Anda di halaman 1dari 9

ASKEP KEMASUKAN BENDA ASING PADA TELINGA

   A.    PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda
dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran.
Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba
membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak
memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri. Namun, terkadang sering dianggap
enteng oleh setiap orang.
Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi
di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut
mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena
bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang
berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk
biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian
khusus.

1.    Konsep Kunci


a.     pengertian benda asing
b.    etiologi askep kemasukan benda asing pada telinga
c.     manifestasi klinik askep kemasukan benda asing pada telinga
d.    patofisiologis askep kemasukan benda asing pada telinga
e.     pemeriksaan penunjang askep kemasukan benda asing pada telinga
f.     pencegahan masuknya benda asing ke dalam telinga
g.    penatalaksanaan askep kemasukan benda asing pada telinga
h.    konsep askep kemasukan benda asing pada telinga
2.    Petunjuk
a.    Pelajari materi BAB XIV dengan tekun, disiplin dan bersungguh-sungguh.
b.    Penyajian setiap bab meliputi: judul bab, pendahuluan, konsep-konsep kunci, petunjuk, tujuan
pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, penyajian materi, tugas dan latihan, penutup,
rangkuman, tes akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan daftar pustaka.
c.    Dalam uraian materi, pembaca akan menemukan beberapa test. test ini dapat menjadi tuntunan
pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian demi bagian.
d.   Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bab dengan tekun dan disiplin.
e.    Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap agar mempermudah pembaca untuk
memahami isi materi.
f.  Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda.
3.    Tujuan Pembelajaran
a.    Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan kemasukan benda asing pada
telinga.
b.    Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa mampu :
1.    Menjelaskan pengertian benda asing dengan tepat
2.    Menjelaskan etiologi dari askep kemasukan benda asing pada telinga dengan tepat.
3. Menjelaskan manifestasi klinik dari askep kemasukan benda asing pada telinga dengan tepat.
4.   Menjelaskan patofisiologis dari askep kemasukan benda asing pada telinga dengan tepat.
5.    Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari askep kemasukan benda asing pada telinga dengan
tepat.
6.    Menjelaskan pencegahan benda asing masuk ke dalam telinga dengan tepat.
7.   Menjelaskan penatalaksanaan dari askep kemasukan benda asing pada telinga dengan tepat.
8.    Menjelaskan konsep askep kemasukan benda asing pada telinga dengan tepat.

   A.    PENYAJIAN MATERI


1.    Pengertian
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda
dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran.
Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba
membersihkan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak
memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri. Namun, terkadang sering dianggap
enteng oleh setiap orang.
Benda asing di liang telinga (Corpus Allenium) adalah benda asing yang di temukan di
liang telinga bervariasi sekali. Bisa berupa benda mati ataupun benda hidup, binatang, komponen
tumbuh-tumbuhan atau mineral. Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau, manik-manik,
dan lain-lain. Pada orang dewasa yang relatif sering adalah kapas cotton buds yang tertinggal,
potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa,
semut dan nyamuk.
Usaha mengeluarkan benda asing sering kali akan lebih mendorongnya lebih ke dalam
liang telinga. Mengeluarkan benda asing harus lebih hati-hati. Bila kurang hati-hati atau bila
klien tidak kooperatif dapat berisiko trauma yang merusak membran timpani atau struktur telinga
tengah. Anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak dapat bergerak
bebas. Bila benda asing yang masih hidup seperti binatang serangga, binatang di liang telinga
harus dimatikan dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan
(misalnya larutan revanol atau obat anestesi lokal) lebih kurang di tunggu selama 10 menit,
setelah binatang telah pasti mati, Dikeluarkan secara hati-hati dengan pinset atau di irigasi
dengan air bersih yang hangat. Pastikan juga tidak di dapatkan serpihan badan binatang yang
tertinggal pada proses pengeluaran benda asing tersebut karena dapat dikawatirkan terjadinya
resiko infeksi pada liang telinga luar ataupun tengah. Bila terjadi infeksi biasanya ditandai
dengan tanda-tanda inflamasi atau peradangan berupa demam sehingga suhu tubuh klien
bertambah panas. Benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen.
Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi
di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut
mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena
bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang
berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk
biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian
khusus.
2.    Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing bisa berada diliang telinga
yaitu :
a.    Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b.    Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat pembersih
telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga
c.    Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk ke dalam telinga contoh
masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan penangangan pertama
yang bisa dilakukan:
a.    Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke dalam telinga.
Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga
kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air
sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera kunjungi dokter THT untuk membersihkan
kotoran kuping yang ada.
b.    Cotton Buds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain kapas bisa
tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-
hati menggunakannya.
c.    Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya,
manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba
mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter
mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.
d.   Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam telinga. Pada
prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut
untuk tidak masuk ke dalam.
3.    Manifestasi Klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa gejala
sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran. Beberapa efek yang dapat
terjadi yaitu sebagai berikut.
a.    Merasa tidak enak di telinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak enak, dan
banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan mendorong
benda asing yang masuk ke dalam menjadi masuk lagi.
b.    Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat telinga
terasa tersumbat.
c.    Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah.
d.   Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
4.    Patofisiologis
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
pada anak – anak yaitu faktor kesengajaan dari anak tersebut , faktor kecerobohan misalnya
menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun
lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat , nyamuk
dan lain-lain.
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus
akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan
benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asing ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat
dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran ,
rasa nyeri telinga/ otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.
5.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
1)   Bersihkan serumen
2)   Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
1)   Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi.
2)   Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
3)   Kemungkinan gendang mengalami robekan.
b.    Pemeriksaan Ketajaman dengan Test Penyaringan Sederhana
1)   Lepaskan semua alat bantu dengar
2)   Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3)   Berdirilah dengan jarak 30 cm
4)   Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
5)   Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
c.    Uji Ketajaman dengan Garpu Tala (Uji Weber)
1)   Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2)   Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3)   Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala klien.
4)   Tanyakan pada klien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1)   Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2)   Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi: otosklerosis, OM) akan
menghambat ruang hampa.
3)   Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.
d.   Uji Ketajaman dengan Garpu Tala (Uji Rine)
1)   Membandingkan konduksi udara dan tulang
2)   Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3)   Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak terdengar lagi pindahkan
kedepan lubang telinga (2 cm)
4)   Tanyakan klien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5)   Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1)   Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2)   Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang
(Rine negatif)
6.    Pencegahan
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.
a.    Kebiasaan terlalu sering memakai cotton buds untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi
karena dapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit telinga kita yang ditumbuhi bulu-bulu
halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan rusak,
sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat terjadi infeksi
telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong
Cottonbud, maka dapat melukai atau menembus gendang telinga.
b.    Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian atau manik-manik pada anak-anak, dapat tejadi
bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas.
7.    Penatalaksanaan
a.    Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator (khususnya gabah).
Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar tidak terjadi
komplikasi pada membrane timapani.
b.    Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan terlebih dahulu
dengan meneteskan larutan pantokain, alcohol, rivanol atau minyak. Kemudian benda asing
dikait dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang telinga
dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang telinga diberikan antibiotik ampisilin
selama 3 hari dan analgetik jika perlu. Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati
biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Bila klien tidak kooperatif dan beresiko
merusak gendang telinga atau struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan
anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan. Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas,
dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-
manik, biji-bijian pada anak yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai
lampu kepala yang sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat
menyebabkan trauma pada membran timpani.
8.      Konsep Asuhan Keperawatan
A.  PENGKAJIAN
1.    Riwayat masuknya benda asing pada telinga
Tanyakan kepada klien mengenai proses terjadinya peristiwa benda asing masuk ke telinga, apa
jenis benda asing yang masuk apakah itu serangga, manik-manik, kerikil dll, tindakan yang
sudah dilakukan di rumah.
2.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, rasa tidak enak
ditelinga.
b.    Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena benda
asing adalah kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar .
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea, kehilangan
pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas masalahnya, penyebabnya dan
penanganan sebelumnya.
3.    Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a.    Bernapas
b.    Makan dan Minum
c.    Eliminasi
d.    Gerak dan Aktivitas
e.     Istirahat dan Tidur
f.     Kebersihan Diri
g.    Pengaturan Suhu Tubuh
h.    Rasa Nyaman
i.      Rasa Aman
j.      Sosialisasi dan Komunikasi
k.    Prestasi dan Produktivitas
l.      Ibadah
m.  Rekreasi
n.    Belajar
4.    Pemeriksaan Fisik
a)    Inspeksi daun telinga
Caranya: Pada dewasa daun telinga ditarik keatas lalu ke belakang, pada anak-anak daun telinga
ditarik ke belakang, dan pada bayi biasanya daun telinga di tarik ke bawah.
Diperhatikan: posisi, warna, ukuran, bentuk, kesimetrisan, seluruh permukaan dan lateral
b)   Palpasi
a.    Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
b.    Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkakan dan nodul.
c.    Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
B.  DIAGNOSA
1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, kimia.
2.    Gangguan sensori persepsi (auditor) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi.
3.    Resiko infeksi berhubungan dengan laserasi kulit dan trauma membran timpani.
4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit
pengobatan.
C.     PERENCANAAN / INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut Setelah          Observasi         Dapat
berhubungan diberikan keluhan mengidentifik
dengan agen tindakan nyeri, asi terjadinya
cedera keperawatan perhatikan komplikasi
biologis, rasa nyeri lokasi atau dan untuk
fisik, dan klien dapat karakter intervensi
kimia berkurang, dan selanjutnya.
dengan intensitas          Membantu
kriteria hasil : skala nyeri klien untuk
         Melaporkan (0-5). mengurangi
nyeri          Ajarkan persepsi nyeri
berkurang/ tehnik atau
terkontrol. relaksasi mangalihkan
         progresif, perhatian klien
Menunjukkan nafas dari nyeri.
ekspresi dalam          Membantu
wajah/postur guided mengurangi
tubuh rileks. imager. nyeri.

        
Kolaborasi
: Berikan
obat
analgetik
sesuai
indikasi.
Gangguan Setelah          Observasi         Mengetahui
sensori diberikan ketajaman tingkat
persepsi tindakan pendengar ketajaman
(auditori) keperawatan an, catat pendengaran
berhubungan diharapkan apakah klien dan
dengan ketajaman kedua untuk
perubahan pendengaran telinga menentukan
sensori klien terlibat. intervensi
persepsi meningkat, selanjutnya.
KH:
         Klien dapat          Berikan          Membantu
mendengar lingkunga untuk
dengan baik n yang menghindari
tanpa alat tenang dan masukan
bantu tidak sensori
pendengaran, kacau, jika pendengaran
mampu diperlukan yang
menentukan seperti berlebihan
letak suara musik dengan
dan sisi lembut. mengutamaka
paling keras n kualitas
dari          Anjurkan tenang.
garputala, klien dan          Mematuhi
membedakan keluargany program terapi
suara jam a untuk akan
dengan mematuhi mempercepat
gesekan program proses
tangan terapi yang penyembuhan.
         Klien tidak diberikan.
meminta
mengulang
setiap
pertanyaan
yang diajukan
kepadanya
Risiko Setelah          Observasi         Mengetahui
infeksi diberikan adanya tanda-tanda
berhubungan asuhan tanda- terjadinya
dengan keperawatan, tanda infeksi dan
laserasi kulit risiko infeksi terjadinya indicator
dan trauma tidak terjadi, infeksi dalam
membran dengan (kalor, melakukan
timpani. kriteria hasil: dolor,      intervensi
         Tidak rubor, selanjutnya.
terdapat tumor dan         Menetapkan
tanda-tanda fungsioles data dasar
infeksi a). klien, terjadi
( kalor, dolor, peradangan
rubor, tumor,         Observasi dapat
fungsiolaesa tanda- diketahui dari
         Tanda-tanda tanda vital. penyimpangan
vital dalam nilai tanda
batas normal vital.
         Tindakan
aseptik saat
         merupakan
Pertahanka tindakan
n tehnik preventif
aseptik terhadap
dalam kemungkinan
melakukan terjadi infeksi.
tindakan.          Menurunkan
kolonisasi
bakteri atau
         jamur dan
Kolaborasi menurunkan
: risiko infeksi.
Berikan
antibiotika
sesuai
indikasi.
Kurang Setelah          Kaji          Mengetahui
pengetahuan diberikan tingkat tingkat
berhubungan tindakan pengetahu pemahaman
dengan keperawatan, an klien. dan
kurang diharapkan pengetahuan
terpaparnya terjadi klien tentang
informasi peningkatan penyakitnya
tentang pengetahuan serta indikator
penyakit mengenai dalam
pengobatan kondisi dan melakukan
penanganan          Berikan intervensi.
yang informasi         
bersangkutan, pada klien Meningkatkan
dengan tentang pemahaman
kriteria hasil: perjalanan klien tentang
         Melaporkan penyakitny kondisi
pemahaman a. kesehatan.
mengenai          Berikan
penyakit yang penjelasan         Mengurangi
dialami pada klien tingkat
         Menanyakan tentang kecemasan
tentang setiap dan membantu
pilihan terapi tindakan meningkatkan
yang keperawat kerjasama
merupakan an yang dalam
petunjuk diberikan. mendukung
kesiapan program terapi
belajar yang diberikan

D.  IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
E.   EVALUASI
1.    Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang, dengan kriteria hasil :
a.       Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
b.      Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
2.      Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat,
KH:
a.  Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak
suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan.
b.      Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya.
3.    Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
a.       Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa).
b.      Tanda- tanda vital dalam batas normal.
4.      Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai
kondisi dan penanganan yang bersangkutan, dengan kriteria hasil:
a.       Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami.
b.      Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan bel.

Anda mungkin juga menyukai