Anda di halaman 1dari 6

PHBS Selama Masa Pandemi

May 4, 2020NURWITA UTAMIArtikel

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program khusus dari pemerintah Indonesia.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Dengan program ini, diharapkan setiap individu menjadi sadar kesehatan dan
mampu menjalankan perilaku bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari (Personal
Hygiene). Terlebih terkait pandemi corona yang sudah menyebar di dunia, termasuk di
Indonesia.

Ada lima tatanan PHBS yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu PHBS di rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum. Dengan adanya imbauan dari
Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, agar masyarakat melakukan segala aktivitas di rumah dan
menghindari keramaian (social distancing), tatanan PHBS di rumah tangga merupakan titik
yang paling penting untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

Berikut adalah 9 indikator acuan keberhasilan dalam mencapai rumah tangga yang sehat
selama masa pandemi:

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih

PHBS ini bertujuan menjaga kebersihan pribadi dan mencegah penularan berbagai penyakit
melalui tangan yang terkontaminasi kuman. Penularan penyakit dapat terjadi melalui
rute face-oral, saat seseorang yang mengidap penyakit tidak mencuci tangan setelah
menggunakan toilet, semua yang disentuh akan terkontaminasi, jika benda yang
terkontaminasi tersebut dipegang oleh orang lain, dan kemudian orang tersebut mengonsumsi
makanan tanpa mencuci tangan maka, orang tersebut akan tertular.

2. Mengonsumsi makanan sehat

Perbanyak mengonsumsi buah dan sayur. Buah banyak mengandung vitamin, sedangkan
sayur mengandung serat dan mineral. Berdasarkan penelitian orang yang banyak
mengonsumsi buah dan sayur lebih tidak mudah sakit.

3. Menggunakan jamban yang bersih

Jamban adalah fasilitas sanitasi yang sangat penting karena berkaitan dengan pembuangan
kotoran manusia secara aman, tidak mencemari lingkungan, dan tidak menyebarkan penyakit.

4. Olahraga secar teratur

Olahraga sangat berguna bagi tubuh kita. Tidak hanya sehat dengan berolahraga dipercaya
akan merasa lebih Bahagia. Sebaiknya olahraga dilakukan paling tidak selama 30 menit
setiap harinya.

5. Membuang sampah pada tempatnya


Sampah adalah salah satu sumber penyakit, jika didiamkan terlalu lama maka kuman-kuman
akan tumbuh dan berkembang.

6. Tidak merokok

Asap rokok dapat merusak kekebalan tubuh. Kebiasaan merokok dapat menimbulkan
berbagai gangguan penyakit khususnya infesksi paru, seperti bronchitis dan pneumonia yang
memang menjadi media yang diserang virus corona.

7. Membersihkan lingkungan

Kebersihan lingkungan adalah salah satu hal yang paling penting untuk menghindari
tertularnya penyakit. Lingkungan yang bersih dapat menciptakan hidup yang sehat.

8. Hindari stress dan kelola stress

Stres yang tidak terkendali dapat meningkatkan produksi hormone kortisol, dalam jangka
Panjang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan seseorang
mudah terserang penyakit atau virus.

9. Istirahat yang cukup

Istirahat yang kurang dapat menyebabkan penurunan imunitas tubuh sehingga akan mudah
terserang penyakit. Minimal 7-8 jam sehari yang dibutuhkan orang untuk beristirahat.

Dengan menerapkan 9 Indikator PBHS tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas


kesehatan pribadi dan keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, diharapkan juga
mampu memutus rantai penyebaran virus corona di Indonesia.

Synergy Solusi Indonesia member of Proxsis melalui Environment-Indonesia, membantu


dalam mengembangkan kompetensi seorang dalam melakukan tugasnya terutama di bidang
kesehatan dan lingkungan agar memenuhi target perusahaan dalam mewujudkan kesehatan
karyawan dan keseimbangan lingkungan.

Sumber:

https://www.liputan6.com/
Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru
Selama 3 bulan kita hidup penuh dengan berita tentang Covid-19, di TV, radio,
media sosial atau media digital, obrolan di rumah, di kantor, dan di telepon juga
bicara tentang Covid-19. Berbagai respon dan reaksi ditunjukkan oleh masyarakat,
ada yang sedih, cemas, takut, gemas, khawatir, marah-marah, tetapi ada juga yang
tenang atau tetap percaya diri.

Covid-19 berhasil mengubah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari baik di rumah,
di sekolah, di tempat kerja, di jalan, dan dimanapun. Kita dibuatnya seakan tak
berdaya, karena gerak langkah kita dibatasi dengan adanya Covid-19, sehingga
membuat kita tidak produktif yang berdampak pada masalah ekonomi keluarga,
masyarakat, daerah dan negara.

Penyebaran Virus Corona

Covid-19 memang benar-benar luar biasa. Covid-19 adalah penyakit yang


disebabkan oleh virus corona, sebuah makhluk sangat kecil berukuran sekitar 125
nanometer namun bisa menyebabkan kematian. Covid-19 ditandai dengan
munculnya gejala batuk pilek, flu, demam, gangguan pernapasan, namun ada juga
yang tidak nampak/muncul gejalanya, dan dalam kondisi parah bisa menyebabkan
gagal napas dan berakhir pada kematian. Penularannya melalui droplets atau
percikan batuk atau bersin.

Virus dapat berpindah secara langsung melalui percikan batuk atau bersin dan napas
orang yang terinfeksi yang kemudian terhirup orang sehat. Virus juga dapat
menyebar secara tidak langsung melalui benda-benda yang tercemar virus akibat
percikan atau sentuhan tangan yang tercemar virus. Virus bisa tertinggal di
permukaan benda-benda dan hidup selama beberapa jam hingga beberapa hari,
namun cairan disinfektan dapat membunuhnya.

Penyakit ini belum ada obat/vaksinnya dan sudah menjadi pandemi yang
menyebabkan banyak kematian di dunia maupun di Indonesia dan sampai saat ini
kasusnya masih terus meningkat.

Untuk melawan virus hal utama yang perlu kita lakukan adalah melakukan tindakan
pencegahan seperti: sering cuci tangan pakai sabun, menerapkan etika batuk/pakai
masker, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga jarak dan hindari kerumunan.

Cukup mudah, bukan? Intinya harus selalu berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Kelihatannya hal ini sepele, tetapi kenyataannya masih cukup banyak yang
tidak melakukan hal tersebut.
Kementerian Kesehatan beserta jajarannya di daerah tak henti-hentinya melakukan
sosialisasi, edukasi kepada masyarakat agar paham apa yang harus dilakukan supaya
terhindar dari Covid-19. Namun, hasilnya masih belum memuaskan karena kasusnya
masih terus meningkat.

From New Normal to Adaptasi Kebiasaan Baru.

Presiden RI Joko Widodo dalam pidato resminya di Istana Merdeka (15 Mei 2020)
menyatakan bahwa: “Kehidupan Kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko
wabah ini. Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai New
Normal atau tatanan kehidupan baru. ” .

Pada masa pandemi masyarakat Indonesia diharuskan hidup dengan tatanan hidup
baru, yang dapat ‘berdamai’ dengan COVID-19.  Adapun yang dimaksud dengan New
Normal adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dan
semua institusi yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pola harian atau pola
kerja atau pola hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya. Bila hal ini tidak
dilakukan, akan terjadi risiko penularan.

Tujuan dari New Normal adalah agar masyarakat tetap produktif dan aman dari
Covid-19 di masa pandemi.

Selanjutnya agar New Normal lebih mudah diinternalisasikan oleh masyarakat maka

“New Normal” dinarasikan menjadi “Adaptasi Kebiasaan Baru”. Maksud dari Adaptasi
Kebiasaan Baru adalah agar kita bisa bekerja, belajar dan beraktivitas dengan
produktif di era Pandemi Covid-19.

Memulai Kebiasaan Baru

Apakah kita mau terus hidup dengan pembatasan? Tinggal di rumah terus? Sudah
pasti jawabannya: Tidak. Tentunya, kita ingin kembali bisa bekerja, belajar, dan
bersosialisasi atau aktivitas lainnya agar dapat produktif di era pandemi. Hal ini bisa
dilakukan kalau kita beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu disiplin hidup sehat
dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat
dan setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam
kehidupan sehari hari.

Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh
sekelompok orang saja, maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang
kedua. Kebiasaan lama yang sering dilakukan, seperti bersalaman, cipika-cipiki, cium
tangan, berkerumun/ bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan
karena mendukung penularan Covid-19.

Dimana dan Apa?

Kita dituntut untuk mampu mengadaptasi/ menyesuaikan kebiasaan baru


dimanapun kita berada, seperti di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, dan
juga di tempat-tempat umum, seperti terminal, pasar, dan mal. Diharapkan dengan
seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat
menjadi norma individu dan norma masyarakat.

Dengan demikian, kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya
dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah:

 sering cuci tangan pakai sabun


 pakai masker
 jaga jarak
 istirahat cukup dan rajin olahraga
 makan makanan bergizi seimbang

Inilah pesan kunci yang perlu dilakukan secara disiplin, baik secara individu maupun
kolektif agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai.

Saatnya menjadi pelopor adaptasi kebiasaan baru.

Salam sehat…
Cara Memakai Masker yang Benar
Bagi kalian yang sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan, selalu
gunakan masker penutup hidung dan mulut ketika keluar rumah.

Hal ini tentu saja bertujuan untuk meminimalisir penyebaran virus serta melindungi
diri dari penyakit termasuk salah satunya juga mencegah penyakit dari virus Corona.
Lalu bagaimanakah cara menggunakan masker dengan benar?

1. Tutup mulut, hidung, dan dagu anda, pastikan bagian masker yang berwarna berada
di bagian depan.
2. Tekan bagian atas masker supaya mengikuti bentuk hidung Anda dan tarik ke
belakang ke bagian bawah dagu.
3. Lepas masker yang telah digunakan dengan hanya memegang tali yang ada di kedua
telinga, dan langsung buang ke tempat sampah.
4. Cuci tangan pakai sabun setelah membuang masker yang telah digunakan ke dalam
tempat sampah.
5. Biar bersih, ganti masker anda secara rutin apabila kotor atau basah.

Anda mungkin juga menyukai