Anda di halaman 1dari 4

SANITASI DAN AIR SAAT SITUASI BENCANA

1. Sanitasi
Menurut KepMenkes tahun 2001 sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui
pengendalian factor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit.
Pada saat bencana baik di pemukiman ataupun pada tempat pengungsian akan banyak
menimbulkan sampah baik berupa daun-daunan, kertas dan plastik karena umumnya makanan
adalah siap saji. Begitu juga masalah dalam buang kotoran dan limbah, pada umumnya kita
sering teriambat dalam pengelolaannya, sehingga lingkungan pemukiman ataupun tempat
pengungsian mudah tercemar, sehingga mengundang berbagai vektor penyakit. (Tidak sedikit
setelah beberapa hari pengungsian sering diikuti oleh berbagai penyakit menular seperti diare,
penyakit kulit, ISPA aan penyakit infeksi lainnya. Untuk itu perlu segera menyiapkan sarana
sanitasi agar masyarakat pengungsi aapat selalu terjaga kesehatannya. Penyediaan sarana MCK
disesuaikan dgn kebiasaan pengungsi di daerah asal. Sarana MCK tsb harus mudah dipakai dan
dapat dipelihara oleh warga. Harus diperhitungkan rasio jumlah MCK terhadap jumlah
pengungsi. Pengelolaan sampah diatur pengumpulan dan pembuangannya. Sarana pembuangan
kotoran / jamban / sarana sanitasi,pengelolaan pembuangan tinja merupakanupaya pencegahan
penyakit, terutama diare. Tiap jamban harus dilengkapi dengan penyediaan air. Penggunaan
jambar, : 1 buah untuk 20 orang. Sampah harus dikelola dengan baik,karena merupakan tempat
perindukan lalat dan tikus, ditempat penampungan pengungsi harus disediakan tempat sampah,
berupa:
a. bak sampah (kapasita 50-100 L) untuk25 - 50 org/hr
b. kantong sampah : 1 lembar untuk 1keluarga(3 hr).

Vector merupakan binatang / serangga penular penyakit. Contoh : lalat, nyamuk dan
tikus. Keberadaan vektor tersebut, antara lainterkait dengan pemilihan lokasi penampungan
pengungsi(contoh :dekat dengan breeding places nyamuk), Risiko pembuangan air limbah
terhadap kesehatan adalah tercemarnya air bersih. Limbah harus dibuang, disalurkan ketempat
tertentu, misal dengan membuat sumur peresapan dengan jarak >30 meter dari tenda dan sumber
air bersih. Logistik untuk sanitasi darurat:

a. Kaporit,
b. Pac (penjernih air cepat)

c. Aquatab.

d Kantong plastik sampah.

e. lnsectisida

f. Fogging/mistblower/'swing fog/spray can

g. Sanitarian kit

h. Alat bor air

i. Reservoirair

j. Bahan penyuluhan ( leaflet, poster, spanduk, dll)

k. Water test kit

2. Air Bersih

Setiap terjadinya bencana biasanya juga diiringi dengan suiitnya untuk mendapatkan
sumber air bersih, karena PDAM yang rusak, sumur yang tidak layak lagi, sehingga umumnya
masyarakat menggunakan badan badan air yang sudah tercemar. Untuk itu sebagai petugas
kesehatan harus cepat tanggap untuk penyediaan air bersih diarahkan pengguna-annya untuk:
mandi, minum, cuci, memasak Sumber air dapat diperoleh dari: sungai, danau, sumur, air tanah
dalam dan mata air. Untuk itu diperlukan: volume dan kualitas air yg memenuhi, sistem
penampungan, pengolahan, penyaluran dan distribusinya. Disamping itu petugas juga dapat
memberikan obat atau bahan penjernih air dengan berbagai jenis, dan sekaligus memberikan
penyuluhan cara menggunakannya.

Problem dan keterbatasan air bersih juga dirasakan pada saat normal dan menjadi
semakin parah pada saat bencana. Hal ini dikarenakan, ditempat ini hanya ada empat buah
tempat penampungan air bersih dengan kapasitas sekitar 25.000 liter. Periode krisis air bersih
biasanya dirasakan selama 3 bulan, tetapi dimusim kemarau kemarin bahkan sampai 6 bulan
yang mana tidak ada bantuan air bersih dari manapun. Dalam situasi seperti ini, warga harus
membeli sendiri air bersih sebanyak 5000 liter/bulan/KK atau harus mengeluarkan uang senilai
Rp150.000,‐ (Fatimah, 2014).

a. Penyediaan air bersih

1). Diarahkan untuk memenuhi kebutuan minimal air bersih bagi nengungsi / korban bencana
(minum, masak dan kebersihan pribadl)

2). Masalah utama kesehatana dalah disebabkan kebersihan buruk, akibat kekurangan air
bersih dan konsumsi air yang tercemar.

3). Pemenuhan kebutuhan air bersih:

a). haripertamaminimal 5 Liter/ org/' hari

b). hari berikutnya: 15-20 liter/org/hari

c). Tidak ditemukan bakteri coli tinja

b. Perbaikan kualitas air :

1). Air keruh: gunakan PAC.

2). Kualitas air : gunakan kaporit / Aquatab.

c. Penyediaan air bersih Tiap keluarga pengungsi sebaiknya memiliki tandon air untuk
mengambil maupun untuk menyimpari (Nizwardi Azkha, 2009).

Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk air minum harus memenuhi standar kualitas dan
kuantitas. Itulah sebabnya mengapa pada saat ini tumbuh berbagai depot air minum isi ulang
diberbagai tempat. Hal ini disebabkan karena kesadaran orang akan air minum yang sehat yang
memenuhi standar kualitas dan kuantitas. Air bersih dan air minum menjadi kebutuhan dasar
yang sangat penting yang harus tersedia. Hal ini berkaitan dengan masalah sanitasi di tempat
pengungsian. Jika air bersih dan air minum tidak tersedia, maka para korban akan menderita
berbagai penyakit akibat langkanya air bersih. Penyakit yang muncul akibat langkanya air bersih
adalah penyakit kulit seperti gatal-gatal, penyakit perut seperti diare dan muntaber. Jika wabah
muntaber dan diare melanda korban bencana alam, maka dapat dipastikan jumlah korban akan
bertambah banyak sehingga penanganan menjadi sulit. (Indriatmoko, 2007).

Daftar Pustaka

Azkha, N. (2009). Peranan Petugas Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Andalas, 4(1), 1-4.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1239/MENKES/SK/III/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Jakarta: Depkes RI.

Fatimah, D. (2014). Gender Mainstreaming dalam Pengurangan Risiko Bencana. dilihat pada 20
Maret 2020.

Indriatmoko, R. H., & Hidayat, W. (2011). PENYEDIAAN AIR SIAP MINUM PADA
SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA ALAM. JURNAL AIR INDONESIA, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai