Lokal 209-C
2019
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan. Ada beberapa macam yaitu filsafat pengetahuan,
filsafat agama, filsafat ilmu dan lain-lainya.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih
sering lagi sejak pertengahan 1990-an. Pada tahun 2000, Dana Moneter Internasional
(IMF)mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi, perdagangan dan transaksi, pergerakan
modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusai dan pembebasan ilmu pengetahuan.
Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara
lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya dengan
globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja,
ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.
2. Pembahasan
Hubungan filsafat dan globalisasi merupakan suatu keterkaitan yang tidak bisa
dipungkirin keeratannya. Dari berbagai macam jenis filsafat, saya akan mneghubungannkan
penjabaran filsafat pengetahuan yang merupakan jenis filsafat yang paling besar berpengaruh
dalam pembahasannya dengan globalisasi. .
Ada 3 aliran sub filsafat pengetahuan yaitu epistimologi , ontologi dan aksiologi.
Berikut akan dijelaskan keterkaitan anatar ketiga sub filsafat tersebut dengan globalisasi.
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka
percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan
ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat
sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam
itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah
fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama
Amerika serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan
terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian
membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working
definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan Negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian
dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
3. Aksiologi (Teori Nilai)
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam
negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya
produk-produk global ke dalam pasar domestik. Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata
dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja
dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga
kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh
dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah
dan bebas.
Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain
melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah
membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama.
“Pengaruh Pemikiran Filsafat Terhadap Pola Pikir Dan Pola Hidup Manusia di Era
Globalisasi”
Banyak orang yang sering kali mengeluarkan pendapat, bahkan dengan sedikit nada
sinis, mempertanyakan apa fungsi atau perannya filsafat bagi keilmuan dan kehidupan.
Pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang wajar dan tidak salah. Karena selama seseorang
belum mengenal filsafat (suatu cabang ilmu pengetahuan yang cenderung tidak terlalu
aplikatif dan cenderung kepada kontemplasi atau perenungan kritis), maka ia tidak akan
mungkin mampu untuk memahaminya dengan baik.
Irmayanti M Budianto pernah mencatat beberapa peran filsafat, baik dalam kehidupan
maupun dalam bidang keilmuan:
Pertama, filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas
terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawaban-
jawaban dapat diperoleh dengan mudah.
Dalam pandangan Hamami dan Wibisono (1986: 126-27), filsafat melalui metode-
metode pemikirannya tidak akan dapat langsung mempersembahkan programe-programme
kebijakan yang manfaatnya dapat dinikmati secara praktis dan konkret sebagaimana halnya
dengan ekonomi, teknik dan ilmu-ilmu terapan yang lainnya. Segi kelemahan filsafat, dalam
arti sifat dan coraknya yang abstrak dengan lemparan analisis-analisis kritisnya yang sering
tidak tersentuh oleh mereka yang telah terbiasa untuk berpikir secara praktis, merupakan
salah satu sebab mengapa para ahli filsafat terisolir dan jarang diajak untuk berpartisipasi
dalam penentuan strategi pembangunan, apalagi dalam pelaksanaan programme- programme
kegiatan yang sudah bersifat teknis operasional.
Padahal keabstrakan dengan spekulasi-spekulasinya yang paling dalam justru
membawa filsafat kepada kekuatan radikalnya. Dengan berpikir secara abstrak spekulatif dan
mengambil jarak dari penggumulan masalah-masalah teknis praktis, filsafat justru dapat
melihat sesuatu permasalahan dari semua dimensi, sehingga hal-hal yang belum tersentuh
oleh ilmu-ilmu lain dapat pula dijadikan titik perhatiannya. Peranan filsafat adalah
menunjukkan adanya perspektif yang lebih dalam dan luas, sehingga kehadirannya akan
disertai dengan berbagai alternatif penyelesaian untuk ditawarkan mana yang paling sesuai
dengan perubahan waktu dan keadaan.
Apabila kita berbicara mengenai peran filsafat dalam menghadapi dekadensi moral.
Filsafat mungkin hanya dapat menjelaskan sebab-sebab munculnya dekadensi moral,
menjelaskan caracara mengatasi sebab-sebab tersebut, menerangkan cara-cara penanganan
dekadensi moral. Sementara pelaksanaannya sendiri sangat tergantung kepada manusianya
sendiri.
1 Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi – Ilmu ini
akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari
permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih
dalam dan lebih luas. Sama halnya ketika kita mengenal teknologi komunikasi, tidak hanya
mengenalnya secara sepintas langsung mempraktekannya. Melainkan, mengenalnya secara
mendalam terlebih dahulu lalu mempraktekan apa saja hal yang layak atau baik.
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia – Manfaat
belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar. Sehingga, jati diri kita bahkan budaya tidak mudah luluh lantak terbawa arus
globalisasi.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang
Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu
mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima. Kita akan lebih berhati-hati menyikapi
canggihnya teknologi masa kini agar tak mudah mengikuti kebiasaan bangsa asing seperti
gaya hidup kebarat-baratan, sikap individualistik, dll.
4. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru – Ide-ide yang lebih kreatif dalam
memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang
koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis. Hal ini melatih kita agar cakap
dalam menciptakan sebuah karya. Bukan malah sebaliknya menjadi malas karena kemudahan
yang diberikan oleh teknologi.
5. Filsafat akan membangun landasan berfikir – komponen utama baik bagi kehidupan
pribadi terutama dalam hal etika, maupun berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita
pelajari, tak terkecuali teknologi komunikasi.
6. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu- filsafat membrikan
petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat
menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama, serta logika dalam melaksanakan hidup di
era modernisasi ini.
7. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran- memberikan pandangan serta
pengertian mengenai hidup.
8. Filsafat dapat dijadikan pedoman – berguna sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan.
9. Filsafat mengajarkan kita tentang etika dan moral – pembelajaran moral dan etika ini,
dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan. Dapat juga memperbaiki
degradasi moral seperti yang terjadi pada saat ini.
10. Filsafat dapat membangun semangat toleransi – menjaga keharmonisan hidup ditengah
perbedaan pandangan atau pluralitas. Dewasa ini dengan belajar filsafat dapat menghindarkan
kita dari sikap yang kurang baik akibat modernisasi, atau kesenjangan sosial
Sumber :
1. id.wikipiedia.org/wiki/filsafat/globalisai
2. http://Tanri Abeng.wordpress.com/2008/09/14/filsafat-dampak globalisasi
3. id.wikipedia.org/wiki/filsafat/ilmuan barat
4. https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi