Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS TUJUAN PEMBELAJARAN

DAN MATERI PEMBELAJARAN


D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 3 :
Nama : Parsaoran Ritonga
Fitri Sari Tampubolon
Ribka Simamora
Fitri Padang
Grup/Sem : B/V
M.K : Pengembangan Kurikulum PAK II
D.MK : Andrianus Nababan, M.Pd

INSTITU AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN)


TARUTUNG
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat
penyertaan-Nya yang masih memberikan kesehatan kepada kita, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang mengenai “Analisi Tujuan Pembelajaran dan Materi
Pembelajaran”

Dan kepada Bapak Andrianus Nababan, M.Pd, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pengembangan Kurikulum PAK II, kami ucapkan terimakasih karena telah membimbing
kami dalam mengerjakan tugas makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat
pada waktunya. Serta kepada teman-teman semua kami ucapkan terimaksih karena telah
memberikan semangat kepada kami dalam proses pengerjaan tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami tim penulis dan bagi para pembaca.
kami tahu makalah kami ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari
dosen dan teman-teman semua yang sifatnya membangun. Kami harapkan, Supaya dalam
pengerjaan tugas makalah selanjutnya jauh lebih baik lagi Terimaksih.

Tarutung, Oktober 2020

Penulis

Tim Kelompok 3
Daftar Isi

Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
2.1 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
3.1 Tujuan Masalah...........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Analisis Pembelajaran...............................................................................................5
2.2. Melakukan Analisis Pembelajaran.............................................................................................5
3.2. Komponen komponen analisis pembelajaran.............................................................................6
4.2. Tujuan Analisis Pembelajaran..................................................................................................13
5.2. Menganalisis Materi Pembelajaran...........................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................16
3.2. Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis dalam taksonomi Bloom yaitu keadaaan ketika seseorang akan mampu
menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke
dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit.
Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya
reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan
setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan. Kemampuan menganalisis dapat
diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah
dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
Pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Bertujuan agar perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi analisis pembelajaran yaitu
proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan
sistematis, dengan demikian akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang awal sampai
yang paling akhir.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apakah yang di maksud dengan Analisis Pembelajaran?
2. Bagaimana Langkah-langkah Menganalisi Pembelajaran?
3. Apa Komponen-komponen Analisis Pembelajaran?
4. Apa Tujuan Analisi Pembelajaran?
5. Menganalisi Meteri Pembelajaran?
6. Mengembangkan Meteri Pembelajaran?

3.1 Tujuan Masalah


1. Untuk Mengetahui apakah yang di maksud dengan Analisis Pembelajaran.
2. Untuk Mengetahui bagaimana Langkah-langkah Menganalisi Pembelajaran.
3. Untuk Mengetahui apa Komponen-komponen Analisis Pembelajaran.
4. Untuk Mengetahui apa Tujuan Analisi Pembelajaran.
5. Untuk Mengetahui menganalisi Meteri Pembelajaran.
6. Untuk Mengetahui Mengembangakan Materi Pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Pembelajaran


1
Secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Analisis memiliki arti
sebagai tindakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Dalam makna lain analisa atau analisis dikatakan sebagai kajian yang
dilaksanakan terhadap sebuah kegiatan atau tindakan guna meneliti struktur kegiatan atau
tindakan tersebut secara mendalam.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu upaya merangkum
sejumlah besar data mentah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk kemudian diolah
menjadi informasi yang dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan
penuh arti.
Analisis pembelajaran adalah langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan
pembelajaran. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruahan terdiri atas ; 1).
Analisis kebutuhan pembelajaran, 2) Menentukan tujuan pembelajaran, 3). Memilih dan
mengembangkan bahan ajar, 4). Memilih sumber belajar yang relvan, 5). Memilih dan
merencanakan system evaluasi dan tindak lanjut. Tahapan ini dilakukan terutama untuk
menentukan tujuan pembelajaran. Analisis pembelajaran dilakukan dengan menganalisis
tuntutan dan kebutuhan belajar siswa yang sangat beragam. Keberagaman tersebut perlu
diakomodasi dalam kegiatan pembelajaran, sebab penyeragaman terhadap siswa yang
realitasnya beragam, bukanlah tindakan yang bijak dan proporsional

2.2. Melakukan Analisis Pembelajaran


Mengapa dilakukan analisis pembelajaran? Karena dengan analisis pembelajaran akan
diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills). Jadi posisi analisis
pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai
perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dulu, perilaku yang menurut
proses psikologis muncul lebih dulu atau secara kronologis terjadi lebih awal sehingga
analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
Dick and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah
diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (sub
ordinate skills) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah
procedural bawaan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Gagne,
1
http://puputpurnama11.blogspot.com/2015/01/analisis-pembelajaran.html
Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan bahwa tujuan analisis pembelajaran adalah untuk
menntukan keterampilan-keterampilan yang akan dijangkau oleh tujuan pembelajaran, serta
memungkinkan untuk membuat keputusan yang diperlukan dalam urutan mengajar.
Sedangkan Atwi Suparman (1991) mengemukakan bahwa analisis intruksional adalah proses
menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logic dan
sistematis. Dengan melakukan analisis pembelajaran ini, akan tergambar susunan perileku
khusus yang paling awal sampai yang paling akhir.
Analisis pembelajaran adalah langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan
pembelajaran. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:2
1. Analisis kebutuhan pembelajaran,
2. menentukan tujuan pembelajaran,
3. memilih dan mengembangan bahan ajar,
4. memilih media dan sumber belajar yang relevan,
5. memilih dan merencanakan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang efektif,
6. memilih dan merencanakan sistem evaluasi dan tindak-lanjut. Tahapan ini dilakukan
terutama untuk menentukan tujuan pembelajaran.
Analisis pembelajaran dilakukan dengan menganalisis tuntutan dan kebutuhan belajar
siswa yang sangat beragam. Keberagaman itu perlu diakomodasi dalam pembelajaran, sebab
tindakan penyeragaman terhadap siswa yang realitasnya beragam, bukanlah tindakan yang
bijak dan proporsional.

3.2. Komponen komponen analisis pembelajaran


1. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya mengacu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
memiliki peran penting dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran
digunakan sebagai konsep dan pola pembelajaran yang akan dilakukan. Menurut
Hermawan (2008: 9.4) Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar
yang telah dilakukan. Hermawan (2008: 1.17) Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk
yang jelas terhadap pemilihan materi / bahan ajar, strategi, media, dan evaluasi.
Tujuan pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan zaman dan kebutuhan. Hal ini
dikarenakan bahwa pembelajaran dirancang sedemikian rupa guna memenuhi kebutuhan

2
Harjanto(2008) perencanaan pengajaran.jakarta : rineka cipta
masyarakat dan perkembangan zaman. Selain itu, tujuan pembelajaran disusun mengacu
pada falsafah dan ideologi suatu bangsa. Hal ini memiliki makna bahwa pembelajaran
merupakan subsistem dari pendidikan secara umum yang mengemban beberapa aspek
yang meliputi poltik, budaya, ekonomi dan juga kekuatan-kekuatan sosial. Pendapat
lainnya dikemukakan oleh Bloom pada teorinya yaitu Taknonomi Bloom yang
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran memiliki 3 aspek. Aspek-aspek tersebut
meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ketiga
aspek tersebut dijadikan sebagai standard kemampuan yang harus dicapai di dalam
pembelajaran dengan kata lain bahwa ketiga aspek tersebut merupakan indikator kualitas
pencapaian hasil belajar peserta didik.
Sujarwo (2012: 5) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran ada dua jenis,
yaitu: 1) tujuan pembelajaran umum, dan 2) tujuan pembelajaran khusus. Tujuan
pembelajaran umum harus mempertimbangkan relevansi tujuan dengan tujuan yang lebih
tinggi. Dalam merumuskan tujuan instruksional umum relevansi tujuan kurikuler mata
pelajaran yang bersangkutan termasuk pengembangannya dan bidang pekerjaan yang
akan dihadapi menjadi rumusan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran khusus dalam
perumusannya dilakukan melalui langkah: 1) melakukan analisis instruksional, 2)
mengidentifikasi perilaku awal peserta didik, 3) merumuskan standar kompetensi, 4)
kompetensi dasar, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi pokok, pengalaman belajar, 7)
langkah-langkah pembelajaran, 8) media dan sumber belajar, 9) penilaian. Secara
operasional ada empat faktor yang digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran,
yaitu : 1) attention, 2) behavior 3) confidance dan 4) degree. Seorang pendidik dituntut
untuk dapat mencapai tujuan ke dalam empat aspek tersebut yang telah dirumuskan
dalam tujuan instruksional khusus setelah proses pembelajaran.
2. Pendidik
Pendidik menjadi komponen pembelajaran berikutnya yang menempati posisi dalam
menciptakan kegiatan belajar-mengajar baik di kelas maupun di luar kelas. Pendidik di
dalam perkembangannya bukan lagi berperan sebagai sumber dari segala sumber belajar
namun lebih berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan belajar
peserta didik. Hal ini dijelaskan secara lebih mendalam oleh Hermawan, dkk (2008: 9.4)
yang menyatakan bahwa pendidik menempati posisi kunci dan strategis dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa
agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Pendidik harus mampu menempatkan dirinya
sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator,
motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis dan
inovatif.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 butir 6,
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan istilah lainnya yang sesuai
dengan kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan. Mengacu pada UU
sisdiknas dapat diartikan bahwa pendidik merupakan tenaga kependidikan yang memiliki
kualifikasi tertentu sebagai seorang figur yang tentunya harus mampu menetapkan dan
menerapkan strategi-strategi demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Sujarwo (2012: 6-7) menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada jenjang pendidikan tinggi.
Pendidik adalah suatu pekerjaan yang bersifat profesional, dalam arti suatu pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh individu yang secara khusus telah dipersiapkan.
Sebagai tenaga profesional seorang pendidik mempunyai tugas dan peranan yang sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi pembelajaran di dalam
kelas, namun juga bertugas sebagai 3administrator, fasilitator, motivator, evaluator dan
konselor. Menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai seorang pendidik, yaitu: a)
menguasai bahan pelajaran, b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku peserta didik, c)
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, d) kemampuan menyimpulkan hasil
belajar. A teacher is a person who help others learn (seorang pendidik adalah seorang
yang membantu belajar orang lain) kehadiran seorang pendidik dalam proses
pembelajaran merupakan peran yang sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh
mesin, radio atau tape recorder,media, bahkan komputer yang paling canggihpun, karena
dalam proses pembelajaran melibatkan unsur-unsur manusiawi seperti; sikap, sistem
nilai, perasaan, motivasi, emosi, kebiasaan dan lain-lain yang kesemuanya merupakan
sumber daya dan potensi pembelajaran. Tugas pokok seorang pendidik dalam proses
pembelajaran, meliputi: a) menyusun program pembelajaran atau praktik, b) menyajikan
program pembelajaran atau praktik, c) melaksanakan evaluasi belajar atau praktik, d)
melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktik, e) menyusun dan melaksanakan
program perbaikan dan pengayaan, f) menyusun dan melaksnakan program bimbingan
3
Sujarwo. 2012. Model-model Pembelajaran: suatu strategi mengajar. Yogyakarta
dan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, g) membimbing peserta didik
dalam kegiatan kurikulum, h) membimbing pendidik dalam kegiatan proses
pembelajaran atau praktik perorangan, i) melaksanakan bimbingan karier peserta didik, j)
mengikuti kegiatan ujian. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, seorang pendidik
dipersyaratan memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, professional dan
kompetensi sosial.
3. Peserta Didik
Komponen pembelajaran selanjutnya yaitu peserta didik. Peserta didik dapat diartikan
sebagai orang yang berperan di dalam kegiatan belajar, dengan kata lain peserta didik
diposisikan sebagai subyek utama dalam proses pembelajaran. Menurut Sujarwo (2012:
6) peserta didik sebagai subyek yang mengalami dan merespons informasi dari pendidik
dengan sikap dan aktivitas belajar. Perlu disadari bahwa setiap peserta didik memiliki
kemampuan dan potensi yang terbaik bagi dirinya, potensi tersebut akan berkembang
secara optimal bila diberi kesempatan. Masing-masing individu memiliki kemampuan
dasar berbeda, sehingga pelayanan dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kemampuannya. Pola penyeragaman dalam pengelolaan peserta didik dalam
pembelajaran mulai dikurangi, variasi pelayanan mulai dikembangkan, agar masing-
masing potensi dapat berkembang secara optimal. Pada awalnya peserta didik belum
menyadari pentingnya belajar, seiring dengan proses pembelajaran pembiasaan belajar
melalui pemberian kesempatan pengalaman belajar.
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 4
menyebutkan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan pendidikan tertentu”.
Mengacu pada penjelasan Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang
peserta didik, dapat dijabarkan lagi mengenai penyebutan peserta didik yang memiliki
istilah-istilah sendiri sesuai lingkup pembelajaranya yaitu peserta didik untuk jenjang
pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP dan SMA) disebut siswa, untuk
jenjang pendidikan tinggi (perguruan tinggi) disebut mahasiswa dan untuk kegiatan
pendidikan & pelatihan (diklat) disebut peserta diklat. Selain itu, masih mengacu pada
Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang peserta didik dapat dijabarkan
pula bahwa peserta didik merupakan individu-individu yang sedang mengembangkan
segala potensi diri melalui proses pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa
pembelajaran merupakan proses yang secara sederhana peserta didik merupakan individu
yang unik yang pada dasarnya telah memiliki kemampuan yang kemudian dikembangkan
melalui proses pembelajaran sehingga potensi tersebut dapat berkembang. Secara
keseluruhan jelas bahwa peserta didik di dalam mengembangkan potensinya melalui
proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik yang dapat
ditempuh melalui jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Perkembangan peserta didik
diselaraskan dengan potensi yang hendak dikembangkan yang sesuai dengan umur peserta
didik.
4. Kurikulum
Sujarwo (2012: 7) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana
kegiatan pembelajaran yang berisi tujuan, materi pembelajaran, pembelajaran
(metode/strategi), dan penilaian dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum
dipandang sebagai semua pengalaman belajar yang diberikan pendidik kepada peserta didik
selama mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan, atau segala usaha lembaga
pendidikan yang menghasilkan lulusan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Materi pembelajaran di dalam kurikulum diartikan sebagai bahan yang hendak
diajarkan kepada peserta didik, dengan kata lain materi pembelajaran merupakan bahan
ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari peserta
didik sesuai dengan standard kompetensi yang telah ditetapkan. Secara garis besar materi
pembelajaran selaras dengan pendapat Bloom melalui teori Taksonomi Bloom bahwa
kemampuan yang harus dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik terdiri dari kemampuan
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Materi pembelajaran
atau bahan ajar dapat ditinjau dari 2 segi yaitu pendidik dan peserta didik. Materi
pembelajaran dari segi pendidik merupakan bahan yang harus diajarkan oleh pendidik
kepada peserta didik pada proses pembelajaran. Dari segi peserta didik, materi
pembelajaran merupakan bahan yang harus dipelajari dengan tujuan pencapaian standard
kompetensi dan kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa
“kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Sujarwo (2012: 8)
Memperhatikan rumusan kurikulum di atas tersirat empat hal pokok, yakni (a) isi
kurikulum, adalah mata pelajaran yang diberikan oleh lembaga pendidikan terhadap peserta
didik; (b) tujuan kurikulum, yakni agar anak didik menguasai mata pelajaran tertentu yang
kemudian disimbolkan dengan ijazah. (c) kurikulum aktivitas, kurikulum dipandang secara
pentahapan pengalaman belajar yang dilakukan oleh pendidik, dan (4) kurikulum
dipandang sebagai bentuk penilaian, kurikulum mengatur model, bentuk, dan jenis
penilaian yang dilakukan. Para pendidik bertanggung jawab sepenuhnya dalam
pelaksanaan kurikulum, baik secara keseluruhan kurikulum, maupun tugas sebagai
penyampai bidang studi atau mata pelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum.
Pendidik harus berusaha agar penyampaian materi pembelajaran dapat berhasil secara
maksimal. Sebagai pengelola kurikulum pendidik bertanggung jawab membuat
perencanaan mengajar baik dalam bentuk perencanaan secara urut maupun dalam
pembuatan model satuan pelajaran. Tugas dan tanggung jawab pendidik dalam
hubungannya dengan kurikulum adalah menjabarkan dan mewujudkan kurikulum potensial
menjadi kegiatan nyata di dalam kelas melalui proses pembelajaran. Implementasi
kurikulum dalam pembelajaran merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun
nilai dan sikap. Implementasi kurikulum adalah proses penerapan ide, konsep dan
kurikulum potensial dalam pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat
kompetensi sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
5. Strategi
Strategi dapat diartikan sebagai pokok-pokok yang menjadi acuan untuk bertindak
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi menjadi komponen pembelajaran yang
memiliki arti suatu rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam usaha mencapai
tujuan pembelajaran. Sujarwo (2012: 7-8) mengemukakan bahwa strategi merupakan suatu
penataan mengenai cara mengelola, mengorganisasi dan menyampaikan sejumlah materi
pembelajaran untuk dapat mewujudkan tujuan pembelajaran, sedangkan pembelajaran
merupakan pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam penyajian
informasi tersebut terjadi interaksi, interelasi dan interdependensi di antara pendidik,
peserta didik dan lingkungan belajar. Strategi pembelajaran dimaknai sebagai suatu strategi
dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat
mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan yang diharapkan.  Dick, Carey & Carey (2003:
1) menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut: 1)
kegiatan pra instruksional, 2) penyajian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5)
tindak lanjut. Sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 1) memberikan motivasi atau
menarik perhatian, 2) menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik, 3)
mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) memberi stimulus (masalah, topik, dan konsep, 5)
memberikan petunjuk belajar, 6) menentukan penampilan peserta didik, 7) memberi umpan
balik, 8) menilai penampilan, 9) menyimpulkan.
Strategi pembelajaran pada dasarnya harus menjadi kemampuan pendidik. Pendidik
harus mampu di dalam merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang dirasa
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam merancang dan
menerapkan strategi pembelajaran tentunya harus melihat pada aspek kesesuian
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan acuan kurikulum dan keterlibatan peserta
didik.
6. Media Pembelajaran
Media merupakan suatu alat, benda atau seperangkat komponen yang dapat
digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan informasi, pesan ataupun suatu hal
sehingga informasi atau pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan,
yang pada intinya media berperan dalam mempermudah pekerjaan manusia. Gagne dan
Briggs dalam Arsyad (2011: 4-5) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran,
yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset video camera, video recorder, film,
slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. dengan kata lain,
media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain
pihak, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, dengan
demikian, media dapat dimanupulasi, dilihat, didengar atau dibaca.
Sujarwo (2012: 10) mengatakan bahwa media dimaknai sebagai segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat
membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan peserta didik, sehingga dapat
mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik. Media pembelajaran
meliputi; media cetak dan media elektronik, media cetak meliputi: gambar, sketsa,
kartun, diagram, chart, grafik, poster, sedangkan media elektronik meliputi: audio
seperti: a) radio, tape, b) visual seperti: film, slide, film strip, film loop, epidioskop OHP,
c) audio visual seperti: televisi, film suara. radio vision, slide suara, tape dan film suara.
7. Evaluasi Pembelajaran
Sujarwo (2012: 10-11) mengatakan bahwa evaluasi berasal dari bahasa Inggris yang
berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi adalah
suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan
yang dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan dilakukan secara menyeluruh dengan
tujuan penjaminan, pengendalian dan penetapan kualitas (nilai, makna dan arti) atas
berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Dalam
Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses
pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan,
mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran.

4.2. Tujuan Analisis Pembelajaran


Analisis pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang diterapkan untuk
mengetahui tujuan pembelajaran, mengidentifikasi langkah-langkah yang relevan untuk
mencapai tujuan, dan keterampilan/kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam
mencapai tujuannya. Keterampilan/kompetensi dasar adalah keterampilan yang harus dicapai
untuk mempelajari tingkat keterampilan yang lebih tinggi, dengan memfasilitasi atau
memberikan transfer positif untuk pembelajaran tingkat keterampilan yang lebih tinggi.
Analisis tujuan pembelajaran mencakup dua langkah mendasar. Pertama, adalah
untuk mengklasifikasikan pernyataan tujuan sesuai dengan jenis pembelajaran yang akan
terjadi. Kedua, adalah mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.Pelaksanaan Analisis Pembelajaran bertujuan untuk
memperoleh informasi akurat mengenai komponen-komponen pembelajaran. setelah didapat
informasi yang akurat, penyelenggara kegiatan pembelajaran dalam hal ini guru atau sekolah
bisa menjadikan informasi tersebut sebagai dasar dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Analisis pembelajaran perlu dilakukan untuk meminimalisir
kesalahan tindakan atau kesalahan penerapan strategi pembelajaran yang mengakibatkan
kegiatan pembelajaran menjadi tidak optimal dan tujuan pembelajaran gagal dicapai. Dengan
melaksanakan analisis pembelajaran sebelum menentukan tujuan pembelajaran, maka
pembelajaran yang ideal dan proporsional dapat segera tercapai.

5.2. Menganalisis Materi Pembelajaran


Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan dan mempengaruhi. Komponen tersebut mencakup pendidik, peserta
didik, materi, metode, dan evaluasi. Materi pembelajaran merupakan isi atau substansi tujuan
pendidikan yang hendak dicapai oleh peserta didik dalam perkembangan dirinya. 4Materi
pembelajaran(instructional materials) umumnya merupakan gabungan antara jenis materi
yang berbentuk pengalaman (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-
langkah, prosedur, keadaan, dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, saran,
atau tanggapan).
6.2. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan,dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Dalam
menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan
yang dikembangkan. seperti Setelah dikemukakan diatas bahwa pengembangan kurikulum
yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksintensialisme) penguasaan
materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini materi pembelajaraan dapat
disusun secara logis dan sistematis ,dalam bentuk:
a. Teori: Seperangkat kontruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala
denganmenspeksifikasi hubungan-hubungan antara variabel- variabel dengan
maksut menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
b. Konsep: Suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan , merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
c. Generalisasi: Kesimpulan umum berdasarkan hal-hal khusus, bersumber dari
analisis , pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d. Prinsip: yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e. Prosedur: yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
f. Fakta: sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminology,orang dan tempat serta kejadian.
g. Istilah: kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
h. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
4
Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran, Depdiknas, Dirjen,Manajemen Dikmen,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas – dan,odifikasi penulis (Rusman Efendy)
i. Definisi: yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
j. Preposisi,yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Dengan melihat pemaparan diatas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi
pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran.namun
dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak
hanya dari filsafat tertentu ,maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara ekletik dan
fleksibel5.

5
Lismina.2017.Pengembangan Kurikulum.Sidoarjo:Uwais Inspirasi Indonesia.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Analisis pembelajaran yaitu proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku
khusus yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan demikian akan tergambar susunan
perilaku khusus dari yang awal sampai yang paling akhir. Analisis pembelajaran adalah
langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran. Langkah-langkah
sistematis pembelajaran secara keseluruhan.
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan,dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme,
eksintensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama.

3.2. Saran
Sebagai Calon Guru kita harus terus mengembangkan kemampuan menganalisis
tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran, supaya ketika kita menjadi seorang guru kita
mampu menerapkan ini di sekolah untuk melakukan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers


Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. 2003. The Systemic Design of Instruction. New York :
Harper Collins Publisher Inc.
Hermawan, A.H dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Peraturan Menteri No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
Sujarwo. 2012. Model-model Pembelajaran: suatu strategi mengajar. Yogyakarta
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2009. Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun
2003. Bandung: Fokus Media.
Lismina.2017.Pengembangan Kurikulum.Sidoarjo:Uwais Inspirasi Indonesia.
http://99swh.blogspot.com/2014/07/makalah-perencanaan-pembelajaran_3603.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai