Anda di halaman 1dari 7

Chem in Edu 2 (1) (2012)

Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

PEMBELAJARAN VISUALISASI, AUDITORI, KINESTETIK


MENGGUNAKAN MEDIA SWISHMAX MATERI LARUTAN
ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Ismi Inayati*, Tjahyo Subroto, Kasmadi Imam Supardi


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Mata pelajaran kimia khususnya materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
Sejarah Artikel: merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep. Kurangnya
Diterima Juni 2012 pemahaman konsep dikarenakan guru kurang memahami gaya belajar yang
Disetujui Juli 2012 dimiliki siswa. Untuk itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang sesuai
Dipublikasikan Agustus 2012 dengan gaya belajar siswa agar materi tersebut dapat dipahami. Model
pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran VAK menggunakan media
Swishmax. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan berapa besar
Keywords: pengaruh model pembelajaran VAK menggunakan media Swishmax terhadap
Gaya belajar hasil belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X SMA Negeri 1
Swishmax Pemalang tahun pelajaran 2011/2012. Teknik penentuan sampel dengan sistem
VAK (Visualisasi, Auditori, Cluster random sampling diperoleh dua kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas
Kinestetik) X3 sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan menggunakan model
pembelajaran VAK menggunakan media Swishmaxdan kelas X2 sebagai kelas
kontrol yang mendapatkan perlakuan pembelajaran ceramah diskusi. Data
penelitian diperoleh dengan metode dokumentasi, tes, angket, dan observasi.
Simpulan penelitian ini menyatakan bahwa model pembelajaran VAK
menggunakan media Swishmax mempengaruhi hasil belajar siswa. Besarnya
pengaruh yang diberikan model pembelajaran ini yaitu 35,13%.

Abstract
Chemistry subject, especially electrolyte and non-electrolyte solution material is
one of the subjects which needs concept comprehension. Furthermore, it needs
learning model which can explain that material in order to make students
understand more. The aim of this research was to find out the influence and
significant influence of VAK learning model using Swishmax media in the
students’ achievement. Population of this research was tenth grade students of
SMA N 1 Pemalang in the Academic year of 2011/2012. The researcher used
cluster random sampling technique to determine the sample. In the one hand, X3
class was the experimental class which was taught by VAK learning model using
Swishmax media. On the other hand, X2 class was the control class which was
taught by lecture and discussion methods. The data of the research were obtained
by documentation, test, questionnaire and observation methods. It could be
concluded that VAK learning model using Swishmax media influenced the
students’ achievement. The significant influence by applying VAK learning model
using Swishmax media was 35.13%.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
Email: anonamaniz_clik@yahoo.co.id ISSN NO 2252-6609
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
Pendahuluan Untuk meningkatkan motivasi siswa
Pendidikan merupakan suatu proses dalam pembelajaran kimia khususnya dalam
untuk membina dan mengantarkan siswa agar materi pokok larutan elektrolit dan
dapat menemukan jati dirinya. Menurut Anni nonelektrolit, guru dapat membuat siswa
(2007: 3) belajar merupakan sebuah sistem yang tertarik dengan CD pembelajaran interaktif agar
didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling termotivasi. Menurut Chandra (2005: 1)
terkait sehingga menghasilkan perubahan Swishmax adalah program alternatif untuk
perilaku.Secara umum ada dua kategori utama membuat animasi Flash tanpa menggunakan
tentang bagaimana siswa belajar, yaitu program Flash. Sedangkan menurut Syarif
bagaimana siswa menyerap informasi dengan (2005: 1) hal yang menonjol dalam Swishmax,
mudah (modalitas) dan cara siswa mengatur hasil karya dapat diekspor ke dalam format file
dan mengolah informasi tersebut (dominasi swf, yaitu format file yang digunakan oleh
otak). Gaya belajar seseorang merupakan Macromedia Flash. Penggunaan bantuan
kombinasi dari cara siswa menyerap, mengatur, program Swishmax diharapkan dapat membuat
dan mengolah informasi (DePorter dan siswa lebih tertarik dalam mengikuti materi
Hernacki 2008: 110).Tugas utama seorang guru larutan elektrolit dan non-elektrolit sehingga
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan hasil belajar dapat mencapai KKM.
berkualitas. Menurut Arsyad (2008: 19) media
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi
penyelenggaraan proses pembelajaran, guru utama yaitu memotivasi minat atau tindakan,
harus memahami model pembelajaran yang menyajikan informasi, dan memberi instruksi.
efektif agar dapat membantu siswa belajar Hasil yang diharapkan melahirkan minat dan
secara optimal sehingga mampu meningkatkan merangsang siswa untuk bertindak. Guru juga
keaktifan siswa dalam proses belajar. Oleh kurang memahami karakteristik siswanya.
karena itu, tidak lagi menggunakan metode Menurut Sanjaya (2007: 27) guru harusmemiliki
konvensional karena menurut Daryanto (2011: pemahaman tentang siswa yang dibimbingnya.
3) pembelajaran konvensional lebih cenderung Materi pokok yang digunakan dalam
membosankan, kurang interaktif dan penelitian ini larutan elektrolit dan non-
komunikatif dalam mentransfer pengetahuan, elektrolit. Penelitian ini bertujuan untuk
sehingga mengakibatkan menurunnya motivasi mengetahui besar pengaruh model
belajar siswa dalam proses pembelajaran. pembelajaran VAK menggunakan media
Model pembelajaran merupakan salah Swishmaxterhadap hasil belajar materi pokok
satu faktor yang berpengaruh terhadap larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran X SMA Negeri 1 Pemalang.
yang sesuai dengan kondisi siswa yaitu model
Metode Penelitian
pembelajaranVAK (Visualisasi, Auditori,
Penelitian ini termasuk penelitian
Kinestetik). Menurut Haryadi (2010: 5)
eksperimen menggunakan desainPretest Posttest
pembelajaran Visual, Auditori, dan Kinestetik
Control Group Design (Sukardi 2008: 185),
(VAK) dipusatkan pada cara belajar siswa
sedangkan populasinya yaitu seluruh siswa
dengan langkah yang sistematis yaitu belajar
SMA N 1Pemalang kelas X semester 2 tahun
melalui melihat sesuatu, belajar melalui
pelajaran 2011/2012. Sampel diambil secara
mendengar sesuatu, dan belajar melalui
cluster random sampling setelah diketahui
aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Pada
bahwa populasi bersifat normal dan homogen.
penelitian yang dilakukan Gilakjani (2011)
Hal ini diketahui setelah dilakukan uji
menunjukkan bahwa 50% siswa menggunakan
normalitas dan uji homogenitas. Sampel dalam
gaya belajar visual, 35% siswa menggunakan
penelitian ini kelas X3 sebagai kelas eksperimen
gaya belajar auditori, dan 15% siswa
yang mendapat perlakuan menggunakan model
menggunakan gaya belajar kinestetik.
pembelajaran VAK menggunakan media
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Putri
Swishmaxdan kelas X2 sebagai kelas kontrol
(2010) menyatakan bahwa model pembelajaran
yang mendapatkan perlakuan pembelajaran
VAKA memberikan kontribusi yang signifikan
ceramah diskusi.
terhadap hasil belajar dan kreativitas siswa. Dari
hasil penelitiannya, efektivitas pembelajaran Variabel bebas dalam penelitian ini
kimia menggunakan KIT berorientasi VAKA model pembelajaran VAK menggunakan media
sebesar 87,50% terhadap kognitif siswa. Swishmax (pada kelas eksperimen) dan

36
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)

pembelajaran ceramah diskusi (pada kelas Uji homogenitas untuk mengetahui


kontrol). Sedangkan variabel terikatnya hasil seragam tidaknya varians sampel–sampel yang
belajar kimia khususnya pada materi pokok diambil dari populasi yang sama. Hasil uji
larutan elektrolit dan non-elektrolit siswa kelas homogenitas populasi disajikan pada Tabel 2.
X eksperimen dan kontrol semester genap SMA Tabel 2. Hasil uji homogenitas populasi
N 1 Pemalang tahun pelajaran 2011/2012.
Data-data penelitian diambil dengan metode tes,
dokumentasi,angket, danobservasi.
Instrumen penelitian hasil ujicoba Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
selanjutnya dianalisis terhadap terhadap daya disimpulkan bahwa populasi mempunyai
pembeda butir soal, tingkat kesukaran butir varians yang sama (homogen).
soal, validitas butir soal, dan reliabilitas butir Populasi telah terbukti berdistribusi
soal. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya normal dan homogen maka penetapan sampel
pengaruh menggunkan model pembelajaran dilakukan secara acak, atau yang biasa disebut
VAK menggunakan media Swishmax terhadap dengan teknik cluster random sampling.Hasil
hasil belajar materi pokok larutan elektrolit dan perhitungan ini selanjutnya digunakan untuk
non-elektrolit digunakan analisiskoefisien menetapkan kelas yang akan dijadikan sebagai
korelasi biserial, koefisien determinasi,dan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
diakhiri dengan uji ketuntasan belajar.Analisis
Analisis data tahap akhir dilakukan
deskriptif pada penelitian ini yaitu aspek hasil
untuk menjawab hipotesis yang telah
belajar afektif, psikomotorik, dan angket
dikemukakan. Data yang digunakan untuk
tanggapan siswa.
analisis tahap ini data nilai pretes dan nilai
Hasil Penelitian dan Pembahasan postes, baik pada kelas eksperimen maupun
Sebelum penelitian dilaksanakan, tahap kelas kontrol.Data hasil pretes dan postes untuk
analisis awaldilaksanakanuntuk melihat kondisi kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan
awal populasi sebagai pertimbangan dalam dalam Tabel 3.
pengambilan sampel. Data yang digunakan Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
untuk analisis tahap awal diambil dari data nilai setelah kelas eksperimen diberi perlakuan
akhir semester gasal siswa kelas X SMA N 1 dengan menerapkan model pembelajaran VAK
Pemalang tahun ajaran 2011/2012. Penentuan pada proses pembelajaran, didapatkan nilai rata-
sampel perlu adanya uji normalitas dan uji rata postes sebesar 86,85. Sedangkan pada kelas
homogenitas. kontrol yang diberikan perlakuan dengan
Uji normalitas dilakukan untuk menerapkan pembelajaran ceramah diskusi,
mengetahui apakah data keadaan awal populasi diperoleh nilai rata-rata postes sebesar 77,14.
terdistribusi normal atau tidak. Langkah ini Tabel 3. Data hasil pretes dan postes
mutlak diperlukan, karena akan menjadi
penentu metode statistika dan teknik statistika
yang akan digunakan, apakah memakai statistik
parametrik atau nonparametrik. Hasil uji
normalitas populasi disajikan pada Tabel 1. Untuk mengetahui kenormalan data
Tabel 1. Hasil uji normalitas data populasi dan menentukan uji selanjutnya memakai
statistik parametrik atau nonparametrik
dilakukan uji normalitas data postes. Hasil uji
normalitas postes disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji normalitas hasil postes

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat


disimpulkan bahwa data populasi berdistribusi Berdasarkan hasil analisis tersebut
normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan diperoleh hasil untuk setiap data hitung<
2
statistik parametrik. 2 maka dapat disimpulkan bahwa data
hitung

37
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
tersebut berdistribusi normal, sehingga uji belajar materi pokok larutan elektrolit dan non-
selanjutnya memakai statistik parametrik. elektrolit memberikan pengaruh sebesar
Selanjutnya dilakukan uji kesamaan 35,13%.
dua varians data postes digunakan untuk Berdasarkan hasil uji persentase
mengetahui apakah data hasil postes ketuntasan belajar klasikal kelompok
mempunyai varians yang sama atau tidak. Hasil eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
uji kesamaan dua varians data postes disajikan pada Gambar1.
pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji kesamaan dua varians data postes

Hasil analisis data menunjukkan bahwa


nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti
kedua kelas memiliki varians yang sama
Uji hipotesis digunakan untuk Gambar 1. Grafik Ketuntasan Belajar klasikal
membuktikan kebenaran dari hipotesis yang
diajukan. Uji yang digunakan yaitu uji Berdasarkan Gambar 1 kelompok
perbedaan dua rata-rata data postes. Uji eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar
perbedaan dua rata-rata data postes dilakukan karena persentase ketuntasan belajar klasikal
dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada (keberhasilan kelas) yaitu sebesar 89,19% lebih
perbedaan rata-rata nilai antara kelas dari 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan tersebut yang telah mencapai ketuntasan
perlakuan. Hasil uji perbedaan dua rata-rata individu. Sedangkan persentase ketuntasan
data pretes disajikan pada Tabel 6. belajar klasikal pada kelas kontrol sebesar
71,05% belum mencapai ketuntasan belajar.
Tabel 6. Hasil uji perbedaan dua rata-rata data postes
Pada analisis deskriptif nilai afektif,
didapatkan nilai rata-rata aspek afektif kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Dari
Berdasarkan hasil analisis data tersebut hasil analisis data nilai afektif dapat dikatakan
diperoleh harga thitung lebih besar dari ttabel, bahwa kelas eksperimen mempunyai hasil
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak belajar afektif yang sangat baik, yaitu 86,0.Hasil
yang berarti ada perbedaan rata-rata nilai postes belajar afektif pada kelas kontrol mencapai
pada kedua kelas. 78,1%.Dari analisis data hasil belajar afektif
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
Untuk mengetahui adanya hubungan
diketahui bahwa kelas eksperimen mempunyai
antara pembelajaran VAK menggunakan media
hasil belajar afektif yang lebih baik dari pada
Swishmax dilakukan uji menggunakan
kelas kontrol. Hal ini disebabkan siswa pada
koefisien korelasi biserial (rb). Hasil
kelas eksperimen cenderung lebih aktif
perhitungan diperoleh harga rb sebesar 0,593.
berpartisipasi dari pada kelas kontrol. Hal ini
Harga ini diinterpretasikan dalam Tabel
dikarenakan pembagian kelompok siswa dalam
koefisien korelasi (Sugiyono 2010: 257)
kelas eksperimen berdasarkan gaya belajar
menunjukkan korelasi sedang. Artinya
sehingga siswa lebih nyaman belajar dengan
pembelajaran menggunakan model
teman yang satu gaya belajar dengannya.
pembelajaran VAK menggunakan media
Sedangkan pada kelas kontrol pembagian
Swishmax memberikan pengaruh sedang
kelompok siswa secara acak sehingga aspek
terhadap hasil belajar materi pokok larutan
afektif siswa kelas eksperimen lebih baik
elektrolit dan non-elektrolit siswa kelas X SMA
daripada kelas kontrol.
N 1 Pemalang. Besarnya pengaruh diperoleh
dari hasil perhitungan koefisien determinasi Pada analisis deskriptif nilai
sebesar 35,13%. Artinya pembelajaran psikomotorik, didapatkan nilai rata-rata aspek
menggunakan model pembelajaran VAK psikomotorik kelas eksperimen mempunyai
menggunakan media Swishmax terhadap hasil hasil belajar psikomotorik yang sangat baik,

38
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)

yaitu 85,1. Persentase hasil belajar psikomotorik pembelajaran dibagikan angket gaya belajar
pada kelas kontrol mencapai 80,5. Dari analisis yang digunakan dalam pembagian kelompok.
data hasil belajar psikomotorik kelas Angket ini berisi pernyataan yang sesuai dengan
eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui ciri-ciri gaya belajar visual, auditori, dan
bahwa kelas eksperimen mempunyai hasil kinestetik. Siswa memilih pernyataan yang
belajar psikomotorik yang lebih baik dari pada sesuai dengan keadaannya. Dari 37 siswa kelas
kelas kontrolHal ini disebabkan pembagian eksperimen terdapat 15 siswa yang bergaya
kelompok pada kelas eksperimen didasarkan belajar visual, 10 siswa bergaya belajar auditori
pada gaya belajar sehingga siswa lebih mudah dan 12 siswa bergaya belajar kinestetik.
belajar dan bekerjasama dengan siswa yang satu Kelompok ini menjadi kelompok diskusi,
gaya belajar. Kerjasama yang baik membuat presentasi, dan praktikum.
praktikum berjalan lebih lancar sehingga Teknis pelaksanaan dari praktikum
hasilnya lebih baik. Nilai rata-rata untuk pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
kelompok kinestetik lebih tinggi daripada nilai
1) Kelompok visual (belajar
rata-rata kelompok visual dan auditori. Hal ini
dengan melihat)
karena kelompok kinestetik merupakan
kelompok siswa yang lebih menyukai belajar Kelompok ini diberi kesempatan untuk
dengan bergerak. Dalam hal ini gerak yang melihat kelompok kinestetik melaksanakan
dimaksud yaitu kegiatan praktikum. praktikum. Setelah kelompok kinestetik selesai
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap melaksnakan praktikum, kelompok visual baru
data hasil belajar aspek afektif dan melakukan praktikum berdasarkan apa yang
psikomotorik tersebut, dapat disimpulkan mereka lihat.
bahwa hasil belajar afektif dan psikomotorik 2) Kelompok auditori (belajar
kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas dengan mendengar)
kontrol. Kelompok auditori melaksanakan
Pada akhir penelitian dilabagikan praktikum dengan mendengarkan perintah
angket yang mengulas ketertarikan siswa verbal dari anggota kelompoknya (pemberi
terhadap model pembelajaran VAK instruksi dengan cara bergantian).
menggunakan media Swishmax. 3) Kelompok kinestetik (belajar
diskusiPenyebaran angket dalam penelitian ini dengan melakukan)
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
Kelompok ini dengan mudah
penerimaan siswa terhadap proses pembelajaran
memahami materi apabila diberi kesempatan
VAK menggunakan media Swishmax.
untuk langsung praktik. Kelompok kinestetik
Berdasarkan hasil analisis angket secara
mendemonstrasikan praktikum di depan
keseluruhan, diperoleh lebih dari 50% siswa
kelompok visual.
yang ada dalam kelas memberikan tanggapan
positif terhadap indikator-indikator dalam Model pembelajaran VAK
angket dengan memberikan pendapat sangat menggunakan media Swishmax memberikan
setuju dan setuju. Hal ini berarti bahwa hasil lebih baik karena didasarkan pada gaya
pembelajaran VAK menggunakan media belajar siswa sehingga sesuai dengan kebutuhan
Swishmax pada materi pokok larutan elektrolit dan minat siswa dalam belajar. Setiap siswa
dan non-elektrolit lebih menarik dan memiliki kecenderungan gaya belajar yang
menyenangkan dari pada pembelajaran berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa
ceramah. dapat memiliki kecenderungan gaya belajar
visual, auditori, atau kinestetik. Masing-masing
Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan
gaya belajar memiliki trik jitu untuk
ini yaitu pretes, pembelajaran, dan postes.
mempermudah cara belajar sehingga hasil
Berdasarkan hasili analisis diperoleh rata-rata
belajar yang diperoleh dapat lebih efektif.
pretes kelas eksperimen sebesar 53,69 dan rata-
rata hasil pretes kelas kontrol sebesar 62,19. Selama dilakukan penelitian ini, setiap
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hasil kali dilakukan kegiatan pembelajaran (kecuali
pretes sangat jauh dari batas ketuntasan belajar pada saat pretes dan postes) pada kelas
(80) mengingat pada saat pretes siswa belum eksperimen guru (peneliti) selalu menggunakan
pernah mempelajari pokok bahasan larutan media pembelajaran Swishmax yang telah
elektrolit dan non-elektrolit. dibuat. Media Swishmax ini digunakan sebagai
media dalam proses pembelajaran agar siswa
Pada kelas eksperimen sebelum proses
39
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
lebih tertarik dalam proses pembelajaran karena Karena cara penyelesaian atau jawaban dari soal
terdapat animasi-animasi yang yang membantu yang diajukan bervariasi, maka akan
siswa lebih memahami materi yang diajarkan. menyebabkan siswa yang mempunyai
Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen kemampuan lebih merasa tidak yakin akan hasil
terdiri dari: (1) pembagian CD pembelajaran yang dicapai, terlebih bagi siswa yang
Swishmax kepada tiap kelompok, dimana berkemampuan kurang. Untuk itu diperlukan
kelompok tersebut dibagi berdasarkan gaya bimbingan guru untuk menyimpulkan konsep
belajar; (2) siswa bekerja dalam kelompok kecil atau ide-ide yang terdapat dalam soal yang
untuk mengerjakan lembar diskusi (disebut juga diajukan.
diskusi kelompok); (3) diskusi kelas, yaitu Kelemahan pelaksanaan pembelajaran
presentasi hasil pengerjaan lembar diskusi oleh VAK menggunakan media Swishmax di
beberapa kelompok yang ditunjuk guru; (4) antaranya adalah: (1) kegiatan diskusi
penarikan kesimpulan bersama antara guru dan membahas materi perlu pengawasan guru agar
siswa serta pengumpulan hasil diskusi yang tidak terjadi miskonsepsi di kalangan siswa
telah dirapikan tiap kelompok. karena siswa belajar secara mandiri dalam
Prinsip pelaksanaan kegiatan kelompok, (2) guru harus dapat melakukan
pembelajaran pada kelas kontrol hampir sama pengelolaan kelas dengan baik, terutama saat
dengan kelas eksperimen. Perbedaannya adalah diskusi guru harus berupaya agar terjadi diskusi
pada kelas kontrol tidak diberikan CD yang aktif (3) Guru harus cermat dan teliti pada
pembelajaran Swishmax. Pembelajaran saat mengkoreksi jawaban siswa karena jawaban
dilakukan dengan ceramah oleh guru. Lembar yang diberikan siswa bervariasi, (4) kegiatan
diskusi pada kedua kelas berisi sama. praktikum membutuhkan waktu lebih banyak
Pembelajaran diawali dengan dan memerlukan pengawan lebih karena
penyampaian tujuan pembelajaran dan masing-masing kelompok bekerja sesuai dengan
pemberian motivasi kepada siswa berupa gaya belajar masing-masing.
pemberian pertanyaan-pertanyaan secara lisan Simpulan
maupun tertulis tentang keterkaitan pokok Berdasarkan hasil penelitian, maka
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Pada dapat diambil simpulan bahwa model
kelas eksperimen guru menjelaskan poin-poin pembelajaran VAK menggunakan media
penting mengenai materi. Kegiatan dilanjutkan Swishmaxberpengaruh terhadap hasil belajar
dengan diskusi kelompok membahas materi materi pokok larutan elektrolit dan non-
larutan elektrolit dan non-elektrolit elektrolit siswa kelas X SMA N 1 Pemalang.
menggunakan CD pembelajaran Swishmax. Besarnya pengaruh pembelajaran VAK
Kelas eksperimen dibagi menjadi 7 kelompok menggunakan media Swishmax sebesar 35,13%.
sesuai dengan gaya belajar maing-masing.
Untuk kelas kontrol pembelajaran seluruh Daftar Pustaka
Anni, C. T, dkk. 2007. Psikologi belajar. Semarang:
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit Universitas Negeri Semarang Press.
dilakukan dengan penjelasan guru. Kemudian
Arsyad, A. 2008. Media pembelajaran. Jakarta:
kedua kelas dibagikan lembar diskusi untuk Rajagrafindo Persada.
dikerjakan oleh setiap kelompok. Pada kelas Chandra. 2005. Animasi teks professional dengan
kontrol dibagi menjadi 7 kelompok secara acak. swishmax. Palembang: Maxikom.
Setelah pengerjaan lembar diskusi Daryanto. 2011. Media pembelajaran. Bandung: Satu
melalui diskusi kelompok selesai, kegiatan Nusa.
pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi DePorter, B. & Hernacki, M. 2008. Quantum
hasil diskusi kelompok. Pada bagian ini learning ‘membiasakan belajar nyaman dan
beberapa atau semua kelompok menyenangkan’. Bandung: Mizan Media
Utama.
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka
Gilakjani, A. P. 2012. Visual, auditory, kinaesthetic
secara bergiliran. Presentasi hasil diskusi learning style and their impacts on english
kelompok pada dimaksudkan untuk membahas language teaching. Journal of Studies in
jawaban benar/salah dan alasan untuk jawaban Education. 2/1: 104-113.
yang diajukan siswa. Haryadi, M G. 2010. Peningkatan keaktifan dan
Setelah diskusi kelas selesai,siswa prestasi belajar matematika pada pecahan
melalui pendekatan pembelajaran VAK.
bersama guru menyimpulkan atau membuat Skripsi. Surakarta: FIP Universitas
ringkasan tentang konsep atau ide-ide yang Muhammadiyah Surakarta.
terdapat dalam persoalan yang diajukan.
40
I Inayati / Chemistry in Education 2 (1) (2012)
Putri, D P. 2010. Efektivitas memanfaatan kit Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan:
berorientasi VAKA terhadap hasil belajar pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
siswa kelas XI IPA pada materi pokok Bandung: Alfabeta.
larutan asam basa. Skripsi. Semarang: Sukardi. 2008. Metodologi penelitian pendidikan.
FMIPA Universitas Negeri Semarang. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. 2007. Strategi pembelajaran berorientasi Syarif, A M. 2005. Cara cepat membuat animasi flash
standar proses pendidikan. Jakarta: menggunakan swishmax. Yogyakarta:
Kencana.

41

Anda mungkin juga menyukai