Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini menggunakan

kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menurut Subamia, dkk (2015: 675)

menekankan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

menurut Buloto (2018: 126) meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba,

dan mengkomunikasikan. Hasil akhir pendekatan ilmiah menurut Kemendikbud

dalam Putra (2014: 32) adalah peningkatan dan keseimbangan kemampuan soft

skill dan hard skill siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan,

dan pengetahuan. Setiawan (2017: 37) menjelaskan ketiga aspek kompetensi

tersebut diperoleh melalui proses yang berbeda. Setiawan (2017: 37) lebih lanjut

menjelaskan bahwa kompetensi sikap diperoleh melalui aktivitas menghargai,

menghayati dan mengamalkan. Kompetensi pengetahuan diperoleh melalui

aktivitas mengingat, menerapkan, dan menganalisis. Kompetensi keterampilan

diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, dan menyaji. Pendekatan ilmiah

berdasarkan penjabaran diatas dapat dikatakan merupakan pendekatan yang

ditekankan pada kurikulum 2013 dengan tujuan siswa secara aktif mampu

menanya, menganalisis dan mengamalkan.

Pendekatan ilmiah pada kurikulum 2013 menurut Prilianti dalam Wina,

dkk (2017: 19) relevan dengan potensi serta tujuan umum pembelajaran IPA.

Mu’arif dan Surjono (2016: 196) menjelaskan bahwa seluruh mata pelajaran

berkaitan dengan pendekatan ilmiah termasuk proses pembelajaran mata pelajaran

1
IPA. Putra (2014: 33) berpendapat bahwa Fisika sebagai bagian dari IPA karena

memiliki karakteristik yang sama yaitu berbasis pengamatan. Fisika menurut

Rusdianto (2017: 57) berisi fakta, konsep dan prinsip yang berdasarkan pada

pengamatan. Pembelajaran IPA menurut Susanto, dkk (2013:171) hendaknya

dilaksanakan berdasarkan pengamatan, diskusi dan penyelidikan sederhana.

Subagia (2013: 19) menyebutkan terdapat dua jenis pengamatan yang dilakukan

oleh siswa, yaitu pengamatan dengan indera telanjang (niked senses) dan

pengamatan disertai dengan alat bantu indera (equiped sense). Subagia (2013:19)

menjelaskan lebih lanjut pengamatan dengan indera telanjang adalah pengamatan

yang dilakukan menggunakan pancaindera, sedangkan pengamatan dengan alat

bantu indera adalah pengamatan yang dilakukan dengan bantuan alat. Putra (2014:

32) menyebutkan lebih lanjut bahwa pengamatan dapat diartikan sebagai aktivitas

untuk memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan gagasan yang

telah diketahui sebelumnya.

Observasi terhadap pembelajaran di kelas dilakukan peneliti selama

melaksakan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan II (PPL II) di SMA Negeri 4

Palangka Raya. Observasi dilakukan sebanyak dua kali pertemuan sebelum

terjadinya Covid-19 di Palangka Raya. Hasil observasi tersebut menunjukkan

bahwa pembelajaran Fisika di sekolah masih berpusat pada guru. Siswa

mengerjakan soal-soal yang ada pada buku paket dan lembar kerja siswa. Guru

kurang kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, model dan strategi

yang digunakan kurang variatif, serta guru kurang maksimal dalam menggunakan

media ketika menyampaikan materi tertentu. Kegiatan pembelajaran seperti yang

2
disebutkan menjadikan siswa minim keberanian untuk aktif bertanya atau

menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran menurut Shoimin (2017:21)

seharusnya dilaksanakan dengan aktif, inovatif dan konstruktif mengembangkan

pengetahuan siswa.

Wawancara yang dilakukan peneliti bersama salah satu guru Fisika di

SMA Negeri 4 Palangka Raya mengatakan bahwa siswa jarang sekali melakukan

pengamatan di laboratorium karena keterbasatan alat. Keterbatasan alat tersebut

mengakibatkan pengamatan khususnya pada materi hukum hooke tidak dilakukan,

sehingga siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Minimum Ketuntasan (KKM).

KKM mata pelajaran Fisika yang diterapkan sekolah yakni 75. Nilai Rata-rata

hasil belajar pada materi hukum hooke di sajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Rara-rata Hasil Belajar Fisika pada Materi Hukum hooke kelas XI
MIA Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019/2020
Kelas MIA 1 MIA 2 MIA 3 MIA 4
Nilai Rata-Rata 69 76 77 72
Sumber: Guru Mata Pelajaran Fisika SMAN 4 Palangka Raya

Data tersebut diperoleh sebelum terjadinya Covid-19, menurut pengakuan

dari salah satu guru Fisika saat ini pembelajaran di lakukan dengan pembelajaran

jarak jauh melalui sistem daring menggunakan aplikasi Zoom dan Google

Classrom. Pembelajaran jarak jauh menurut Stewart, dkk dalam Munir (2012: 23)

merupakan metode untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap

dengan cara menerapkan dan memanfaatkan teknologi, sehingga meteri

pembelajaran dapat digunakan secara bersamaan oleh guru dan siswa di lokasi

berbeda.

Pembelajaran dilaksanakan guru dengan memberikan ringkasan materi

berbentuk file PDF kemudian melakukan sesi tanya jawab dan mengerjakan tugas.
3
Guru mengakui bahwa saat melaksanakan pembelajaran daring tidak melakukan

pengamatan virtual untuk membangun konsep siswa. Pengamatan virtual menurut

Adita dan Julianto (2016: 69) merupakan media berbasis komputer yang dapat

digunakan untuk peserta didik dalam melalukan percobaan secara virtual. Guru

menganggap bahwa pengamatan virtual memerlukan keterampilan dalam

menggunakan aplikasi media pembelajaran. Manfaat penggunaan media

pembelajaran menurut Eko, dkk dalam Sohibun dan Ade (2017: 122) adalah

menarik perhatian dan memudahkan siswa dalam memahami materi.

Pemasalahan yang telah di uraikan diatas menuntut guru lebih inovatif

dalam menentukan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang

tepat adalah satu solusi alternatif untuk mengatasi pencapaian nilai KKM yang

masih rendah. Model pembelajaran yang dianggap mampu mengatasi

permasalahan tersebut adalah Predict-Observe-Explain (POE). POE menurut

Sudiadnyani dalam Susanto, dkk (2017: 3) merupakan model pembelajaran yang

mampu mengeksplorasi pengetahuan awal siswa. Sudiadnyani dalam Susanto, dkk

(2017: 3) menjelaskan lebih lanjut bahwa model POE melatih siswa untuk aktif

mencari pengetahuan sesuai dengan cara berpikirnya yakni menggunakan sumber-

sumber yang dapat memudahkan dalam pemecahan masalah. Indrawati dan

setiawan dalam Susanto, dkk (2017: 3) menyebutkan prosedur model

pembelajaran POE dimulai dengan penyajian masalah, siswa diajak untuk

membuat prediksi dari suatu kemungkinan kemudian dilanjukan dengan

melakukan observasi melalui demonstrasi atau pengamatan terhadap masalah

tersebut untuk menemukan fakta dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan.

4
Model pembelajaran POE merupakan langkah yang efesien untuk menciptakan

konsep ilmu pengetahuan para siswa, pendapat ini sejalan dengan pemikiran

White dan Gunstone dalam Nugraha, dkk (2019: 175) yang menyatakan bahwa

model POE sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran

dengan menggunakan model POE akan melatih siswa memprediksi suatu

fenomena dengan melakukan observasi sehingga mampu menjelaskan hasil

pengamatannya dengan prediksi sebelumnya.

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang, penulis tertarik

untuk mengangkat judul skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Predict-

Observe-Explain (POE) Berbantuan Laboratorium Virtual Melalui Aplikasi

ZOOM Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 4 Palangka Raya.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, maka dapat

diindentifikasi masalah-masalah yang ada sebagai berikut:

1. Hasil belajar Fisika siswa kelas XI MIA SMAN 4 Palangka Raya sebagian

besar belum mencapai KKM.

2. Siswa tidak terlibat aktif selama berlangsungnya proses pembelajaran

3. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama terjadi Covid-19 hanya dalam

pemberian tugas tanpa adanya penjelasan mengenai konsep materi dari guru

4. Guru tidak melaksanakan pengamatan virtual guna membantu siswa dalam

meningkatkan pemahaman konsep.

5
C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini berguna untuk mengarahkan penulis

dalam melakukan penelitian, adapun batasan masalah penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa SMAN 4 Palangka Raya pada ranah kognitif di materi

Hukum hooke yang ditunjukkan melalui tes akhir (posttes). Hasil belajar

ranah kognitif dalam penelitian ini mengacu pada revisi Bloom dan Anderson

yaitu Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3) dan Menganalisis

(C4).

2. Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran menggunakan model

Predict-Observe-Explain (POE) berbantuan laboratorium virtual di kelas XI

MIA SMAN 4 Palangka Raya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa SMAN 4 Palangka raya pada ranah kognitif di

materi Hukum hooke setelah diterapkan model pembelajaran Predict-

Observe-Explain (POE)?

2. Bagaimana respon siswa SMAN 4 Palangka Raya terhadap penerapan model

pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)?

6
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ketuntasan hasil belajar siswa SMAN 4 Palangka Raya pada ranah kognitif di

materi Hukum hooke setelah diterapkannya model pembelajaran Predict-

Observe-Explain (POE).

2. Mengetahui respon siswa SMAN 4 Palangka Raya terhadap penerapan model

pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) pada materi Hukum hooke.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna ataupun bermanfaat

yaitu sebagai berikut:

1. Bagi siswa, meningkatnya aktivitas belajar di kelas XI MIA pada materi

Hukum hooke dengan menggunakan model Predict-Observe-Explain (POE).

2. Bagi guru, memberikan manfaat dalam mengajar agar lebih kreatif dan

inovatif dalam melakukan proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah, dapat menggunakan hasil penelitian sebagai upaya

meningkatkan kualitas pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai