Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER

NAMA : SAPITRI

NIM : F1041181040

KELAS/SEMESTER : A2/ V

MAKUL : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA

DOSEN : Drs. Edy Yusmin, M.Pd

HARI/TANGGAL : SENIN, 19 OKTOBER 2020

Soal:

1. Jelaskan menurut pemahaman anda tentang:


a. Hakekat dan karakteristik matematika, dan berikan contohnya masing-masing!
b. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan
2. Uraikan ciri-ciri dan prinsip Teori Belajar Konstruktivistik. Jelaskan kelebihan dan
kekurangan Teori Belajar tersebut!
3. Dalam teori pembelajaran diketahui ada pendekatan pembelajaran? Berikan contoh serta
penjelasannya!
4. Apa yang anda ketahui tentang model pembelajaran berbasis masalah? jelaskan prinsip
implementasinya dan fase-fase pembelajarannya!

Jawab:

1. Berdasarkan apa yang saya pahami


a) hakekat dan karakteristik matematika beserta contonya yaitu
 hakekat matematika
pengetahuan, pemikiran, pembelajaran tentang ilmu pasti dan cabang ilmu
pengetahuan eksak dan teroganisir. Secara umum matematika sebagai bidang
ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang.
 Karakteristik matematika tersebut antara lain:
1. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak
Di dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering
juga disebut sebagai objek mental. Di mana objek-objek tersebut
merupakan objek pikiran yang meliputi fakta, konsep, operasi ataupun
relasi, dan prinsip. Dari objek-objek dasar tersebut disusun suatu pola
struktur matematika. Adapun objek-objek tersebut sebagai berikut:
a. Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu.
Contoh simbol bilangan “3”  sudah di pahami sebagai bilangan “tiga”. Jika di
sajikan angka “3” maka sudah dipahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga”, dan
sebalikya. Fakta lain dapat terdiri dari rangkaian simbol misalnya “3+4” sudah di
pahami  bahwa yang dimaksud adalah “tiga di tambah empat”.
b. Konsep (abstrak) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan
atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan
suatu konsep atau bukan. ”segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak, “Bilangan
asli” adalah nama suatu konsep yang lebih komplek, konsep lain dalam
matematika yang sifatnya lebih kompleks misalnya “matriks”, “vektor”, “group”
dan ruang metrik”.
c. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”,
“gabungan”, “irisan”. Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya
operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi
adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
diketahui.
d. Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri
atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun
operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan
antara berbagai     objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa “aksioma”,
“teorema”, “sifat” dan sebagainya.
2. Matematika bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan dalam Matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk
menghindari pembuktian yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun
dalam pendefinisian. Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep
primitive. Aksioma yang disebut juga postulat merupakan pernyataan yang tidak
perlu dibuktikan, sedangkan konsep primitive bertujuan memberikan pengertian
pangkal yang tidak seharusnya didefinisikan. Fakta matematika meliputi istilah,
symbol, notasi atau lambang, dengan adanya kesepakatan ini menjadikan
pembahasan matematika mudah dikomunikasikan.
3.  Matematika berpola pikir deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan
matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian
deduktif. Sekarang kita akan mengambil beberapa contoh generalisasi yang
dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam matematika. Generalisasi yang
dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan
secara deduktif. Pernyataan: jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan
genap
Bukti deduktif:
 Misalkan m dan n sebarang dua bilangan bulat, maka 2m + 1 dan 2n + 1 masing-
masing merupakan bilangan ganjil.   Jika kita jumlahkan:  
(2m + 1) + (2n + 1) = 2(m + n + 1).  
Karena m dan n bilangan bulat, maka (m + n + 1) bilangan bulat, sehingga 2(m +
n + 1) adalah bilangan genap    Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu genap.

4. Simbol dalam matematika kosong dari arti


Matematika memiliki banyak simbol, baik huruf maupun bilangan. Model
matematika x + y = z, belum tentu bermakna atau berarti. Tidak selalu x, y, z
berarti bilangan. Bilangan-bilangan yang digunakan dalam pembelajaran pun
bebas dari arti atau makna real.  Makna huruf dan operasi tergantung
permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model matematika. Bahkan
tanda “+” tidak selalu berarti operasi tambah untuk dua bilangan, tetapi bisa jadi
operasi untuk vector, matriks dan lain-lain.  Secara umum, x + y = z masih
kosong dari arti, tergantung permasalahannya. Jadi, model atau symbol
matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita
mengaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang
membedakan symbol matematika dengan symbol bukan matematika. Kosongnya
arti dari model-model matematika itu merupakan “kekuatan” matematika, yang
dengan sifat tersebut ia bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan.

5. Matematika memperhatikan semesta pembicaraan


Contoh : Penyelesaian persamaan  diselesaikan dengan memperhatikan semesta
pembicaraan. Jika semesta pembicaraannya  tentang bilangan-bilangan, maka
symbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula. Begitu juga bila
kita bicara tentang transformasi geometris (seperti translasu, rotasi, dilatasi dan
lain-lain), maka symbol-simbol matematikanya menunjukkan suatu transformasi
pula.
6. Matematika konsisten dalam sistemnya
. Didalam masing-masing sistem berlaku konsistensi atau ketaatazasan, artinya
bahwa dalam system tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema ataupun
definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang diterapkan terlebih dahulu.
Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai kebenaran. Misalnya,
bila kita mendefinisikan konsep trapezium sebagai segiempat yang tepat sepasang
sisinya sejajar, maka kita tidak boleh mengatakan bahwa jajaran genjang
trapezium, karena jajaran genjang mempunyai dua pasang sisi sejajar.

b) tujuan pembelajaran matematikaq di jenjang persekolahan adalah


1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinatif, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu
membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembelajaran lisan, catatan,
grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
2. ciri-ciri dan prinsip Teori Belajar Konstruktivistik.
Secara garis besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan.
g. Mencari dan menilai pendapat siswa.
h.  Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
kelebihan dan kekurangan Teori Belajar konstruktivistik yaitu
 Kelebihan
a) Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu
siswa untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan
b) Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam
membina pengetahuan baru
c) Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan
aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep
d) Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi
dengan teman dan guru dalam mebina pengetahuan baru
e) Oleh karena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan
paham, ingat, yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat dalam
belajar dan membina pengetahuan baru.
 Kekurangan
a) Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh
karena itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli
b) Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri,
hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang
malas
c) Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.
3. Contoh pendekatan pembelajaran
a. Pendekatan KontekstualContextual Teaching and Learning (CTL) adalah
pendekatan pembelajaran dengan inisiatif guru untuk bisa mengembangkan belajar
yang bisa dihubungkan dengan kondisi di lingkungan sehari-hari siswa.
Misalnya Guru sedikit menjelaskan apa itu bangun ruang, memberikan contoh
macam-macam bangun ruang ,sifat-sifat bangun ruang, rumus, unsur-unsur, dan
konsep-konsep lain yang terdapat pada bangun ruang. Selanjutnya Guru meminta
murid untuk memberikan contoh-contoh benda yang mirip dengan macam-macam
bangun ruang yang ada disekitar lingkungan sekolah, dan guru meminta peserta didik
untuk mencari unsur-unsur, rumus dan sifat yang ada pada benda berbentuk bangun
ruang tersebut. Lalu guru memberikan kesempatan muridnya untuk bertanya seputar
materi bangun ruang. Selain itu, Guru memberikan muridnya kesempatan untuk
berdiskusi dengan temannya atau bertanya dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
Kemudian Guru memberikan suatu alat peraga  untuk membangun pemahaman
konsep materi bangun ruang, dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Selanjutnya guru mejelaskan kembali dan memberikan
kesimpulan atas apa saja yang telah dipelajari pada materi bangun ruang. guru
mengumpulkan berbagai informasi dan data tentang perkembangan belajar yang
dilakukan peserta didik. Kemudian guru memahami seberapa besar perkembangan
peserta didik dalam belajar bangun ruang dengan memberikan latihan soal atau
dengan pekerjaan rumah.

b. Pendekatan Open – Ended Pengertian dari open-ended (soal terbuka) adalah


masalah atau soal yang dirancang yang bisa memiliki banyak jawaban yang benar.
Pada aktivitasnya pendekatan open-ended memiliki misi utama yakni menekankan
siswa agar tahu proses jawaban bisa didapat.
Misalkan Dalam suatu keadaan guru membuat soal yang dibagi menjadi dua
masalah. Kelompok A membahas masalah grafik dan tabel, sedangkan kelompok B
membahas masalah bentuk aljabar yang menyatakan fungsi.
KELOMPOK A
tabel 2.3: Tabel Fungsi
x -3 -2 -1 0 1 2 3
y 1 0 -1 -2 -3 -4 -5
 KELOMPOK B
(a) y = 2/3 x         (b) y = x               (c) y = 2x + 1             (d) y = x2
(e) y = 1/x            (f) y = x + 2          (g) y = ½ x – 1
Pertanyaan untuk kelompok A, “Manakah fungsi-fungsi bentuk aljabar pada
kelompok B yang tabelnya seperti pada lembar pertanyaan kalian!”, sedangkan
pertanyaan untuk kelompok B, “Manakah diantara fungsi-fungsi aljabar yang
grafiknya merupakan grafik pada kelompok A”. Dan pertanyaan yang sama untuk
kedua kelompok, “Dari jawaban tersebut, jelaskan pendapat kalian dan carilah
sebanyak mungkin karakteristik sama yang lain!.”
Permasalahan ini mencakup topik fungsi linear. Tujuan pembelajarannya adalah membantu
siswa mengintegrasikan apa yang telah ia pelajari mengenai fungsi linear. Soal terbuka seperti ini
disajikan dengan maksud guru dapat mengemukakan permasalahan dalam format sederhana
sehingga dapat direspon siswa dengan cepat.
Dalam pembelajaran biasa, seringkali siswa disuruh menggambarkan fungsi dalam
bentuk tabel, grafik, atau bentuk lain. Topik ini diberikan secara individual dalam keseluruhan
proses pembelajaran. Meskipun pendekatan langkah-demi-langkah ini mungkin diperlukan pada
tahap formasi konsep, namum pemahaman bagian-bagian seperti ini tidak akan menjamin
pemahaman konsep secara menyeluruh. Pemahaman yang terintegrasi dari suatu konsep hanya
akan dicapai jika siswa memiliki perspektif yang diperolehnya dari hubungan keterkaitan antar
komponen-komponen yang berelasi.
c. Pendekatan Realistik
RME merupakan pendekatan yang berfokus pada hal yang nyata atau realistis untuk
siswa. Pada pendekatan ini siswa akan mengimplementasikan beberapa aktivitas yang
dipusatkan pada keterampilan proses, diskusi dan kerjasama. Lebih bagus lagi bila
siswa bisa membuat argumen dengan siswa lain yang bermanfaat untuk
meningkatkan belajar mandiri.
Contoh nya pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Pecahan di SD
diinterpretasi sebagai bagian dari keseluruhan. Interpretasi ini mengacu pada
pembagian unit ke dalam bagian yang berukuran sama. Dalam hal ini sebagai
kerangka kerja siswa adalah daerah, panjang, dan model volume. Bagian dari
keseluruhan juga dapat diinterpretasi pada ide pempartisian suatu himpunan dari
objek diskret. Dalam pembelajaran, sebelum siswa masuk pada sistem formal,
terlebih dahulu siswa dibawa ke “situasi” informal. Misalnya, pembelajaran pecahan
dapat diawali dengan pembagian menjadi bagian yang sama (misalnya pembagian
kue) sehingga tidak terjadi loncatan pengetahuan informal anak dengan konsep-
konsep matematika (pengetahuan matematika formal). Setelah siswa memahami
pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan. Ini sangat
berbeda dengan pembelajaran konvensional (bukan matematika realistik) di mana
siswa sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan. Jadi,
pembelajaran matematika realistik diawali dengan fenomena, kemudian siswa dengan
bantuan guru diberikan kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep
sendiri. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.

4. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang di rancang


dengan tujuan agar siswa mahir dalam memecahkan masalah, memiliki model belajar
sendiri dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
a. Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Konsep Dasar (Basic Concept).Pada pembelajaran ini guru dapat memberikan
konsep dasar, petunjuk, atau referensi yang diperlukan dalam pembelajaran.
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem).
Dalam fase ini guru menyampaikan permasalahan dan dalam kelompoknya siswa
melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yaitu setiap anggota
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap masalah secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua,
melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus/terarah pada
penyelesaian masalah. Ketiga melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi dalam memecahkan permasalahan.
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning).Masing-masing siswa mencari berbagai
sumber yang dapat memperjelas masalah misalnya dari buku atau artikel di
perpustakaan, internet, atau guru/nara sumber yang relevan untuk memecahkan
masalah.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge).Setelah mendapatkan sumber
untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan berikutnya
siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan
merumuskan solusi dari permasalahan.
b. Fase-fase model pembelajaran berbasis masalah
1. Fase 1. Mengorientasikan siswa kepada masalah
Guru memberikan masalah yang menarik untuk dipecahkan siswa. Masalah yang
diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
2. Fase 2 Mengorganisasikan siswa
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok. Mengarahkan
siswa untuk mengidentifikasikan masalah dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan pemecahan masalah tersebut.
3. Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjel asan dan pemecahan masalah.
4. Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Mengarahkan siswa dalam menyiapkan laporan pemecahan masalah, serta berbagi
tugas dengan teman. Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan
temuannya, serta kelompok lain menanggapi.
5. Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mengevaluasi pemecahan masalah atau hasil belajar yang telah dipelajari.
Memberikan arahan jika temuan siswa belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai