Dan kepada Bapak Andrianus Nababan, M.Pd, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pengembangan Kurikulum PAK II, kami ucapkan terimakasih karena telah membimbing
kami dalam mengerjakan tugas makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat
pada waktunya. Serta kepada teman-teman semua kami ucapkan terimaksih karena telah
memberikan semangat kepada kami dalam proses pengerjaan tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami tim penulis dan bagi para pembaca.
kami tahu makalah kami ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari
dosen dan teman-teman semua yang sifatnya membangun. Kami harapkan, Supaya dalam
pengerjaan tugas makalah selanjutnya jauh lebih baik lagi Terimaksih.
Penulis
Tim Kelompok 3
Daftar Isi
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
2.1 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
3.1 Tujuan Masalah...........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Analisis Pembelajaran...............................................................................................5
2.2. Melakukan Analisis Pembelajaran.............................................................................................5
3.2. Komponen komponen analisis pembelajaran.............................................................................6
4.2. Tujuan Analisis Pembelajaran..................................................................................................13
5.2. Menganalisis Materi Pembelajaran...........................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................16
3.2. Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis dalam taksonomi Bloom yaitu keadaaan ketika seseorang akan mampu
menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke
dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit.
Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya
reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan
setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan. Kemampuan menganalisis dapat
diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah
dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
Pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Bertujuan agar perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi analisis pembelajaran yaitu
proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan
sistematis, dengan demikian akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang awal sampai
yang paling akhir.
PEMBAHASAN
2
Harjanto(2008) perencanaan pengajaran.jakarta : rineka cipta
masyarakat dan perkembangan zaman. Selain itu, tujuan pembelajaran disusun mengacu
pada falsafah dan ideologi suatu bangsa. Hal ini memiliki makna bahwa pembelajaran
merupakan subsistem dari pendidikan secara umum yang mengemban beberapa aspek
yang meliputi poltik, budaya, ekonomi dan juga kekuatan-kekuatan sosial. Pendapat
lainnya dikemukakan oleh Bloom pada teorinya yaitu Taknonomi Bloom yang
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran memiliki 3 aspek. Aspek-aspek tersebut
meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ketiga
aspek tersebut dijadikan sebagai standard kemampuan yang harus dicapai di dalam
pembelajaran dengan kata lain bahwa ketiga aspek tersebut merupakan indikator kualitas
pencapaian hasil belajar peserta didik.
Sujarwo (2012: 5) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran ada dua jenis,
yaitu: 1) tujuan pembelajaran umum, dan 2) tujuan pembelajaran khusus. Tujuan
pembelajaran umum harus mempertimbangkan relevansi tujuan dengan tujuan yang lebih
tinggi. Dalam merumuskan tujuan instruksional umum relevansi tujuan kurikuler mata
pelajaran yang bersangkutan termasuk pengembangannya dan bidang pekerjaan yang
akan dihadapi menjadi rumusan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran khusus dalam
perumusannya dilakukan melalui langkah: 1) melakukan analisis instruksional, 2)
mengidentifikasi perilaku awal peserta didik, 3) merumuskan standar kompetensi, 4)
kompetensi dasar, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi pokok, pengalaman belajar, 7)
langkah-langkah pembelajaran, 8) media dan sumber belajar, 9) penilaian. Secara
operasional ada empat faktor yang digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran,
yaitu : 1) attention, 2) behavior 3) confidance dan 4) degree. Seorang pendidik dituntut
untuk dapat mencapai tujuan ke dalam empat aspek tersebut yang telah dirumuskan
dalam tujuan instruksional khusus setelah proses pembelajaran.
2. Pendidik
Pendidik menjadi komponen pembelajaran berikutnya yang menempati posisi dalam
menciptakan kegiatan belajar-mengajar baik di kelas maupun di luar kelas. Pendidik di
dalam perkembangannya bukan lagi berperan sebagai sumber dari segala sumber belajar
namun lebih berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan belajar
peserta didik. Hal ini dijelaskan secara lebih mendalam oleh Hermawan, dkk (2008: 9.4)
yang menyatakan bahwa pendidik menempati posisi kunci dan strategis dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa
agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Pendidik harus mampu menempatkan dirinya
sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator,
motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis dan
inovatif.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 butir 6,
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan istilah lainnya yang sesuai
dengan kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan. Mengacu pada UU
sisdiknas dapat diartikan bahwa pendidik merupakan tenaga kependidikan yang memiliki
kualifikasi tertentu sebagai seorang figur yang tentunya harus mampu menetapkan dan
menerapkan strategi-strategi demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Sujarwo (2012: 6-7) menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada jenjang pendidikan tinggi.
Pendidik adalah suatu pekerjaan yang bersifat profesional, dalam arti suatu pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh individu yang secara khusus telah dipersiapkan.
Sebagai tenaga profesional seorang pendidik mempunyai tugas dan peranan yang sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi pembelajaran di dalam
kelas, namun juga bertugas sebagai 3administrator, fasilitator, motivator, evaluator dan
konselor. Menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai seorang pendidik, yaitu: a)
menguasai bahan pelajaran, b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku peserta didik, c)
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, d) kemampuan menyimpulkan hasil
belajar. A teacher is a person who help others learn (seorang pendidik adalah seorang
yang membantu belajar orang lain) kehadiran seorang pendidik dalam proses
pembelajaran merupakan peran yang sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh
mesin, radio atau tape recorder,media, bahkan komputer yang paling canggihpun, karena
dalam proses pembelajaran melibatkan unsur-unsur manusiawi seperti; sikap, sistem
nilai, perasaan, motivasi, emosi, kebiasaan dan lain-lain yang kesemuanya merupakan
sumber daya dan potensi pembelajaran. Tugas pokok seorang pendidik dalam proses
pembelajaran, meliputi: a) menyusun program pembelajaran atau praktik, b) menyajikan
program pembelajaran atau praktik, c) melaksanakan evaluasi belajar atau praktik, d)
melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktik, e) menyusun dan melaksanakan
program perbaikan dan pengayaan, f) menyusun dan melaksnakan program bimbingan
3
Sujarwo. 2012. Model-model Pembelajaran: suatu strategi mengajar. Yogyakarta
dan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, g) membimbing peserta didik
dalam kegiatan kurikulum, h) membimbing pendidik dalam kegiatan proses
pembelajaran atau praktik perorangan, i) melaksanakan bimbingan karier peserta didik, j)
mengikuti kegiatan ujian. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, seorang pendidik
dipersyaratan memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, professional dan
kompetensi sosial.
3. Peserta Didik
Komponen pembelajaran selanjutnya yaitu peserta didik. Peserta didik dapat diartikan
sebagai orang yang berperan di dalam kegiatan belajar, dengan kata lain peserta didik
diposisikan sebagai subyek utama dalam proses pembelajaran. Menurut Sujarwo (2012:
6) peserta didik sebagai subyek yang mengalami dan merespons informasi dari pendidik
dengan sikap dan aktivitas belajar. Perlu disadari bahwa setiap peserta didik memiliki
kemampuan dan potensi yang terbaik bagi dirinya, potensi tersebut akan berkembang
secara optimal bila diberi kesempatan. Masing-masing individu memiliki kemampuan
dasar berbeda, sehingga pelayanan dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kemampuannya. Pola penyeragaman dalam pengelolaan peserta didik dalam
pembelajaran mulai dikurangi, variasi pelayanan mulai dikembangkan, agar masing-
masing potensi dapat berkembang secara optimal. Pada awalnya peserta didik belum
menyadari pentingnya belajar, seiring dengan proses pembelajaran pembiasaan belajar
melalui pemberian kesempatan pengalaman belajar.
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 4
menyebutkan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan pendidikan tertentu”.
Mengacu pada penjelasan Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang
peserta didik, dapat dijabarkan lagi mengenai penyebutan peserta didik yang memiliki
istilah-istilah sendiri sesuai lingkup pembelajaranya yaitu peserta didik untuk jenjang
pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP dan SMA) disebut siswa, untuk
jenjang pendidikan tinggi (perguruan tinggi) disebut mahasiswa dan untuk kegiatan
pendidikan & pelatihan (diklat) disebut peserta diklat. Selain itu, masih mengacu pada
Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang peserta didik dapat dijabarkan
pula bahwa peserta didik merupakan individu-individu yang sedang mengembangkan
segala potensi diri melalui proses pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa
pembelajaran merupakan proses yang secara sederhana peserta didik merupakan individu
yang unik yang pada dasarnya telah memiliki kemampuan yang kemudian dikembangkan
melalui proses pembelajaran sehingga potensi tersebut dapat berkembang. Secara
keseluruhan jelas bahwa peserta didik di dalam mengembangkan potensinya melalui
proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik yang dapat
ditempuh melalui jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Perkembangan peserta didik
diselaraskan dengan potensi yang hendak dikembangkan yang sesuai dengan umur peserta
didik.
4. Kurikulum
Sujarwo (2012: 7) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana
kegiatan pembelajaran yang berisi tujuan, materi pembelajaran, pembelajaran
(metode/strategi), dan penilaian dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum
dipandang sebagai semua pengalaman belajar yang diberikan pendidik kepada peserta didik
selama mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan, atau segala usaha lembaga
pendidikan yang menghasilkan lulusan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Materi pembelajaran di dalam kurikulum diartikan sebagai bahan yang hendak
diajarkan kepada peserta didik, dengan kata lain materi pembelajaran merupakan bahan
ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari peserta
didik sesuai dengan standard kompetensi yang telah ditetapkan. Secara garis besar materi
pembelajaran selaras dengan pendapat Bloom melalui teori Taksonomi Bloom bahwa
kemampuan yang harus dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik terdiri dari kemampuan
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Materi pembelajaran
atau bahan ajar dapat ditinjau dari 2 segi yaitu pendidik dan peserta didik. Materi
pembelajaran dari segi pendidik merupakan bahan yang harus diajarkan oleh pendidik
kepada peserta didik pada proses pembelajaran. Dari segi peserta didik, materi
pembelajaran merupakan bahan yang harus dipelajari dengan tujuan pencapaian standard
kompetensi dan kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa
“kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Sujarwo (2012: 8)
Memperhatikan rumusan kurikulum di atas tersirat empat hal pokok, yakni (a) isi
kurikulum, adalah mata pelajaran yang diberikan oleh lembaga pendidikan terhadap peserta
didik; (b) tujuan kurikulum, yakni agar anak didik menguasai mata pelajaran tertentu yang
kemudian disimbolkan dengan ijazah. (c) kurikulum aktivitas, kurikulum dipandang secara
pentahapan pengalaman belajar yang dilakukan oleh pendidik, dan (4) kurikulum
dipandang sebagai bentuk penilaian, kurikulum mengatur model, bentuk, dan jenis
penilaian yang dilakukan. Para pendidik bertanggung jawab sepenuhnya dalam
pelaksanaan kurikulum, baik secara keseluruhan kurikulum, maupun tugas sebagai
penyampai bidang studi atau mata pelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum.
Pendidik harus berusaha agar penyampaian materi pembelajaran dapat berhasil secara
maksimal. Sebagai pengelola kurikulum pendidik bertanggung jawab membuat
perencanaan mengajar baik dalam bentuk perencanaan secara urut maupun dalam
pembuatan model satuan pelajaran. Tugas dan tanggung jawab pendidik dalam
hubungannya dengan kurikulum adalah menjabarkan dan mewujudkan kurikulum potensial
menjadi kegiatan nyata di dalam kelas melalui proses pembelajaran. Implementasi
kurikulum dalam pembelajaran merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun
nilai dan sikap. Implementasi kurikulum adalah proses penerapan ide, konsep dan
kurikulum potensial dalam pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat
kompetensi sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
5. Strategi
Strategi dapat diartikan sebagai pokok-pokok yang menjadi acuan untuk bertindak
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi menjadi komponen pembelajaran yang
memiliki arti suatu rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam usaha mencapai
tujuan pembelajaran. Sujarwo (2012: 7-8) mengemukakan bahwa strategi merupakan suatu
penataan mengenai cara mengelola, mengorganisasi dan menyampaikan sejumlah materi
pembelajaran untuk dapat mewujudkan tujuan pembelajaran, sedangkan pembelajaran
merupakan pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam penyajian
informasi tersebut terjadi interaksi, interelasi dan interdependensi di antara pendidik,
peserta didik dan lingkungan belajar. Strategi pembelajaran dimaknai sebagai suatu strategi
dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat
mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan yang diharapkan. Dick, Carey & Carey (2003:
1) menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut: 1)
kegiatan pra instruksional, 2) penyajian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5)
tindak lanjut. Sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 1) memberikan motivasi atau
menarik perhatian, 2) menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik, 3)
mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) memberi stimulus (masalah, topik, dan konsep, 5)
memberikan petunjuk belajar, 6) menentukan penampilan peserta didik, 7) memberi umpan
balik, 8) menilai penampilan, 9) menyimpulkan.
Strategi pembelajaran pada dasarnya harus menjadi kemampuan pendidik. Pendidik
harus mampu di dalam merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang dirasa
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam merancang dan
menerapkan strategi pembelajaran tentunya harus melihat pada aspek kesesuian
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan acuan kurikulum dan keterlibatan peserta
didik.
6. Media Pembelajaran
Media merupakan suatu alat, benda atau seperangkat komponen yang dapat
digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan informasi, pesan ataupun suatu hal
sehingga informasi atau pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan,
yang pada intinya media berperan dalam mempermudah pekerjaan manusia. Gagne dan
Briggs dalam Arsyad (2011: 4-5) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran,
yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset video camera, video recorder, film,
slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. dengan kata lain,
media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain
pihak, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, dengan
demikian, media dapat dimanupulasi, dilihat, didengar atau dibaca.
Sujarwo (2012: 10) mengatakan bahwa media dimaknai sebagai segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat
membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan peserta didik, sehingga dapat
mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik. Media pembelajaran
meliputi; media cetak dan media elektronik, media cetak meliputi: gambar, sketsa,
kartun, diagram, chart, grafik, poster, sedangkan media elektronik meliputi: audio
seperti: a) radio, tape, b) visual seperti: film, slide, film strip, film loop, epidioskop OHP,
c) audio visual seperti: televisi, film suara. radio vision, slide suara, tape dan film suara.
7. Evaluasi Pembelajaran
Sujarwo (2012: 10-11) mengatakan bahwa evaluasi berasal dari bahasa Inggris yang
berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi adalah
suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan
yang dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan dilakukan secara menyeluruh dengan
tujuan penjaminan, pengendalian dan penetapan kualitas (nilai, makna dan arti) atas
berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Dalam
Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses
pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan,
mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran.
5
Lismina.2017.Pengembangan Kurikulum.Sidoarjo:Uwais Inspirasi Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Analisis pembelajaran yaitu proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku
khusus yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan demikian akan tergambar susunan
perilaku khusus dari yang awal sampai yang paling akhir. Analisis pembelajaran adalah
langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran. Langkah-langkah
sistematis pembelajaran secara keseluruhan.
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan,dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme,
eksintensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama.
3.2. Saran
Sebagai Calon Guru kita harus terus mengembangkan kemampuan menganalisis
tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran, supaya ketika kita menjadi seorang guru kita
mampu menerapkan ini di sekolah untuk melakukan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA