1. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,
reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto &
Wartonah, 2006)
2. Anatomi
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu. Berikut urutan sistem pencernaan manusia yang dijelaskan mulai dari sistem
a) Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Ludah mengandung antibodi dan enzim yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara lansung. Kelenjar air liur mengandung enzim
amilase (ptialin) yang berfungsi untuk mencerna poisakarida (amilum) menjadi
b) Tenggorokan (Faring)
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
c) Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus adalah sebuah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
dan lebar ± 2 cm. Esofagusdibagi menjadi tiga bagian, yaitu superior, bagian tengah,
d) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kacang
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
e) Usus Halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara
lambung dan usus besar. Dinding usus melepaskan lendir dan air. Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Usus halus
Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian usus halus yang terletak setelah
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empdu.
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, diantara
duodenum dan ileum. Pada orang dewasa panjang usus halus antara 2-8 meter
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang 2-4 meter. Ileum memiliki pH antara
yang berupa umbai cacing (appendix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu bagian
naik (ascending), mendatar (transverse), dan menurun (descending). Pada usus besar
tidak terjadi pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan bantuan
Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempet penyimpanan sementara feses.
Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu di
kolon desendens. Jika kolon desenden penuh dan tinja masuk ke rektum maka timbul
Anus merupakan ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (BAB) yang merupakan fungsi utama anus.
h) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum.
i) Hati
Hati merupakan organ terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai
j) Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ yang berbentuk buah pir yang dapat
Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau
gelap.
3. Fisologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrontestinal (dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam mausia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta
membuang zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.
1) Pengetahuan
2) Usia
3) Jenis kelamin
5) Ekonomi
6) Status kesehatan
maupun fisiologis diberbagai sistem tubuh, salah satunya adalah sistem Gastrointestinal
(GI). Sistem Gastrointestinal (GI) adalah jalur pemasokan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perbaikan sel dengan melalui proses ingestion, secretion, mixing and propulsion,
digestion, dan absorption terhadap makanan yang masuk (Derrickson & Tortora, 2015).
Pada lansia mulut yang berfungsi mencerna makanan menjadi bolus juga
menjadi lebih keras dan rapuh, dentin menjadi lebih berserabut, dan ruang saraf menjadi
pendek dan sempit menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal (Miller, 2012). Meiner dan
jaringan disekitar gigi, dan resorpsi dan deposisi tulang yang terjadi secara bersamaan.
Menurut Miller (2012), pada lansia juga mengalami penurunan sekresi saliva. Saliva
meningkatkan nafsu makan, sebagai pelumas jaringan lunak dan membantu mencerna
makanan. Namun, biasanya penurunan sekresi saliva lebih banyak terjadi akibat kondisi
patologis dan efek dari penggunaan obat seperti analgesik dan antikolinergik. Di dalam
rongga mulut lansia juga mengalami perubahan neuromuskular yaitu adanya penurunan
kemampuan mengunyah dan menelan yang berkaitan dengan kekuatan otot berkurang
dan mengurangi tekanan lidah (Ney, dkk., 2009 dalam Miller, 2012).
kompleks seperti motilitas, sekresi dan digesti. Ebersole, dkk (2014) menyatakan bahwa
sehingga terjadi peningkatan waktu pengosongan lambung dan lansia menjadi jarang
makan
Di usus halus, makanan telah berbentuk kimus yang siap dicerna menggunakan
enzim-enzim pencernaan dari usus kecil, hati, dan pankreas. Penuaan yang terjadi pada
lansia berpengaruh pada kekuatan otot di usus dalam gerakan peristaltik. Selain itu,
Perubahan lain yang terjadi menurut Miller (2012) adalah adanya atrofi otot,
pengurangan jumlah folikel limfatik, pengurangan berat usus kecil, serta memendek dan
melebarnya vili. Perubahan struktur ini memang tidak berdampak signifikan pada
motilitas, permeabilitas, atau waktu pencernaan. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah
perubahan ini dapat berdampak pada fungsi sistem imun dan absorpsi nutrien, seperti
folat, kalsium, vitamin B12 dan D (Ebersole,dkk, 2014). Penuaan dapat mengakibatkan
turunnya jumlah enzim laktase. Hal ini mengakibatkan penguraian nutrien makanan pun
lebih lama. Selain itu, lansia juga berpotensi mudah kembung karena lebih mudah
mengalami peningkatan jumlah bakteri. Hal ini memungkinkan adanya sakit perut, perut
terlihat besar karena kembung. Bakteri dapat berbahaya jika berkembang terus-menerus
karena akan mengurangi absorpsi nutrisi tertentu seperti vitamin B12, zat besi, dan
Hati berperan dalam metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, membunuh zat
toksik, dan mensekresi empedu. Hati dan kandung empedu sebagai organ aksesori sistem
Gastrointestinal juga mengalami perubahan seperti hati menjadi lebih kecil, berserat,
terakumulasi lipofuscin (pigmen coklat), dan menurunnya aliran darah (Miller, 2012).
Hal ini menyebabkan makanan yang masuk tidak di metabolisme dengan sempurna untuk
menghasilkan ATP untuk kerja sel tubuh serta zat toksik tidak dibunuh dengan optimal
setelah dirangsang oleh hati yang berfungsi untuk mencerna lemak dalam tubuh. Namun
semakin bertambahkan usia terjadi penurunan jumlah sekresi empedu, pelebaran saluran
lemak tidak dimetabolisme dengan sempurna, meningkatnya risiko terjadi batu empedu,
Menurut Miller (2012), pankreas memiliki fungsi yang sangat esensial bagi
enzim yang berperan dalam penetralan keasaman di kimus, pemecahan lemak, protein,
dan karbohidrat di usus halus. Peran yang tak kalah pentingnya yaitu fungsi pankreas
dalam pengaturan gula darah. Pankreas memproduksi hormon insulin dan glikogen yang
berfungsi sebagai pengatur kadar gula darah (Derrickson & Tortora, 2015). Penuaan
pengurangan kecepatan respon sel B dalam pengaturan glukosa. Perubahan ini tidak
berdampak langsung dalam fungsi pencernaan. Namun yang cukup berbahaya adalah
rentannya lansia untuk terkena diabetes tipe 2 (Miller, 2012). Penambahan umur juga
atau kolon. Menurut Miller (2012), pada usus besar terjadilah proses absorpsi air dan
elektrolit, serta pembuangan zat sisa atau sampah metabolisme pencernaan. Proses
penuaan pada lansia berpengaruh pada beberapa hal, seperti pengurangan sekresi mukus,
distensi dinding rektum. Hal ini lah yang menjadi faktor predisposisi lansia mengalami
5. Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen,
1. Bibir
Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi.
Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya
bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus
menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan
kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi,
2. Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi
yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga
oral,perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat.
kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari
bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari
kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari
mukosa. Mukosa normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan
pasien dengan pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut.
Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar.
lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan,
dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi
dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum
a) Pemeriksaan penunjang
2) Albumin serum
3) Zat besi
4) Transfer serum
5) Kreatinin
6) Hemoglobin
7) Hematokrit
8) Keseimbangan nitrogen
albumin serum < 3.5 gr/dL dan peningkatan /penurunan kadar kolesterol.
(Mubarak, 2008)
7. Tindakan penanganan
b) Terapi medis
dextrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin dan unsur renik, semuanya
1. Pengkajian
Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi dapat dikaji :
a) Pengukuran antropometik
1) Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita dilakukan
dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi
berbaring.
2) Berat badan
- Alat serta skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang.
- Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang.
- Anjuran klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
- Pengukuran TSF dilakukan pada titik lengan atas, antara akromion dan
olekranon.
- Ketika pengukuran dilakukan, anjurkan klien untuk relaks.
4) Lingkaran tubuh : umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini
b) Data Biomedis
1) Pemeriksaan fsik
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian kondisi fsik yang
berhubungan dengan masalah malnutrisi. Prinsip pemeriksaan ini adalah head to toe
2) Pemeriksaan biokimia
Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah kadar total limfosit,
c) Riwayat Diet
1) Riwayat diet
makanan
-Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan
makanan
- Ketidakmampuan fsik
2) Riwayat penyakit
- Anoreksia
- Diare
- Alkoholisme
- Disabilitas mental
- Kehamilan remaja
- Terapi radiasi
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
menentukan jumlah
yang dibutuhkan
oleh pasien
Ketidakseimbangan a. Nutrisional status: Weight
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
protein vitamin C
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal
Carpenito-Moyet, L. J., 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 13, Jakarta: EGC.
Doenges M. E., 2001, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Jackson, Lee dan Marilynn Jackson. 2009. Seri Panduan Praktis: Keperawatan Klinis. Penerbit
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015. Mediaction:
Yogyakarta