Anda di halaman 1dari 3

Peter Kasenda

Mengenang Pahlawan Proklamator:

Soekarno Pejuang Pemikir

Sejarah Indonesia mencatat Soekarno sebagai manusia yang penuh kontroversi dalam
kepribadiannya dan telah menimbulkan pendapat-pendapat yang berbeda di kalangan bangsanya.
Dia adalah manusia yang memiliki kelebihan-kelebihan besar dibandingkan manusia biasa tetapi
sekaligus memiliki kekurangan–kekurangan yang membuat dia gagal. Soekarno adalah nama
yang pernah dipuja bagaikan seorang dewa, tetapi juga dikutuk bagaikan seorang bandit, Kalimat
terakhir ini adalah kata-kata Soekarno yang ditulis dalam bukunya yang berjudul ”Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.” Dan setelah lama orang bertanya, dimanakah sebenarnya
tempat Soekarno dalam sejarah Indonesia, setahun yang lalu, ketika hendak memperingati Hari
Pahlawan, pemerintah Soeharto telah mengambil suatu keputusan yang bijaksana dengan
menganugerahkan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Pahlawan Proklamator. Peringatan
semacam ini hendaknya dilihat sebagai manifestasi jiwa besar bangsa Indonesia yang mau
menghargai jasa pahlawannya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa-jasa
para pahlawannya, begitu kata Soekarno.

Walaupun Soekarno tidak lagi berada ditengah kita, sumbangan pikirannya senantiasa
tidak terlupakan dalam kalbu bangsa Indonesia. Betapapun ada banyak orang yang bertentangan
dengan Soekarno, tetapi ada satu hal yang harus diakui bahwa dia tetap teguh dengan
pendiriannya sampai akhir hayatnya. Bernhard Dahm dalam bukunya yang berjudul” Soekarno
and the Struggle for Indonesia Independence” menulis bahwa pesan Soekarno selalu sama, yaitu
berjuang melawan imperialisme sanpai titik akhir di satu pihak, dan di lain pihak, membangun
orde yang baru dan memulai perkawinan ideologis menuju harmoni secara menyeluruh. Bagi
kita yang ditinggalkan, ada beberapa buah pikiran Soekarno yang merupakan butir-butir mutiara
yang perlu dipelajari lebih lanjut. Seperti halnya, kumpulan karangan dalam 80 Tahun Bung
Karno, yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan pada tahun 1981 dalam rangka
memperingati 80 tahun Soekarno, tampak ada usaha untuk mempelajari pemikiran Soekarno
secara seksama dan mendalam. Usaha awal itu patut dipuji dan diberi apresiasi.

Buah Pikiran

Rasanya sulit untuk diingkari bahwa Pancasila merupakan suatu hasil pergumulan
pemikiran Soekarno dalam merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Hasil pergumulan
pemikirannya yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945, kini merupakan pandangan hidup
yang mempersatukan bangsa Indonesia yang majemuk ini. Berkaitan dengan Pancasila, Dr
Taufik Abdullah memberi komentar, Pancasila – ternyata telah memperlihatkan kemampuan
integrative yang luar biasa. Pancasila bukan saja memancarkan integrasi kebangsaan dari
lapisan-lapisan sosial, tetapi juga integrative kesejarahan antara masa lampau, kini dan akan
datang dan sesama umat manusia serta mahluk dengan al-Khalik. Sedangkan Dr Alfian
menegaskan bahwa Pancasila merupakan pantulan kepribadian kita bersama, karena dia

Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda

memberikan corak atau ciri khas kepada bangsa Indonesia yang membedakannya dengan
bangsa-bangsa lain.

Anhar Gonggong dalam makalahnya yang berjudul”Tema Sentral Persatuan dan Alur
Pemikiran Soekarno (1926-1966)” yang disampaikan dalam Seminar Sejarah Nasional IV di
Yogyakarta menyatakan bahwa Soekarno tetap konsisten dengan pemikirannya tentang
persatuan. Artinya, sejak penampilannya sebagai pemimpin pergerakan nasional bangsanya. Dia
telah menjadikan tema persatuan (1926/1927) sebagai landasan perjuangannya hingga sampai
saat kejatuhannya (1967).

Persatuan yang dicita-citakan Soekarno itu justru berantakan karena ulah komplotan PKI.
Ini merupakan suatu tragedi yang menimpa seorang pemimpin yang justru ingin
mempertahankan keyakinannya. Bahkan ketika Presiden Soekarno mulai surut dari
kekuasaannya, kata John D Legge, banyak lawannya melupakan sumbangan Soekarno terhadap
persatuan. Soekarno mempunyai kemampuan untuk mendamaikan dan menyeimbangkan
kekuatan-kekuatan yang bertentangan yang mungkin memecah belah Indonesia di tahun 1950-an
dan tahun 1960-an.

Berkaitan dengan jasa Soekarno ini, cukup menarik untuk menyimak hasil pengamatan
dua sarjana asing. Dalam bukunya yang berjudul” Indonesia Foreign Policy and the Dilemma of
Dependence : From Soekarno to Soeharto,” Franklin B Weinstein mengatakan bahwa
berdasarkan hasil wawancara dari sejumlah generasi 1928,1945 dan 1966, menunjukan bahwa
Soekarno telah dianggap mampu meletakkan Indonesia di atas peta dunia, disebabkan
keberhasilannya memperjuangkan posisi Indonesia sebagai pemimpin yang merdeka dan
berdikari ditengah bangsa-bangsa lain. Kebanyakan pemimpin dari ketiga generasi itu
menyatakan bahwa politik luar negeri Soekarno telah membangkitkan rasa kebanggaan
nasional.“ Dunia mengenal Indonesia, karena mengenal Soekarno,” Sedangkan dalam buku yang
berjudul” Indonesia:s Elite : Political Culture and Culture Politics “diungkapkan, banyak anggota
elite politik dan pemerintah yang diwawancarai oleh Donald K Emerson menyatakan
pengalaman menghadiri rapat-rapat umum kaum nasionalis pada awal tahun 1930-an telah
meninggalkan sesuatu yang bertahan lama. Itu merupakan jasa Soekarno. Soekarno mampu
memainkan peanan sebagai seorang agitator yang ulung dan tanpa tanding. Soekarno telah
berhasil mempopulerkan cita-cita kaum nasionalis sekuler dan menanamkan kesadaran politik
pada suatu lapisan yang cukup luas.

Relevan

Kini kita berpisah dengan Soekarno, sebagai tokoh sejarah dan sebagaimana manusia.
Sebagai manusia Soekarno dibentuk oleh lingkungan dan zamannya secara menentukan. Sejarah
Indonesia mencatat bahwa Soekarno memainkan peranan yang begitu penting dan suksesnya
yang begitu besar, bersumber dari cita-cita dan pikiran yang dikembangkan dan disebarkannya.
Oleh sebab itu cita-cita dan pikiran Soekarno tersebut sulit untuk diabaikan dan dilupakan begitu
saja. Sedangkan disudut lain, muncul pertanyaan, apakah kegagalan (dan akhirnya menjadi
tragedi) Soekarno, juga tidak bersumber pada cita-cita dan pikiran itu, misalnya tentang
persatuan yang telah dikemukakan di atas? Selanjutnya juga muncul pertanyaan, apakah
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda

disamping sukses, kita juga akan mengalami tragedi, apabila melanjutkan dan menerapkan cita-
cita dan pikiran Soekarno begitu saja? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendorong kita untuk
mempelajari cita-cita dan pikiran Soekarno, berkaitan dengan tantangan yang dihadapi sekarang
dan tentunya di waktu yang akan datang.

Sekarang muncul pertanyaan, apakah cita-cita dan pikiran Soekarno telah mengalami
perubahan dan perkembangan sepanjang hidupnya? Soekarno dalam autobiografinya, Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia menulis bahwa cita-cita dan pikirannya tidak lagi
mengalami perubahan. Keterangan itu dibenarkan oleh Roger K Paget, yang dalam bukunya
Soekarno”s Defence Oration in the Political Trial of 1930, menegaskan bahwa pada dasarnya
subtansi dari pemikiran politik Soekarno tidak pernah berubah. Hanya saja Soekarno gelisah
melihat mentalitas yang mudah menerima keadaan “nrimo”. Untuk itu ia menaruh perhatian
penuh terhadap masalah tersebut dalam tulisan-tulisannya. Ia percaya bahwa mentalitas nrimo ini
dapat dikikis. Kalau itu berhasil, masyarakat Indonesia bisa memerdekakan diri dari cengkraman
kolonialisme, imperialisme dan kemelaratan.

Konsepsi Soekarno, The New Emerging Forces versus The Old Established Forces,
merupakan usaha Soekarno untuk menjalankan perlunya membangun kembali suatu dunia baru
yang lebih adil, seperti apa yang diucapkan dalam pidatonya yang terkenal dalam Sidang Majelis
Umum PBB pada tahun 1960 dan pidatonya dalam Konperensi Negara-Negara Non-Blok di
Beograd pada tahun 1961. Ketika itu mungkin dianggap omong kosong belaka pikiran-pikiran
Soekarno, tetapi 20 tahun kemudian menjadi kenyataan. Bahkan kini negara-negara maju dan
berkembang dengan kearifan baru berusaha untuk mewujudkan Tata Ekonomi Internasional Baru
Dengan kenyataan ini mau tak mau harus diakui secara jujur bahwa pikiran Soekarno itu
mempunyai relevansi. Menurut Dr Michael Leifer dalam Indonesia”s Foreign Policy, dengan
gagasan-gagasan itu, sebenarnya Soekarno telah berpikir maju satu dekade lebih cepat dari
zamannya. Sehingga tidak usah heran kalau cendikiawan kelas dunia, Dr Soedjatmoko
mengatakan, Soekarno adalah seorang visioner yang besar. Banyak kejadian didunia ini,
misalnya, sudah terbayang dalam pandangannya dahulu.

Hasil penelitian Franklin D Weinstein menunjukkan bahwa konsep mengenai konflik


antara NEFOS versus OLDEFOS masih diterima secara luas oleh pemimpin Indonesia sebagai
suatu cara yang berguna untuk membagi dunia ini. Kebanyakan mereka menangkap kembali
konsep itu dengan mengurangi dimensi ideologisnya tetapi beralih kepada terminologi ekonomi.
Keadaan ini yang dilihat pertentangan kepentingan antara negara kaya dan miskin.
Kecenderungan negara-negara besar untuk mengabaikan negara-negara berkembang dalam
proses pengambilan keputusan mengenai masalah–masalah penting, merupakan salah satu
pertimbangan untuk membenarkan pertentangan itu.

Sebagai penutup perlu diingat, yang menurut Soekarno, harus dipegang teguh dalam
mengisi kemerdekaan yaitu : (1) Berdaulat penuh di bidang politik; (2). Berkepribadian di bidang
kebudayaan; (3) Berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi. Menyimpang dari ketiga prinsip
ini, berarti memgurangi makna kemerdekaan. Jadi jelas kalau pikiran semacam itulah yang harus
dilaksanakan demi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan.

Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com

Anda mungkin juga menyukai