Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN NUTRISI

A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi

1. Pengertian

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan

atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahanbahan tersebut

untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat

dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,

reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto &

Wartonah, 2006)

2. Anatomi

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,

lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi

organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung

empedu. Berikut urutan sistem pencernaan manusia yang dijelaskan mulai dari sistem

pencernaan, fungsi serta penjelasan mulai dari mulut hingga anus.

a) Mulut

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari

mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang

terdapat di permukaan lidah. Ludah mengandung antibodi dan enzim yang memecah

protein dan menyerang bakteri secara lansung. Kelenjar air liur mengandung enzim
amilase (ptialin) yang berfungsi untuk mencerna poisakarida (amilum) menjadi

disakarida. (Kenemkes RI, 2017)

b) Tenggorokan (Faring)

Tenggorokan (faring) merupakan penghubung antara mulut dan kerongkongan.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.

(Kemenkes RI, 2017)

c) Kerongkongan (Esofagus)

Esofagus adalah sebuah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui

sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke lambung. Panjang esofagus ± 20 cm

dan lebar ± 2 cm. Esofagusdibagi menjadi tiga bagian, yaitu superior, bagian tengah,

dan bagian inferior. (Kemenkes RI, 2017)

d) Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kacang

keledai. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,

sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Sel-sel

yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

1) Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap

kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah

kepada terbentuknya tukak lambung.

2) Asam klorida (HCl)


Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh

pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan

sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e) Usus Halus

Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara

lambung dan usus besar. Dinding usus melepaskan lendir dan air. Dinding usus juga

melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Usus halus

terdiri dari 3 bagian yaitu:

1) Usus dua belas jari (duodenum)

Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Pada duodenum

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empdu.

2) Usus kosong (jejunum)

Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, diantara

duodenum dan ileum. Pada orang dewasa panjang usus halus antara 2-8 meter

dimana 1-2 meter adalah bagian usus kosong.

3) Usus penyerapan (Ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia ileum memiliki panjang 2-4 meter. Ileum memiliki pH antara

7 dan 8 dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

(Kemenkes RI, 2017)

f) Usus besar (colon)


Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki tambahan usus

yang berupa umbai cacing (appendix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu bagian

naik (ascending), mendatar (transverse), dan menurun (descending). Pada usus besar

tidak terjadi pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan bantuan

bakteri E. Coli dan diperoleh vitamin K.

g) Rectum dan Anus

Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan

berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempet penyimpanan sementara feses.

Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu di

kolon desendens. Jika kolon desenden penuh dan tinja masuk ke rektum maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB).

Anus merupakan ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari

tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya

dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang

dari tubuh melalui proses defekasi (BAB) yang merupakan fungsi utama anus.

h) Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernan yang memiliki dua fungsi utama

yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.

Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan

duodenum.

i) Hati

Hati merupakan organ terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai

fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini berperan


penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk

penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma dan penetralan obat.

j) Kandung empedu

Kandung empedu adalah organ yang berbentuk buah pir yang dapat

menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.

Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau

gelap.

3. Fisologi

Sistem pencernaan atau sistem gastrontestinal (dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam mausia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta

membuang zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut

dari tubuh.

4. Perubahan fungsi system pencernaan

a) Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi

Beberapa faktor yang memoengaruhi kebutuhan nutrisi antara lain:

1) Pengetahuan

2) Usia

3) Jenis kelamin

4) Tinggi dan berat badan

5) Ekonomi

6) Status kesehatan

7) Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan


Penuaan yang dialami oleh lansia memungkinkan terjadinya fungsi anatomis

maupun fisiologis diberbagai sistem tubuh, salah satunya adalah sistem Gastrointestinal

(GI). Sistem Gastrointestinal (GI) adalah jalur pemasokan nutrisi untuk pertumbuhan dan

perbaikan sel dengan melalui proses ingestion, secretion, mixing and propulsion,

digestion, dan absorption terhadap makanan yang masuk (Derrickson & Tortora, 2015).

Pada lansia mulut yang berfungsi mencerna makanan menjadi bolus juga

mengalami perubahan fisiologis. Perubahan-perubahan tersebut seperti enamel gigi

menjadi lebih keras dan rapuh, dentin menjadi lebih berserabut, dan ruang saraf menjadi

pendek dan sempit menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal (Miller, 2012). Meiner dan

Lueckenotte (2006) menambahkan tanggalnya gigi disebabkan juga karena kerusakan

jaringan disekitar gigi, dan resorpsi dan deposisi tulang yang terjadi secara bersamaan.

Menurut Miller (2012), pada lansia juga mengalami penurunan sekresi saliva. Saliva

berfungsi mensekresikan enzim percernaan, mengatur flora mulut, remineralisasi gigi,

meningkatkan nafsu makan, sebagai pelumas jaringan lunak dan membantu mencerna

makanan. Namun, biasanya penurunan sekresi saliva lebih banyak terjadi akibat kondisi

patologis dan efek dari penggunaan obat seperti analgesik dan antikolinergik. Di dalam

rongga mulut lansia juga mengalami perubahan neuromuskular yaitu adanya penurunan

kemampuan mengunyah dan menelan yang berkaitan dengan kekuatan otot berkurang

dan mengurangi tekanan lidah (Ney, dkk., 2009 dalam Miller, 2012).

Setelah makanan sampai di lambung, makanan akan mengalami pencernaan lebih

kompleks seperti motilitas, sekresi dan digesti. Ebersole, dkk (2014) menyatakan bahwa

lambung pada lansia banyak mengalami perubahan fisiologis berupa penurunan


motalitas, volume dan penurunan sekresi bikarbonat serta mukus lambung. Perubahan ini

disebabkan karena atropi lambung dan Hypochlorydria atau ketidakcukupan HCL.

Penurunan motilitas lambung menyebabkan makanan menjadi lama dicerna dilambung

sehingga terjadi peningkatan waktu pengosongan lambung dan lansia menjadi jarang

makan

Di usus halus, makanan telah berbentuk kimus yang siap dicerna menggunakan

enzim-enzim pencernaan dari usus kecil, hati, dan pankreas. Penuaan yang terjadi pada

lansia berpengaruh pada kekuatan otot di usus dalam gerakan peristaltik. Selain itu,

mukosa yang bertugas melicinkan permukaan juga mengalami penurunan jumlah.

Perubahan lain yang terjadi menurut Miller (2012) adalah adanya atrofi otot,

pengurangan jumlah folikel limfatik, pengurangan berat usus kecil, serta memendek dan

melebarnya vili. Perubahan struktur ini memang tidak berdampak signifikan pada

motilitas, permeabilitas, atau waktu pencernaan. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah

perubahan ini dapat berdampak pada fungsi sistem imun dan absorpsi nutrien, seperti

folat, kalsium, vitamin B12 dan D (Ebersole,dkk, 2014). Penuaan dapat mengakibatkan

turunnya jumlah enzim laktase. Hal ini mengakibatkan penguraian nutrien makanan pun

lebih lama. Selain itu, lansia juga berpotensi mudah kembung karena lebih mudah

mengalami peningkatan jumlah bakteri. Hal ini memungkinkan adanya sakit perut, perut

terlihat besar karena kembung. Bakteri dapat berbahaya jika berkembang terus-menerus

karena akan mengurangi absorpsi nutrisi tertentu seperti vitamin B12, zat besi, dan

kalsium (Ebersole, dkk, 2014).

Hati berperan dalam metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, membunuh zat

toksik, dan mensekresi empedu. Hati dan kandung empedu sebagai organ aksesori sistem
Gastrointestinal juga mengalami perubahan seperti hati menjadi lebih kecil, berserat,

terakumulasi lipofuscin (pigmen coklat), dan menurunnya aliran darah (Miller, 2012).

Hal ini menyebabkan makanan yang masuk tidak di metabolisme dengan sempurna untuk

menghasilkan ATP untuk kerja sel tubuh serta zat toksik tidak dibunuh dengan optimal

sehingga lansia rentan terhadap penyakit. Kandung empedu mensekresikan empedu

setelah dirangsang oleh hati yang berfungsi untuk mencerna lemak dalam tubuh. Namun

semakin bertambahkan usia terjadi penurunan jumlah sekresi empedu, pelebaran saluran

empedu, peningkatan sekresi cholecystokinin (Miller, 2012). Hal tersebut mengakitbatkan

lemak tidak dimetabolisme dengan sempurna, meningkatnya risiko terjadi batu empedu,

dan menurunnya nafsu makan (Miller, 2012).

Menurut Miller (2012), pankreas memiliki fungsi yang sangat esensial bagi

pencernaan. Sebagai kelenjar yang multifungsi, pankreas banyak memproduksi enzim-

enzim yang berperan dalam penetralan keasaman di kimus, pemecahan lemak, protein,

dan karbohidrat di usus halus. Peran yang tak kalah pentingnya yaitu fungsi pankreas

dalam pengaturan gula darah. Pankreas memproduksi hormon insulin dan glikogen yang

berfungsi sebagai pengatur kadar gula darah (Derrickson & Tortora, 2015). Penuaan

berpengaruh pada pengurangan berat pankreas, hiperplasia kelenjar, fibrosis, dan

pengurangan kecepatan respon sel B dalam pengaturan glukosa. Perubahan ini tidak

berdampak langsung dalam fungsi pencernaan. Namun yang cukup berbahaya adalah

penurunan kemampuan pengaturan metabolisme glukosa. Hal ini mengakibatkan lebih

rentannya lansia untuk terkena diabetes tipe 2 (Miller, 2012). Penambahan umur juga

mempengaruhi sekresi eksokrin dari pankreas yang dapat mengakibatkan menurunnya

aliran enzim dan pengurangan produksi bikarbonat dan enzim.


Setelah semua nutrien di absorpsi di usus halus, kimus akan memasuki usus besar

atau kolon. Menurut Miller (2012), pada usus besar terjadilah proses absorpsi air dan

elektrolit, serta pembuangan zat sisa atau sampah metabolisme pencernaan. Proses

penuaan pada lansia berpengaruh pada beberapa hal, seperti pengurangan sekresi mukus,

pengurangan elastisitas dinding rektum, dan pengurangan kemampuan mempersepsikan

distensi dinding rektum. Hal ini lah yang menjadi faktor predisposisi lansia mengalami

konstipasi (Miller, 2012).

5. Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen,

rectum dan anus.

1. Bibir

Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi.

Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya

bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus

menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan

karna anemia, sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau

kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi,

iritasi, atau kanker kulit.

2. Rongga mulut

Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi

yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga

oral,perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat.

Sarung tangan harus dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien


dapat duduk dan berbaring. Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat

denganmengingat kembali struktur rongga mulut. 

Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka mulut,

kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari

bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari

kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari

mukosa. Mukosa normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan

pasien dengan pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik

untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.

3. Lidah dan dasar mulut

Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut.

Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar.

Perawat mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal

tersebut  dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan

lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan,

lidah berada digaris tengah.

4. Pemeriksaan fisik Abdomen

Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi,

dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi

dengan tujuan  agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum

melakukan manipulasi terhadap abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih

dahulu , maka dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus.

5. Pemeriksaan rektal dan anus


6. Pemeriksaan diagnostic

a) Pemeriksaan penunjang

1) Kadar total limfosit

2) Albumin serum

3) Zat besi

4) Transfer serum

5) Kreatinin

6) Hemoglobin

7) Hematokrit

8) Keseimbangan nitrogen

9) Tes antigen kulit

Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi buruk

meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan limfosit, penurunan

albumin serum < 3.5 gr/dL dan peningkatan /penurunan kadar kolesterol.

(Mubarak, 2008)

7. Tindakan penanganan

b) Terapi medis

1) Terapi farmakologi dengan pemberian obat/injeksi vitamin

2) Terapi non farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan sedikit tapi sering


3) Nutrisi parenteral, diberikan secara intravena. Nutrisi parenteral adalah larutan

dextrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin dan unsur renik, semuanya

memberikan semua kalori yang dibutuhkan. (Kozier, 2011)

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi dapat dikaji :

a) Pengukuran antropometik

1) Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita dilakukan

dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi

berbaring.

2) Berat badan

- Alat serta skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang.

- Pasien ditimbang tanpa alas kaki.

- Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang.

- Waktu penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan.

3) Tebal lipatan kulit

- Anjuran klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil

pengukuran.

- Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien.

- Dalam pengukuran TSF utamakan lengan klien yang tidak dominan.

- Pengukuran TSF dilakukan pada titik lengan atas, antara akromion dan

olekranon.
- Ketika pengukuran dilakukan, anjurkan klien untuk relaks.

- Alat yang digunakan adalah kaliper.

4) Lingkaran tubuh : umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini

adalah kepala, dada dan otot bagian tengah lengan atas.

b) Data Biomedis

1) Pemeriksaan fsik

Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian kondisi fsik yang

berhubungan dengan masalah malnutrisi. Prinsip pemeriksaan ini adalah head to toe

yaitu dari kepala sampai ke kaki.

2) Pemeriksaan biokimia

Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah kadar total limfosit,

albumin serum, zat besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hemotokrit,

keseimbangan nitrogen dan tes antigen kulit (Barkaukas, 1995).

c) Riwayat Diet

Berikut ini adalah faktor yang menyebabkan gangguan nutrisi

1) Riwayat diet

- Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan

- Asupan makanan tidak adekuat

- Diet yang salah atau ketat

- Kurangnya persediaan bahan makanan selama 10 hari atau lebih

- Pemberian nutrisi melalui intravena selama 10 hari atau lebih

-Tidak adekuatnya dana untuk penyediaan bahan

makanan
-Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan

-Tidak adekuatnya fasilitas penyimpanan bahan

makanan

- Ketidakmampuan fsik

- Lansia yang tinggal dan makan sendiri

2) Riwayat penyakit

- Adanya riwayat berat badan berlebih atau berkurang

- Penurunan berat badan dan tinggi badan

- Mengalami penyakit tertentu

- Riwayat pembedahan pada sistem gastrointestinal

- Anoreksia

- Mual dan muntah

- Diare

- Alkoholisme

- Gangguan yang mengenai organ tertentu (kanker)

- Disabilitas mental

- Kehamilan remaja

- Terapi radiasi

3) Riwayat pemakaian obat-obatan : aspirin, antibiotik, antasida, anti-depresan, agens

anti-hipersentivitas, agens anti-imflamasi, agens anti-neoplastik, digitalis, laksatif,

diuretik, natrium klorida dan vitamin atau preparat nutrien lain

2. Diagnosa keperawatan

Menurut NANDA, diagnosis keperawatan terkait masalah nutrisi (Kozier, 2004):


a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

b) Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh

3. Perencanaan keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


NOC NIC
Keperawatan
Ketidakseimbangan a. Nutritional status:  Kaji adanya alergi

nutrisi kurang dari adequacy of makanan

kebutuhan tubuh nutrient  Monitor adanya

Berhubungan dengan: b. Nutritional status: penurunan BB

Ketdakmampuan untuk food and fluid  Monitor

memasukkan atau intake lingkungan selama

mencerna nutrisi oleh c. Weigt control makan

karena faktor biologis, Setelah dilakukan  Monitor intake

psikologis atau tindakan selama 3 nutrisi

ekonomi kali 24 jam  Monitor mual dan


DS: diharapkan nutrisi muntah
a. Nyeri abdomen pasien terpenuhi  Monitor turgor
b. Muntah dengan kriteria hasil: kulit
c. Kejang perut  Pasien mau makan
d. Rasa penuh tiba-tiba sedikit tapi sering  Pertahankan terapi

setelah makan  Pasien tidak IV line

DO: memuntahkan  Informasikan

e. Diare makanan kepada keluarga

f. Rontok rambut yang  TTV dalam batas tentang manfaat

berlebih normal nutrisi

g. Kurang nafsu makan  Ajarkan pasien

h. Bising usus berlebih cara membuat

i. Konjungtiva pucat catatan harian

j. Denyut nadi lemah  Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan

oleh pasien
Ketidakseimbangan a. Nutrisional status: Weight

nutrisi lebih dari food and fluid management

kebutuhan tubuh. intake  Diskusikan

Berhubungan dengan: b. Nutritional status: bersama pasien

DS: nutrient intake mengenai

k. Laporan adanya c. Weight control hubungan antara

sedikit aktivitas atau Setelah dilakukan intake, makanan,

tidak ada aktivitas tindakan keperawatan latihan dan

DO: selama 3x24 jam peningkatan BB


l. Lipatan kulit tricep > ketidakseimbangan  Diskusikan

25 mm untuk wanita nutrisi telah teratasi bersama pasien

dan > 15 mm untuk dengan kriteria hasil: mengenai kondisi

pria  Mengerti medis yang dapat

2. BB 20% diatas ideal faktor yang mempengaruhi BB

untuk tinggi dan meningkatkan  Diskusikan

kerangka tubuh ideal berat badan bersama pasien

3. Makan dengan  Mengidentifik mengenai resiko

respon eksternal asi tingkah laku yang berhubungan

(misalnya: situasi dibawah kontol dengan BB

sosialsepanjang hari) klien berlebih

4. Dilaporkan atau  Memodifikasi  Dorong

diobservasi adanya diet dalam waktu pasien untuk

disfungsi pola makan yang lama untuk merubah kebiasaan

(misal: mengontrol berat makan

memasangkan badan  Perkirakan


makanan dengan  Penurunan BB ideal pasien

aktivitas yang lain) berat badan 1-2 Nutrition

5. Konsentrasi intake pounds per minggu Management

makanan pada  Menggunakan  Kaji adanya


menjelang malam energi untuk alergi makanan

aktivitas sehari-  Kolaborasi

hari dengan ahli gizi


untuk menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang

dibutuhkan pasien

 Anjurkan

pasien untuk

meningkatkan

protein vitamin C
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal

Bedah. EGC: Jakarta

Carpenito-Moyet, L. J., 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 13, Jakarta: EGC.

Doenges M. E., 2001, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 4, 2013, Jakarta: EGC.

Jackson, Lee dan Marilynn Jackson. 2009. Seri Panduan Praktis: Keperawatan Klinis. Penerbit

Erlangga Medical Series: Jakarta

Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015. Mediaction:

Yogyakarta

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai