Oojw7a1593449739 PDF
Oojw7a1593449739 PDF
KIMIA ANALITIK 2
“Titrasi Permanganometri”
Disusun Oleh:
Yeni Setiartini
1112016200050
Kelompok 3:
Fahmi Herdiansyah
Huda Rahmawati
Aida Nadia
2014
ABSTRAK
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi).
Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi
(proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi). Didalam percobaan ini telah
dilakukan percobaan permanganometri dengan sample Fe dan KMnO4 dimana telah
distandarisasi dengan Asam Oksalat sehingga didapat kadar Fe sebesar 0.00856 gram ion Fe2+
dari 0.08 gram FeSO4 serta % kadar Fe yakni sebesar 10.7%.
PENDAHULUAN
Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih
dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan
indicator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0.1N permanganate memberikan
warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganate
menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi kondisi oksidasi
+2,+3,+4,+6 dan +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadi dalam larutan larutan yang bersifat amat asam, 0.1N atau lebih.
Kelarutan: semua permanganat larut dalam air, membentuk larutan ungu (lembayung-
kemerahan). Reduksi permanganate dalam larutan asam, reduksi ini berlangsung sampai ion
permanganate (II) yang tak berwarna. zat pereduksi yang boleh digunakan antara lain asam oksalat,
dengan adanya asam sulfat menghasilkan gas karbon dioksida. Reaksi ini lambat pada suhu kamar
tapi menjadi cepat pada suhu 60o C. ion mangan (II) mengkatalis reaksi ini: jadi, reaksi ini adalah
otokatalis sekali ion mangan (II) telah terbentuk reaksi semakin menjadi cepat. Pada larutan basa
permanganate kehilangan warnanya, tetapi mangan dioksida mengendap dengan adanya larutan
natrium hidroksida, kalium iddida berubah menjadi kalium iodat dan natrium sulfit berubah
menjadi natrium sulfat dengan mendidihkan. (Svehla. 1985: 388-389)
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi).
Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi (proses
oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh
suatu zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Reaksi oksidasi ditandai
dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi sebaliknya. Kalium permanganat
secara luas digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai
indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diketahui bahwa larutan Kalium permanganat sebelum
digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk
menstandarisasi kalium permanganat dapat dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat,
natrium oksalat, kalium tetra oksalat, dan lain-lain.
Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya karena jika
digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi seperti di bawah ini: 2 MnO4- +
16 H+ + 10 Cl- ↔2 Mn + 5Cl2 + 8 H2O dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan
untuk pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan
dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut
memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga peruraian bertambah cepat. Ion-ion
mangan juga dapat beraksi dengan permanganate membentuk mangan dioksida menurut reaksi:
2 MnO4- + 2H2O ↔ 4MnO2 + 3 O2 + 4 OH. Dan sebagaimana dijelaskan diatas, reaksi ini
dikatalisis oleh MnO2 padat. Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan
alkali kuat, maka ada 2 kemungkinan reaksi, yaitu pertama: reaksi yang berjalan relatif cepat:
MnO4- + e- →MnO42- dan reaksi kedua yang berlangsung relatif lambat: MnO42- + 2H2O + e-
↔MnO2 + 4 OH potensial standar reakasi yang pertama E0 = 0,56 volt, sedangkan pada reaksi
kedua sebesar E0 = 0,60 volt. Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya (misalnya menambah ion
barium yang dapat membentuk endapan barium manganat) maka reaksi pertama dapat berjalan
baik sekali. (Hamdani Syarif.2012)
Standarisasi KMnO4
15 ml FeSO4 ditambah 10 ml H2SO4 didalam erlenmanyer kemudian titrasi dengan KMnO4 sampai
warna merah terbentuk.
Standarisasi KMnO4
0.1 𝑀 10𝑚𝑙
𝑀𝐾𝑀𝑛𝑂4 = = 0.23 𝑀
4.25 𝑚𝑙
𝑀𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4
𝑀𝐹𝑒𝑆𝑂4 =
𝑉𝐹𝑒𝑆𝑂4
0.23 𝑀 2.3𝑚𝑙
𝑀𝐹𝑒𝑆𝑂4 = = 0.035 𝑀
15 𝑚𝑙
W FeSO4
𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑚 𝑚𝑙
𝑚 1000
0.035 = 𝑥
151.8 15
5.313 = 66.67 𝑚
𝑚 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 0.08 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4
W Fe2+ =
𝑉𝐹𝑒𝑆𝑂4
𝐵𝑒 𝐹𝑒
2.3 𝑚𝑙
=
15 𝑚𝑙
. 55.84
= 8.56 mg
= 0.00856 gram
𝑊 𝐹𝑒
W Fe dalam FeSO4 = 𝑥 100%
𝑊 𝐹𝑒𝑆𝑂4
0.00856
= 𝑥 100% = 10.7%
0.08
Reaksi pada standarisasi : 2MnO4-+ 5(COO)22-+ 16H+→ 10CO2 (g)+ 2Mn2++ 8H2O
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar FeSO4 menggunakan metode
permanganometri, dengan hal yang pertama dilakukan adalah standarisasi atau pembakuan larutan
KMnO4 dengan menggunakan larutan asam oksalat dimana asam oksalat akan menjadi reduktor
untuk KMnO4. seperti yang dijelaskan oleh Syarif Hamdan (2012) bahwa Titrasi permanganometri
adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi). Reaksinya adalah merupakan serah
terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh
pengoksidasi (proses reduksi) sebagai salah satu agen Satu tetes 0.1N permanganate memberikan
warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Menurut syarif
hamdan (2012) juga pada proses titrasi ini tidak digunakan indicator karena Kalium pada Kalium
permanganate dapat bertindak sebagai indicator sendiri atau aoutoindikator. Dengan sample yang
ingin diketahui kadarnya berupa Fe dalam sampel FeSO4 permanganat disini akan bertindak
sebagai oksidator dengan reaksi sebagai berikut
Dengan penambahan H2SO4 dalam larutan sample menyebabkan suasana menjadi asam
sehingga MnO4- teroksidasi menjadi Mn+ menurut underwood (2002) Reaksi yang paling umum
ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan larutan yang bersifat amat
asam, 0.1N atau lebih
+
Dari suasana asam terjadi reaksi reversible terbentuk Mn yang kemudian dapat
mengoksidasi Fe dan menghasilkan Mn+ yang akan dihasilkan warna merah yang jelas pada titik
akhir. Permanganat bereaksi dengan cepat dengan banyak agen pereduksi. Namun bukan berarti
banyak agen pereduksi akan bertindak sebagai katalis. Pada prosesnya kelebihan sedikit dari
permanganat yang hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya
pengendapan sejumlah MnO2. Pengendapan MnO2 inilah yang tidak boleh terjadi di awal
penitrasian, permanganate adalah agen pengoksidasi kuat dan sangat sensitif dengan cahaya
sehingga pada awal titrasi buret sebelumnya bungkus dan dilakukan pada tempat yang gelap
sehingga tidak terjadi pengoksidasian lebih awal yang nantinya dapat menggangu jalannya titrasi
dengan menghasilkan endapan MnO2.
Dari percobaan titrasi permanganometri ini dihasilkan lah molaritas sehingga dapat dicari
massa dari ion ion Fe dan didapatkan sebesar 0.00856 gram ion Fe2+ dari 0.08 gram FeSO4 serta %
kadar Fe yakni sebesar 10.7%
KESIMPULAN
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi).
Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh
pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi)
Reaksi oksidasi ditunjukkan oleh Fe (reduktor)sementara reduksi dengan ion
permanganate (oksidator)
Didapatkan sebesar 0.00856 gram ion Fe2+ dari 0.08 gram FeSO4 serta % kadar Fe yakni
sebesar 10.7%
REFERENSI
Day, R.A. JR & Underwood, A.L. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
http://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/titrasi-redoks-permanganat.pdf