah halusinasi yang
didiskusika didengar / dilihat
n dengan c. Membuat jadwal
klien kegiatan sehari hari
4. Kl agar halusinasi tidak
ien dapat sempat muncul
melaksanak d. Meminta
an cara keluarga/teman/
yang telah perawat menyapa
dipilih jika tampak bicara
untuk sendiri
mengendali 4. Bantu Klien
kan memilih dan melatih
halusinasin cara memutus
ya halusinasi secara
5. Kl bertahap
ien dapat 5. Beri
mengikuti kesempatan untuk
terapi melakukan cara yang
aktivitas dilatih. Evaluasi
kelompok hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
6. Anjurkan
klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi
4. K 1. Keluarga dapat 1. Anjurkan
67

lien dapat membina Klien untuk


dukungan hubungan saling memberitahu keluarga
dari percaya dengan jika mengalami
keluarga perawat halusinasi
dalam 2. Keluarga dapat 2. Diskusikan
mengontr menyebutkan dengan keluarga )pada
ol pengertian, saat keluarga
halusinasi tanda dan berkunjung/pada saat
nya tindakan untuk kunjungan rumah)
mengendali kan a. Gejala halusinasi
halusinasi yang di alami klien
b. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
c. Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat
bantuan halusinasi
tidak terkontrol, dan
risiko mencederai
orang lain

5. K 1. Kl 1. Diskusikan
lien dapat ien dan dengan klien dan
memanfa keluarga keluarga tentang dosis,
atkan dapat efek samping dan
obat menyebutk manfaat obat
dengan an manfaat, 2. Anjurkan
baik dosis dan Klien minta sendiri
efek obat pada perawat dan
samping merasakan manfaatnya
obat 3. Anjurkan
2. Kl klien bicara dengan
ien dapat dokter tentang
mendemon manfaat dan efek
strasi kan samping obat yang
penggunaa dirasakan
n obat 4. Diskusikan
dengan akibat berhenti minum
benar obat tanpa konsultasi
3. Kl 5. Bantu klien
ien dapat menggunakan obat
informasi dengan prinsip 6 benar
tentang
manfaat
dan efek
68

samping
obat
4. Kl
ien
memahami
akibat
berhenti
minum obat
tanpa
konsultasi
5. Kl
ien dapat
menyebutk
an prinsip 6
benar
penggunaa
n obat

6. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 4.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Selasa, SP I: SP I:
14 1. BHSP S:
Januari 2. Memperkenalkan nama 1. Klien mengatakan nama
2020 lengkap dan nama lengkap dan nama
Jam panggilan panggilannya
09.00 3. Menanyakan nama 2. Klien mengatakan
WITA lengkap dan nama melihat bayangan putih
panggilan Klien besar menyeramkan,
4. Membantu Klien biasanya terjadi disaat
mengenal halusinasi malam dan jika tidak ada
(jenis, isi, waktu, teman untuk diajak
frekuensi, situasi, bicara, frekuensi tidak
respons) menentu, terjadi saat
5. Menjelaskan cara-cara suasana sepi serta kadang
mengontrol halusinasi membuat klien takut dan
6. Mengajarkan Klien khawatir.
mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: O:
69

menghardik halusinasi 1. Klien tampak duduk


7. Meminta Klien sendiri dengan pandangan
mengulang kembali tampak kosong
cara menghardik 2. Klien tampak sering
halusinasi yang telah melamun
diajarkan perawat 3. Klien menjawab salam
8. Memberikan perawat
reinforcement kepada 4. Klien mampu membina
Klien hubungan saling percaya
9. Menganjurkan Klien dan menerima
memasukkan cara keberadaan perawat
menghardik halusinasi 5. Klien mampu
ke dalam kegiatan menyebutkan cara-cara
Klien mengontrol halusinasi
dengan benar.
6. Klien mampu mengulang
cara mengontrol
halusinasi dengan
menghardik yang telah
diajarkan oleh perawat
dengan benar

A:
1. Klien memahami dan
mampu mempraktikkan SP I
dengan benar
2. Masalah teratasi

P:
1. Pertahankan BHSP
2. Lanjut SP II

2 Rabu, 15 SP II: SP II:


Januari 1. Mengevaluasi perasaan S :
2020 Klien 1. Klien mengatakan hari ini
Jam 2. Mengevaluasi SP dirinya melihat bayangan
09.00 sebelumnya putih besar di kamar
WITA 3. Mengajarkan Klien mandi klien, Klien
mengendalikan melihat bayangan
70

halusinasi dengan cara tersebut 1 kali pada saat


kedua: bercakap-cakap ingin BAK di malam hari,
dengan orang lain bayangan tersebut
4. Memberikan muncul pada saat situasi
reinforcement kepada kamar Klien sepi karena
Klien seluruh teman klien sudah
5. Membuat kegiatan tidur, Klien merasa takut
bercakap-cakap dengan ketika melihat bayangan
orang lain ke dalam tersebut.
jadwal kegiatan harian 2. Klien mengatakan ia
sudah menutup mata dan
mengatakan pergi—pergi,
tapi bayangan tersebut
masih ada.
3. Klien mengatakan
bersedia bercakap-cakap
dengan orang lain untuk
mengontrol halusinasinya

O:
1. Klien tampak sering
berbaring sendiri di
dalam kamarnya
2. Klien mampu mengulang
cara mengontrol
halusinasi dengan
menghardik yang telah
diajarkan sebelumnya
oleh perawat dengan
benar
3. Klien mau mencoba
mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
4. Hari ini Klien bercakap-
cakap dengan perawat
dan temannya Tn. D

A:
1. Klien mampu
71

mempraktikkan SP II dengan
benar
2. Masalah teratasi

P:
1. Pertahankan SP I dan SP
II
2. Lanjut SP III
3 Kamis, SP III: SP III:
16 1. Mengevaluasi perasaan S :
Januari Klien 1. Klien mengatakan
2020 2. Mengevaluasi SP kemarin malam dirinya
Jam sebelumnya melihat bayangan putih di
09.00 3. Melatih Klien depan pintu kamar, Klien
WITA mengendalikan melihat hal tersebut 1 kali
halusinasi dengan cara pada saat malam , hal
ketiga: melakukan tersebut muncul pada saat
kegiatan yang biasa situasi kamar Klien sepi
dilakukan Klien karena semua teman klien
4. Menyusun kegiatan sudah tidur, Klien merasa
sehari-hari bersama takut ketika melihat
Klien bayangan tersebut.
5. Memberikan 2. Klien mengatakan dirinya
reinforcement kepada sudah menutup mata dan
Klien mengatakan pergi-pergi,
6. Menganjurkan Klien tetapi bayangannya masih
memasukkan ke dalam terlihat.
jadwal kegiatan harian 3. Klien mengatakan
7. Memonitor melakukan kegiatan
pelaksanaan kegiatan ibadah yaitu berdoa dan
selama perawat akhirnya halusinasinya
berdinas dari jam tersebut menghilang.
08.00 - 14.30 WITA 4. Klien mengatakan hari ini
telah mencoba bercakap-
cakap dengan temannya
yaitu Tn. D
5. Klien mengatakan
kegiatan yang biasa
dilakukannya yaitu
berdoa, merapikan tempat
72

tidur, mandi jam 06.00


WITA, senam, makan,
minum obat, bersih-
bersih kamar, tidur, dan
berdo’a.

O:
1. Klien merapikan tempat
tidur dan senam bersama
Klien lainnya jam 08.00
WITA
2. Klien berdo’a setelah
senam
3. Klien tampak senang
berbicara dengan perawat
4. Klien makan siang
bersama Klien lainnya
5. Klien minum obat setiap
jam 6 pagi, jam 12 siang,
dan jam 6 sore
6. Klien beristirahat di
kamarnya
7. Terkadang Klien tampak
duduk sendiri
8. Klien mampu
menentukan aktivitas apa
saja yang akan ia lakukan
sejak dari bangun sampai
bangun tidur
9. Klien membaca jadwal
kegiatan yang telah
disusun bersama perawat

A:
1. Klien mampu
mempraktikkan SP III
dengan benar
2. Masalah teratasi

P:
73

Pertahankan SP I, II, dan III


Lanjut SP IV
4 Jumat, SP IV : SP IV :
17 1. Mengevaluasi SP S:
Januari sebelumnya 1. Klien mengatakan
2020 2. Memberikan menghardik halusinasinya
Jam pendidikan kesehatan saat melihat bayangan
09.00 tentang penggunaan putih muncul di
WITA obat secara teratur kamarnya
3. Menjelaskan 2. Klien mengatakan hari ini
pentingnya ia bercakap-cakap dengan
penggunaan obat temannya Tn. A dan Tn.
4. Menjelaskan D
keuntungan dan 3. Klien mengatakan ia
kerugian minum obat melakukan kegiatan
kepada Klien harian yang telah disusun
5. Memberikan 4. Klien mengatakan selama
penjelasan tentang obat di rumah sakit ia selalu
yang diminum Klien rutin minum obat
6. Menjelaskan prinsip 5 5. Klien mengatakan hari ini
benar(benar obat, masih melihat bayangan
benar waktu, benar putih di depan pintu
Klien, benar dosis, dan kamarnya pada waktu
benar cara) subuh.
7. Menganjurkan Klien
memasukkan ke dalam O :
jadwal kegiatan harian 1. Klien mampu
mempraktikkan SP yang
telah di ajarkan
sebelumnya dengan benar
2. Klien tampak memahami
penjelasan tentang obat
yang telah diberikan oleh
perawat
3. Klien mampu
menyebutkan kembali
keuntungan dan kerugian
minum obat
4. Klien mampu mengingat
apa saja obat yang
74

diminumnya

A:
1. Klien mampu
menjalankan SP IV
dengan benar
2. Masalah teratasi

P:
1. Evaluasi kemampuan
klien melakukan SP I, II,
III, dan IV yang telah
diajarkan
2. Motivasi Klien untuk
melakukan SP I, II, III,
dan IV yang telah
diajarkan
5 Sabtu, 18 1. Mengevaluasi SP S:
Januari halusinasi 1. Klien mengatakan masih
2020 penglihatan yang melihat bayangan putih di
Jam telah diajarkan kamarnya namun sudah
09.00 kepada Klien semakin jarang.
WITA 2. Mengkaji 2. Klien mencoba
halusinasi Klien menggunakan cara
3. Meminta Klien menghardik agar
untuk bayangan itu hilang.
mempraktikkan 3. Klien mengatakan ia
kembali cara yang senang bercakap-cakap
telah diajarkan dengan perawat dan
untuk mengontrol teman-temannya di RS
halusinasi 4. Klien melakukan
4. Memberikan kegiatan harian yang
reinforcement telah disusun
kepada Klien 5. Klien mengatakan sudah
5. Memotivasi Klien meminum obat pagi jam
untuk rutin 06.00 WITA
melakukan SP
yang telah dia O:
ajarkan 1. Klien tampak mampu
sebelumnya bukan menggunakan cara
75

hanya di rumah menghardik halusinasi


sakit tetapi juga dengan benar
saat Klien di 2. Klien tampak senang saat
rumah bercakap-cakap dengan
perawat dan teman-
temannya di RS
3. Klien tampak melakukan
kegiatan harian yang
telah di jadwalkan
sebelumnya
4. Klien mampu
menyebutkan kembali
keuntungan dan kerugian
minum obat serta nama-
nama obat yang
dikonsumsinya

A:
Masalah teratasi Sebagian

P:
1. Intervensi dihentikan
2. Motivasi Klien untuk
mempertahankan SP
1,2,3, dan 4 yang telah
diajarkan untuk
mengontrol halusinasi
6 Senin, 20 SP 1 Keluarga : SP 1 Keluarga :
Januari 1. Mendiskusikan S:
2020 masalah yang 1. Ayah Klien mengatakan
Jam dirasakan keluarga tidak ada masalah dalam
16.00 dalam merawat Klien merawat Klien,
WITA 2. Menjelaskan menurutnya, klien dapat
pengertian, tanda melakukan kegiatan
gejala, dan proses sehari-hari secara
terjadinya halusinasi mandiri.
yang dialami Klien 2. Ayah klien mengatakan
3. Menjelaskan cara Klien juga dapat
merawat Klien dengan melakukan aktivitas di
halusinasi luar rumah seperti pergi
76

ke acara kegiatan rohani


di mesjid
3. Ayah klien mengetahui
bahwa Klien mengalami
halusinasi, namun tidak
mengetahui kenapa hal
tersebut bisa terjadi.
4. Ayah klien mengatakan
selama di rumah, Klien
selalu diingatkan untuk
minum obat tepat waktu
O:
1. Keluarga mengetahui
Klien mengalami
halusinasi
2. Setelah diberikan
pendidikan kesehatan
keluarga mengatakan
mengetahui jenis
halusinasi yang dialami
Klien, tanda dan gejala
halusinasi serta keluarga
memahami kenapa
halusinasi tersebut terjadi
3. Keluarga mampu
menyebutkan kembali
cara merawat Klien
dengan halusinasi yaitu
dengan cara menghardik
halusinasi, bercakap-
cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas
terjadwal, dan minum
obat secara rutin.

A:
Keluarga memahami cara
merawat Klien dengan
halusinasi
77

P : Intervensi dihentikan

B. Pembahasan Studi Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) Pengkajian

merupakan tahap awal dan sebagai dasar utama dalam proses

keperawatan. Semakin baik proses pengkajian, semakin baik pula data

yang akan didapatkan oleh seorang perawat. Pada tahapan ini terdiri

atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, masalah klien.

Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa menurut Yusuf,

A.H., dkk. (2015) meliputi Identitas Klien, Keluhan utama/alasan

masuk, Faktor predisposisi, Aspek fisik/biologis, Aspek psikososial,

Status mental, Kebutuhan persiapan pulang, Mekanisme koping,

Masalah psikososial dan lingkungan, serta Pengetahuan Aspek medis.

Dalam pengumpulan data penulis mendapatkan data melalui rekam

medis klien dan menggunakan metode wawancara dengan Tn. D,

observasi secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku Tn. D

serta dari status Tn. D. Selain itu keluarga juga berperan sebagai

sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan

pada Tn. D. Namun, disaat pengkajian tidak ada anggota keluarga Tn.
78

D yang menjenguknya sehingga, penulis tidak memperoleh informasi

dari pihak keluarga.

Menurut Wibowo dan Widodo (2014), di dalam pengkajian

harus dijelaskan Isi Halusinasi, Waktu Halusinasi, Frekuensi

Halusinasi, Situasi Halusinasi, dan Respons Klien. Dalam pengkajian

pola fungsional difokuskan pada pola persepsi pada Tn. D, didapatkan

data bahwa Tn. D mengalami halusinasi penglihatan pada skizofrenia

paranoid, pada pengkajian kali ini didapatkan data Tn. D tampak

tampak Gelisah, pandangan klien kadang tampak kosong, klien

12tampak sering melamun, dan klien mengatakan melihat bayangan

putih besar biasanya terjadi disaat malam dan jika tidak ada teman

untuk diajak bicara, frekuensi tidak menentu, terjadi pada saat suasana

sepi serta kadang membuat klien takut dan khawatir.

Menurut Prabowo (2014) halusinasi merupakan gangguan atau

perubahan persepsi di mana klien memersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada

rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi

melalui panca indra tanpa stimulus ekstern: persepsi palsu.

Menurut Stuart dan Sundeen (2008), faktor presipitasi

terjadinya gangguan halusinasi salah satunya adalah tidak efektinya

sumber koping yang dapat mempengaruhi respons individu dalam

menanggapi stres. Adanya pengalaman yang tidak menyenangkan di

masa lalu berupa kegagalan dalam pekerjaan dan hubungan asmara,


79

sehingga Tn. D mulai kecanduan zat adiktif. Selain itu, Tn D semakin

merasa stres di karenakan Ibunya yang meninggal dunia karena sakit.

Hal ini merupakan faktor pencetus Tn. D masuk ke rumah sakit jiwa.

Menurut Yosep (dalam Damaiyanti dan Iskandar, 2012) faktor

predisposisi klien dengan halusinasi adalah Faktor Perkembangan,

Faktor Sosiokultural, Faktor Biologis, Faktor Psikologis, Faktor

Genetik dan Pola Asuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi

keadaan Tn. D saat ini adalah faktor psikologisnya di mana klien

memiliki kepribadian yang lemah sehingga ketika klien mengalami

kejadian di masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu stress karena

kegagalan dalam pekerjan dan hubungan asmara membuat klien

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu faktor

sosiokultural juga mempengaruhi keadaan Tn. D saat ini, biasanya

Tn.D Mendapat ejekan dari anak-anak tetangga sekitar rumahnya

ketika melihat Tn. D sedang duduk sendiri dan melamun sehingga

membuat Tn. D merasa malu.

Menurut Prabowo (2014) tanda dan gejala perilaku Klien yang

berkaitan dengan halusinasi adalah bicara, senyum, dan ketawa

sendiri; berusaha untuk menghindari diri dari orang lain; merasa takut;

Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.

Gejala-gejala tersebut juga dialami oleh Tn. D seperti tampak sering

melamun, merasa takut, dan terkadang berusaha menghindari diri dari

orang lain.
80

Menurut penulis selama dilakukan pengkajian, klien sangat

kooperatif dan menjawab pertanyaan secara jelas sehingga pengkajian

dapat dilakukan dengan lancar dan seluruh aspek dapat dikaji.

Pengkajian ini menghasilkan data bahwa klien mengalami gangguan

persepsi sensori: halusinasi penglihatan, salah satunya klien

mengalami gelisah, melihat bayangan putih besar yang memberikan

persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari data yang di temukan muncul masalah keperawatan

seperti; regiment terapeutik tidak efektif, ketidakefektifan koping,

harga diri rendah, dan kurang pengetahuan yang menyebabkan

gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan sebagai core

problem.

Menurut Yusuf, A.H., dkk. (2015), pohon masalah pada klien

dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan yaitu dari

harga diri menjadi cause: Isolasi sosial: menarik diri sehingga menjadi

core problem: Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan, dan

menimbulkan effect: Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri &

orang lain. Sedangkan berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan

oleh penulis didapatkan pohon masalah berupa cause: Koping

Individu Tidak Efektif sehingga menjadi core problem: Gangguan


81

persepsi sensori: halusinasi penglihatan, dan menimbulkan effect:

Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri & orang lain.

Menurut penulis pada Tn. D yang mengalami gangguan

persepsi sensori: halusinasi penglihatan, penulis menemukan beberapa

masalah keperawatan yang muncul saat pengkajian yaitu regiment

terapeutik tidak efektif, ketidakefektifan koping, harga diri rendah,

gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan, dan kurang

pengetahuan, yang terjadi pada Tn. D yang mengalami halusinasi

penglihatan disebabkan oleh regiment terapeutik tidak efektif karena

saat obat habis klien tidak kontrol ke rumah sakit sehingga halusinasi

klien kambuh kembali. Data yang memperkuat penulis mengangkat

diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan yaitu data

subyektif yang diperoleh yaitu Tn. D mengalami halusinasi

penglihatan, Tn. D mengatakan melihat bayangan putih besar,

biasanya terjadi pada malam hari dan jika tidak ada teman untuk

diajak bicara, frekuensi tidak menentu, terjadi pada saat suasana sepi

serta kadang membuat klien takut dan khawatir.

Sedangkan data obyektif yang didapatkan, Tn. D tampak

gelisah, pandangan kadang tampak kosong, tampak sering melamun

dan koping maladaptif, dimana klien suka menyendiri atau

menghindar jika ada masalah.

Berdasarkan teori (Prabowo, 2014). Halusinasi merupakan

gangguan atau perubahan persepsi dimana klien memersepsikan


82

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra

tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu

persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstern: persepsi palsu.

Hal tersebut ditemukan pada klien yang saya teliti. Tanda gejala yang

klien alami memenuhi batasan karakteristik untuk mengangkat

diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi pengelihatan.

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Yusuf, A.H., dkk. (2015), rencana tindakan

keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat

dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan khusus. Rencana tindakan

yang digunakan di tatanan kesehatan jiwa disesuaikan dengan standar

asuhan keperawatan jiwa Indonesia.

Perencanaan yang diberikan pada klien gangguan persepsi

sensori: halusinasi penglihatan adalah BHSP: membina hubungan

saling percaya dengan klien dan memberi salam terapeutik dengan

memanggil nama klien, menyebutkan nama perawat, jelaskan tujuan

interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas

(topik yang dibicarakan, waktu dan tempat), yakinkan bahwa

kerahasiaan klien senantiasa terjaga, tanyakan harapan terhadap

pertemuan, dorong dan beri kesempatan untuk klien mengungkapkan

perasaannya, dengarkan ungkapan klien dengan empati, lakukan

pengkajian data (sesuai format askep pengkajian). Klien mengenal


83

halusinasi (jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, respons), mampu

menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, menganjurkan Klien

memasukkan cara ke dalam jadwal kegiatan. Klien mampu

mengontrol halusinasinya meliputi evaluasi masalah dan latihan

sebelumnya, latih klien cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik, mengajarkan Klien mengontrol halusinasi dengan cara

pertama: menghardik halusinasi, mengajarkan Klien mengendalikan

halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain,

melatih Klien mengendalikan halusinasi dengan cara ketiga

melakukan kegiatan yang biasa dilakukan Klien, memberikan

pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur,

masukkan dalam jadwal kegiatan klien.

Menurut penulis semua direncanakan sesuai dengan teori,

dalam perencanaan ditetapkan prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil

dan evaluasi, tujuan yang ditetapkan mengacu pada SOAP (subjektif,

objektif, assessment, planing) dan kriteria sesuai dengan kondisi klien.

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Wibowo & Widodo (2014), Implementasi pada

masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan terdapat 2

jenis SP, yaitu SP klien dan SP keluarga.

SP klien yang diimplementasikan mulai dari tanggal 14-18

Januari 2020 terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling


84

percaya, membantu Klien mengenal halusinasi (jenis, isi, waktu,

frekuensi, situasi, respons), menjelaskan cara-cara mengontrol

halusinasi, mengajarkan Klien mengontrol halusinasi dengan cara

pertama: menghardik halusinasi, menganjurkan Klien memasukkan

cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan).

SP 2 (mengevaluasi jadwal kegiatan harian Klien, mengajarkan

Klien mengendalikan halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap

dengan orang lain, menganjurkan Klien memasukkan ke dalam jadwal

kegiatan harian).

SP 3 (mengevaluasi jadwal kegiatan harian Klien, melatih

Klien mengendalikan halusinasi dengan cara ketiga melakukan

kegiatan yang biasa dilakukan Klien, menganjurkan Klien

memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian).

SP 4 (mengevaluasi jadwal kegiatan harian Klien, memberikan

pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur,

menganjurkan Klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian).

SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling

percaya, mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat Klien, menjelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses

terjadinya halusinasi yang dialami Klien, menjelaskan cara merawat

Klien dengan halusinasi); SP 2 (melatih keluarga mempraktikkan cara

merawat Klien dengan masalah halusinasi, melatih keluarga

melakukan cara merawat Klien dengan masalah halusinasi langsung


85

kepada Klien); SP 3 (membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di

rumah termasuk minum obat (discharge planning)), menjelaskan

follow up Klien setelah pulang).

Menurut penulis, penulis tidak menemukan hambatan dan

secara keseluruhan dalam melakukan tindakan SP pada klien yang

dimulai dari SP I sampai SP IV karena klien kooperatif, mampu

mengingat dan memperagakan, tetapi untuk SP keluarga penulis

menemukan hambatan yaitu hanya dapat mengerjakan SP I keluarga

yang dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2020 saat kunjungan

rumah, karena keluarga tidak ada menjenguk klien di rumah sakit.

Sehingga, SP II dan SP III tidak dapat terlaksanakan serta keluarga

tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan pelaksanaan SP

keluarga secara menyeluruh karena ayah klien harus pergi bekerja.

Dalam Studi kasus kali ini karena untuk menyelesaikan 1

diagnosa dibutuhkan waktu ± 1 minggu, sehingga penulis pun hanya

dapat menerapkan implementasi terhadap 1 diagnosa saja, yaitu

terhadap masalah utama dari kasus ini yang mana diagnosa utamanya

adalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Wibowo dan Widodo (2014), evaluasi adalah proses

berkelanjutan dalam proses keperawatan untuk menilai seberapa jauh


86

tingkat keberhasilan tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi

dilakukan setelah ada tindakan keperawatan dengan format SOAP.

Pada kasus ini, penulis menggunakan Evaluasi obyektif, yaitu

evaluasi berdasarkan respons dari klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan dengan teknik observasi respons

perilaku, atau dengan menanyakan kembali tentang apa yang telah di

ajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

Pada pelaksanaan strategi I tanggal 14 Januari 2020 pukul

09.00 WITA, Tn. D berhasil melakukan dengan baik dalam mengenal

halusinasi dan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara

pertama: menghardik halusinasi, sehingga dapat dianalisis bahwa

masalah teratasi.

Pada pelaksanaan strategi II tanggal 15 Januari 2020 pukul

09.00 WITA, Tn. D mampu melakukan dengan baik cara

mengendalikan halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan

orang lain, sehingga dapat dianalisis bahwa masalah teratasi.

Pada pelaksanaan strategi III tanggal 16 Januari 2020 pukul

09.00 WITA, Tn. D juga mampu mengendalikan halusinasi dengan

cara ketiga: melakukan kegiatan sehari-hari yang telah dijadwalkan

oleh Klien, sehingga dapat dapat dianalisis bahwa masalah teratasi.

Pada pelaksanaan strategi IV tanggal 17 Januari 2020 pukul

09.00 WITA, Tn. D mampu memahami tentang obat dan cara


87

penggunaan obat secara teratur, sehingga dapat dianalisis bahwa

masalah teratasi.

Pada tanggal 18 Januari 2020 pukul 09.00 WITA, dilakukan

evaluasi keseluruhan terhadap SP mulai dari SP I-SP IV, didapatkan

bahwa klien masih mengingat keseluruhan SP yang telah diajarkan

dan diskusikan kembali mengenai perasaan klien setelah menerapkan

SP sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah di buat oleh klien

sebelumnya, tetapi klien mengatakan masih melihat bayangan putih

namun jarang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah teratasi

sebagian.

Pelaksanaan SP keluarga yang dilakukan pada tanggal 20

Januari 2020 pukul 16.00 WITA, dilaksanakan kunjungan rumah

namun hanya dapat melaksanakan SP I keluarga sedangkan SP II dan

SP III keluarga tidak dapat terlaksanakan. Berdasarkan kunjungan

rumah tersebut didapatkan hasil keluarga mampu mengenal masalah

yang dirasakan keluarga dalam merawat klien, memahami pengertian,

tanda gejala, dan proses terjadinya halusinasi yang dialami klien serta

mampu memahami cara merawat klien dengan halusinasi, sehingga

dapat dianalisis bahwa SP keluarga teratasi sebagian.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Keterbatasan dalam studi kasus ini adalah belum terpenuhinya SP

keluarga karena ayah klien tidak menjenguk klien di rumah sakit karena
88

tidak terlalu memiliki banyak waktu yang disebabkan oleh kepentingan

pekerjaan, sehingga SP II dan SP III tidak dapat terlaksanakan dan hanya

dapat mengerjakan SP I keluarga saat kunjungan rumah.

Selain itu, di dalam studi kasus kali ini terdapat keterbatasan untuk

memberikan intervensi kepada semua diagnosa yang ada di karenakan

untuk menyelesaikan 1 diagnosa di butuhkan waktu ± 1 minggu, sehingga

penulis pun hanya dapat menerapkan implementasi terhadap 1 diagnosa

saja, yaitu terhadap masalah utama dari kasus ini yang mana diagnosa

utamanya adalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan.

Anda mungkin juga menyukai