875-Article Text-1828-1-10-20130128 PDF
875-Article Text-1828-1-10-20130128 PDF
Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined
Abstract
Chemistry subject, especially electrolyte and non-electrolyte solution material is
one of the subjects which needs concept comprehension. Furthermore, it needs
learning model which can explain that material in order to make students
understand more. The aim of this research was to find out the influence and
significant influence of VAK learning model using Swishmax media in the
students’ achievement. Population of this research was tenth grade students of
SMA N 1 Pemalang in the Academic year of 2011/2012. The researcher used
cluster random sampling technique to determine the sample. In the one hand, X3
class was the experimental class which was taught by VAK learning model using
Swishmax media. On the other hand, X2 class was the control class which was
taught by lecture and discussion methods. The data of the research were obtained
by documentation, test, questionnaire and observation methods. It could be
concluded that VAK learning model using Swishmax media influenced the
students’ achievement. The significant influence by applying VAK learning model
using Swishmax media was 35.13%.
36
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
37
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
tersebut berdistribusi normal, sehingga uji belajar materi pokok larutan elektrolit dan non-
selanjutnya memakai statistik parametrik. elektrolit memberikan pengaruh sebesar
Selanjutnya dilakukan uji kesamaan 35,13%.
dua varians data postes digunakan untuk Berdasarkan hasil uji persentase
mengetahui apakah data hasil postes ketuntasan belajar klasikal kelompok
mempunyai varians yang sama atau tidak. Hasil eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
uji kesamaan dua varians data postes disajikan pada Gambar1.
pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji kesamaan dua varians data postes
38
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
yaitu 85,1. Persentase hasil belajar psikomotorik pembelajaran dibagikan angket gaya belajar
pada kelas kontrol mencapai 80,5. Dari analisis yang digunakan dalam pembagian kelompok.
data hasil belajar psikomotorik kelas Angket ini berisi pernyataan yang sesuai dengan
eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui ciri-ciri gaya belajar visual, auditori, dan
bahwa kelas eksperimen mempunyai hasil kinestetik. Siswa memilih pernyataan yang
belajar psikomotorik yang lebih baik dari pada sesuai dengan keadaannya. Dari 37 siswa kelas
kelas kontrolHal ini disebabkan pembagian eksperimen terdapat 15 siswa yang bergaya
kelompok pada kelas eksperimen didasarkan belajar visual, 10 siswa bergaya belajar auditori
pada gaya belajar sehingga siswa lebih mudah dan 12 siswa bergaya belajar kinestetik.
belajar dan bekerjasama dengan siswa yang satu Kelompok ini menjadi kelompok diskusi,
gaya belajar. Kerjasama yang baik membuat presentasi, dan praktikum.
praktikum berjalan lebih lancar sehingga Teknis pelaksanaan dari praktikum
hasilnya lebih baik. Nilai rata-rata untuk pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
kelompok kinestetik lebih tinggi daripada nilai
1) Kelompok visual (belajar
rata-rata kelompok visual dan auditori. Hal ini
dengan melihat)
karena kelompok kinestetik merupakan
kelompok siswa yang lebih menyukai belajar Kelompok ini diberi kesempatan untuk
dengan bergerak. Dalam hal ini gerak yang melihat kelompok kinestetik melaksanakan
dimaksud yaitu kegiatan praktikum. praktikum. Setelah kelompok kinestetik selesai
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap melaksnakan praktikum, kelompok visual baru
data hasil belajar aspek afektif dan melakukan praktikum berdasarkan apa yang
psikomotorik tersebut, dapat disimpulkan mereka lihat.
bahwa hasil belajar afektif dan psikomotorik 2) Kelompok auditori (belajar
kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas dengan mendengar)
kontrol. Kelompok auditori melaksanakan
Pada akhir penelitian dilabagikan praktikum dengan mendengarkan perintah
angket yang mengulas ketertarikan siswa verbal dari anggota kelompoknya (pemberi
terhadap model pembelajaran VAK instruksi dengan cara bergantian).
menggunakan media Swishmax. 3) Kelompok kinestetik (belajar
diskusiPenyebaran angket dalam penelitian ini dengan melakukan)
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
Kelompok ini dengan mudah
penerimaan siswa terhadap proses pembelajaran
memahami materi apabila diberi kesempatan
VAK menggunakan media Swishmax.
untuk langsung praktik. Kelompok kinestetik
Berdasarkan hasil analisis angket secara
mendemonstrasikan praktikum di depan
keseluruhan, diperoleh lebih dari 50% siswa
kelompok visual.
yang ada dalam kelas memberikan tanggapan
positif terhadap indikator-indikator dalam Model pembelajaran VAK
angket dengan memberikan pendapat sangat menggunakan media Swishmax memberikan
setuju dan setuju. Hal ini berarti bahwa hasil lebih baik karena didasarkan pada gaya
pembelajaran VAK menggunakan media belajar siswa sehingga sesuai dengan kebutuhan
Swishmax pada materi pokok larutan elektrolit dan minat siswa dalam belajar. Setiap siswa
dan non-elektrolit lebih menarik dan memiliki kecenderungan gaya belajar yang
menyenangkan dari pada pembelajaran berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa
ceramah. dapat memiliki kecenderungan gaya belajar
visual, auditori, atau kinestetik. Masing-masing
Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan
gaya belajar memiliki trik jitu untuk
ini yaitu pretes, pembelajaran, dan postes.
mempermudah cara belajar sehingga hasil
Berdasarkan hasili analisis diperoleh rata-rata
belajar yang diperoleh dapat lebih efektif.
pretes kelas eksperimen sebesar 53,69 dan rata-
rata hasil pretes kelas kontrol sebesar 62,19. Selama dilakukan penelitian ini, setiap
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hasil kali dilakukan kegiatan pembelajaran (kecuali
pretes sangat jauh dari batas ketuntasan belajar pada saat pretes dan postes) pada kelas
(80) mengingat pada saat pretes siswa belum eksperimen guru (peneliti) selalu menggunakan
pernah mempelajari pokok bahasan larutan media pembelajaran Swishmax yang telah
elektrolit dan non-elektrolit. dibuat. Media Swishmax ini digunakan sebagai
media dalam proses pembelajaran agar siswa
Pada kelas eksperimen sebelum proses
39
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
lebih tertarik dalam proses pembelajaran karena Karena cara penyelesaian atau jawaban dari soal
terdapat animasi-animasi yang yang membantu yang diajukan bervariasi, maka akan
siswa lebih memahami materi yang diajarkan. menyebabkan siswa yang mempunyai
Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen kemampuan lebih merasa tidak yakin akan hasil
terdiri dari: (1) pembagian CD pembelajaran yang dicapai, terlebih bagi siswa yang
Swishmax kepada tiap kelompok, dimana berkemampuan kurang. Untuk itu diperlukan
kelompok tersebut dibagi berdasarkan gaya bimbingan guru untuk menyimpulkan konsep
belajar; (2) siswa bekerja dalam kelompok kecil atau ide-ide yang terdapat dalam soal yang
untuk mengerjakan lembar diskusi (disebut juga diajukan.
diskusi kelompok); (3) diskusi kelas, yaitu Kelemahan pelaksanaan pembelajaran
presentasi hasil pengerjaan lembar diskusi oleh VAK menggunakan media Swishmax di
beberapa kelompok yang ditunjuk guru; (4) antaranya adalah: (1) kegiatan diskusi
penarikan kesimpulan bersama antara guru dan membahas materi perlu pengawasan guru agar
siswa serta pengumpulan hasil diskusi yang tidak terjadi miskonsepsi di kalangan siswa
telah dirapikan tiap kelompok. karena siswa belajar secara mandiri dalam
Prinsip pelaksanaan kegiatan kelompok, (2) guru harus dapat melakukan
pembelajaran pada kelas kontrol hampir sama pengelolaan kelas dengan baik, terutama saat
dengan kelas eksperimen. Perbedaannya adalah diskusi guru harus berupaya agar terjadi diskusi
pada kelas kontrol tidak diberikan CD yang aktif (3) Guru harus cermat dan teliti pada
pembelajaran Swishmax. Pembelajaran saat mengkoreksi jawaban siswa karena jawaban
dilakukan dengan ceramah oleh guru. Lembar yang diberikan siswa bervariasi, (4) kegiatan
diskusi pada kedua kelas berisi sama. praktikum membutuhkan waktu lebih banyak
Pembelajaran diawali dengan dan memerlukan pengawan lebih karena
penyampaian tujuan pembelajaran dan masing-masing kelompok bekerja sesuai dengan
pemberian motivasi kepada siswa berupa gaya belajar masing-masing.
pemberian pertanyaan-pertanyaan secara lisan Simpulan
maupun tertulis tentang keterkaitan pokok Berdasarkan hasil penelitian, maka
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Pada dapat diambil simpulan bahwa model
kelas eksperimen guru menjelaskan poin-poin pembelajaran VAK menggunakan media
penting mengenai materi. Kegiatan dilanjutkan Swishmaxberpengaruh terhadap hasil belajar
dengan diskusi kelompok membahas materi materi pokok larutan elektrolit dan non-
larutan elektrolit dan non-elektrolit elektrolit siswa kelas X SMA N 1 Pemalang.
menggunakan CD pembelajaran Swishmax. Besarnya pengaruh pembelajaran VAK
Kelas eksperimen dibagi menjadi 7 kelompok menggunakan media Swishmax sebesar 35,13%.
sesuai dengan gaya belajar maing-masing.
Untuk kelas kontrol pembelajaran seluruh Daftar Pustaka
Anni, C. T, dkk. 2007. Psikologi belajar. Semarang:
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit Universitas Negeri Semarang Press.
dilakukan dengan penjelasan guru. Kemudian
Arsyad, A. 2008. Media pembelajaran. Jakarta:
kedua kelas dibagikan lembar diskusi untuk Rajagrafindo Persada.
dikerjakan oleh setiap kelompok. Pada kelas Chandra. 2005. Animasi teks professional dengan
kontrol dibagi menjadi 7 kelompok secara acak. swishmax. Palembang: Maxikom.
Setelah pengerjaan lembar diskusi Daryanto. 2011. Media pembelajaran. Bandung: Satu
melalui diskusi kelompok selesai, kegiatan Nusa.
pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi DePorter, B. & Hernacki, M. 2008. Quantum
hasil diskusi kelompok. Pada bagian ini learning ‘membiasakan belajar nyaman dan
beberapa atau semua kelompok menyenangkan’. Bandung: Mizan Media
Utama.
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka
Gilakjani, A. P. 2012. Visual, auditory, kinaesthetic
secara bergiliran. Presentasi hasil diskusi learning style and their impacts on english
kelompok pada dimaksudkan untuk membahas language teaching. Journal of Studies in
jawaban benar/salah dan alasan untuk jawaban Education. 2/1: 104-113.
yang diajukan siswa. Haryadi, M G. 2010. Peningkatan keaktifan dan
Setelah diskusi kelas selesai,siswa prestasi belajar matematika pada pecahan
melalui pendekatan pembelajaran VAK.
bersama guru menyimpulkan atau membuat Skripsi. Surakarta: FIP Universitas
ringkasan tentang konsep atau ide-ide yang Muhammadiyah Surakarta.
terdapat dalam persoalan yang diajukan.
40
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
Putri, D P. 2010. Efektivitas memanfaatan kit Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan:
berorientasi VAKA terhadap hasil belajar pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
siswa kelas XI IPA pada materi pokok Bandung: Alfabeta.
larutan asam basa. Skripsi. Semarang: Sukardi. 2008. Metodologi penelitian pendidikan.
FMIPA Universitas Negeri Semarang. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. 2007. Strategi pembelajaran berorientasi Syarif, A M. 2005. Cara cepat membuat animasi flash
standar proses pendidikan. Jakarta: menggunakan swishmax. Yogyakarta:
Kencana.
41