Penyusunan APBD Aceh Tamiang
Penyusunan APBD Aceh Tamiang
penyusunan APBD dan pengelolaan keuangan daerah tidak banyak memuat peran
Penyusunan APBD seharusnya tidak bisa lepas dari kaidah penganggaran sektor
publik. Setidaknya ada tiga kaidah yang harus dipenuhi dalam penyusunan APBD.
Tiga kaidah tersebut adalah legitimasi hukum, legitimasi finansial, dan legitimasi
politik. Legitimasi hukum menyangkut sejauh mana APBD disusun dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang ada. Penyusunan APBD terikat pedoman, prosedur,
tahap, dan peruntukan sesuai dengan peraturan yang ada. Legitimasi finansial
anggaran yang dimiliki daerah. Di dalamnya harus dipatuhi asas efisiensi dan
Dari sisi efektivitas, anggaran harus sesuai prioritas kebutuhan dan tepat
dikenal dalam penyusunan APBD saat ini. Yang diterapkan adalah prinsip money
follow function, yaitu, uang disediakan untuk memenuhi fungsi kebutuhan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Tidak ada alokasi anggaran tiap instansi, yang ada
hasil aspirasi masyarakat. Legitimasi politik tidak sekadar berupa pengesahan oleh
perencanaan bottom-up yang sesungguhnya. Praktik saling titip proyek atau agenda
terselubung lainnya menjadi sesuatu yang menodai legitimasi politik ini. Ketiga hal
muncul adalah, akankah perubahan itu berdampak kepada tingkat serapan anggaran
yang mampu dinikmati masyarakat secara luas? Atau justru sebaliknya, prospek
kegiatan sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai dan selanjutnya
tugas dan tanggung jawab dari satuan kerja tertentu dengan standar biaya yang
kewenangan yang dimiliki saat ini pemerintah daerah dapat menyusun struktur
Mardiasmo (2001) melakukan studi tentang masalah utama yang timbul dalam
pembatasan keuangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Studi kasus pada
yang meneliti budgetary slack dan pendekatan anggaran serta waktu pemberian
bantuan menyimpulkan dua hal, pertama, ketergantungan keuangan pemerintah
pemerintah daerah dan DPRD merupakan amanat rakyat. Ini adalah tantangan untuk
rakyat” pemerintah daerah dan DPRD harus memposisikan dirinya pada posisi yang
tepat. Selain itu, hal tersebut adalah sebuah peluang untuk menunjukkan bahwa
pemerintah daerah dan DPRD bukan sebagai salah satu “penikmat” dana rakyat, akan
tetapi dapat berbagi rasa dengan rakyat dari dana yang tersedia bagi daerah.
memiliki peran dan kewenangan yang lebih besar dibandingkan dengan masa-masa
para anggota DPRD sejak proses penjaringan aspirasi masyarakat (needs assessment)
hingga penetapan kebijakan umum APBD serta penentuan strategi dan prioritas
APBD.
proses perencanaan diperlukan kesatuan visi, misi dan tujuan dari setiap lembaga
tersebut. Dalam menentukan alokasi dana anggaran untuk setiap kegiatan biasanya
digunakan metode incrementalism yang didasarkan atas perubahan satu atau lebih
variabel yang bersifat umum, seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk.
a. Partisipasi Masyarakat
pelaksanaan APBD.
APBD yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan
mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada
setiap jenis belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan
hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu,
c. Disiplin Anggaran
lain:
d. Keadilan Anggaran
pelayanan.
1) Tujuan, sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin
dicapai;
f. Taat Azas
pemerintahan di daerah.
sebagainya.
PAD didasari alasan untuk apa dana tersebut akan digunakan. Semestinya PAD
daerah nantinya akan dicairkan sesuai dengan anggaran kas SKPD, yang telah
belanja tidak hanya pada besaran angka, tetapi juga pada jaminan bahwa
secara tidak langsung adalah “turunan” dari Pendapatan dan Belanja karena (1)
adanya surplus defisit, sehingga arus kas masuk dan keluar tidak sama; (2)
adanya anggaran tahun lalu yang tidak terealisasi seluruhnya, sehingga harus
dilanjutkan ke tahun berikutnya; (3) adanya kebijakan APBD tahun lalu yang
yang akan ditagih pada tahun mendatang; dan (3) adanya kebijakan untuk
membayarkan atau menerima dana dari sumber luar, seperti investasi dan
yang memang lebih ekonomis dan efisien dengan menggunakan dana dari pihak
eksternal.
Teknis Penyusunan APBD
dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menyusun APBD pada tahun anggaran 2008
yaitu:
pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas oleh TAPD
indikatif.
c. Program dan kegiatan yang tercantum dalam Nota Kesepakatan KUA antara
kegiatan serta sasaran dan target kinerja masing-masing program dan kegiatan
c. Prioritas program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif yang tercantum
serta pagu anggaran definitif, apabila program dan kegiatan serta pagu
Kesepakatan PPA
daerah atau progress report yang dilakukan dengan pendekatan anggaran kinerja atau
performance budgeting system yang mengutamakan upaya pencapain hasil atau
output daerah. Dengan kata lain APBD merupakan dokumen penting bagi suatu
Tabel 8. Perkembangan APBD Kabupaten Aceh TamiangTahun Anggaran 2003 s/d 2008
Dari tabel 8 diatas dapat dijelaskan bahwa pada awal pembentukannya APBD
berimbang, artinya besaran belanja disesuaikan dengan target pendapatan. Hal ini
dilakukan agar pelaksanaan APBD dapat dilakukan dengan lebik efektif dan efesien.
Rp. 69.912.684.635,- atau sebesar 61,31%. Sedangkan target pendapatan pada tahun
ini meningkat sebesar Rp. 42.400.603.020,- atau naik 37,18%. Pada tahun anggaran
2005 APBD Kabupaten Aceh Tamiang terus meningkat sebesar Rp. 74.364.124.580,-
maupun prasarana dibidang infrastruktur seperti jalan dan jembatan, sarana dan
prasarana pendidikan dan juga sarana dan prasarana kesehatan juga pemberdayaan
dibidang ekonomi, sosial budaya. Peningkatan tersebar terjadi pada tahun anggaran
2006 dimana target pendapatan dalam APBD Kabupaten Aceh Tamiang naik sebesar
69,22% atau sebesar 136.192.053.006,- dan belanja meningkat sebesar 75,27% atau
menjadi Rp. 631.693.061.128,-. Keadaan ini disebabkan karena banjir bandang yang
diakibatkan banjir bandang masih terus terasa hingga tahun 2008, dimana APBD
Kabupaten Aceh Tamiang hanya meningkat sedikit yaitu sebesar 3,55% menjadi Rp.
654.109.034.727,-.