Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infrastruktur jalan merupakan salah satu bagian transportasi yang paling


banyak digunakan oleh manusia. Begitu banyaknya masyarakat yang menggunakan
jalan menyebabkan jalan menjadi kebutuhan sangat mendasar bagi keberlangsungan
interaksi manusia. Selain itu, jalan juga sangat berpengaruh kepada hampir seluruh
segmen kehidupan manusia. Menurut tingkat kewenangan, jalan di Indonesia dibagi
kedalam tiga kategori, yaitu jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota.
Pada tahun 2010, panjang jalan di Indonesia 487.314 km dengan perincian 38.570 km
merupakan jalan negara, 53.291 km merupakan jalan provinsi dan 395.453 km
merupakan jalan kabupaten/kota (Badan Pusat Statistik, 2010).
Kondisi infrastuktur jalan tetap menjadi permasalahan yang dirasakan oleh
masyarakat dikarenakan terdapat banyak jalan yang dalam keadaan rusak. Salah satu
penyebab kerusakan ini terjadi karena situasi iklim di Indonesia yang tropis, intensitas
sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun mengakibatkan kelembaban dan curah
hujan yang tinggi. Selain itu aktivitas mobilisasi oleh angkutan barang dan orang
dalam penggunaan jalan yang terkadang tidak sesuai dengan aturan dapat berpengaruh
kepada umur jalan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja jenis-jenis kerusakan yang terdapat pada lapis permukaan perkerasan
lentur ruas jalan Kalimalang menuju Bekasi ?
2. Pada penelitian ini perkerasan apa yang di identifikasi?
3. Kerusakan pada bagian apa saja yang di identifikasi?
1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah ruas jalan Kalimalang menuju
Bekasi
2. Identifikasi kerusakan dilakukan pada perkerasan lentur (flexible pavement).
3. Kerusakan yang di identifikasi hanya pada lapisan permukaan (surface course).

1.4 Manfaat dan Tujuan

1.4.1 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang jenis-jenis kerusakan yang


terjadi pada perkerasan lentur (flexible pavement).
2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, pemahaman dalam mengidentifikasi
kerusakan pada perkerasan lentur (flexible pavement).

1.4.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan yang terdapat pada lapis permukaan


perkerasan lentur ruas jalan Kalimalang menuju Bekasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Umum
Infrastruktur jalan merupakan salah satu bagian transportasi yang paling
banyak digunakan oleh manusia. Begitu banyaknya masyarakat yang menggunakan
jalan menyebabkan jalan menjadi kebutuhan sangat mendasar bagi keberlangsungan
interaksi manusia. Selain itu, jalan juga sangat berpengaruh kepada hampir seluruh
segmen kehidupan manusia. Menurut tingkat kewenangan, jalan di Indonesia dibagi
kedalam tiga kategori, yaitu jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota.
Pada tahun 2010, panjang jalan di Indonesia 487.314 km dengan perincian 38.570 km
merupakan jalan negara, 53.291 km merupakan jalan provinsi dan 395.453 km
merupakan jalan kabupaten/kota [Badan Pusat Statistik, 2010].

1.2 Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar
dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada transportasi, dan
selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti [Sukirman
2003].

1.3 Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan


Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan menjadi:
1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa
tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah.
Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan kaku
yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur di
atas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur [Sukirman
1999].

1.4 Struktur Perkerasan Jalan Lentur


Struktur perkerasan jalan lentur dibuat secara berlapis dan terdiri atas lapisan
permukaan (surface course) yaitu lapisan aus dan lapis antara. Lapisan dibawahnya
ialah lapisan pondasi yang terdiri dari lapisan pondasi atas (base course) dan pondasi
bawah (subbase course). Lapisan ini diletakkan di atas tanah dasar yang dipadatkan
(subgrade).
Masing-masing elemen lapisan di atas termasuk tanah dasar secara bersama-
sama memikul beban lalu lintas. Tebal struktur perkerasan dibuat sedemikian rupa
sampai batas kemampuan tanah dasar memikul beban lalu lintas, atau dapat dikatakan
tebal struktur perkerasan sangat tergantung pada kondisi atau daya dukung tanah
dasar.

1.5 Jenis – Jenis Kerusakan Jalan


1. Retak lelah dan deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal
Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah dan deformasi di hampir semua
lapisan jalan ini terutama bisa ditemui di jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain
banyaknya kendaraan berat yang lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat
mengakibatkan di setiap lapisan perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan
yang terus melintas pada akhirnya membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Jika retak lelah dan deformasi dibiarkan saja, maka ketika musim hujan bisa
dipastikan air akan masuk ke dalam retakan dan mengubah retakan menjadi lubang yang
semakin lama semakin besar.

2. Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal, antara lain retak
kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi, retak susut, dan retak slip.
Salah satu faktor terbesar penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem drainase jalan. 
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa membuang atau
mengalirkan air dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase
ini juga harus mampu membuang air hujan atau air dari sumber-sumber lainnya dan
mengendalikan air bawah tanah yang bisa menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem
drainase yang sudah dibangun harus benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem drainase
perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa mengalirkan air
dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal harus disertai pula dengan
pembangunan sistem drainase. Jika tidak, bisa dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa
dihindari. Dalam membangun sistem drainase jalan, ada beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan antara lain, kondisi topografi sepanjang jalan untuk menentukan bentuk dan
kemiringan yang mempengaruhi aliran air, analisa curah hujan maksimum dalam satu tahun
pada daerah di area jalan aspal, dan perencanaan sistem drainase agar tidak mengganggu
drainase yang telah ada.

3. Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan
tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang
terjadi pada jalan aspal bisa berupa amblas, jembul, keriting dan alur.

4. Kegemukan
Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi
licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda
kendaraan akan membekas pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut
kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi pada
campuran aspal atau dikarenakan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime
coat.

5. Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-retakan
dibiarkan tanpa perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat rapuh lapisan-lapisan
jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini bisa berkembang menjadi lubang-lubang
berukuran besar yang dapat membahayakan pengguna jalan.

6. Pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin.
Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa
membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah tergelincir
pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang tidak tahan aus
terhadap roda-roda kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk cubical, misalnya agregat
berbentuk bulat dan licin.

7. Stripping
Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan
kurangnya ikatan antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan
yang terlampau tipis.

1.6 Metode Penanganan


1. Jalan yang mengalami kerusakan retak lelah dan deformasi. Jalan yang mengalami
kerusakan ini harus segera di perbaiki dengan penambalan-penambalan.
2. Jalan yang mengalami kerusakan retak solusinya tak cukup hanya dengan
menambal retakan-retakan yang ada. Sistem drainase perlu dibangun sehingga
jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
3. Kerusakan distorsi. Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit dan
memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan aspal sebaiknya
diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu dilakukan
penambahan lapisan permukaan baru.
4. Jalan yang mengalami Kegemukan biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan
atau menaburkan agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga
dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup.
5. Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan membersihkan
lubang-lubang terlebih dahulu dari air serta dari material-material yang lepas.
Setelah itu bongkar lapisan permukaan dan pondasi sedalam mungkin agar bisa
mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah kemudian tambahkan lapisan
pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran aspal dengan cermat.
Padatkan lapisan campuran aspal tersebut dan haluskan permukaannya sehingga
sama rata dengan permukaan jalan lainnya. Lubang-lubang jalan aspal yang
ditambal tanpa dibersihkan atau dibongkar terlebih dahulu hanya akan
menghasilkan tambalan yang rapuh. Akibatnya lubang kembali terjadi hanya
beberapa saat setelah penambalan dilakukan.
6. Pengausan. Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area permukaan
jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau latasbun.
7. Stripping. Untuk kerusakan seperti ini, langkah perbaikan yang bisa dilakukan
bukanlah dengan penambalan melainkan bagian yang rusak terlebih dahulu harus
digaruk, kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan buras.
BAB III

DATA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan penyelesaian
suatu masalah secara alamiah.
3.1.1 Metode Pengumpulan Data
1. Metode Literatur
Merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan
masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan
hasil penelitian.
2. Metode Observasi
Dengan survey langsung ke lapangan agar dapat mengetahui kondisi
yang sebenarnya dilapngan sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai
pertimbangan dalam perencanaan desain struktur.
3.2 Data Primer
Sumber data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung dilapangan
terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan penyusunan tugas ini. Sumber
data primer yang di dapatkan dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan.

n Jenis Panjang Lebar Panjang Lebar Kedalaman


o kerusakan jalan jalan yang kerusakan kerusakan lubang
yang ditinjau (m) (m) (cm)
ditinjau (m)
(m)
1 Retak Kulit 3 4 1,5 1,5 -
Buaya
(alligator
crack)

2 Pengelupasan 3 4 2 1,5 -
Lapisan
Permukaan
(stripping).
3 Lubang 3 4 1 2 10
(potholes).
4 Retak 3 4 2 1 -
Pinggir
(edge crack)

Data yang didapat dari lapangan


Lokasi Jl. Kyai Haji Noer Ali, Pekayon. Bekasi
Panjang jalan/kerusakan 3 meter

(Sumber: Google Maps)

3.3 Pembahasan
Di dalam perkerasan jalan, terdapat beberapa jenis kerusakan jalan yang disebabkan
berbagai macam hal seperti kerusakan karena kesalahan struktur maupun cuaca serta
perawatan yang kurang baik. Pada sebuah ruas jalan yang telah kami tinjau merupakan jenis
perkerasan lentur (Flexibel Pavement) yang berlokasi di Jl. Kyai Haji Noer Ali, Pekayon
Bekasi. Pada ruas jalan yang telah kami tinjau ini merupakan daerah yang dikelilingi oleh
perkantoran, rumah sakit, dan mall, serta proyek tol BECAKAYU, sehingga jalan ini cukup
banyak dilalui oleh kendaraan dengan beban > 30 Ton dengan jumlah sumbu kendaraan 1
sumbu hingga 4 sumbu. Pada ruas jalan sepanjang 3 meter ini terdapat 4 jenis kerusakan
perkerasan jalan, yakni :
1. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)
2. Lubang (Potholes)
3. Pengelupasan Lapis Permukaan (Stripping)
4. Retak Pinggir (Edge Cracks)

Pada umumnya kerusakan yang terjadi karena penyebab yang saling berkaitan. Kerusakan
pada jalan tersebut disebakan oleh pemadatan tanah yang kurang baik dan hilangnya butiran
halus material lapis pondasi akibat pemompaan. Selain itu, kerusakan juga diakibatkan oleh
truck yang melintasi jalan tersebut.
No Gambar Dilapangan Jenis Kerusakan Bentuk/Sifat/Tingkat Penyebab Cara Penanganan
Retak Kulit 1. Lebar celah lebih 1. Bahan 1. Lapis dengan
Buaya besar atau sama perkerasan atau BURTU,BURDA
(Aligator Crack) dengan 3mm material , LATASTON
2. Saling berangkai kurang baik 2. Perbaikan
membentuk 2. Pelapukan drainase,
serangkaian kotak- permukaan dibongkar dan
kotak kecil yang 3. Adanya air lapis kembali
menyerupai kulit tanah pada dengan bahan
1.
buaya badan yang sesuai.
3. Meresap air perkerasan
4. Akan berkembang jalan
menjadi lubang 4. Tanah
akibat pelepasan dasar/lapisan
butir-butir dibawah
permukaan
kurang stabil
2. Retak Pinggir 1. Memanjang dengan 1. Sokongan 1. Bahu diperlebar
(Edge Crack) atau tanpa cabang dari samping atau dipadatkan
yang mengarah ke kurang 2. Drainase
bahu dan terletak 2. Bahan diperbaiki
dekat bahu dibawah retak 3. Celah diisi
2. Meresapkan air pinggir kurang campuran aspal
3. Akan berkembang baik cair dan pasir
menjadi besar yang 3.
diikuti oleh Penyusutan
pelepasan butir pada tanah
tepi retak 4. Drainase
kurang baik

3. Lubang 1. Seperti 1. Aspal kurang (kurus) 1. Dibongkar


(potholes). mangkok 2. Butir halus terlalu dan dilapis
2. Menampan banyak atau terlalu sedikit kembali
g dan meresapkan 3. Agregat pengunci dengan
air kurang bahan yang
3. Membahay 4. Drainase kurang sesuai
akan pemakai baik 2. Drainase
jalan 5. Lapis permukaan diperbaiki
4. Mengurang terlalu tipis
i kenyamanan
5. Berkemban
g menjadi lubang
yang semakin
dalam

Pengelupasan 1. Merata/luas 1. Ikatan antara lapis 1. Digaru


Lapisan 2. Berkemban permukaan dan lapis k, diratakan
Permukaan g menjadi lubang dibawahnya kurang dan
(stripping). 2. Lapis permukaan dipadatkan,
4. terlalu tipis lapis dengan
BURAS
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ruas jalan Jl. Kyai Haji Noer, Pekayon
Bekasi setelah dilakukan analisa dan pembahasan, maka kami menyimpulkan:
1. Jenis kerusakan-kerusakan yang terjadi pada jalan ini adalah kerusakan Cacat
Permukaan (Desintegration) yang sudah sangat parah, jenis kerusakan yang satu
ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapisan
permukaan. Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan disebabkan oleh:
- Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban. Makin
banyak beban berulang yang terjadi, makin besar tingkat kerusakan jalan.
- Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,
dan naiknya air akibat sifat kapilaritas.
- Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.
- Iklim dan cuaca, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan.
- Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasarnya yang kurang baik.
- Proses pemadatan lapisan perkerasan diatas tanah dasar kurang baik.
2. Alternatif Perbaikan menurut kelompok yaitu:
- Overlay atau lapis ulang dengan menggunakan Rigid Pavement dan pondasi
tetap menggunakan perkerasan yang lama, karena kerusakan yang terjadi pada
jalan ini sudah rusak parah. Pelaksanaan overlay dilakukan setelah jalan yang
rusak diperbaiki terlebih dahulu.
- Perbaikan sistem drainase agar air dapat mengalir dengan baik dan tidak
mengganggu struktur jalan.
4.2 Saran
Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang ada maka dapat disampaikan
beberapa saran untuk perbaikan pada ruas Jl. Kyai Haji Noer agar lebih efektif antara
lain:
1. Diperlukan pemantauan dan pengamatan kerusakan secara rutin apabila ada
kemungkinan jalan rusak maka segera diadakan perbaikan dengan metode
perbaikan yang sesuai agar kerusakan dikemudian hari tidak bertambah luas.
2. Perlu adanya pengelolaan data base jalan secara lengkap dan tertib meliputi data
kerusakan, data teknis jalan dan data-data lalu lintas oleh Dinas terkait yang
sewaktu-waktu sangat diperlukan sebagai dasar kegiatan rutin tahunan
penanganan jalan.

Anda mungkin juga menyukai