Anda di halaman 1dari 5

A.

Mengenal Teori Behavioristik


Aliran behavioristik berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang
dilakukan oleh urat saraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan buah pikiran
(Purwanto, 2002: 45). Pada behaviorisme, unsure yang paling sederhana adalah reflex atau
reaksi tak sadar akibat adanya rangsang dari luar.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tinglah laku sebagai
hasil dari pengalaman yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Faktor yang dianggap penting oleh
aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan
(positive reinforcement), respons akan semakin kuat. Begitu pula bila respons dikurangi/
dihilangkan (negative reinforcement), respons juga semakin kuat. Menurut Gagne dan Berliner,
beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut.
1. Reinforcement and Punishment (dukungan dan hukuman)
2. Primary and Secondary Reinforcement (permulaan dan dukungan yang kedua)
3. Schedules of Reinforcement
4. Contingency Management
5. Stimulus Control in Operant Learning
6. The Elimination of Responses.
Sementara menurut Harley dan Davies, prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak
dipakai di dunia pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila pembelajar ikut berpartisipasi secara aktif
di dalamnya.
2. Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang
logis sehingga pembelajar mudah mempelajarinya.
3. Tiap-tiap proses perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga pemmbelajar dapat
mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum.
4. Setiap kali pembelajar memberikan respons yang benar, ia perlu diberi penguatan.
Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan
negative.
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (response) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan rensponse adalah akibat atau dampak
berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Kritik terhadap teori behaviorisme adalah sebagai
berikut.
1. Hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati juga dianggap terlalu
menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Tak semua hasil belajar bisa diamati
dan diukur
2. Mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks.

B. Teori Belajar menurut Beberapa Pakar


1. B.F. Skinner
Skinner menganggap reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Reinforcement
atau peneguhan diartikan sebagai suatu konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku
tertentu. Ada dua macam peneguhan yaitu positif dan negative. Peneguhan positif adalah
rangsangan yang semakin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Peneguhan
negative adalah peneguhan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindak balas
tertentu yang tidak memuaskan.
Skinner membagi respons menjadi dua yaitu:
1. Respondent response (Revlexive Response)
Repsons ini ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya keluar air liur
setelah melihat makanan tertentu.
2. Operante Response (Instrumental Response)
Repsons ini adalah respons yang timbul dan berkembang yang diikuti oleh perangsang-
perangsang tertentu. Perangsang tersebut adalah reinforcing stimulus atau reinforce
karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme.
Misalnya, seorang anak yang belajar lalu mendapatkan hadiah, ia akan lebih giat belajar
(responsnya menjadi lebih intensif). Skinner lebih memfokuskan pada respons ini.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner mengatakan
bahwa unsure terpenting dalam belajar adalah penguatan.skinner membagi penguatan menjadi
positif dan negative. Penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk
penguatan negative antara lain menunda atau tidak member penghargaan, menunjukkan
perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa. Jika salah, dibetulkan, jika benar,
diberi penguat.
2. Proses belajar harus megikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran mengginakan system modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah,
untuk menghindari adanya hukuman.
5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal
7. Proses pembelajaran menggunakan teknik shapping.

2. Robert Gagne
Gagne disebut sebagai Modern Neobehavioris yang mendorong guru untuk merencanakan
instruksonal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Keketerampilan
paling rendah menjadi dasar bagi kemampuan yang lebih tinggi. Sehingga, seorang guru harus
mengetahui kemampuan dasar yangbharus disiapkan.
3. Albert Bandura
Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak
meniru secara persis perilaku agresif orang dewasa di sekitarnya. Faktor-faktor yang
berproses dalam belajar observasi adalah:
a. Perhatian: mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat
b. Penyimpanan atau proses mengingat: mencakup kode pengkodean simbolik
c. Reproduksi motorik: mencakup kemampuan fisik, kemampuannya meniru, dan
keakuratan umpan balik
d. Motivasi: mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu, yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Tingkat tertinggi belajar dan pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan
sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukaknnya.
b. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
c. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan etrsebut disukai
dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Teori Badura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan
secara masal.

4. Ivan Petrovich Pavlov


Bertitik tolak dari asumsi Pavlov bahwa dengan mengguakan rangsangan-rangsangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian
Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia
menganngap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan
segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Ia mengadakan
eksperimen dengan cara mengoperasi leher anjing sehingga terlihat kelenjar air liurnya dari
luar. Saat diperlihatkan sinar merah, kemudian makanan, air liur anjing akan keluar dengan
sendirinya. Dari eksperimen Pavlov, dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi
Pavlov, ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respns yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik


1. Kelebihan Teori Behavioristik
 Membiasakan guru untuk tetap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
 Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri
 Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari
pada perilaku yang tampak.
 Melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya.
 Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil
ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan
suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
 Dapat mengganti stimulus satu dengan lainnya sampai respons yang diinginkan
muncul.
 Teori yang cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktik dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya
tahan.
 Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi
peran orang dewasa.

2. Kekurangan Teri Behavioristik


 Sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap.
 Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
 Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
 Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
 Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
 Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif, sehingga inisiatif
siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa
diselesaikan oleh siswa.
 Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak
produktif, dan mendudukkan siswa sebagai individu yang pasif.
 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistik dan hanya
berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

D. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran


Menurut Suprijono (2009: 21), implikasi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan belajar adalah kegiatan figuratif.
b. Belajar menekankan perolehan informasi dan penambahan informasi.
c. Belajar merupakan proses dialog imperative, bukan dialog interaktif.
d. Belajar bukan proses organic dan konstruktif, melainkan proses mekanik.
e. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah cirri-ciri yang
mendasarinya, yaitu sebagai berikut.
a. Mementingkan pengaruh lingkungan.
b. Mementingkan bagian-bagian.
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respons.
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan-kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

E. Contoh Kasus Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Teori Behavioristik


Penerapan teori behavioristik dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah
sebagai berikut.
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran Penjaskes tergantung dai beberapa
hal seperti:
1. Tujuan pembelajaran
2. Sifat materi pelajaran
3. Karakteristik pembelajar
4. Media
5. Fasilitas pembelajaran yang tersedia
Pembelajaran Penjaskes yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang
bahwa penetahuan adalah objektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau pembelajar. Fungsi pikiran
adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui poses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Tujuan pembelajaran Penjaskes menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai altivitas mimetic, menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran Penjaskes
mengikuti urutan kurikulum yang berpedoman pada buku wajib . pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
Kesimpulannya, penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran penjaskes dirasa kurang
pas karena kurang memberkan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi, dan mengembangkan kemampuannya. Sehingga pebelajar Penjaskes kurang
mampu berkembang sesuai potensi diri mereka. Padahal, pembelajjaran penjaskes merupakan
pembelajaran yang menomorsatukan gerak untuk berkreasi dan untuk kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai