a. Hakekat dan karakteristik matematika, dan berikan contohnya masing-masing! b. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan 2. Uraikan ciri-ciri dan prinsip Teori Belajar Konstruktivistik. Jelaskan kelebihan dan kekurangan Teori Belajar tersebut! 3. Dalam teori pembelajaran diketahui ada pendekatan pembelajaran? Berikan contoh serta penjelasannya! 4. Apa yang anda ketahui tentang model pembelajaran berbasis masalah? jelaskan prinsip implementasinya dan fase-fase pembelajarannya!
Jawab:
1. Berdasarkan apa yang saya pahami
a) hakekat dan karakteristik matematika beserta contonya yaitu hakekat matematika pengetahuan, pemikiran, pembelajaran tentang ilmu pasti dan cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir. Secara umum matematika sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Karakteristik matematika tersebut antara lain: 1. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak Di dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut sebagai objek mental. Di mana objek-objek tersebut merupakan objek pikiran yang meliputi fakta, konsep, operasi ataupun relasi, dan prinsip. Dari objek-objek dasar tersebut disusun suatu pola struktur matematika. Adapun objek-objek tersebut sebagai berikut: a. Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Contoh simbol bilangan “3” sudah di pahami sebagai bilangan “tiga”. Jika di sajikan angka “3” maka sudah dipahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga”, dan sebalikya. Fakta lain dapat terdiri dari rangkaian simbol misalnya “3+4” sudah di pahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga di tambah empat”. b. Konsep (abstrak) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan suatu konsep atau bukan. ”segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak, “Bilangan asli” adalah nama suatu konsep yang lebih komplek, konsep lain dalam matematika yang sifatnya lebih kompleks misalnya “matriks”, “vektor”, “group” dan ruang metrik”. c. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”, “gabungan”, “irisan”. Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. d. Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebagainya. 2. Matematika bertumpu pada kesepakatan Kesepakatan dalam Matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk menghindari pembuktian yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun dalam pendefinisian. Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep primitive. Aksioma yang disebut juga postulat merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan, sedangkan konsep primitive bertujuan memberikan pengertian pangkal yang tidak seharusnya didefinisikan. Fakta matematika meliputi istilah, symbol, notasi atau lambang, dengan adanya kesepakatan ini menjadikan pembahasan matematika mudah dikomunikasikan. 3. Matematika berpola pikir deduktif Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Sekarang kita akan mengambil beberapa contoh generalisasi yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam matematika. Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan secara deduktif. Pernyataan: jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap Bukti deduktif: Misalkan m dan n sebarang dua bilangan bulat, maka 2m + 1 dan 2n + 1 masing- masing merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahkan: (2m + 1) + (2n + 1) = 2(m + n + 1). Karena m dan n bilangan bulat, maka (m + n + 1) bilangan bulat, sehingga 2(m + n + 1) adalah bilangan genap Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu genap.
4. Simbol dalam matematika kosong dari arti
Matematika memiliki banyak simbol, baik huruf maupun bilangan. Model matematika x + y = z, belum tentu bermakna atau berarti. Tidak selalu x, y, z berarti bilangan. Bilangan-bilangan yang digunakan dalam pembelajaran pun bebas dari arti atau makna real. Makna huruf dan operasi tergantung permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model matematika. Bahkan tanda “+” tidak selalu berarti operasi tambah untuk dua bilangan, tetapi bisa jadi operasi untuk vector, matriks dan lain-lain. Secara umum, x + y = z masih kosong dari arti, tergantung permasalahannya. Jadi, model atau symbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang membedakan symbol matematika dengan symbol bukan matematika. Kosongnya arti dari model-model matematika itu merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan sifat tersebut ia bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan.
5. Matematika memperhatikan semesta pembicaraan
Contoh : Penyelesaian persamaan diselesaikan dengan memperhatikan semesta pembicaraan. Jika semesta pembicaraannya tentang bilangan-bilangan, maka symbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula. Begitu juga bila kita bicara tentang transformasi geometris (seperti translasu, rotasi, dilatasi dan lain-lain), maka symbol-simbol matematikanya menunjukkan suatu transformasi pula. 6. Matematika konsisten dalam sistemnya . Didalam masing-masing sistem berlaku konsistensi atau ketaatazasan, artinya bahwa dalam system tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema ataupun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang diterapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai kebenaran. Misalnya, bila kita mendefinisikan konsep trapezium sebagai segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar, maka kita tidak boleh mengatakan bahwa jajaran genjang trapezium, karena jajaran genjang mempunyai dua pasang sisi sejajar.
b) tujuan pembelajaran matematikaq di jenjang persekolahan adalah
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan 2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinatif, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembelajaran lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan. 2. ciri-ciri dan prinsip Teori Belajar Konstruktivistik. Secara garis besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. c. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar. e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan. g. Mencari dan menilai pendapat siswa. h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. kelebihan dan kekurangan Teori Belajar konstruktivistik yaitu Kelebihan a) Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan b) Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru c) Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep d) Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan teman dan guru dalam mebina pengetahuan baru e) Oleh karena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan paham, ingat, yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat dalam belajar dan membina pengetahuan baru. Kekurangan a) Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh karena itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli b) Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang malas c) Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa. 3. Contoh pendekatan pembelajaran a. Pendekatan KontekstualContextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran dengan inisiatif guru untuk bisa mengembangkan belajar yang bisa dihubungkan dengan kondisi di lingkungan sehari-hari siswa. Misalnya Guru sedikit menjelaskan apa itu bangun ruang, memberikan contoh macam-macam bangun ruang ,sifat-sifat bangun ruang, rumus, unsur-unsur, dan konsep-konsep lain yang terdapat pada bangun ruang. Selanjutnya Guru meminta murid untuk memberikan contoh-contoh benda yang mirip dengan macam-macam bangun ruang yang ada disekitar lingkungan sekolah, dan guru meminta peserta didik untuk mencari unsur-unsur, rumus dan sifat yang ada pada benda berbentuk bangun ruang tersebut. Lalu guru memberikan kesempatan muridnya untuk bertanya seputar materi bangun ruang. Selain itu, Guru memberikan muridnya kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya atau bertanya dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Kemudian Guru memberikan suatu alat peraga untuk membangun pemahaman konsep materi bangun ruang, dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya guru mejelaskan kembali dan memberikan kesimpulan atas apa saja yang telah dipelajari pada materi bangun ruang. guru mengumpulkan berbagai informasi dan data tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik. Kemudian guru memahami seberapa besar perkembangan peserta didik dalam belajar bangun ruang dengan memberikan latihan soal atau dengan pekerjaan rumah.
b. Pendekatan Open – Ended Pengertian dari open-ended (soal terbuka) adalah
masalah atau soal yang dirancang yang bisa memiliki banyak jawaban yang benar. Pada aktivitasnya pendekatan open-ended memiliki misi utama yakni menekankan siswa agar tahu proses jawaban bisa didapat. Misalkan Dalam suatu keadaan guru membuat soal yang dibagi menjadi dua masalah. Kelompok A membahas masalah grafik dan tabel, sedangkan kelompok B membahas masalah bentuk aljabar yang menyatakan fungsi. KELOMPOK A tabel 2.3: Tabel Fungsi x -3 -2 -1 0 1 2 3 y 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 KELOMPOK B (a) y = 2/3 x (b) y = x (c) y = 2x + 1 (d) y = x2 (e) y = 1/x (f) y = x + 2 (g) y = ½ x – 1 Pertanyaan untuk kelompok A, “Manakah fungsi-fungsi bentuk aljabar pada kelompok B yang tabelnya seperti pada lembar pertanyaan kalian!”, sedangkan pertanyaan untuk kelompok B, “Manakah diantara fungsi-fungsi aljabar yang grafiknya merupakan grafik pada kelompok A”. Dan pertanyaan yang sama untuk kedua kelompok, “Dari jawaban tersebut, jelaskan pendapat kalian dan carilah sebanyak mungkin karakteristik sama yang lain!.” Permasalahan ini mencakup topik fungsi linear. Tujuan pembelajarannya adalah membantu siswa mengintegrasikan apa yang telah ia pelajari mengenai fungsi linear. Soal terbuka seperti ini disajikan dengan maksud guru dapat mengemukakan permasalahan dalam format sederhana sehingga dapat direspon siswa dengan cepat. Dalam pembelajaran biasa, seringkali siswa disuruh menggambarkan fungsi dalam bentuk tabel, grafik, atau bentuk lain. Topik ini diberikan secara individual dalam keseluruhan proses pembelajaran. Meskipun pendekatan langkah-demi-langkah ini mungkin diperlukan pada tahap formasi konsep, namum pemahaman bagian-bagian seperti ini tidak akan menjamin pemahaman konsep secara menyeluruh. Pemahaman yang terintegrasi dari suatu konsep hanya akan dicapai jika siswa memiliki perspektif yang diperolehnya dari hubungan keterkaitan antar komponen-komponen yang berelasi. c. Pendekatan Realistik RME merupakan pendekatan yang berfokus pada hal yang nyata atau realistis untuk siswa. Pada pendekatan ini siswa akan mengimplementasikan beberapa aktivitas yang dipusatkan pada keterampilan proses, diskusi dan kerjasama. Lebih bagus lagi bila siswa bisa membuat argumen dengan siswa lain yang bermanfaat untuk meningkatkan belajar mandiri. Contoh nya pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Pecahan di SD diinterpretasi sebagai bagian dari keseluruhan. Interpretasi ini mengacu pada pembagian unit ke dalam bagian yang berukuran sama. Dalam hal ini sebagai kerangka kerja siswa adalah daerah, panjang, dan model volume. Bagian dari keseluruhan juga dapat diinterpretasi pada ide pempartisian suatu himpunan dari objek diskret. Dalam pembelajaran, sebelum siswa masuk pada sistem formal, terlebih dahulu siswa dibawa ke “situasi” informal. Misalnya, pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bagian yang sama (misalnya pembagian kue) sehingga tidak terjadi loncatan pengetahuan informal anak dengan konsep- konsep matematika (pengetahuan matematika formal). Setelah siswa memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan. Ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional (bukan matematika realistik) di mana siswa sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan. Jadi, pembelajaran matematika realistik diawali dengan fenomena, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.
4. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang di rancang
dengan tujuan agar siswa mahir dalam memecahkan masalah, memiliki model belajar sendiri dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. a. Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Konsep Dasar (Basic Concept).Pada pembelajaran ini guru dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, atau referensi yang diperlukan dalam pembelajaran. 2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem). Dalam fase ini guru menyampaikan permasalahan dan dalam kelompoknya siswa melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yaitu setiap anggota mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap masalah secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus/terarah pada penyelesaian masalah. Ketiga melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi dalam memecahkan permasalahan. 3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning).Masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas masalah misalnya dari buku atau artikel di perpustakaan, internet, atau guru/nara sumber yang relevan untuk memecahkan masalah. 4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge).Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan. b. Fase-fase model pembelajaran berbasis masalah 1. Fase 1. Mengorientasikan siswa kepada masalah Guru memberikan masalah yang menarik untuk dipecahkan siswa. Masalah yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. 2. Fase 2 Mengorganisasikan siswa Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok. Mengarahkan siswa untuk mengidentifikasikan masalah dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah tersebut. 3. Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjel asan dan pemecahan masalah. 4. Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Mengarahkan siswa dalam menyiapkan laporan pemecahan masalah, serta berbagi tugas dengan teman. Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan temuannya, serta kelompok lain menanggapi. 5. Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Mengevaluasi pemecahan masalah atau hasil belajar yang telah dipelajari. Memberikan arahan jika temuan siswa belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita