Anda di halaman 1dari 12

GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY

VOLUME 2, NO. 3, 2016: 172-183


ISSN: 2407-7798

Hubungan antara Harga Diri dan Body Image


dengan Online Self-Presentation pada Pengguna Instagram

Lalu Arman Rozika1, Neila Ramdhani2


Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstrak. This research departs from the results of previous studies in the field of
cyberspace, which shows differences in one's behavior when in the world of the internet
and in the real world. The Internet has now become the most widely used communication
tool. The purpose of this study is to see what psychological factors that affect a person
when behaving in the internet world. Subjects in this study were 389 users of Instagram
users who filled out the research questionnaire online. Measuring tool in this research is a
self-esteem scale, body image scale, and self-presentation online scale. While the analysis
method used is Multiple Linear Regression Analysis. The results showed that there is a
positive relationship between self-esteem and body image with online self-presentation.
Self-esteem and body image can predict self-presentation online with a significance level
of p <0.05. Effective contribution of self esteem and body image variable to self-
presentation online variable is 3.8%.

Keywords: body image, self esteem, online self-presentation

Abstrak. Penelitian ini berawal dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya dalam bidang
cyberspace, yang menunjukkan perbedaan perilaku seseorang ketika berada dalam dunia
internet dan dalam dunia nyata. Internet kini telah menjadi alat komunikasi yang paling
banyak digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat faktor psikologis apa yang
memengaruhi seseorang ketika berperilaku dalam dunia internet. Subjek dalam penelitian
ini adalah 389 orang pengguna Instagram yang mengisi kuesioner penelitian secara online.
Alat ukur dalam penelitian ini adalah berupa skala harga diri, skala body image, dan skala
online self-presentation. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah Multiple Linear
Regresion Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara
harga diri dan body image dengan online self-presentation. Harga diri dan body image dapat
memprediksi online self-presentation dengan taraf signifikansi p<0,05. Sumbangan efektif
dari variabel harga diri dan body image terhadap variabel online self-presentation yakni
sebesar 3,8%.

Kata kunci: harga diri, body image, online self-presentation

Internet adalah salah satu media mudahnya mengunggah kata-kata,


komunikasi, dan dengan segala kelebihan- gambar, video dan juga foto-fotonya di
nya, pengguna internet dapat dengan internet. Salah satu ciri dari komunikasi
lewat internet adalah online disinhibition.
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat Online disinhibition adalah berkurangnya
dilakukan melalui armanrozika@mail.ugm.ac.id
2 Atau melalui neila_psi@ugm.ac.id
atau bahkan menghilangnya perasaan

E-JURNAL GAMA JOP 172


HARGA DIRI, BODY IMAGE, ONLINE SELF-PRESENTATION

cemas dan malu ketika berkomunikasi penelitian psikologi perlahan-lahan sudah


melalui internet (Suler, 2004). mulai membahas dunia cyberspace, salah
Online disinhibition membuat satunya yakni yang menyangkut self-
pengguna internet menjadi tidak ragu esteem atau harga diri. Penelitian yang
untuk mengungkapkan pendapatnya, cukup menarik terkait cyberspace dan
bahkan pendapat yang diutarakan secara harga diri dilakukan oleh Gonzalez dan
kasar dan dapat melecehkan orang lain. Hancock (2011) yang meneliti pengaruh
Bryant (2001), dalam analisis teoretis dan berada di depan facebook (exposure to
filosofisnya terhadap tema cyberspace, facebook) terhadap harga diri. Hasil
menyatakan bahwa cyberspace tak ubahnya eksperimen tersebut menunjukkan bahwa
sebuah tempat tersendiri yang juga Facebook dapat memberikan keleluasaan
memiliki karakter tempat, jarak, luas, dan kepada partisipan untuk memilih self-
arahnya tersendiri. presentation seperti apa yang akan
Penelitian dan kajian teori ditunjukkan kepada teman facebook-nya,
menyangkut internet dan khususnya tergantung dari self-ideal yang dimiliki.
media sosial seringkali menjadikan media Hal tersebut yang kemudian meningkat-
sosial sebagai “kambing hitam” atas kan harga diri partisipan ketika sedang
berbagai macam perilaku online. Media berada di depan layar Facebook.
sosial dapat menyebabkan penurunan Penelitian yang mencoba
kepercayaan diri (Sharma & Sahu, 2013). menyingkap faktor psikologis yang
Media sosial dapat membuat individu memengaruhi perilaku individu di dunia
menjadi adiksi terhadapnya, dan dapat online masih tergolong sedikit. Beberapa di
mengganggu kesehariannya (Abdulahi, antaranya yakni studi cyberspace yang
Samadi, Garleghi, 2014; El-Khouly, 2015). dilakukan oleh Stefanone, Lackaff, dan
Media sosial dapat memperburuk relasi, Rosen (2011) pada 311 mahasiswa yang
seperti anekdot yang sering terdengar, menggunakan Facebook untuk bertukar
internet mendekatkan yang jauh namun foto (photo sharing), hasilnya menunjukkan
menjauhkan yang dekat (Akbiyik, 2013). hubungan yang signifikan antara
Penelitian yang dilakukan di contingencies self-worth (CSW) dengan
Indonesia juga masih banyak yang hanya intensitas bertukar foto. CSW merupakan
berfokus pada dampak internet. Studi dimensi lain dari self-estem yang di
kualitatif deskriptif yang dilakukan oleh dalamnya berisi keinginan individu agar
Khairunnisa (2014) pada siswa SMAN 2 terlihat baik oleh orang lain (self-
Tenggarong terkait penggunaan presentation goal). Dari penelitian tersebut
instagram, menunjukkan hasil bahwa dapat dilihat bahwa semakin ingin terlihat
penggunaan Instagram dapat menyebab- baik, seseorang akan semakin sering
kan perilaku konsumtif yang negatif, menimbulkan kesan positif atas dirinya di
seperti membeli barang-barang yang dunia online.
sebenarnya tidak menjadi prioritas utama. Mehdizadeh (2010) juga
Penelitian yang dilakukan oleh membuktikan bahwasanya self-promoting
Syamsoedin, Bidjuni, dan Wowiling (2015) pada media sosial Facebook seperti meng-
juga menunjukkan dampak negatif media update status, mengunggah foto, dan
sosial pada siswa SMAN 9 Manado. menulis catatan, intensitasnya lebih tinggi
Dunia cyberspace memang pada subjek penelitian yang memiliki nilai
merupakan tema yang relatif baru. Kajian harga diri yang rendah. Penelitian tersebut

173 E-JURNAL GAMA JPP


ROZIKA & RAMDHANI

menunjukkan bahwa penggunaan anonimity), tidak terlihat (invisibility),


Facebook berhubungan dengan keinginan rentang waktu komunikasi yang tidak
individu untuk menampilkan kesan diri sama (asycnhronity), berkurangnya isyarat
atau presentasi dirinya kepada orang lain. verbal (solipsistic introjection), keleluasaan
Jejaring sosial dapat digunakan mengontrol konten diri yang akan
untuk memperlihatkan foto-foto yang ditampilkan (dissociative imagination), dan
dapat disunting terlebih dahulu oleh berkurangnya aturan-aturan dan norma
penggunanya. Hal tersebut berkaitan sosial (minimization of status and authority)
dengan body image individu. Body image (Suler, 2004). Di dalam internet, seseorang
adalah persepsi dan sikap individu tidak lagi memiliki batasan-batasan norma
terhadap tubuhnya sendiri, terutama yang sama dengan dunia offline karena
penampilannya secara fisik (Cash, seseorang dapat menjadi anonim di
Fleming, Alindogan, Steadman, & internet.
Whitehead, 2002b). Internet memberikan Oxford Dictionary (2003)
kemudahan bagi seseorang untuk mengartikan self sebagai “your own nature;
menampilkan citra diri atau gambaran your personality”. Sedangkan dalam
fisik yang ingin ditampilkannya secara terjemahan bahasa Indonesianya, self
online, individu dapat memilih, dapat diartikan menjadi diri. Sementara
menyeleksi, dan menyunting terlebih itu, presentation adalah “act of showing
dahulu gambaran fisik seperti apa yang something or giving something to somebody”
akan ditampilkannya di internet. Individu (Oxford Dictionary, 2003). Diterjemahkan
dapat menampilkan presentasi diri ke dalam bahasa Indonesia, self-
apapun yang ia inginkan di internet. presentation dapat diartikan sebagai sebuah
Goffman (1956) menjelaskan bahwa tindakan untuk menunjukkan kesan diri
presentasi diri adalah upaya seseorang terhadap orang lain.
untuk menimbulkan kesan dirinya Jones dan Pittman (1982)
terhadap orang lain. Upaya menimbulkan menyatakan bahwa self-presentation adalah
kesan tersebut adalah dengan cara sebuah usaha untuk menimbulkan kesan
menampilkan diri di hadapan orang lain terhadap orang lain dan dipengaruhi oleh
sesuai dengan yang diinginkan. Kesan berbagai macam motif tertentu. Motif-
yang ditampilkan seseorang terhadap motif tersebut antara lain seperti
orang lain tersebut melalui tahapan seleksi keinginan untuk dianggap menjadi orang
atau tahap persiapan terlebih dahulu. baik dan disukai oleh orang lain,
Goffman (1956) mengibaratkan presentasi keinginan untuk menunjukkan power atau
diri sebagai sebuah panggung drama atau kekuatannya kepada orang lain, dan juga
panggung sandiwara yang memiliki front keinginan untuk dianggap menjadi orang
stage dan back stage. yang berwibawa (Jones & Pittman, 1982).
Penelitian ini adalah penelitian Lewis dan Neighbors (2005) menganggap
mengenai komunikasi internet, maka self-presentation sebagai upaya untuk
peneliti rasa perlu untuk memaparkan memengaruhi orang lain. Pada gilirannya,
penjelasan mengenai sifat-sifat upaya untuk memengaruhi orang lain
komunikasi internet. Sifat-sifat yang tersebut berdampak pada konsep diri
dibawa atau yang menyertai komunikasi individu dan juga perasaan akan
online antara lain keleluasaan pengguna keberhargaan (self-worth) (Lewis &
untuk menjadi anonim (dissociative Neighbors, 2005).

E-JURNAL GAMA JOP 174


HARGA DIRI, BODY IMAGE, ONLINE SELF-PRESENTATION

Berdasarkan beberapa uraian di atas, Penelitian mengenai online self-


dapat disimpulkan bahwa self-presentation presentation masih relatif baru, dan
adalah perilaku menampilkan kesan yang penelitian-penelitian yang telah dilakukan
ingin ditampilkan kepada orang lain. pun menunjukkan hasil yang berbeda-
Jones dan Pittman (1982) menjelaskan beda. Online self-presentation adalah
terdapat lima bentuk strategi self- perilaku dalam dunia online, maka
presentation yang masing-masing penelitian ini menjelaskan faktor yang
dibedakan oleh tujuan dan motifnya. memengaruhi self-presentation secara
Kelima strategi self-presentation tersebut khusus di dunia online. Beberapa faktor
yaitu: ingratiation, intimidation, self yang membuat seseorang berperilaku
promotion, exemplification, supplication. sedemikian rupa di dunia online adalah
Perilaku ingratiation adalah perilaku ketika sebagai berikut:
seorang individu ingin disukai oleh orang Pertama, sesuai dengan teori self-
lain, seperti misalnya dianggap sebagai presentation yang dikemukakan oleh Jones
orang yang humoris, hangat, dan dan Pittman (1982), bahwa kelima bentuk
bersahabat. Individu akan berusaha self-presentation itu sendiri telah
menampilkan kesan yang kira-kira akan menjelaskan tujuan atau faktor apa yang
membuat dirinya disukai oleh orang lain. memengaruhi seseorang melakukan
Intimidation adalah kebalikan dari presentasi diri, kelimanya yakni ialah;
ingratiation. Ingratiation adalah upaya ingratiation (keinginan untuk disukai oleh
menampilkan kesan agar disukai, orang lain), intimidation (keinginan untuk
sedangkan intimidation adalah upaya menunjukkan kuasa atas orang lain),
menampilkan kesan berbahaya kepada exemplification (keinginan untuk dianggap
orang lain. sebagai orang yang dermawan), self-
Self promotion adalah strategi self- promotion (keinginan untuk dihargai oleh
presentation ketika individu berusaha orang lain atas kemampuan dan keahlian
menampilkan kesan bahwa dirinya yang dimiliki), dan supplication (keinginan
mampu dan kompeten, baik dalam hal-hal untuk mendapatkan simpati dari orang
yang bersifat umum seperti cerdas dan lain).
pintar maupun dalam hal-hal yang Kedua, popularitas. Raymer (2015)
spesifik seperti bermain piano atau membuktikan bahwa intensitas
bermain sepak bola. penggunaan media sosial berbanding
Self promotion adalah strategi lurus dengan harga diri, namun terdapat
menampilkan kesan kompeten dan mediator di antara hubungan harga diri
mampu, sementara itu exemplification dengan intensitas penggunaan media
adalah perilaku ketika individu berupaya sosial. Individu dengan harga diri rendah
menampilkan kesan dirinya sebagai orang menggunakan media sosial agar dirinya
yang baik hati. diterima oleh lingkungan sosialnya,
Strategi self-presentation yang kelima sedangkan individu dengan harga diri
adalah supplication, yaitu perilaku ketika tinggi menggunakan media sosial untuk
individu berusaha menampilkan kesan menunjang popularitasnya.
bahwa dirinya lemah, salah satunya yakni Ketiga, harga diri. Rosenberg,
dengan memperlihatkan kelemahannya Schooler, Carmi, dan Rosenberg (1995)
kepada orang lain. menyatakan bahwa harga diri adalah
sikap individu baik positif maupun negatif

175 E-JURNAL GAMA JPP


ROZIKA & RAMDHANI

terhadap dirinya. Beberapa penelitian Body image atau yang dalam


mengungkapkan bahwa penggunaan terjemahan bahasa Indonesia dapat
media sosial seperti facebook dapat diartikan menjadi citra tubuh,
memengaruhi harga diri seseorang. menyangkut tentang bagaimana individu
Penggunaan facebook dapat menurunkan menilai penampilan fisiknya, serta
harga diri karena individu cenderung kepuasan dan penerimaan terhadap
membandingkan dirinya dengan orang tubuhnya. Body image merupakan tema
lain atau teman Facebook-nya (Leif et al, penelitian yang cukup familiar dalam
2012). Sebaliknya, berada di hadapan ranah penelitian psikologi. Banyak ahli
Facebook juga ternyata membuat harga yang sudah meneliti dan memberikan
diri menjadi naik (Gonzalez dan Hancock, penjelasan mengenai tema body image.
2011). Hubungan antara penggunaan Hogan dan Strasburger (2009)
internet terutama media sosial dengan menyatakan bahwa body image adalah
harga diri dapat dilihat dari penelitian persepsi individu terhadap tubuhnya
Mehdizadeh (2010) yang menemukan sendiri serta refleksi dan evaluasi terhadap
bahwa individu dengan harga diri yang tubuh dan penampilan fisiknya. Body
rendah berusaha menaikkan harga diri image berkaitan dengan bagaimana
dirinya dengan menggunakan media individu menggambarkan dan
sosial karena media sosial dapat menjadi memberikan evaluasi terhadap tubuhnya
sebuah wadah di mana individu dapat sendiri.
membentuk citra diri dan menampilkan Body image adalah suatu perkiraan
kesan diri yang diinginkannya. dan evaluasi individu terhadap tubuh
Keempat, body image. Pengguna fisiknya di dalam hubungannya dengan
internet tentu saja tidak terlihat oleh norma-norma sosial dan penilaian dari
pengguna lainnya. Sekalipun komunikasi orang lain. Cash (2004) menjabarkan
yang dilakukan adalah berbasis video, bahwa body image merupakan penilaian
tetap saja pengguna internet tidak secara menyeluruh individu terhadap tubuhnya,
langsung bertatap muka, apalagi jika serta tingkat kepuasan individu terhadap
menggunakan komunikasi berbasis teks penampilannya. Selain itu, Cash (2002a)
semata. Individu memiliki peluang untuk juga mengenmbangkan alat ukur untuk
membentuk presentasi diri yang body image yakni Multidimentional Body-Self
diinginkan, karena ia tidak terlihat Relations Questionnaire-Appearance Scales
(invincible). Keleluasaan pembentukan (MBSRQ-AS).
presentasi diri tersebut menjadi salah satu Banfield dan McCabe (2002)
faktor presentasi diri seseorang di dunia menyatakan bahwa body image adalah
maya yang berkaitan dengan body image serangkaian penilaian terhadap tubuh atau
idealnya (Mehdizadeh, 2010). penampilan secara fisik yang juga dapat
Komunikasi internet, khususnya disertai oleh kecemasan seperti ketakutan
yang berbasis teks, tidak menghadirkan menjadi gemuk, ketakutan menjadi terlalu
lawan bicara secara langsung, dengan kurus, dan juga ketidakpuasan terhadap
demikian hal tersebut menimbulkan tubuh.
proyeksi dan imajinasi pada masing- Pompili, Girardi, Tatarelli, Ruberto,
masing individu, tentang bagaimana gaya dan Tatarelli (dalam Hamilton, 2008)
bicara dan intonasi dari lawan bicaranya menemukan bahwa ketidakpuasan
(Suler, 2004). terhadap bentuk tubuh dapat

E-JURNAL GAMA JOP 176


HARGA DIRI, BODY IMAGE, ONLINE SELF-PRESENTATION

menyebabkan dan mengarahkan pada berkaitan dengan bagaimana individu


gangguan makan, dan membuat seseorang memandang dirinya, apakah individu
menjadi depresi dan dapat berujung pada menyukai dirinya atau tidak.
tindakan bunuh diri. Hamilton (2008) Ryan dan Brown (2003) juga
menyatakan bahwa memang kehidupan menyatakan bahwa harga diri adalah
tengah dikelilingi dan dipenuhi oleh perilaku menghargai diri sendiri, dapat
“perfect body image type” atau tipe tubuh dicontohkan dalam perilaku nyata seperti
yang sempurna. Body image ideal yang berpikir positif, merasa bahagia, menjadi
ditampilkan lewat internet sekalipun tidak optimis dan berusaha mencapai
sama dengan real-self individu, dapat kesuksesan.
membuat individu berani Berdasarkan uraian di atas dapat
mengungkapkan dirinya (Gonzalez & disimpulkan bahwa harga diri adalah
Hancock, 2011). bagaimana individu menghargai dan
Harga diri adalah salah satu topik menilai dirinya sendiri secara keseluruhan
yang sering dibahas dalam kajian baik secara positif maupun negatif.
psikologi. Wajar saja, kajian material Tafarodi dan Swann (2001)
psikologi adalah manusia, dan kajian mengemukakan dua aspek harga diri
mengenai manusia tentu tidak dapat yakni self-competence dan self-liking. Self-
terlepas dari self atau diri manusia itu competence adalah bagaimana individu
sendiri. Rosenberg et al (1995) menjelaskan menilai dirinya berdasarkan pengalaman
bahwa harga diri adalah penilaian dan yang ia miliki. Penilaian tersebut dimulai
sikap individu secara menyeluruh dari rentang negatif sampai dengan positif
terhadap dirinya sendiri, mulai dari mengenai diri sebagai sumber dari
penilaian yang bersifat negatif sampai kekuatan. Self-competence adalah
positif. kepercayaan individu bahwa dirinya lah
Menurut Branden (2001) harga diri yang membuat perubahan atau keinginan-
adalah penilaian dan penghakiman keinginannya tercapai.
terhadap diri sendiri, bagaimana individu Self-liking adalah penilaian individu
melihat dan menilai serta menghakimi terhadap dirinya sendiri, apakah ia
dirinya secara keseluruhan. Penghakiman memandang dirinya sebagai orang yang
atau judgement tersebut juga dapat bersifat baik atau orang yang buruk. Self-liking
negatif sampai positif. Lebih lanjut Cast terkait dengan penilaian sosial. Penilaian
dan Burke (2002) menyatakan bahwa sosial yang dimaksud bukanlah penilaian
harga diri adalah bagaimana individu sosial seperti bagaimana orang lain atau
menghargai dirinya sendiri. lingkungan menilai individu, akan tetapi
Tafarodi dan Swann (2001) bagaimana individu mengambil nilai-nilai
menjelaskan bahwa harga diri adalah sosial untuk menilai dan mengevaluasi
sebuah variabel psikologis yang berisi dua dirinya sendiri (Tafarodi & Swann, 2001).
dimensi, yakni: (1) dimensi self-competence, Harga diri dan body image secara
yaitu dimensi yang berkaitan dengan bersama-sama dapat memprediksi online
bagaimana individu memandang Self-Presentation pada pengguna
kemampuan dirinya, apakah individu Instagram. Maka hipotesis penelitian yang
menganggap dirinya adalah orang yang diajukan adalah semakin tinggi harga diri
kompeten dan mampu atau tidak, (2) dan semakin tinggi body image, maka akan
dimensi self-liking, yaitu dimensi yang semakin rendah online self-presentation.

177 E-JURNAL GAMA JPP


ROZIKA & RAMDHANI

Semakin rendah harga diri dan semakin peneliti buat berdasarkan teori self-
rendah body image, maka akan semakin presentation yang dikemukakan oleh
tinggi online self-presentation. Jones dan Pittman (1982). Skala harga diri
merupakan alat ukur yang peneliti
Metode adaptasi dari skala yang dikembangkan
oleh Tafarodi dan Swann (2001),
Rancangan Penelitian sedangkan skala body image adalah skala
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang peneliti buat berdasarkan teori body
dan diolah menggunakan pendekatan image yang dikemukakan oleh Cash
statistik. Metode statistik yang (2002a).
dipergunakan yakni teknik MRA (Multiple
Regression Analysis). Peneliti menggunakan Hasil
bantuan program SPSS for windows untuk
membantu mempermudah penghitungan Deskripsi Subjek Penelitian
dan analisis terhadap data penelitian. Jumlah subjek penelitian setelah peneliti
mengeluarkan subjek yang tidak mengisi
Subjek Penelitian kuesioner secara lengkap adalah 389
Subjek penelitian ini adalah 389 orang orang, dengan wanita sebanyak 283 orang,
pengguna Instagram yang peneliti dan pria sebanyak 106 orang.
dapatkan dengan menggunakan metode
Tabel 1.
incidental sampling. Subjek dalam
Jenis Kelamin Subjek Penelitian
penelitian ini mengisi kuesioner penelitian Jenis Kelamin Frekuensi Pesentase
secara online melalui aplikasi online yang Wanita 283 72,7
Pria 106 27,3
disediakan oleh Google, yakni Google
Total 389 100
forms.

Tabel 2.
Gambaran Umum Hasil Skor Variabel-variabel Penelitian
Online Self-Presentation Harga Diri Body Image
Statistik
Hipotetik Empirik Hipotetik Empirik Hipotetik Empirik
Skor Min. 13 13 14 30 20 32
Skor Max. 65 65 70 70 100 100
Mean 39 41,61 42 48,10 60 64,97
Standar Deviasi 8,66 8,28 9,33 7,10 13,33 10,80

Cara Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini diambil dengan Deskripsi Data Penelitian
menggunakan instrumen alat ukur yang Sesuai dengan gambaran umum tentang
berupa skala. Alasan penggunaan skala skor online self-presentation, harga diri, dan
dalam penelitian ini yaitu karena skala body image tersebut, kemudian dibuat
psikologi mampu mengukur indikator kategorisasi. Menurut Azwar (2008),
perilaku, selain itu respon jawaban subjek tujuan kategorisasi adalah untuk
tidak dikategorikan menjadi benar dan menempatkan individu ke dalam
salah. Skala online self-presentation dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara
penelitian ini merupakan alat ukur yang

E-JURNAL GAMA JOP 178


HARGA DIRI, BODY IMAGE, ONLINE SELF-PRESENTATION

berjenjang menurut suatu kontinum sebanyak sembilan kasus, dengan


berdasarkan atribut yang diukur. demikian total keseluruhan subjek untuk
Berdasarkan rumus kategorisasi dianalisis dalam penelitian ini berjumlah
pada tabel 3, rentang skor pada online self- N = 380. Berdasarkan hasil pengujian
presentation adalah 13 – 30,33 untuk regresi berganda didapatkan nilai p<0,05.
kategori rendah, 30,34 – 47,65 untuk Hasil tersebut menunjukkan bahwa online
kategori sedang, dan 47,66 – 65 untuk self-presentation dapat diprediksi
kategori tinggi. berdasarkan harga diri dan body image
dengan arah hubungan negatif, sehingga
Tabel 3. H1 ditolak.
Rentang Nilai dan Kategorisasi Sumbangan efektif dari kedua
Skor Subjek Penelitian variabel prediktor terhadap variabel
Norma Kategorisasi Kategori kriterium secara bersama-sama dapat
µ+1 SD ≤ x Tinggi dilihat berdasarkan nilai koefisien
µ-1 SD ≤ x < µ+1 SD Sedang
x < µ-1 SD Rendah
determinasi (R ).
2 Nilai koefisien
determinasi (R )
2 yang diperoleh
Keterangan: berdasarkan hasil analisis regresi sebesar
µ : Mean Skor x : Skor Subjek
SD : Standar Deviasi Skor 0,038. Hal ini berarti bahwa variabel online
self-presentation dapat dijelaskan oleh
variabel harga diri dan body image sebesar
7,7% subjek memiliki tingkat online
3,8%. Sedangkan sisanya sebesar 96,2%
self-presentation yang rendah, 69,9% subjek
dijelaskan oleh variabel lain di luar
berada pada kategori sedang, dan 22,3%
penelitian ini.
subjek berada pada kategori tinggi. 2,05%
subjek memiliki tingkat harga diri yang
rendah, 68,8% subjek berada pada kategori Diskusi
sedang, dan 29,04% subjek berada pada
kategori tinggi. 4,62% subjek memiliki Model analisis yang digunakan dalam
tingkat Body Image yang rendah, 76,09% penelitian ini adalah teknik analisis regresi
subjek berada pada kategori sedang, dan berganda, hasil analisis yang telah
19,28% subjek berada pada kategori tinggi. dilakukan terhadap data penelitian
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada menemukan bahwa H1 yang diajukan,
saat penelitian dilakukan, body image tidak teruji kebenarannya. Hasil tersebut
subjek penelitian rata-rata berada pada didapatkan dari hasil analisis regresi
kategori sedang. berganda dengan nilai Fregresi=7,480 dan
Uji hipotesis dilakukan dengan p<0,05. Akan tetapi, arah hubungan yang
analisis regresi berganda dengan didapatkan dari hasil analisis regresi
menggunakan metode enter pada program adalah positif.
SPSS v 20. Tujuan dari analisis ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan
untuk melihat pengaruh dari variabel bahwa online self-presentation dapat
prediktor pada variabel kriterium. diprediksi berdasarkan harga diri dan body
Sebelum melakukan analisis, data atau image. Sumbangan efektif dari kedua
kasus outliers (pencilan) dikeluarkan variabel prediktor terhadap varibel
terlebih dahulu. Jumlah data outliers kriterium secara bersama-sama dapat
setelah analisis casewise diagnostics yakni dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2).
Nilai koefisien determinasi (R2) yang

179 E-JURNAL GAMA JPP


ROZIKA & RAMDHANI

diperoleh berdasarkan hasil analisis Harga diri adalah penilaian individu


regresi yakni sebesar 0,038. Hal ini berarti terhadap dirinya sendiri, baik secara
bahwa variabel online self-presentation positif maupun negatif (Branden, 2001;
dapat dijelaskan oleh variabel harga diri Tafarodi & Swan, 2001). Harga diri yang
dan body image sebesar 3,8%. Sedangkan rendah adalah penghakiman dan penilaian
sisanya sebesar 96,2% dijelaskan oleh individu bahwa dirinya tidak kompeten,
variabel lain yang tidak terdapat dalam serta individu memandang dirinya sebagai
penelitian ini. seorang yang buruk. Media sosial, dalam
Hasil penelitian ini bertolak hal ini dapat menjadi salah satu pelarian
belakang dengan hasil penelitian yang bagi individu dengan harga diri yang
dilakukan oleh Mehdizadeh (2010), yang rendah.
menyatakan bahwa individu dengan Individu dengan harga diri rendah
harga diri rendah memiliki intensitas yang lebih memilih menolak kontak dengan
lebih tinggi untuk menunggah foto dunia nyata dan memilih dunia maya di
(melakukan online self-presentation), mana ia dapat menjadi siapa saja yang ia
sedangkan hasil penelitian ini inginkan (Kircaburun, 2016). Temuan
menunjukkan bahwa harga diri rendah tersebut selaras dengan yang diutarakan
justru menjadi prediktor online self- oleh Suler (2004), bahwa dalam dunia
presentation yang rendah karena arah internet, siapa saja dapat menampilkan
hubungan yang didapatkan dari hasil dirinya menjadi apa saja yang ia inginkan
analisis regresi dalam penelitian ini adalah karena berkurangnya aturan dan norma
positif. (minimization of status and authority) yang
Hasil penelitian ini juga bertolak ada di dunia internet. Sebaliknya,
belakang dengan hasil penelitian yang penelitian ini membuktikan bahwa
dilakukan oleh Ikachoi, Mberia, dan Ndati semakin tinggi harga diri dan body image
(2015) dan Kircaburun (2016) yang individu, atau semakin baik penilaian
menemukan hubungan negatif antara seseorang terhadap dirinya dan
harga diri dengan penggunaan social media penampilan fisiknya sendiri, maka online
sehari-hari. Hasil penelitian tersebut self-presentation individu tersebut juga
menemukan bahwa individu dengan menjadi semakin tinggi, atau dalam artian
harga diri rendah cenderung memilih semakin sering ia mengunggah foto
dunia internet untuk meningkatkan harga tertentu pada instagram.
diri-nya. Raymer (2015) menyebutkan bahwa
Hasil penelitian ini bertolak individu dengan harga diri rendah
belakang dengan penelitian yang menggunakan media sosial dengan tujuan
dilakukan oleh Raymer (2015), yang agar ia diterima oleh orang lain (gain
menemukan bahwa body image rendah acceptance), sementara individu dengan
berhubungan dengan intensitas harga diri tinggi menggunakan media
penggunaan social media Facebook yang sosial untuk menunjang popularitasnya.
semakin sering. Di samping itu, hasil Keinginan untuk menjadi populer atau
analisis juga menunjukkan bahwa, secara kebutuhan untuk menunjang popularitas
parsial body image tidak dapat tersebut dapat menjadi salah satu
memprediksi online self-presentation karena mediator yang dapat menjelaskan
hasil yang didapatkan setelah uji-t untuk mengapa hasil penelitian ini berbeda
variabel Body Image adalah p>0,05. dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

E-JURNAL GAMA JOP 180


HARGA DIRI, BODY IMAGE, ONLINE SELF-PRESENTATION

Media sosial Instagram memberikan produk yang baik. Dengan demikian,


kendali terhadap penggunanya untuk peneliti berpendapat bahwa tidak adanya
membuat akun menjadi privat atau tidak, kontrol terhadap tipe pengguna Instagram
jadi setiap akun yang tidak di-privacy akan tersebut membuat hasil penelitian ini
dapat memiliki follower yang bahkan tidak berbeda dengan penelitian-penelitian
dikenal sama sekali, sehingga akan sebelumnya.
memperbesar kemungkinan bahwa akun Penelitian ini meneliti pengguna
yang tidak di-privacy tersebut social media Instagram sebagai subjek,
menggunakan Instagram demi menunjang sementara penelitian lain banyak yang
popularitas. Dalam penelitian ini tidak berfokus pada Facebook dan media sosial
terdapat kontrol terhadap variabel lainnya. Di samping itu, Instagram
popularitas tersebut, sehingga terdapat hanyalah salah satu dari sekian banyak
kemungkinan bahwa subjek dalam media sosial yang ada. Penelitian ini tentu
penelitian ini memiliki kebutuhan untuk saja tidak lepas dari berbagai keterbatasan,
menunjang popularitas yang tinggi, antara lain keterbatasan pada pemilihan
sehingga menyebabkan arah hubungan Instagram sebagai media sosial yang
harga diri dan online self-presentation diteliti. Kondisi ini, seperti yang telah
menjadi positif. dijelaskan sebelumnya, akan membuat
Instagram adalah sebuah media pengaruh prediktor terhadap kriterium
sosial yang bukan hanya digunakan untuk penelitian menjadi kecil karena masih
kepentingan komunikasi atau sharing banyak media sosial lain yang dapat
semata, akan tetapi juga terdapat unsur menjadi tempat online self-presentation
bisnis dan marketing di dalamnya. Akun individu, masih banyak media sosial lain
instagram bukan lagi hanya digunakan yang dapat menjadi tempat individu
secara personal, akan tetapi dipakai untuk melakukan presentasi diri. Oleh karena
menunjang kegiatan bisnis (profit oriented), itu, pada penelitian-penelitian selanjutnya
seperti misalnya berjualan secara langsung dengan tema yang sama diharapkan
pada halaman instagram, menjual shoutout peneliti selanjutnya dapat meneliti media
(mempromosikan akun orang lain), dan sosial yang lain. Selain itu, pada penelitian
juga endorse (mempromosikan produk ini juga tidak membedakan antara subjek
orang lain). Dalam penelitian ini, peneliti yang memiliki follower berupa orang-orang
tidak mengontrol pengguna Instagram yang dikenalnya, dan subjek yang
yang memang menggunakan instagram memiliki follower berupa orang-orang yang
secara personal dan yang menggunakan tidak dikenalnya.
Instagram untuk berjualan. Sementara itu,
ketiga aspek Online Self-Presentation yakni Kesimpulan
ingratiation (agar disukai orang lain), self
promotion (mempromosikan diri), dan Berdasarkan hasil analisis dan
exemplification (agar dihormati orang lain) pembahasan yang telah dipaparkan pada
juga berlaku pada sisi bisnis. Sebuah bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa
produk tentu saja menginginkan agar kesimpulan, yakni, harga diri dan body
konsumen menyukai produk tersebut, image secara bersama-sama memprediksi
sebuah produk tentu dipromosikan, dan online self-presentation sebesar 3,8%.
sebuah produk tentu saja menginginkan Berdasarkan hasil kategorisasi ketiga
agar produknya dipercaya sebagai sebuah variabel penelitian, subjek cenderung

181 E-JURNAL GAMA JPP


ROZIKA & RAMDHANI

berada pada kelompok sedang hingga Cash, T. (2002a). MBSRQ user’s manual. (3rd
tinggi pada masing-masing variabel ed.). Norfolk, VA: Old Dominion
penelitian. University Press.

Kepustakaan Cast, A., & Burke, P. (2002). A theory of


self esteem. Social Forces, 80 (3),1041-
Abdulahi, A., Samadi, B., & Gharleghi, B. 1068.
(2014). A study on the negative El-Khouly, M. (2015). Study on the use and
effects of social networking sites impact of online social networking in
such as facebook among asia pacific egypt. Journal of Emerging
university scholars in Malaysia. Technologies in Web Intelligence, 7(1),
International Journal of Business and 85-90. doi: 10.7763/IJET.2013.V5.517
Social Science, 5(10), 133-145. Goffman, E. (1956). The presentation of self
Akbiyik, C. (2013). Effects of social in everyday life. Edinburgh:
networks on social life of University of Edinburgh, Social
undergraduate students. Middle Sciences Research Centre.
Eastern & African Journal of Gonzalez, A., & Hancock, J. (2011). Mirror,
Educational Research, 4(6). Retrieved mirror on my facebook wall: Effects
from of exposure to facebook on self-
http://majersite.org/issue6/1akbiyik.p esteem. Cyberpsychology, Behavior, and
df. Social Networking, 14(1-2), 79-83. doi:
Azwar, S. (2008). Penyusunan skala 10.1089/cyber.2009.0411
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Hamilton, S. (2008). A relationship
Pelajar. between perceived body image and
Banfield, S., & McCabe, M. (2002). An depression: How college women see
evaluation of the construct of body themselves may affect depression.
image. Adolescence 37(146), 373-393. Student Journal of Psychological
Branden, N. (2001). The psychology of self- Science, 1(1), 13-20.
esteem: A revolutionary approach to self- Hogan, J., & Strasburger, V. (2009). Body
understanding that launched a new era image, eating disorders, and the
in modern psychology. New York: media marjorie. Adolesc Med 19(2008)
Nash publishing. 521–546. Retrieved from
Bryant, R. (2001). What kind of space is https://researchgate.net/publication/
cyberspace?. Minerva - An Internet 24025314
Journal of Philosophy, 5: 138–155. Ikachoi, D., Mberia, K., & Ndati, N. (2015).
Cash, T. (2004). Body image: Past, present, Self-esteem as a mediator between
and future. Body Image 1(1), 1–5. doi: social media and communication
10.1016/S1740-1445(03)00011-1 skills: A case study of undergraduate
Cash, T., Fleming, E., Alindogan, J., students at St. Augustine University
Steadman, L., & Whitehead, A. of Tanzania, Mwanza Campus.
(2002b). Beyond body image as trait: International Journal od Scientific and
the development and validation of Research Publications, 5(8), 1-6.
the body image states scale. Eating Retrieved from http://www.ijsrp.org
Disorders 10(1), 103-113. doi: Jones, E., & Pittman, S. (1982). Toward a
10.1080/10640260290081678 general theory of strategic self-

E-JURNAL GAMA JOP 182


HARGA DIRI, BODY IMAGE, ONLINE SELF-PRESENTATION

presentation. Dalam Jery Suls (Eds.), terpublikasi). Rowan University,


Psychological perpectives on the self, New Jersey.
(pp. 231-262). London: Lawrence
Erlbaum Associates. Ryan, R., & Brown, K. (2003). Why we
don’t need self esteem: On
Khairunnisa. (2014). Dampak aplikasi fundamental needs, contingent love,
instagram terhadap perilaku and mindfulness. Psychological
konsumtif remaja dalam berbelanja Inquiry 14(1), 27-82.
online di kalangan siswa-siswi SMA Sharma, S., & Sahu, D. (2013). Effect of
Negeri 2 Tenggarong. eJournal lmu social networking sites on self
Komunikasi, 2(4), 220-230. Retrieved confidence. International Journal of
from http://ejournal.ikom/fisip- Information and Computation
unmul.ac.id Technology, 3(11), 1211-1216.
Kircaburun, K. (2016). Self-esteem, daily Retrieved from http://www.
internet use and social media irphouse.com /ijict.html
addiction as predictors of depression Stefanone, M., Lackaff, D., & Rosen, D.
among Turkish adolescents. Journal (2011). Contingencies of self-worth
of Education and Practice, 7(24), 64-72. and social-networking-site behavior.
Retrieved from http://www.iiste.org Cyberpsychology, Behavior, and Social
Leif, D., Isak, B., Ida, N., Linda, H., Networking, 14(1-2), 41-49. doi:
Magdalena, T., Malin, W., … & 10.1089/cyber.2010.004
Emelie, D., (2012). Sweden’s Largest Suler, J. (2004). The online disinhibition
Facebook Study. Gothenburg: effect. Cyberpsychology & Behavior,
Gothenburg Research Institute. 7(3), 321-326. doi: 10.1089/ 1094 9310
Lewis, A., & Neighbors, C. (2005). Self 41291295.
Determination and the use of self- Syamsoedin, W., Bidjuni, H., &
presentation strategies. The Journal of Wowiling, F. (2015). Hubungan
Social Psychology, 145(4), 469-489. durasi penggunaan media sosial
Mehdizadeh, S. (2010). Self-presentation dengan kejadian insomnia pada
2.0: Narcissism and self-esteem on remaja di SMA Negeri 9 Manado. E-
facebook. Cyberpsychology, Behavior, Journal Keperawatan, 3(1), 1-10.
and Social Networking, 13(4), 357-364. Retrieved from dari
doi: 10.1089/cyber.2009.0257 http://id.portalgaruda.org/?ref=brow
Oxford Dictionary. (2003). Oxford learners se&mod=viewarticle&article=292474.
dictionary. Oxford: Oxford University Tafarodi, R., & Swann, W. (2001). Two
Press. dimensional self-esteem: theory and
Rosenberg, M., Schooler, Carmi., S, C., & measurement. Personality and
Rosenberg, F. (1995). Global self- Individual Differences, 31(2001), 653-
esteem and specific self-esteem: 673. Retrieved from
Different concepts, different http://elsevier.com/locate
outcomes. American Sociological
Review, 60(1), 141-156. Retrieved
from http://jstor.org/stable/2096350
Raymer, K. (2015). The effects of social media
sites on self-esteem. (Tesis tidak

183 E-JURNAL GAMA JPP

Anda mungkin juga menyukai