Said Masykur
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar Risalah Guntung
said_msy@yahoo.com
Abstrak
Pluralisme adalah satu sikap dalam menghargai perbedaan dan kerja sama untuk mencapai cita-
cita mulia dalam bingkai keberagaman. Dalam konteks studi agama, pluralisme tidak
dipahami sebagai penyamaan semua agama, sebab itu adalah mengingkari sunnatullah yang telah
berlaku. Setiap agama adalah berbeda, dan perbedaan ini mesti dipandang sebagai
sebagai keunikan. Dalam Islam, pluralisme agama mendapatkan tempat dalam gagasan
normatifnya. Dengan sangat luar biasa, Islam mengakui eksistensi agama lain, tidak hanya
dalam bingkai hubungan kemanusian, melainkan juga tempat mereka di sisi
Tuhan. Bahkan yang menarik, dalam sejarah peradaban Islam, kehidupan plural itu berhasil
diterjemahkan dalam konteks kehidupan yang saling mendukung.
Dalam tradisi Hindu juga yang lebih liberal dari Islam inklusif. Di
menawarkan sikap inklusif ini. Misalnya antara usaha untuk melakukan tafsir
Ramakrisna, mistikus Hindu, tersebut adalah bagaimana
menkampanyekan gagasan bahwa memposisikan perbedaan antara agama
´VHVXQJJXKQ\D VHVHRUDQJ DNDQ PHQFDSDL itu, diterima sebagai sebuah keniscayaan
Tuhan, jika ia mengikuti jalan manapun dalam meletakkan dalam prioritas
dengan pengabdian sepenuh-SHQXKQ\Dµ ´SHUXPXVDQ LPDQµ GDQ ´SHQJDODPDQ
(Smith, 1965: 86). Begitu pula, LPDQµ )ULFKMRI 6FKXRQ 6D\\HG +XVVHLQ
dikalangan Budhis, yaitu melalui DT. Nasr, dan Inayat Khan, tokoh-tokoh
Suzuki (1870-1966) dengan karyanya Islam yang mencoba menggali dua
Cristian and Budhist Mysticism, mengkaji struktur penting dari setiap agama
tentang inklusifisme dalam Hindu ini tersebut, yaitu bagaimana melakukan
(Kautsar Azhari Noer, dalam ´SHUXPXVDQ LPDQµ GDQ ´SHQJDODPDQ
Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus LPDQµ WHUVHEXW 2
AF (ed), 1999: 270-271). Signifikansi Pluralisme dalam Kajian
Ketiga, sikap atau teologi Agama-Agama
Pluralisme. Bangunan epistemologi Pada era sekarang ini, yang oleh
dalam teologi pluralisme adalah setiap Nurcholis Madjid (1995:144) diistilahkan
agama-agama mempunyai kebenaran dan PHQMDGL ´GHVD EXDQDµ global village),
mempunyai jalan keselamatan sendiri- dimana manusia bebas dan mudah
sendiri, karena itu klaim-klaim kebenaran berhubungan dengan manusia yang lain,
dan keselamatan sekarang satu-satunya baik secara etnis, budaya, bahasa, dan
jalan yang sah (teologi eksklusif), yang agama. Dalam kondisi semacam ini,
melengkapi atau mengisi jalan lain manusia akan semakin intim dan
(teologi inklusif) haruslah dilampaui mendalam dalam mengenal dan
demi alasan-alasan teologis dan memahami orang lain, sekaligus akan
fenomenologis. lebih mudah terbawa pada penghayatan
Tokoh utama yang paling impresif konfrontasi langsung.
mengemukakan paham ini adalah John $GDQ\D GXQLD ´WDQSD MDUDNµ LQL
Harwood Hicks (1993), dan Hans Kung menuntut sikap kritis dan apresiasif
yang menawarkan proyek teologi pluralis dengan mengedepankan sikap yang
\DQJ EXNDQ VHNHGDU EHUKHQWL SDGD ´ko- memandang bahwa semua itu adalah
eksistensiµ SOXUDOLWDV KDN VHWLDS DJDPD bagian dari keniscayaan hidup yang harus
untuk bereksistensi secara damai, tetapi
2 Dalam disiplin ilmu tafsir, munculnya
OHELK GDUL LWX \DLWX ´pro-eksistensiµ
Farrid Issac, pemikir dari Afrika Selatan, dengan
pluralitas. Sebuah sikap teologis yang bukunya 4XU·DQ /LEHUDWLRQ DQG 3OXUDOLVP DQ ,VODPLF
mengakui dan bahkan mendukung Perspective of Interriligiouss Solidarity Against Opression
(Oxford: 1997), dalam edisi Indonesia al-4XU·DQ
eksistensi agama-agama yang plural itu. Liberalisme, Pluralisme; Membebaskan yang Tertindas
(Bandung: Mizan, 2000), telah menggeser
Sementara dalam Islam, usaha paradigma teologi eksklusivisme ke arah
untuk melakukan tafsir terhadap teks dekontruksi kebenaran dan keselamatan suatu
agama, yaitu melalui tafsir hermeneutis al-4XU·DQ
3 Sekali lagi, meskipun kekerasan ini, bergeser sama sekali. /LKDW $EG $·OD ´:acana
melibatkan persoalan agama terutama pada kasus Pluralisme dalam Perspektif Aliran Neo-
Maluku ini, itu adalah hanya bagian dari 0RGHUQLVPHµ GDODP Akademia, Vol. 6. No. 2,
persoalan lain yang lebih mendasar. Masalah yang Maret 2000, hlm. 151.
lebih rumit adalah perubahan sosial yang terlalu 4 Di Kutip dari catatan Khamami Zada,
cepat. Dan Cak Nur sendiri menegaskan bahwa ´0HPEHEDVNDQ 3HQGLGLNDQ ,VODP GDUL
dalam sebuah masyarakat akan selalu menempati Eksklusivisme, menuju Inklusivisme dan
posisi yang istimewa, tetapi karena adanya 3OXUDOLVPHµ GDODP Tasywirul Afkar, No. 11. tahun
perubahan yang cepat, kedudukannya bisa 2000, hlm 2 ² 3.
<Q\i°PšXT <R‰%Ê `ˆ ‰= •#\ÈSIP \ v Xq XÄ [‰ ×SV XT sXSÙ Ž* ° ½!WmÙ U XSÉF SÅ °iÕÃ SÅ °iØÈV" €YU
§ªª±¨ |Úܰݯ W*ÙcÉ& WDSÅ WsWc •YXT \-¯ nm¯ \\ ‹ •E¯ ‹ SÁ ‰" XT
adil. Berbuat adillah, karena adil itu Toleransi adalah bagian integral
lebih dekat kepada taqwa µ QS. al- dari islam itu sendiri yang detail-detailnya
Maidah: 8) kemudian dirumuskan oleh para ulama
Kelima, ajaran islam tidak pernah dalam karya-karya tafsir mereka.
memaksa umat lain untuk menjadi Kemudian rumusan-rumusan ini
muslim apalagi melalui jalan kekerasan. disempurnakan oleh para ulama dengan
$OODK 6:7 EHUILUPDQ ´Tidak ada pengayaan-pengayaan baru sehingga
paksaan dalam agamaµ 46 $O-Baqarah: akhirnya menjadi praktik kesejarahan
256) Islam memang agama dakwah. dalam masyarakat islam.
Dakwah Islam ajaran islam dilakukan
Menurut ajaran islam, toleransi
melalui proses yang bijaksana. Islam
bukan saja terhadap sesama manusia,
menyadari bahwa keragaman umat
tetapi juga terhadap alam semesta,
manusia dalam agama dan keyakinan
binatang, dan lingkungan hidup.
adalah kehendak Allah, karena itu tak
Dengan makna toleransi yang luas
mungkin disamakan.
semacam ini, maka toleransi antar-umat
Toleransi yang dalam bahasa beragam dalam islam memperoleh
Arabnya as-samahah adalah konsep perhatian penting dan serius. Apalagi
modern untuk menggambarkan sikap toleransi beragama adalah masalah yang
saling menghormati dan saling menyangkut eksistensi keyakinan
bekerjasama di antara kelompok- manusia terhadap Allah. Ia begitu
kelompok masyarakat yang berbeda baik sensitif, primordial, dan mudah
secara etnis, bahasa, budaya, politik, membakar konflik sehingga menyedot
maupun agama. Toleransi karena itu, perhatian besar dari islam.
merupakan konsep agung dan mulia
Hadits Nabi tentang persaudaraan
yang sepenuhnya menjadi bagian organik
uQLYHUVDO MXJD PHQ\DWDNDQ ´irhamuu man
dari ajaran agama-agama, termasuk
ILO DUGKL \DUKDPXNXP PDQ ILO VDP µ
agama islam.
(sayangilah orang yang ada di bumi maka
Dalam konteks toleransi antar- akan sayang pula mereka yang di lanit
umat beragama, islam memiliki konsep kepadamu). Persaudaran universal
\DQJ MHODV ´7LGDN DGD SDNVDDQ GDODP adalah bentuk dari toleransi yang
DJDPDµ ´%DJL NDOLDQ DJDPD NDOLDQ GDQ diajarkan toleransi. Persaudaraan ini
EDJL NDPL DJDPD NDPLµ DGDODK FRQWRK menyebabkan terlindunginya hak-hak
populer dari Toleransi dalam islam. orang lain dan diterimanya perbedaan
Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang dalam suatu masyarakat islam. Dalam
tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah persaudaraan universal juga terlibat
hadis dan praktik toleransi dalam sejarah konsep keadilan, perdamaian, dan kerja
islam. Fakta-fakta historis itu sama yang saling menguntungkan serta
menunjukkan bahwa masalah toleransi menegasikan semua keburukan.
dalam islam bukanlah konsep asing.
Fakta historis toleransi juga dapat
ditunjukkan melalui Piagam Madinah.
Piagam ini adalah satu contoh mengenai karakteristik sebagai berikut, yaitu antara
prinsip kemerdekaan beragama yang lain:
pernah dipraktikkan oleh Nabi
1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan
Muhamad SAW di Madinah.
kedermawanan
Di antara butir-butir yang
2. Kelapangan dada karena kebersihan
menegaskan toleransi beragama adalah
dan ketaqwaan
sikap saling menghormati di antara
agama yang ada dan tidak saling 3. Kelemah lembutan karena
menyakiti serta saling melindungi kemudahan
anggota yang terikat dalam sikap 4. Muka yang ceria karena kegembiraan
melindungi dan saling tolong-menolong
5. Rendah diri dihadapan kaum
tanpa mempersoalkan perbedaan
muslimin bukan karena kehinaan
keyakinan juga muncul dalam sejumlah
Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini 6. Mudah dalam berhubungan sosial
dianggap sebagai bagian yang melibatkan (mu'amalah) tanpa penipuan dan
Tuhan. kelalaian