Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK 2

“Titrasi Permanganometri”

Selasa, 6 Mei 2014

Disusun Oleh:

Yeni Setiartini

1112016200050

Kelompok 3:

Fahmi Herdiansyah

Huda Rahmawati

Aida Nadia

Rizky Harry Setiawan.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014
ABSTRAK

Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi).
Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi
(proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi). Didalam percobaan ini telah
dilakukan percobaan permanganometri dengan sample Fe dan KMnO4 dimana telah
distandarisasi dengan Asam Oksalat sehingga didapat kadar Fe sebesar 0.00856 gram ion Fe2+
dari 0.08 gram FeSO4 serta % kadar Fe yakni sebesar 10.7%.

PENDAHULUAN

Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih
dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan
indicator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0.1N permanganate memberikan
warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganate
menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi kondisi oksidasi
+2,+3,+4,+6 dan +7. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadi dalam larutan larutan yang bersifat amat asam, 0.1N atau lebih.

MnO4- + 8H+ + 5e- ⇌ Mn2+ + 4H2O Eo = +1.51V

(Underwood. 2002: 299)

Kelarutan: semua permanganat larut dalam air, membentuk larutan ungu (lembayung-
kemerahan). Reduksi permanganate dalam larutan asam, reduksi ini berlangsung sampai ion
permanganate (II) yang tak berwarna. zat pereduksi yang boleh digunakan antara lain asam oksalat,
dengan adanya asam sulfat menghasilkan gas karbon dioksida. Reaksi ini lambat pada suhu kamar
tapi menjadi cepat pada suhu 60o C. ion mangan (II) mengkatalis reaksi ini: jadi, reaksi ini adalah
otokatalis sekali ion mangan (II) telah terbentuk reaksi semakin menjadi cepat. Pada larutan basa
permanganate kehilangan warnanya, tetapi mangan dioksida mengendap dengan adanya larutan
natrium hidroksida, kalium iddida berubah menjadi kalium iodat dan natrium sulfit berubah
menjadi natrium sulfat dengan mendidihkan. (Svehla. 1985: 388-389)
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi).
Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi (proses
oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh
suatu zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat. Reaksi oksidasi ditandai
dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi sebaliknya. Kalium permanganat
secara luas digunakan sebagai larutan standar oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai
indikatornya sendiri (autoindikator). Perlu diketahui bahwa larutan Kalium permanganat sebelum
digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk
menstandarisasi kalium permanganat dapat dapat dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat,
natrium oksalat, kalium tetra oksalat, dan lain-lain.

Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya karena jika
digunakan asam klorida maka kemungkinan akan terjadi reaksi seperti di bawah ini: 2 MnO4- +
16 H+ + 10 Cl- ↔2 Mn + 5Cl2 + 8 H2O dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan
untuk pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya mangan
dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan dioksida tersebut
memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga peruraian bertambah cepat. Ion-ion
mangan juga dapat beraksi dengan permanganate membentuk mangan dioksida menurut reaksi:
2 MnO4- + 2H2O ↔ 4MnO2 + 3 O2 + 4 OH. Dan sebagaimana dijelaskan diatas, reaksi ini
dikatalisis oleh MnO2 padat. Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan
alkali kuat, maka ada 2 kemungkinan reaksi, yaitu pertama: reaksi yang berjalan relatif cepat:
MnO4- + e- →MnO42- dan reaksi kedua yang berlangsung relatif lambat: MnO42- + 2H2O + e-
↔MnO2 + 4 OH potensial standar reakasi yang pertama E0 = 0,56 volt, sedangkan pada reaksi
kedua sebesar E0 = 0,60 volt. Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya (misalnya menambah ion
barium yang dapat membentuk endapan barium manganat) maka reaksi pertama dapat berjalan
baik sekali. (Hamdani Syarif.2012)

MATERIAL DAN METODE

Standarisasi KMnO4

10 ml asam oksalat 0.1M dimasukkan kedalam erlenmayer ditambahkan 10 ml H2SO4 2M aduk


rata, kemudian panaskan sampai 70-80o C menggunakan penangas, bungkus buret dengan kertas
gelap atau aluminium foil, kemudian masukkan KMnO4 kedalam buret (usahakan KMnO4 tidak
terkena cahaya), dalam kedadaan panas titrasi larutan dalam erlenmayer dengan KMnO4 perlahan-
lahan sampai warna merah rose terbentuk dan stabil.

Penentuan kadar FeSO4

15 ml FeSO4 ditambah 10 ml H2SO4 didalam erlenmanyer kemudian titrasi dengan KMnO4 sampai
warna merah terbentuk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Standarisasi KMnO4

𝑀𝐻2 𝐶2 𝑂4 𝑉𝐻2 𝐶2 𝑂4 = 𝑀𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4

𝑀𝐻2 𝐶2 𝑂4 𝑉𝐻2 𝐶2𝑂4


𝑀𝐾𝑀𝑛𝑂4 =
𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4

0.1 𝑀 10𝑚𝑙
𝑀𝐾𝑀𝑛𝑂4 = = 0.23 𝑀
4.25 𝑚𝑙

Penentuan kadar FeSO4

𝑀𝐹𝑒𝑆𝑂4 𝑉𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 𝑀𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4

𝑀𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑉𝐾𝑀𝑛𝑂4
𝑀𝐹𝑒𝑆𝑂4 =
𝑉𝐹𝑒𝑆𝑂4

0.23 𝑀 2.3𝑚𝑙
𝑀𝐹𝑒𝑆𝑂4 = = 0.035 𝑀
15 𝑚𝑙

W FeSO4

𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑚 𝑚𝑙

𝑚 1000
0.035 = 𝑥
151.8 15

5.313 = 66.67 𝑚
𝑚 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 0.08 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4
W Fe2+ =
𝑉𝐹𝑒𝑆𝑂4
𝐵𝑒 𝐹𝑒

2.3 𝑚𝑙
=
15 𝑚𝑙
. 55.84

= 8.56 mg

= 0.00856 gram

𝑊 𝐹𝑒
W Fe dalam FeSO4 = 𝑥 100%
𝑊 𝐹𝑒𝑆𝑂4

0.00856
= 𝑥 100% = 10.7%
0.08

Reaksi pada standarisasi : 2MnO4-+ 5(COO)22-+ 16H+→ 10CO2 (g)+ 2Mn2++ 8H2O

Reaksi pada sample : 5Fe2++ MnO4-+ 8H+→Mn++ 5Fe3++ 4H2O

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar FeSO4 menggunakan metode
permanganometri, dengan hal yang pertama dilakukan adalah standarisasi atau pembakuan larutan
KMnO4 dengan menggunakan larutan asam oksalat dimana asam oksalat akan menjadi reduktor
untuk KMnO4. seperti yang dijelaskan oleh Syarif Hamdan (2012) bahwa Titrasi permanganometri
adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi). Reaksinya adalah merupakan serah
terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh
pengoksidasi (proses reduksi) sebagai salah satu agen Satu tetes 0.1N permanganate memberikan
warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Menurut syarif
hamdan (2012) juga pada proses titrasi ini tidak digunakan indicator karena Kalium pada Kalium
permanganate dapat bertindak sebagai indicator sendiri atau aoutoindikator. Dengan sample yang
ingin diketahui kadarnya berupa Fe dalam sampel FeSO4 permanganat disini akan bertindak
sebagai oksidator dengan reaksi sebagai berikut

5Fe2++ MnO4-+ 8H+→Mn++ 5Fe3++ 4H2O

Dengan penambahan H2SO4 dalam larutan sample menyebabkan suasana menjadi asam
sehingga MnO4- teroksidasi menjadi Mn+ menurut underwood (2002) Reaksi yang paling umum
ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan larutan yang bersifat amat
asam, 0.1N atau lebih

MnO4- + 8H+ + 5e- ⇌ Mn2+ + 4H2O Eo = +1.51V

+
Dari suasana asam terjadi reaksi reversible terbentuk Mn yang kemudian dapat
mengoksidasi Fe dan menghasilkan Mn+ yang akan dihasilkan warna merah yang jelas pada titik
akhir. Permanganat bereaksi dengan cepat dengan banyak agen pereduksi. Namun bukan berarti
banyak agen pereduksi akan bertindak sebagai katalis. Pada prosesnya kelebihan sedikit dari
permanganat yang hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya
pengendapan sejumlah MnO2. Pengendapan MnO2 inilah yang tidak boleh terjadi di awal
penitrasian, permanganate adalah agen pengoksidasi kuat dan sangat sensitif dengan cahaya
sehingga pada awal titrasi buret sebelumnya bungkus dan dilakukan pada tempat yang gelap
sehingga tidak terjadi pengoksidasian lebih awal yang nantinya dapat menggangu jalannya titrasi
dengan menghasilkan endapan MnO2.

Dari percobaan titrasi permanganometri ini dihasilkan lah molaritas sehingga dapat dicari
massa dari ion ion Fe dan didapatkan sebesar 0.00856 gram ion Fe2+ dari 0.08 gram FeSO4 serta %
kadar Fe yakni sebesar 10.7%

KESIMPULAN

 Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-oksidasi).
Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh
pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi)
 Reaksi oksidasi ditunjukkan oleh Fe (reduktor)sementara reduksi dengan ion
permanganate (oksidator)
 Didapatkan sebesar 0.00856 gram ion Fe2+ dari 0.08 gram FeSO4 serta % kadar Fe yakni
sebesar 10.7%

REFERENSI

Day, R.A. JR & Underwood, A.L. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Syarif Hamdani, dkk.2012. Panduan Praktikum Kimia Analisis. Diakses dari


http://www.stfi.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Diktat-Praktikum-Kimia-Analisis.pdf
pada tanggal 9 Mei 2014.

http://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/titrasi-redoks-permanganat.pdf

Anda mungkin juga menyukai